Anda di halaman 1dari 10

Diakonia: Journal of Commnunity Service

Vol. 1, No. 1 (Juni 2023): 9-18


Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya
Link Jurnal: https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/diakoneojcs

Pembinaan Jemaat: Kisah Hidup Rahab Dari Pemaknaan


Kaum Pentakostal

Kosma manurung
STT Intheos Surakarta
Email: kosmamanurung@sttintheos.ac.id

Abstract
The story of Rahab is a story about a female character in the Bible that is unique and very interesting
to observe. The Bible initially introduces Rahab as a prostitute who saves the two scouts sent by Joshua to spy
on the city of Jericho. Then, Rahab metamorphosed into a person deemed worthy by God to be the ancestor of
David, the greatest king of Israel and from this family line also the Lord Jesus in human form was born. An
example of a meaningful life for believers personally and in the context of congregational faith development
among God's church. This article attempts to photograph Rahab's life story from the meaning of the Pentecostals.
The use of qualitative methods with a narrative approach and literature review is attempted to be able to describe
carefully and in depth related to the reconstructing of important events in Rahab's life and the important values
that Pentecostals then interpret from Rahab's life story. In conclusion, for Pentecostals the important value that
needs to be interpreted from this story is that Rahab provides an example that needs to be emulated about good
deeds that are driven by faith in faith, the importance of obedience, true repentance, and the impact of every
choice made.

Keywords: bible characters; pentecostal theology; rahab; rahab’s story

Abstrak
Kisah Rahab adalah sebuah kisah tentang tokoh perempuan di Alkitab yang unik serta sangat
menarik untuk dicermati. Alkitab awalnya memperkenalkan Rahab sebagai seorang perempuan sundal
yang menyelamatkan kedua pengintai utusan Yosua untuk mengintai kota Yerikho. Kemudian, Rahab
bermetamorfosis menjadi seorang yang dianggap layak oleh Allah untuk menjadi nenek moyang dari
Daud, raja terbesar Israel serta dari garis keluarga ini juga Tuhan Yesus dalam rupa manusia lahir.
Sebuah teladan hidup penuh makna bagi orang percaya secara pribadi maupun dalam konteks
pembinaan iman jemaat di kalangan gereja Tuhan. Artikel ini berupaya memotret kisah hidup Rahab
dari pemaknaan kaum Pentakostal. Penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan
kajian literatur diupayakan mampu menjabarkan secara cermat dan mendalam terkait reka ulang
peristiwa penting dalam kehidupan Rahab dan nilai-nilai penting yang kemudian kaum Pentakostal
maknai dari kisah hidup Rahab tersebut. Disimpulkan, bagi kaum Pentakostal nilai penting yang perlu
dimaknai dari kisah ini yaitu Rahab memberikan contoh yang perlu diteladani tentang perbuatan baik
yang digerakkan oleh kayakinan iman, arti penting ketaatan, pertobatan sejati, dan ada dampak dari
setiap pilihan yang dibuat.

Kata Kunci: rahab, kisah rahab; tokoh alkitab; teologi pentakostal

ISSN Article History: Received: 20 Mei 2023, Accepted: 30 Juni 2023, Publish: 30 Juni 2023
ly 10th, 2012999
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

