Dosen Pengampu :
Drs I G. Ngurah W. B., MHum
I Nyoman Cao, SSn., MHum
PROGRAM PASCASARJA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2012-2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
“Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNYA yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-NYA tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal, sebab Allah mengutus AnakNYA ke dalam dunia bukan
untuk menghakimi dunia, melainkan oleh Dia dunia diselamatkan” (Yohanes 3:16).
Dalam kepercayaan Kristiani Yesus Kristus adalah sebagai sosok maupun figur yang
sangat amat dihormati, dimuliakan, diagungkan dan disembah. Dimana Yesus Kristus adalah
Putra Allah yang Tunggal, yang telah diutus oleh Allah di Sorga untuk rela menunjukan Kasih
dan Cintanya kepada dunia ini. Selama Yesus berada di dunia, Yesus telah melakukan banyak
sekali mujizat-mujizat yang begitu menakjubkan seperti membangkitkan orang mati,
menyembuhkan orang sakit, menyembuhkan orang lumpuh, mengusir setan, meredakan badai,
dimana semua ini telah Yesus lakukan untuk menunjukan betapa Dia sangat amat mencintai
seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Yesus mau menunjukan semua ini karena Dia sangat
menginginkan semua manusia untuk mendapatkan sebuah keselamatan kekal untuk bisa hidup
kekal di Sorga bersamaNYA. Yesus tidak ingin manusia akan jatuh binasa kedalam api neraka.
Dia melakukan mujizat – mujizat ini bukan hanya sekedar untuk menunjukan kehebatan –
kehebatanNYA saja melainkan untuk menunjukan cintaNya yang tak terbatas pada seluruh umat
manusia melalui kuasaNya, dimana Yesus telah melakukan mujizat dahulu, sekarang, dan
selama-lamanya.
Dalam pandangan agama Kristen, Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan jalan
kebenaran. Dimana iman Kristen sangat meyakini pada apa yang tertulis dalam Alkitab, terlebih
pada pesan-pesan yang Yesus ajarkan dan sampaikan kepada 12 Rasul muridnya. Yesus Kristus
telah diyakini sebagai jembatan untuk mempersatukan hubungan antara manusia dengan Allah.
Iman Kristen sangat meyakini bahwa Yesus adalah Allah seperti yang dikatanNya berdasarkan
ayat-ayat Alkitab, antara lain sebagai berikut:
3
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang
Akhir.” (Wahyu 22:13).
Berdasarkan dari ayat-ayat di atas di sini Yesus menyatakan siapakah diri dan
pribadiNya. Dia menyatakan bahwa Dialah adalah jalan kebenaran dan hidup, bahkan Dia telah
menyatakan bahwa diriNya adalah satu dengan Allah. Seperti yang tertulis pada alinea di atas,
disinilah Allah telah menunjukkan KasihNya pada dunia ini dengan menghadirkan Yesus Kristus
untuk datang ke dunia, yang mewartakan kabar sukacita, kabar gembira tentang keselamatan
untuk semua manusia. Dimana Yesus Kristus adalah Penyelamat dunia yang telah diberi Kuasa
oleh Allah Bapa di Sorga untuk membebaskan seluruh umat manusia dari kebinasaan. Dimana
Yesus menginginkan semua manusia untuk bisa hidup kekal dan bahagia selama-lamanya. Arti
dari sebutan Penyelamat Dunia pada Yesus itu menandakan bahwa Ia adalah Gembala yang
Baik, Jalan Kebenaran, dan Hidup, yang berarti Yesus membimbing dan melindungi domba-
domban-Nya. Gambaran tentang Gembala yang Baik ini merupakan salah satu gambaran yang
paling indah dalam Kitab Suci, yang digunakan oleh umat Kristiani untuk memahami belas-kasih
Yesus. Sedangkan arti dari Jalan Kebenaran dan Hidup yaitu Yesus adalah jalan Allah, yang
membawa manusia menuju kebenaran dari Allah dan hidup yang kekal 1.
Dalam seni musik, Yesus telah menjadi sumber inspirasi bagi semua para seniman musik.