1. PENDAHULUAN
Alkitab sebagai firman Allah yang diyakini kesahihannya oleh orang percaya dan
dijadikan rujukan utama baik untuk kehidupan spritual maupun keseharian hidupnya
(Manurung, 2023, p. 943). Alkitab pun banyak menyoroti tentang keberadaan wanita dan
peran dari yang bersifat baik hingga yang mendatangkan keburukan. Sebut saja ada Hawa
yang menjerumuskan suami bahkan keturunannya ke berbagai bentuk penderitaan karena
menuruti bujuk rayu si jahat atau Izebel yang karena tindakannya kemudian
menjerumuskan baik suaminya Ahab maupun umat pilihan ke dalam penyembahan yang
dibenci Allah. Ada juga ratu Ester yang berani berjuang dengan mempertaruhkan hidupnya
untuk kepentingan Israel, atau Yokhebeb ibu Musa yang dengan keberaniannya
menyembunyikan dan mengupayakan cara agar Musa tetap hidup. Ada juga Ribkah,
meminjam alur pemahaman Jan Quesada dalam penelisikannya terkait kehidupan Ribkah
menilai bahwa dia terlibat secara aktif mendukung Yakub untuk menjadi si sulung dan
pewaris berkat Abraham (Quesada, 2018, p. 559). Debora yang dengan gagah berani
memimpin pasukan tampil di garis depan berperang melawang serta memukul kalah tentara
Amalek yang waktu itu sangat ditakuti (Hak. 4). Rut yang setelah kematian suaminya tetap
mengabdikan diri dan hidupnya untuk mengasihi dan melayani mertuanya (Rut. 1-4). Di
Perjanjian Baru pun orang percaya bisa membaca ada wanita hebat yang menorehkan
namanya di Alkitab, Maria ibunda Yesus contohnya yang berani mengambil resiko terburuk
seumpama hukuman mati dengan dilempar batu hanya demi mengandung benih dari Roh
Kudus.
Alkitab memberikan tempat istimewa pada diri Rahab, seorang pelacur yang
memberikan tempat berlindung pada dua pengintai yang diutus oleh Yosua untuk mengintai
tembok Yeriko (Yos. 2). Rahab dan kaum sebangsanya sejatinya orang yang semestinya harus
dihancurkan oleh Yosua dan pasukannya, namun karena tindakan baik Rahab ini kemudian
dia berhasil paling tidak menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Kisah hidup Rahab sendiri
tidak berhenti pada peristiwa ketika dia dibiarkan saja hidup dan menetap di antara orang
Israel, melainkan dalam catatan Injil Matius nama Rahab ada di sana sebagai ibu dari Boas
kakek dari Isai ayah Daud, bahkan banyak raja yang lahir dari generasi ini. Tuhan Yesus pun
waktu mengambil rupa manusia, lahir dari garis keturunah Rahab. Di kalangan Pentakostal,
kisah Rahab sendiri merupakan kisah Alkitab yang sering dikumandangkan entah itu dalam
bentuk khotbah ibadah Minggu pagi, pertemuan kelompok sel, ataupun ibadah doa keluarga
yang umum dilakukan kaum Pentakostal setiap hari dengan disertai pembacaan Firman dan
perenungkan singkat. Seperti kata Siahaan, sudah menjadi karakteristik bagi kaum
Pentakostal untuk aktif dan menyesuaikan diri dalam kehidupan yang merujuk pada Alkitab
(Siahaan, 2018, p. 56). Serupa dengan itu, Zaluchu menilai berdasarkan rujukan kehidupan
jemaat mula-mula bahwa tertanam kuat dalam Alkitab merupakan ciri orang Pentakostal (S.
E. Zaluchu, 2019, p. 72). Amos Yong pun melihat bahwa kaum Pentakostal adalah kaum yang
menyisihkan hidup mereka untuk mendalami kebenaran Alkitab dan menyelaraskan diri
dengannya (Yong, 2020, p. 235).
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tokoh perempuan Alkitab
seumpama penelitian Shintia Kapojos dan rekan yang menilik kesetiaan Allah dalam
kesetiaan Ruth(Maria Kapojos et al., 2018), atau penelitian Tri Hartono yang menelisik kisah
Ester dalam bingkai kepemimpinan (Hartono, 2022, p. 32), juga penelitian Zaluchu terkait
Sarah yang membingkainya dalam konflik dengan Hagar (S. E. Zaluchu & Seniwati, 2020, p.
146), dan penelitian Zaluchu lainnya yang membahas tentang proses perubahan hidup yang
dialami Batsheba (S. Zaluchu et al., 2021, p. 161). Ada memang penelitian yang membahas
tentang Rahab, namun tidaklah memfokuskan sorotannya pada kisah Rahab, hanya
membahas secara partial dan sedikit senggolan saja. Seumpama pelenitian yang dilakukan

10
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

oleh Aris Margianto yang menyoroti tentang Tuhan dalam konteks Perjanjian Lama, sempat
menyebut tentang Rahab (Margianto, 2017, p. 127). Penelitian Martina Novalina yang
mencoba meluruskan keliru tafsir Barat terkait budaya dalam Alkitab, sempat juga
menyenggol Rahab (Novalina, 2020, p. 236), atau penelitian Henda Yohanes yang menelisik
tuduhan genosida atas penaklukan Kanaan oleh umat pilihan dalam catatan Perjanjian Lama
(Yohanes, 2019, p. 107). Jika diamati dengan baik, berbagai penelitian yang pernah dilakukan
ini belumlah membahas secara fokus terkait dengan kisah hidup Rahab apalagi
membingkainya dari pemahaman kaum Pentakostal. Sedangkan dalam penelitian artikel ini,
peneliti berupaya memotret kisah hidup Rahab dan mendaratkannya dengan pemahaman
kaum Pentakostal yang nantinya juga bisa dijadikan bahan dalam pembinaan jemaat lokal
lintas sinodial.

2. METODE
Metode sudah merupakan sebuah keharusan bagi karya akademik berbentuk artikel
jurnal, maka dari itu dalam menggarap artikel ini peneliti menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan naratif dan kajian literatur. Kualitatif dipilih selain alasan efesiensi dan
efektivitas juga karena karakteristiknya yang dengan tajam dan kuat mampu menjabarkan
obyek yang diteliti (Manurung, 2022b, p. 285). Pendekatan naratif peneliti gunakan ketika
mengambarkan reka ulang peristiwa penting dalam kehidupan Rahab, dimulai dari
gambaran awal Alkitab bahwa Rahab itu seorang perempuan sundal, sepertinya secara
kebetulan menolong dua pengintai yang diutus oleh Yosua untuk menyelidiki kota Yerikho
karena sedang dicari oleh raja Yerikho untuk dihabisi. Kemudian Rahab meminta dua orang
utusan itu bersumpah apabila bangsa Israel menaklukan kota Yerikho maka mereka harus
membiarkan Rahab dan keluarganya hidup, setelah Yerikho takluk Rahab pun akhirnya
selamat, dan hidup di antara orang Israel, Rahab akhirnya menikah dengan Salmon dan
melahirkan Boas yang merupakan kakek moyang dari raja Daud yang dalam garis keluarga
itu juga Tuhan Yesus dalam rupa manusia lahir. Naratif juga peneliti gunakan dalam
menjelaskan nilai-nilai penting yang kaum Pentakostal maknai dari kisah hidup Rahab ini.
Dengan begitu diharapkan mampu memberikan gambaran yang mendalam terkait kehidupan
rahan beserta nilai-nilai yang bisa dengan mudah orang percaya maupun komunitas gereja
lokal aplikasikan dalam kehidupan berjemaat. Sedangkan kajian literatur peneliti gunakan
untuk menggali berbagai pandangan dan kemudian dibingkai dalam artikel ini serta
memberikan topangan pada gagasan yang peneliti coba bangun. Kebanyakan literatur berasal
dari artikel jurnal serta buku yang relevan dengan topik pembahasan juga ada nilai
kebaharuan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Reka Ulang Peristiwa Penting Dalam Hidup Rahab
Alkitab membuka kisah Rahab dengan narasi bahwa ia adalah seorang perempuan
sundal yang rumahnya menempel pada tembok kota Yeriko (Yos. 2:1, 15). Tentu sebutan
perempuan sundal ini bukanlah sesuatu yang membahagiakan apalagi membanggakan bagi
Rahab waktu itu yang menjalani profesi sebagai perempuan sundal, pastinya sering
dipandang sebelah mata, menjadi bahan gosip hingga dijauhi para wanita karena dianggap
penggoda suaminya. Sebuah kondisi yang sangat baik digambarkan oleh David Wheeler-
Reed dan rekan yang melihat perderitaan bahkan pelecehan baik secara emosional bahkan
mungkin seksual pastilah sangat sering dirasakan oleh Rahab (Wheeler-Reed et al., 2018, p.
383). Namun, jika membaca dengan cermat gambaran dari Yosua 2 terkait Rahab ini,
sepertinya dengan sangat mudah ia menghianati kota yang selama ini ditinggalinya ataupun
bangsanya. Rahab dengan mudah berkhianat, bahkan ketika sang raja bertanya terkait kedua
pengintai itu.

11
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

Apakah gerangan yang menjadi pemicu sehingga Rahab begitu mudah melakukan
penghianatan ini? Menilik kehidupan yang dia jalani sebagai perempuan sundal, jika
mengeser sedikit saja sorotan pada yang dialami oleh Rahab ataupun keluarganya yang
terkait profesinya sebagai perempuan sundal, maka sangat mungkin atau jika memakai istilah
hukum masa kini patut di duga secara emosional Rahab begitu terluka dengan perlakuan
orang Yerikho terkait diri dan keluarganya (Edwards & Stiebert, 2019, p. 280). Kadang,
seseorang sanggup menanggung banyak penderitaan bahkan penghinaan jika hal itu terkait
dirinya, tetapi akan menjadi berbeda jika hal itu dialamatkan kepada orang yang dia sayangi
seumpama kedua orang tua, anak, atau saudara yang dihina. Sangat besar kemungkinan
kedua orang tua dan saudaranya menanggung penghinaan atau dijadikan bahan olok-olok
oleh orang Yerikho hingga Rahab mengambil jalan membalas dendam melalui tangan orang
Israel.
Tindakan Rahab yang menyembunyikan kedua pengintai utusan Yosua ini adalah
tindakan yang sangat beresiko baik bagi dia, keluarga, maupun kerabatnya. Pada masa itu,
jika ada yang berkhianat maka bukan dia saja yang menanggungnya melainkan juga seluruh
keluarganya. Namun Rahab mengambil resemua resiko itu. Jika menelisik alasan dari mana
datangnya keberanian ini, maka merujuk catatan Alkitab tentunya yang menjadi alasan utama
Rahab menolong kedua pengintai itu dengan segala resikonya adalah karena telah tersebar
kabar bahwa Tuhan yang menyertai orang Israel adalah Tuhan yang kekuasaannya begitu
nyata hingga sanggup mengeringkan air laut bagi umatNya (Manurung, 2021, p. 54). Tentu
saja dalam peristiwa laut Teberau kering di sana juga di hukum penguasa Mesir dan
pasukannya yang ditenggelamkan oleh Allah di laut tersebut. Rahab dan penduduk Yerikho
memahami bahwa Tuhannya bangsa Israel yang begitu hebat itu, bukan sekedar berpihak
pada mereka melainkan memperlakukan bangsa Israel begitu sayang. Hal ini tentu sangat
membuat bangsa-bangsa sekitar ketakutan, sebuah bentuk ketakutan yang dibahasakan
dengan sangat baik oleh Nili Wazana yaitu membekukan hati sehingga tidak memiliki
keberanian untuk bertarung (Wazana, 2021, p. 100). Artinya Rahab pun menyadari bahwa
cepat atau lambat kota maupun bangsanya akan ditaklukan oleh umat pilihan.
Tentu, Rahab sebelumnya sangat sering didatangi oleh banyak tamu dari banyak
tempat yang menemui dirinya, jika cerita Rahab ini dihidupkan dalam konteks kekinian,
ketika kedua pengintai itu datang, Rahab barangkali menyambut mereka dengan perlakuan
khas wanita manja penakluk emosi pria serupa jurus Delila menaklukan Simson. Sembari
berupaya mengakrabkan diri dengan kedua pengintai itu sambil menggali informasi dari
mana mereka datang dan untuk kepentingan apa gerangan. Dengan sejarah panjang
pengalaman literasi dari pergaulan dengan para pengunjungnya, Rahab kemudian
menyimpulkan bahwa kedua orang ini adalah berasal dari bangsa yang Tuhannya
mengeringkan laut Teberau. Keputusan Rahab selanjutnya adalah berupaya terkoneksi
dengan kedua orang ini dan mendapatkan kepercayaan bahkan sumpah mereka. Mengikuti
alur pemahaman Darlene Weaver, barangkali pikir Rahab waktu itu, inilah saatnya sebuah
peluang sekali seumur hidup yang tidak boleh terlewatkan yang dia punya untuk memulai
kehidupan baru serta menyelamatkan dirinya dan keluarga besarnya (Weaver, 2019, p. 27).
Ada hal menarik yang patut dicermati tentang Rahab ini yaitu terkait dengan
ketaatannya. Rahab ingat benar isi sumpah kedua pengintai yang menyatakan bahwa jika
umat pilihan menyerang dan menaklukan kota ini, maka tidak akan memusnahkan siapapun
yang ada dalam rumah Rahab. Tetapi kedua penintai ini melanjutkan, jika ada saudara Rahab
yang terbunuh karena berada di luar rumah selama masa penaklukan itu, maka kedua
pengintai tidak bertanggung jawab atas kematiannya. Ketika Yerikho ditaklukkan, kedua
pengintai itu memasuki rumah Rahab untuk menyelamatkannya juga ada ayah, ibu, saudara-
saudaranya dan semua orang yang bersama dia (Yos. 6:23). Nomatter Sande menilai bahwa
selama invasi Yerikho, maka tempat teraman bagi Rahab dan kelaurganya adalah rumah
mereka (Sande, 2021, p. 1). Rahab beserta sanak saudaranya pun kemudian diberi tempat oleh