Dimana mereka berusaha mengungkapkan nilai-nilai kebenaran berdasarkan yang ditulis di
Alkitab tentang kehidupan, ajaran, dan karya-karya penyelamatanNya. Para seniman musik telah
mengungkapkan kekagumannya pada Yesus dalam sebuah karya-karya komposisi musik yang
1
Thomas Michel, S.J., Pokok-pokok Iman Kristiani (Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2011) Hal 57.
4
digubahnya, guna untuk membangun iman-iman yang dimiliki semua orang (khususnya orang –
orang Kristiani) dalam penghayatan iman mereka melalui pendekatan pada musik. Dimana
Yesus sangat berpengaruh bagi perkembangan seni musik yang pada akhirnya menjadi sebuah
musik gereja.
B. Originalitas
2
Joseph Machlis, The Enjoyment of Music: An Introduction to Perceptive listening, (New York: W. W. Norton &
Company. INC, 1955) Hal 44.
5
Mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus telah ditulis oleh 4 Injil, yaitu Matius, Markus,
Lukas, Yohanes. Keempat Injil inilah mencatat sebagai bukti dari Keajaiban – keajaiban
yang Yesus lakukan selama Dia berkarya di dunia.
Injil Matius
Injil Markus
Injil Lukas
Yesus melepaskan diri dari orang-orang yang hendak mencelakakan Dia (Lukas 4:28-30)
Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang lain (Lukas 4:38-41)
Yesus memanggil Petrus dan saudaranya (Lukas 5:1-11)*Yesus melakukan mujizat melalui
Simon
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Lukas 5:12-16)
Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26)
7
Injil Yohanes
Banyak para teologi mengemukakan bahwa mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus
ini bukan semata-mata Dia menunjukan kehebatanNya saja, melainkan Yesus menunjukkan
CintaNya kepada seluruh umat manusia sebagai wujud – teladan dari Hamba Allah. Dari sinilah
Yesus dapat dikatakan sebagai penyelamat dunia, dan membebaskan manusia dari dosa – maut.
8
C. Tujuan Penciptaan
1. Untuk berterima kasih dan mengucapkan syukur kepada Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dunia, berdasarkan visi-misiNya yang telah dilakukan untuk menunjukkan
CintaNya.
2. Dapat mentrasformasikan musik ke dalam sebuah bentuk / struktur musik baru yang
sesuai dengan hasrat ide dan gagasan penciptaan.
3. Dapat menerapkan pembelajaran musik gereja ke dalam proses penciptaan komposisi
musik yang baru.
D. Manfaat Penciptaan
1. Sebagai motivasi maupun dorongan untuk meningkatkan iman dan ketakwaan seluruh
umat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sebagai acuan dari proses penciptaan.
3. Sebagai pembelajaran dan refrensi bagi semua seniman, akademis, pecinta, dan penikmat
musik.
9
BAB II
Landasan Penciptaan
1. Konsep Harmoni
Pada penggarapan karya ini konsep harmoni yang digunakan sebagai landasan
menggunakan harmoni akord primary triads, trinada mayor (tonika), harmoni sekwen,
dan polychord. Penempatan pada akord ini dikombinasikan yang sesuai dengan gerakan
melodi, dan disusun pada penempatan secara vertikal. Adapun penjelasan singkat
mengenai basic dari keempat harmoni tersebut:
Akord I dan akord V (akord tonika dan dominan) merupakan pusat harmoni
dalam bahasa tonal. Dan gerakan dari V ke I merupakan fondasi yang sebagian besar
mereka adalah bangunan progressi tonal. Ikatan diantara dominan dan tonika begitu jelas
bahkan ketika didengar, seperti contoh dibawah ini, dimana progressi terdengar diluar
konteks karya musik. Hanya dimulai, akord dominan pada contoh dibawah ini telah
10
mempunyai kapasitas untuk membuat suara yang kita senangi sebagai tonika. I, V, dan I
bukan merupakan harmoni yang terpencil, tetapi sebuah progressi harmoni dengan
sebuah dorongan yang kuat menuju sebuah tujuan stabillitas harmoni. I menuju ke V
adalah sebuah keberangkatan dari tonika; V menuju ke I merupakan kembalinya yang
menuju ke tonika sebagai sebuah tujuan.