12
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

Yosua untuk tinggal di tengah-tengah umat pilihan. Sebuah permulaan baru dengan budaya
sosial yang baru, Rahab harus dengan cepat menyesuaikan diri.
Seiring berjalannya waktu, perubahan hidup Rahab sepertinya menarik perhatian
seorang pria bernama Salmon, ditambah faktor frekuensi pertemuan yang meningkat,
akhirnya Rahab menjalin hubungan sehidup semati bersama Salmon, melahirkan generasi
yang dipilih secara khusus oleh Allah yang darinya banyak raja, pemimpin hebat, hingga
Tuhan Yesus yang lahir dalam rupa manusia pun memilih garis keturunan yang ada
Rahabnya. Kisah Rahab yang seharusnya dimusnahkan, namun diterima dalam sebuah
komunitas baru ini juga dikomentari oleh Rick Wadholm sebagai implementasi hikmat Allah
yang maha tinggi (Wadholm, 2019, p. 202). Pilihannya untuk menyelamatkan kedua pengintai
itu, bisa jati merupakan pilihan terbijak yang pernah dibuatnya dalam hidup, justru
berdampak bukan sekedar pada perubahan status sosialnya, penerimaan komunitas yang
baru, atau sekedar mendapatkan tempat tinggal juga jodoh, melainkan menjadi jalan masuk
Rahab dalam rencana keselamatan yang Allah tawarkan bagi dunia. Di kemudian hari,
penulis kitab Ibrahi menilai tindakan yang dilakukan oleh Rahab yang menyelamatkan kedua
pengintai ini sebagai tindakan iman, sehingga Rahab serta keluarganya tidak turut
dibinasakan bersama-sama dengan orang durhaka (Ibr. 11:31). Rahab pun mendapatkan
tempat yang setara dengan banyak tokoh Alkitab lainnya dalam hal iman.
Pemaknaan Kaum Pentakostal
Tindakan yang lahir dari keyakinan iman adalah hal pertama yang kaum Pentakostal
lihat dari kisah hidup Rahab. Bertindak atas keyakinan iman sudah menjadi kebiasaan yang
boleh dibilang mendarah daging bagi kaum Pentakostal (Manurung & Rakim, 2022, p. 77).
Seumpama saja ketika ingin merintis pelayanan yang diutus oleh denominasi, biasanya para
pelayan di kalangan Pentakostal biasanya akan selalu siap, walaupun kadang hanya
bermodalkan dengkul dan doa saja untuk melayani ditempat yang baru. Hal ini tentu saja
tidak mengherankan seperti kata Amos Yong, ketika cinta dari Tuhan dan untuk Tuhan
menguasai orang percaya maka cinta tersebut akan memberdayakan serta berusaha untuk
dibagikan pada sesama (Yong, 2012, p. 113). Sepemahaman dengan itu, Miguel Alvares
menilai kaum Pentakostal sudah melatih diri untuk melakukan tindakan mengasihi maupun
menolong sesama yang lahir dari keyakinan iman sekaligus juga pengalaman iman sebagai
wujud cinta pada Allah dan sesama (Álvarez, 2020, p. 297). Walaupun pada masa kini, harus
diakui jujur seperti kata Adam White, di kalangan Pentakostal ada cukup banyak komunitas
yang mulai nyaman dengan kondisi ibadah di gedung besar dan berbagai fasilitas baik
lainnya, kesenangannya membenamkan diri pada pelayanan empat tembok gereja hingga
menutup diri serta tidak mau tahu akan isu-isu sosial di luar gereja (White, 2015, p. 117).
Terkait kisah Rahab, tindakan Rahab yang menolong kedua pengintai utusan Yosua,
bukanlah sekedar tindakan konyol, atau sekedar bertindak tanpa sesuatu yang melandasinya.
Melainkan, jika merujuk alur pemahaman kaum akademisi Pentakostal sebelumnya ataupun
rujukan narasi penulis Yosua dari hasil pembahasan, tindakan Rahab yang memberikan
pertolongan pada kedua pengintai itu, dikarenakan adanya keyakinan terkait kabar yang
beredar bahwa Allah yang menyertai orang Israel begitu nyata dan terlibat aktif dalam
kehidupan umatNya. Bahkan, membuat laut Teberau menjadi kering hanya untuk
memudahkan jalan umatNya dan menghukum Firaun. Keyakinan akan Allah yang begitu
nyata menyayangi umatNya inilah, kemudian ditengarai menjadi faktor utama yang
menggerakan Rahab untuk menolong kedua pengintai hingga berani menentang kekuasaan
raja Yerikho waktu itu.
Belajar taat adalah nilai penting lainnya yang dilihat oleh kaum Pentakostal terkait
dengan kisah Rahab ini. Zachary Tackett menelisik bahwa ketaatan kaum Pentakostal
sejatinya diawali dari kerinduan mereka untuk menghidupi Alkitab berdasarkan
visualisasinya tentang firman Tuhan tersebut (Tackett, 2020, p. 16). Dengan kata lain, Tackett
menilai ketaatan itu lahir dari inspirasi firman Tuhan yang ada di Alkitab. Ketaatan kaum

13
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

Pentakostal akan perkataan Allah yang tertulis di Alkitab ini yang akhirnya menginspirasi
kehidupan mereka, juga diakui secara terbuka oleh Siahaan sebagai karakteristik kaum
Pentakostal merujuk pada penelisikannya tentang jemaat awal (Siahaan, 2017, p. 12). Sutoyo
pun sepemahaman bahwa ketaatan yang berawal dari firman Tuhan telah menjadi habitat
bagi kaum Pentakostal dalam mengimplementasikan kehidupan iman mereka dalam
keseharian hidup (Sutoyo, 2018, p. 167).
Dalam perikop kisah Rahab ini, ketaatan Rahab dengan begitu apik ditonjolkan oleh
penulis kitab Yosua, di mana pada saat penaklukan kota Yerikho terjadi, Rahab beserta
seluruh kerabatnya berkumpul di dalam rumahnya. Sehingga ketika para pengintai itu
datang, mereka dengan mudah mengevakuasi Rahab, orang tua, maupun kerabatnya. Seperti
banya orang percaya pahami bahwa dalam perang hukumnya hanya satu yaitu membutuh
atau terbunuh, dalam situasi perang apalagi zaman Rahab hidup, ketika terjadi penaklukan
bisa jadi perang jarak dekat dengan menggunakan tombak dan pedang, sangatlah mungkin
membuat prajurit yang berperang mengayunkan tobak atau pedangnya ke segala arah demi
menghajar sebanyak mungkin lawan (Basdeo Hill, 2022, p. 198). Jika perang mulai sengit,
maka nafsu liar prajurit untuk mengalahkan lawan semakin menggebu. Hal ini tentunya akan
menjadi kesulitan tersendiri dalam proses penyelamatan. Jadi tergambar bahwa ketaatan
Rahab begitu membantu dalam proses penyelamatan mereka.
Pertobatan sejati merupakan hal lainnya yang dinilai penting oleh kaum Pentakostal
dari kisah Rahab ini. Caroline Redick memaknai sejatinya bagi kaum Pentakostal, pertobatan
merupakan elemen penting bagi kehidupan orang percaya dan tahapan pertobatan ini harus
dilalui agar mengalami kasih dan anugerah Allah (Redick, 2020, p. 260). Hal senada
dikumandangkan oleh Wolfgang Vondey yang melihat bahwa pertobatan sejatinya bukan
sekedar urusan keselamatan saja, melainkan juga sesuatu yang beririsan dengan peran orang
percaya dalam membawa kasih dan keadilan Allah bagi komunitas sekitar (Vondey, 2015, p.
201). Pentingnya pertobatan juga dikumandangkan oleh Manurung agar orang percaya
mengalami keselamatan, kemurahan, dan berbagai kebaikan dari Allah serta dapat maksimal
menjadi saluran dari kasih dan kebaikan Allah bagi sesama.(Manurung & Komaling, 2023, p.
21).
Seiring berjalannya waktu, pertobatan seseorang akan terlihat apakah dia sungguh-
sungguh bertobat atau hanya sekedar ucapan bibirnya saja. Seumpama ada yang menyatakan
bahwa dia pertobat dan rajin dalam persekutuan ibadah, namun perilakunya masih penikmat
judi, mabuk-mabukan, hidup dalam perzinahan dan hal yang menentang firman Tuhan
lainnya. Maka sejatinya kehidupan orang tersebut masih belumlah mengalami pertobatan.
Jika menilik dari dekat kehidupan Rahab, betul awalnya memang Rahab adalah seorang
perempuan sundal yang terbiasa mengobral tubuhnya demi memuaskan syawat pria hidung
belang. Namun, perjumpaannya dengan kedua pengintai telah merubah jalan hidupnya,
kemudian Rahab memulai hidup baru di antara umat Allah. Komunitas baru ini kemudian
merubah kebiasaan Rahab, dalam artian menjadikan Rahab pribadi yang berbeda. Alkitab
tidak pernah membahas lagi bahwa setelah pindah dan hidup di antara umat pilihan Allah,
Rahab terus menjajakan tubuhnya. Melainkan yang Alkitab bahas adalah bahwa di kemudian
hari Rahab mengukir namanya sebagai pahlawan iman setara dengan banyak pahlawan iman
lainnya (Ibr. 11). Rahab mengalami pertobatan sejati dari seorang pelacur berubah menjadi
orang beriman yang dikagumi dan dihormati oleh Alkitab.
Pilihan yang berdampak adalah pemaknaan lainnya yang kaum Pentakostal lihat dari
kisah Rahab ini. Merujuk pada penalaran Lisa Stephenson, sejatinya dari pengalaman orang
percaya bisa belajar banyak hal dan salah satu hal penting yang diajarkan pengalaman adalah
adanya dampak pada setiap pilihan yang orang percaya buat (Stephenson, 2019, p. 186).
Dampak pilihan pada keberlangsungan hidup orang percaya, juga dikumandangkan oleh
Hannah Matter yang menilai bahwa kegagalan memilih hal yang diinginkan Allah bisa
berdampak pada rusaknya hubungan baik dengan Allah, juga hilangnya kesempatan menjadi