Gambar 1
adalah konsonan dengan suara tonik dan penggabunga tonika dalam keanggotaan yang
sedang berlangsung pada trisuara satu ataupun lebih. Di pengertian setiap harmoni, setiap
tiga suara diisikan kedua langkah skala 2 dan 7 yang kemungkinan besar akan terdengar
sebagai kedatangan dari tonika.
Paradoksnya tingkat skala yang menjelaskan mengapa V adalah sebuah
keberangkatan dari I dalam sebuah pengertian harmoni juga dijelaskan bagaimana V
merupakan penutup konseksi pada I dalam sebuah pengertian melodi. Langkah-langkah
skala 2 dan 7 merupakan kedua langkah yang direlasikan pada tonika. Pada gambar
contoh 1, B (langkah skala 7) terjadi dalam sebuah garis melodi diantara C’s. Contoh
gambar 2 tempat D (langkah skala 2) dalam sebuah posisi yang mirip / similar.
Gambar 2
Progressi yang merealisasikan penggunaan akord V dengan menambah nada
yang dianggap sebagai melodi
Sebuah suara melodi telah diketahui oleh langkah dan kemudian dikembalikan
pada keaslian suara sebagai sebuah tetangga. Nada B pada contoh gambar 1 dan 2 dan
kemudian D pada contoh gambar 2 merupakan tetangga pada tonika. Nada D pada
gambar 1 adalah sebuah tetangga pada langkah skala 3. Langkah skala 2 juga dapat
terjadi pada progressi tonika-dominan-tonika dalam sebuah langkah stepwise
dihubungkan langkah skala 1 dan 3, sebagai penampilan pada contoh gambar 3. Sebuah
suara melodi dihubungkan dengan dua perbedaan suara opeh sebuah garis stepwise yang
diketahui sebagai sebuah nada lewat / passing tone. Nada D pada gambar 4 melewati
antara C dan E.
12
Gambar 3
Gambar 4
Tetapi tidak semua nada-nada di akord V bergerak oleh langkah pada nada I
dalam progressi dari V ke I. Disana terdapat sebuah lompatan pada bagian terendah dari
langkah skala 5 ke langkah skala 1 (dari G ke C pada contoh gambar 1, 2, 3, 4). Namun
bahkan lompatan ini menguatkan koneksi antara V dan I. Skala langkah 5 dan 1
merupakan kedua anggota di trisuara tonika. Dan demikian garis arpeggiation ini
menguaraikan interval trisuara tonika.
Yang perlu diperhatikan bahwa tonika dan dominan merupakan akord-akord yang
sebagian besar seringkali terjadi di banyak musik tonal dan juga akan memberi definisi
kunci tonika. Akord subdominant mungkin tidak seringkali terjadi, tetapi ini dapat giliran
sebagai sebuah model untuk akord-akord lain yang merupakan persiapan dominan atau
elaborasi harmoni tonika. Karena akord I, IV, V, bersama dengan interaksi diantara
mereka, merupakan model yang sesuai kita dapat memahami fungsi sebagian besar yang
lain harmoni dan progressi tonal, tiga akord ini telah diketahui sebagai trisuara primary.
Kemungkinan besar kita mengakhiri akord-akord tonika, dan subdominant dan
bergerak dari satu ke progressi yang lain diarahkan menuju sebuah tujuan harmoni di
setiap kombinasi dominan ke subdominant.
13
Subdominan
Tonika Tonika
Dominan
Ini bukan berarti bahwa akord V tidak dapat dilakukan atau berjakan menuju
akord IV. Akord V ke IV telah ditemukan di musik tonal dalam semua periode.
Melodi utama terletak pada horn 1, dimana gerakan akord trinada di atas
(G-Es-Gis-B-Fis-C-Gis-B-A) tetap pada posisi akord tonika, meski gerakan
melodi utama seolah-olah bergerak mengarah kepada progresi akord non tonika.
Secara keseluruhan wujud dari gerakan melodi tersebut diaplikasikan pada
susunan secara vertikal/paraler.
14
Harmoni Sekwen
Progresi ini adalah urutan harmonik. Sebuah sekwen harmoni adalah
sebuah urutan serangkaian akord di mana akord atau akor secara sistematis
dialihkan dengan interval tertentu. Banyak progressi dalam kosakata harmoni
merupakan harmoni sekwen seperti VI-II-V-I (gerakan posisi dasar yang turun
pada akord lima) dan empat pertama akord dalam I2 – VI2 – IV2 – II2 – V6 – I. Dalam
harmoni sekwen ini, setiap individu harmoni sepenuhnya bersifat fungsional -
yaitu, dimana akord bertindak dengan makna fungsional. Dalam progresi
tersebut, fakta menjelaskan bahwa suatu perkembangan dalam gerakan tersebut
merupakan sebuah urutan yang tidak mengubah arti / fungsi dari setiap masing-
masing harmoni 3. Jadi dalam buku Joel Lester “Harmony in Tonal Music”
dijelaskan bahwa setiap gerakan pada progressi secara sekwen tidak
meninggalkan / menghilangkan suatu kaidah / esensi dari peran harmoni
berdasarkan gerakan melodi utama dalam karya musik tetapi tetap memiliki
fungsi sebagai suatu development pada setiap wilayah penempatan nada.
Harmoni sekwen dalam Joel Lester ini dijadikan sebagai acuan oleh
penulis untuk mewujudkan gagasan dalam gerakan siklus sekwen, dimana
3
Joel Lester. Harmony in Tonal Music Volume I: Diatonic Practices (New York: The City College of The City
University of New York, 1981) hal. 297
15
gerakan siklus ini sebagai suatu kepadatan pada intensitas dalam wilayah
pengembangan untuk mewujudkan aspek ketebalan tone colour yang
dikombinasikan pada pengembangan wilayah melalui gerakan interval dari
melodi utama. Pengaplikasian pada gerakan harmoni sekwen ini diwujudkan
secara vertikal / berdasarkan pada siklus melodi.
Contoh Sonata Piano Mozart, K. 545, Gerakan I, berikut ini merupakan pola sekwen yang ada dalam
Sonata ini.
Pengaplikasian harmoni sekwen dari karya penulis pada gerakan I, dimana siklus sekwen berangsur-angsur
semakin meningkat. Melodi utama dimainkan oleh 2 instrumen trompet dengan jarak interval terts
16
Polychord
4
Persichetti, Vincent. Twentieth Century Harmony, Creative Aspects and Practice. (London: Prentine-Rusell
Square, 1961) hal 135.
5
Ibid., hal 136
17
Sedangkan pengembangan polychord sendiri lebih mengarah pada gerakan chordal secara
langsung, dimana sebuah relasi antara akord konsonan maupun disonan terbentuk dalam
keintiman pada setiap wilayah. Yang perlu diketahui adalah “Sebuah hubungan antara
nada rendah dan nada tinggi dalam polychord begitu penting. Di luar konsonan
resonansi suara yang lebar begitu efektif melalui sebuah formasi dan suara di luar
disonan juga melakukan hal yang sama seperti pada wilayah konsonan” 6.
6
Ibid., hal 137
18
banyak mujizat yang pada akhirnya terjadi suatu perubahan kepada jutaan, ribuan orang
untuk bertobat dan semakin mengasihi Kasih Karunia Allah.
Relasi Yesus dengan musik yaitu dapat dilihat dari ketidakterbatasan Yesus saat
melakukan mujizat. Dahulu, sekarang, dan selamanya. Demikian sama halnya dengan
musik, yang memiliki ketidakterbatasan dalam mengeksplorasi setiap bunyi, suara,
timbre, yang pada akhirnya menjadi free form / bentuk struktur musik yang bebas, dan
memiliki warna suara yang kompleks, variatif, brilliant. Setiap orang yang mendengar
ataupun mengamatinya akan terjadi stimulus yang sangat personal untuk mengamati
setiap daya tarik / respon yang dialaminya. Wujud dari bunyi musik itupun pada
masyarakat awam khususnya sangat dapat menimbulkan suatu prasangka / dugaan yang
diluar batas kemampuan manusia berpikir; misalnya timbulah suatu pertanyaan dari
setiap orang saat mendengar musik yang memiliki intentitas dalam konteks teknik yang
tinggi, orang itu akan bertanya “Bagaimana seorang musisi bisa memainkan nada-nada
yang bertempo cepat?, Bagaimana pencipta musik itu bisa mengatur / memadukan bunyi-
bunyi dari berbagai macam alat musik?”. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang merupakan
wujud dari reaksi respon masyarakat atas kekagumannya kepada musik.