14
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

maksimal dalam mengasihi dan berkarya bagi sesama (Mather, 2020, p. 179). Pentingnya
memilih yang benar oleh orang percaya agar bisa maksimal dalam melayani Tuhan dan
berguna bagi sesama, juga disuarakan oleh Yonatan Alex yang menilai bahwa ketika orang
percaya masih hidup dalam pilihan yang keliru, hal ini akan menghambat karya Roh dalam
hidupnya sehingga dia menjalani kehidupan yang tidak maksimal (Arifianto, 2020, p. 12).
Terkait kisah Rahab, pilihan yang telah Rahab buat jika dirunut dari awal di mulai dari
menerima kedua pengintai utusan Yosua, menolong menyembunyikan mereka ketika raja
Yerikho hendak membunuhnya, mentaati perintah kedua pengintai terkait keselamatan
dirinya maupun kerabatnya, bersedia tinggal di antara umat pilihan, hingga berumah tangga
dengan salah seorang pengintai yaitu Salmon. Dari pernikahan dengan Salmon ini kemudian
Rahab melahirkan Boas yang merupakan kakek dari Isai ayah raja Daud dan banyak
pemimpin lainnya hingga bayi Yesus ketika lahir pun dalam garis keturunannya. Pilihan demi
pilihan baik yang Rahab buat ini kemudian membawanya mengalami berbagai kebaikan dan
kemurahan Tuhan yang tercurah melimpah dalam hidupnya. Seperti kata Manurung, pilihan
baik yang orang percaya buat bisa menjadi benih yang akhirnya Allah lipat gandakan hingga
bisa menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang yang merasakan kasih juga kebaikan Allah
melalui hal itu (Manurung, 2022a, p. 71).

Implikasi
Iman merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya sebab
tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Hal ini bisa juga dimaknai bahwa
tanpa iman tidak mungkin orang bisa menyenangkan Allah. Kisah hidup Rahab mengajarkan
pentingnya sebuah tindakan yang lahir dari iman, yang dalam konteks masa kini orang
percaya bisa implikasikan dengan melatih diri bahwa segala jerit lelah dan keyakinan kita di
dalam Allah pasti tidak akan pernah sia-sia karena semuanya diperhitungkan oleh Allah.
Kisah ini juga mengajarkan belajar arti penting ketaatan yang diimplikasikan dengan melatih
serta membiasakan diri untuk tetap berpegang pada perintah Alkitab dan menjauhkan diri
dari setiap larangan Allah yang dicatat Alkitab. Seumpama saja ketika Alkitab menyatakan
jangan mencuri maka orang percaya tidak boleh mencuri. Nilai lainnya yang bisa
diimplikasikan dari kisah Rahab ini adalah role model bagi orang percaya tentang pertobatan
sejati. Pertobatan sejatinya terimplikasi pada sebuah perubahan hidup yang semakin dewasa
dan berbuah yang didalamnya nama Tuhan dimuliakan. Implikasi lainnya dalam kisah rahab
ini adalah pentingnya orang percaya bijaksana dalam bertindak karena setiap tindakan
haruslah berdampak pada kebaikan sesama bukan sekedar diri sendiri sehingga nama Tuhan
dimuliakan.

4. KESIMPULAN
Merujuk pada hasil pembahasan, pertolongan yang dilakukan oleh Rahab bagi kedua
pengintai merupakan tindakan yang lahir dari keyakinannya waktu itu bahwa Allah Israel
merupakan Allah yang begitu menyayangi serta peduli pada umat-Nya, tindakan Allah ini
telah membuat penduduk Yerikho ketakutan, Rahab pun memahami hanya masalah waktu
saja kota Yerikho akan ditaklukan oleh bangsa Israel. Pentingnya sikap taat merupakan nilai
lainnya yang dilihat kaum Pentakostal dalam kisah ini, ketaatan Rahab pada instruksi yang
diberikan oleh kedua pengintai membuat ia dan seluruh keluarga yang berada dirumahnya
selamat dari pembinasaan waktu penaklukan kota Yerikho. Kisah Rahab ini juga dimaknai
kaum Pentakostal sebagai contoh yang sangat baik terkait pertobatan, di mana Rahab yang
sebelumnya hidup dalam perbuatan yang begitu jauh dari kebenaran Allah karena profesinya
sebagai perempuan sundal, akhirnya hidup dalam komunitas ilahi bersama dengan bangsa
Israel. Nilai penting lainnya dari kisah Rahab ini yang orang percaya bisa teladani yaitu ada
dampak dari setiap pilihan yang orang percaya buat, Rahab sudah memilih hal yang baik
dalam hidupnya yang kemudian mengantarkan namanya menjadi wanita hebat yang dicatat

15
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

oleh Alkitab. Kiranya kisah Rahab ini juga bisa menginspirasi dan memotivasi para hamba
Tuhan untuk mengajarkan kepada jemaat pentingnya tentang kisah Rahab ini sebagai bagian
dari pembinaan kerohanian anggota jemaatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Álvarez, M. (2020). Mission in the Middle: Exploring Latin American Mission and
Hermeneutics. Journal of Pentecostal Theology, 29(2), 297–313.
https://doi.org/10.1163/17455251-02902007
Arifianto, Y. A. (2020). Kajian Biblikal tentang Manusia Rohani dan Manusia Duniawi.
JURNAL TERUNA BHAKTI, 3(1), 12–24. https://doi.org/10.47131/JTB.V3I1.51
Basdeo Hill, A. R. (2022). Dismembering Israel: The Downward Spiral of the Abuse of
Women in the Book of Judges. Journal of Pentecostal Theology, 31(2), 198–214.
https://doi.org/10.1163/17455251-BJA10038
Edwards, K., & Stiebert, J. (2019). Gender in Biblical Studies: A Brief Overview. Dead Sea
Discoveries, 26(3), 280–294. https://www.jstor.org/stable/26852248.
Hartono, T. (2022). Membaca Ulang Kisah Ester dalam Bingkai Kepemimpinan Perempuan
Kristen di Era Postmodern. XAIRETE Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2(1), 32–46.
https://e-journal.sttkai.ac.id/index.php/xairete/article/view/19
Manurung, K. (2021). Telaah Memaknai Penyertaan Allah Dalam Bingkai Teologi
Pentakosta. CHARISTHEO: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 54–69.
https://e-journal.anugrah.ac.id/index.php/JCH/article/view/9
Manurung, K. (2022a). Cara Pandang Kaum Pentakostal Mencermati Pelayanan Petrus Sang
Tokoh Kontraversi. DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika, 5(2), 71–83.
https://doi.org/https://doi.org/10.53547/diegesis.v5i2.270
Manurung, K. (2022b). Mencermati Penggunaan Metode Kualitatif Di Lingkungan Sekolah
Tinggi Teologi. FILADELFIA Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 3(1), 285–300.
https://doi.org/https://doi.org/10.55772/filadelfia.v3i1.48
Manurung, K. (2023). Rekonstruksi Karya Pneumatologis Dalam Bingkai Aktivisme Sosial
Pentakostal Di Indonesia. DUNAMIS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 7(2), 943–
954. https://doi.org/https://doi.org/10.30648/dun.v7i2.788
Manurung, K., & Komaling, H. W. (2023). Mendalami Frasa Lebih Berbahagia Memberi
daripada Menerima dalam Aplikasi Kaum Pentakostal. EPIGNOSIS Jurnal Pendidikan
Kristiani Dan Teologi, 2(1), 21–33.
https://doi.org/https://doi.org/10.58232/epignosis.v2i1.26
Manurung, K., & Rakim, R. (2022). Refleksi Teologis Kisah Pergumulan Yakub dan Allah
dari Bingkai Kaum Pentakostal. TELEIOS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen,
2(2), 77–88. https://doi.org/10.53674/TELEIOS.V2I2.47
Margianto, A. (2017). Yahwe, Tuhan Dalam Alkitab Teologi Perjanjian Lama Bernhard Lang.
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Dan Musik Gereja,
1(01), 127–143. https://doi.org/10.37368/ja.v1i01.91
Maria Kapojos, S., Wijaya, H., Kasih Setia Allah Terhadap Kesetiaan Rut, P., Teologi Injili
dan Pembinaan Warga Jemaat, J., Wijaya Sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar Jalan
Gunung Merapi, H., & Selatan, S. (2018). Perwujudan Kasih Setia Allah Terhadap
Kesetiaan Rut. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 2(2), 99–104.
https://doi.org/10.46445/EJTI.V2I2.107
Mather, H. R. K. (2020). Affect, Ethics, and Cognition: A Renewal Perspective on the Spirit’s
Role in the Interpretation of Scripture. Journal of Pentecostal Theology, 29(2), 179–193.
https://doi.org/10.1163/17455251-BJA10003
Novalina, M. (2020). Keliru-Tafsir Dunia Barat Dalam Membaca Kitab Suci: Menyingkap
Selubung-Selubung Kultural Yang Dapat Menyesatkan Dalam Memahami Alkitab.
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen Dan Musik Gereja,