Dimana keduanya ini sama-sama memiliki suatu keterkaitan yang real, meski
berbeda dalam cara mewujudkan / mengaplikasikannya. Yang harus diketahui bahwa
keduanya ini merupakan rekayasa yang sepenuhnya terbentuk karena faktor kesengajaan.
Bukan karena faktor kebetulan walaupun itu sedikit banyak sering juga berpengaruh.
19
BAB III
Pembahasan
A. Konsep Penciptaan
Pengembangan dari setiap unsur musik ini sebagian besar diaplikasikan pada
penggunaan chordal dan juga terdapat sedikit penggunaaan teknik kontrapung, dimana
kinerja unsur musik dalam penggarapan ini akan mewujudkan suatu kesan / pesan yang
bersifat dramatis, empiris dari unsur musikal yang dianalogikan terhadap pendekatan
nilai spiritual (teologi Kristiani). Konsep bentuk musik ini akan berangkat dari konsep
musik gereja yang meliputi oratorio, misa, kantata, pasio7, dimana konsep bentuk ini
merupakan bentuk yang lazim pada perkembangan awal musik gereja. Meski berangkat
dari konsep musik tonal pada awal perkembangan musik gereja beserta materi-materinya,
7
Oratorio (Historia, Dramma sacra) merupakan suatu karya musik dengan syair rohani dan struktur dramatis dengan
pembagian peran pada sejumlah solis, namun tanpa dipentaskan di. panggung (dengan dekor, kostum).
Kantata (berasal dari kata Italia cantare, “untuk bernyanyi”). Sebuah lagu yang digarap untuk vokal, paduan suara,
dan nstrumen yang berbasis pada cerita puitis yang merupakan salah satu dari musik religius maupun musik
duniawi. Pada umumnya terdiri dari beberapa bagian seperti aria, recitative, duet, dan choir.
Passio adalah musik yang menceritakan tentang Penyaliban Yesus Kristus yang diambil dari salah satu dari empat
Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes)
Missa adalah suatu bentuk ritual dari Gereja Katolik Roma yang merupakan sebuah symbol untuk mengenang
tentang pengorbanan Kristus. Dalam musik gereja Misa terdiri dari 5 bagian, yaitu Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus,
Agnus Dei.
20
tentunya penulis akan mewujudkan suatu pendekatan secara subyektif / personal melalui
pengaplikasian dalam garapan pada beberapa wilayah pengembangan yang menggunakan
unsur-unsur musik tersebut.
B. Analisa Karya
Secara penjelasan analisa musik, karya ini memiliki bentuk / form A-B-C-A’. Bentuk
ini merupakan suatu tekstur yang utuh dari karya ini, dan bersifat begitu bebas, meskipun
struktur tidak berjalan secara simetris. Terdapat tiga tema utama dari setiap bagian wilayah
tersebut. Ketiga tema ini pada mulanya bersifat sangat integral, kemudian menjadi suatu
korelasi antar bagian yang pada akhirnya memberikan suatu kontribusi pada setiap siklus
yang terus berjalan secara dinamis. Setiap bagian akan menganalogikan isi / maksud tentang
visi / misi karya penyelamatan Yesus Kristus dengan unsur-unsur musikal yang
menggambarkan arti dari sebutan Yesus sebagai Penyelamat Dunia (untuk mengartikan
penulisan judul dalam karya ini di luar unsur musik). Melodi pada mulanya lebih
mengarahkan kepada suatu sifat panggilan yang bergerak secara linier dengan tambahan
suatu aksentuasi. Dimana pada gerakan melodi ini penulis menggambarkan tentang tujuan /
suatu visi yang dianugrahkan Allah kepada dunia dengan mengutus Yesus Kristus untuk
mewartakan kabar keselamatan. Motif secara khusus yang digunakan menggunakan sistem
8
interval perfect yang berjalan secara vertikal / linier. Penggunaan interval perfect pada
motif dasar ini secara audio akan terbayang suatu pencerahan, dimana dalam pencerahan ini
penulis mendasarkan pada apa yang Yesus katakan sendiri bahwa “Akulah Terang”
(Yohanes 9:5). Terang adalah suatu cahaya, dan dimana cahaya itu akan terlihat ketika
bangun di pagi hari. Dalam arti mistik, cahaya adalah sesuatu yang kita lihat ketika jiwa kita
bangun. Cahaya memberi kehidupan, dan menujukan jalan di tengah-tengah kegelapan.
Disinilah Yesus menyatakan DiriNya adalah cahaya kehidupan yang selalu menerangi dan
mencerahkan jalan kehidupan setiap orang 9.
8
Interval perfect itu terdiri dari interval Prim, Quart, Quint, dan oktaf. Penggunaan interval ini sering kali mengacu
pada nuansa mayor, yang akan menghasilkan bunyi yang berkesan sangat cerah. Dalam motif awal ini penulis
menggunakan interval quint pada nada Bes dan nada F.
9
Deepak Chopra., The Third Jesus, (Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2011) hal 21
21
Notasi ini merupakan motif utama sebagai khasanah dalam karya ini yang pada
akhirnya akan dikombinasikan pada susunan polifoni10 maupun monofon11, dengan suatu
pengembangan pada setiap wilayah yang akhrinya bersifat secara otonom, meski terdapat
pada beberapa repetisi yang bergerak secara linier. Sedangkan gerakan yang bersifat
polifoni dengan pengembangan secara kontrapung yang bergerak secara imitasi
merupakan suatu dialog antar instrumen.
Horn in F 1
Horn in F 2
Trumpet in Bes 1
Trumpet in Bes 2
Trombone
Tuba
Organ (Keyboard)
10
Polifoni berarti sekumpulan musik yang terdiri banyak suara.
11
Monofon berarti suatu suara yang bermelodi tunggal
22
Notasi 1
Diawali dalam tangganada Bes mayor, tema 1 dimainkan oleh 2 horn secara
unison kemudian repetisi tema dimainkan oleh 2 trumpet, yang berawal dari suatu motif
yang dikembangkan secara repetisi pada 2 instrumen yang berbeda dan pada akhirnya
menjadi sebuah semifrase.
Notasi 2
akhir dari semifrase 1 diakhiri dengan akord Bes mayor sebagai tonika. Semifrase 2 juga
mengalami hal yang sama khususnya dalam pergerakan harmoni, namun terdapat
perbedaan dengan semifrase 1, dimana akhir semifrase 2 direpetisi dengan tambahan 1
birama.
Notasi 3
Notasi 4
Notasi 5
Terdapat dua nuansa yang berbeda pada wilayah tema 2 ini; yang pertama
bertempo lambat, sedangkan yang kedua bertempo allegro. Pada tempo lambat ritme
yang berperan sebagai counter menggunakan nada 1/2-1/4, untuk mewujudkan
gelombang yang berjalan begitu tenang, sedangkan pada bagian cepat counter pada
instrumen lain menggunakan keseimbangan antara nada 1/2-1/4-1/8. Guna untuk
mewujudkan nuansa homofoni pada bagian cepat ini, dalam bagian cepat terdapat
perubahan tangganada (dari G mayor – Bes mayor).
Notasi 6
Pada bagian cepat ini pengembangan tema muncul sebagai pola frase, frase tanya
– frase jawab dimana telah dibentuk menjadi suatu periode (birama 37-45 frase tanya,
birama 46-55).
Notasi 7
Tema 2 yang dimainkan dengan bagian cepat dan membentuk sebuah frase
27
Tema 2 dimunculkan pada awal birama 27. Tema kedua dikembangkan dengan
menggunakan pola kontrapung yang terjadi sebuah imitasi antar instrumen (horn 2 – horn
1, trumpet 1 - horn 1 – trumpet 1), yang memainkan tema 2. Dimana teknik kontrapung
dalam pengembangan tema 2 ini tetap dalam wilayah tangganada D mayor.
Akhir dari tema 2 diakhiri dengan gerakan paraler antar keenam instrument brass,
yang bergerak secara sekwen dimana terdapat pengembangan akord tonika yang
didasarkan pada letak nada dari melodi utama (horn 1), dalam peletakan akord tonika
pada wilayah ini akan mengarah pada sistem open – close seperti yang dikemukakan oleh
12
Gustav Strobe . Dimana sistem ini membantu untuk mengolah setiap chord (tonika,
subdominant, dominan) untuk menambah keluasan gerakan harmonisasi,
Sebagai contoh pada akhir dari tema 2; melodi utama pada nada F, Ges, Ges, Ges,
G, G, Ges, Ges.