16
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

4(2), 236–247. https://doi.org/10.37368/ja.v4i2.173


Paik, S. J., Choe, S. M. M., Otto, W. J., & Rahman, Z. (2018). Learning About the Lives and
Early Experiences of Notable Asian American Women: Productive Giftedness,
Childhood Traits, and Supportive Conditions. Journal for the Education of the Gifted, 41(2),
160–192. https://doi.org/10.1177/0162353218763927
Quesada, J. J. (2018). Rebekah: Model matriarch. Review & Expositor, 115(4), 559–564.
https://doi.org/10.1177/0034637318794372
Redick, C. R. (2020). Glory beyond the Camp: Festival, Liminality, and Repentance in the
Charismatic Revival. Journal of Pentecostal Theology, 29(2), 260–274.
https://doi.org/10.1163/17455251-02902005
Sande, N. (2021). Fluid Theologies: Shifts and Changes of African Pentecostalism. Journal for
the Study of Religion, 34(2), 1–20. https://www.jstor.org/stable/27117888.
Siahaan, H. E. R. (2017). Karakteristik Pentakostalisme Menurut Kisah Para Rasul.
DUNAMIS: Jurnal Penelitian Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2(1), 12.
https://doi.org/10.30648/dun.v2i1.132
Siahaan, H. E. R. (2018). Presuposisi Kitab Kisah Para Rasul dalam Rancang Bangun Teologi
Pentakosta. Kurios, 4(1), 56. https://doi.org/10.30995/kur.v4i1.34
Stephenson, L. P. (2019). Pentecostalism and Experience: History, Theology, and Practice.
Journal of Pentecostal Theology, 28(2), 186–201. https://doi.org/10.1163/17455251-
02802003
Sutoyo, D. (2018). Analisis Historis terhadap Teologi Gerakan Pentakostalisme. DUNAMIS:
Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2(2), 167. https://doi.org/10.30648/dun.v2i2.171
Tackett, Z. M. (2020). As people of the Gospel: Pentecostals’ use of scripture and the nature of
gospel. Journal of Pentecostal Theology, 29(1), 16–34. https://doi.org/10.1163/17455251-
02901002
Vondey, W. (2015). The Impact of Culture and Social Justice on Christian Formation in
Pentecostalism. Journal of Pentecostal Theology, 24(2), 201–216. https://doi.org/doi
10.1163/17455251-02402007
Wadholm, R. (2019). Discerning God in 1 Kings 3: Wisdom in High Places and Pentecostal
Praxis. Journal of Pentecostal Theology, 28(2), 202–214. https://doi.org/10.1163/17455251-
02802004
Wazana, N. (2021). The Fear Factor: The Motif of Fear in Joshua 1–12 in the Light of ANE
Sources. Die Welt Des Orients, 51(1), 100–115. https://www.jstor.org/stable/27095052.
Weaver, D. F. (2019). Christian Formation and Moral Pluralism: Challenges and
Opportunities. Studies in Christian Ethics, 33(1), 27–39.
https://doi.org/10.1177/0953946819884551
Wheeler-Reed, D., Knust, J. W., & Martin, D. B. (2018). Can a Man Commit πορνεία with His
Wife? Journal of Biblical Literature, 137(2), 383–398.
https://doi.org/10.15699/JBL.1372.2018.345030
White, A. (2015). Not in Lofty Speech or Media: A Reflection on Pentecostal Preaching in
Light of 1 Cor 2:1–5. Journal of Pentecostal Theology, 24(1), 117–135.
https://brill.com/view/journals/pent/24/1/article-
p117_10.xml?rskey=KzatCE&result=26
Yohanes, H. (2019). Tinjauan Kritis-Multifaset Terhadap Tuduhan Genosida Atas Catatan
Penaklukan Kuno Tanah Perjanjian. Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 18(2), 107–123.
https://doi.org/10.36421/veritas.v18i2.332
Yong, A. (2012). What’s Love Got to Do with It? The Sociology of Godly Love and the
Renewal of Modern Pentecostalism. Journal of Pentecostal Theology, 21(1), 113–134.
https://doi.org/DOI 10.1163/174552512X633321
Yong, A. (2020). Gladness and sympathetic joy: Gospel witness and the four noble truths in
dialogue. Missiology: An International Review, 48(3), 235–250.

17
Diakoneo: Journal of Community Service
Vol. 1, No. 1 (Juni, 2023)

https://doi.org/10.1177/0091829620937837
Zaluchu, S. E. (2019). Eksegesis Kisah Para Rasul 2:42-47 untuk Merumuskan Ciri Kehidupan
Rohani Jemaat Mula-mula di Yerusalem. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi Dan Pelayanan
Kristiani, 2(2), 72. https://doi.org/10.33991/epigraphe.v2i2.37
Zaluchu, S. E., & Seniwati, A. A. (2020). Analisis Konflik dalam Narasi Pertikaian Sara dan
Hagar dalam Kejadian 16:1-16. KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi, 6(2), 146.
https://doi.org/10.37196/kenosis.v6i2.190
Zaluchu, S., Waruwu, M., & Novalina, M. (2021). Batsyeba: dari selingkuhan menjadi ibu
Suri dan leluhur Kristus. Khazanah Theologia, 3(3), 161–170.
https://doi.org/10.15575/KT.V3I3.12710
ZHANG, H. (2021). What Does Divination Mean for Plato’s Socrates? On the Relationship
between Being and the Good. Revista Portuguesa de Filosofia, 77(1), 71–92.
https://www.jstor.org/stable/27007902

18

Anda mungkin juga menyukai