Notasi 8
Akhir dari tema 2 diakhiri dengan gerakan paraler antar keenam instrument brass
12
Gustav Strube. Theory and Use of Chords – A Text Book of Harmony. USA: Oliver Ditson Company, 1928. Hal 8
28
Dimunculkan gerakan sekwen yang merepetisi akhir dari tema 2 pada bagian A
dengan instrumen organ, kemudian dimunculkan dengan pola yang sama pada 4 birama
berikutnya dengan perbedaan tangganada
Notasi 9
Dimana gerakan sekwen ini merupakan tema utama dari bagian B. Sebelum
memasuki bagian episode terdapat sebuah persiapan yang terdapat pada birama 70 – 80,
untuk mempersiapkan masuknya sebuah episode pada bagian B.
29
Notasi 10
Motif yang terdapat dalam sebuah episode tersebut merupakan motif yang bersifat
integral dan tidak menyinggung tema awal yang terdapat pada bagian A. Awal dari
bagian B (birama 60-80) merupakan suatu persiapan untuk memasuki episode dengan
sebuah tensi yang memiliki suatu sifat yang cukup simetris.
Episode pada bagian B terdapat sebuah motif utama yang pada akhirnya menjadi
sebuah frase yang terdiri dari semifrase yang berjalan tidak simetris. Dimana motif yang
terdapat pada Episode merupakan satu motif yang benar-benar bersifat integral. Melodi
dalam semifrase tersebut mendominasi sebagai melodi utama yang dimainkan oleh
instrumen trumpet 1.
Notasi 11
Notasi 12
Notasi 13
Bagian B diakhiri dengan sebuah resolusi yang identik seperti pada persiapan
awal bagian ini, dan dengan gerakan secara vertikal dari seluruh instrumen. Dimana
resolusi memunculkan pola motif yang sama seperti pada awal bagian B. Akhir dari
bagian B diselesaikan secara disolusi, untuk mengakhiri dan sekaligus menghubungkan
pada bagian C yang bertujuan untuk mempersatukan suatu korelasi antara bagian A dan
bagian B.
32
Notasi 14
Bagian C merupakan sebuah pengembangan dari karya ini yang berjalan begitu
leluasa. Dengan memadukan antara nuansa tonalitas dan politonalitas. Politonalitas pada
bagian ini menggunakan sistem polychord yang menggabungkan berbagai macam akord
yang berbeda dengan gerakan secara verikal. Dimana penggunaan polychord pada bagian
pengembangan ini untuk mewujudkan nuansa disonan sebagai keluasan space dalam
setiap siklus gerakan pada wilayah pengembangan ini. Terdapat sedikit keseimbangan
antara nuansa konsonan dan disonan, dimana keduanya ini dikonstruksikan untuk
menunjukan kesamaan status dari kedua nuansa tersebut. Konstruksi dari bagian
pengembangan ini direalisasikan sebagai suatu direksi space yang menjadi kesan variatif
dalam mewujudkan warna suara yang mempersatukan kesamaan peranan – fungsi dari
kedua nuansa tersebut dengan sebuah siklus yang berjalan secara dinamis.
Bagian C diawali pada birama 114 dengan instrumen solo organ yang memainkan
gerakan polychord dari berbagai macam sistem mayor minor – diminished aughmented.
Diawali pada nuansa C mayor (tonika), dimana C mayor merupakan sebuah sustain yang
diaplikasikan pada 4 birama tersebut (birama 114-117). Polychord pada 4 birama awal
bagian C tersebut antara lain yaitu; C – Des – E – G – F – C9 – C augh – C – D – Es –
Fis – B – A – E9 – Fis mayor sebagai tonika / Keseluruhan chord ini tetap
ditransendenkan pada pedalpoint C mayor meski siklus gerakan menuju pada sebuah
interval tonika yang bergerak secara inversi. Sedangkan 3 birama berikutnya (birama
118-120) siklus berangsur-angsur semakin menurun. Birama 118 mengimitasi sedikit
pola yang sama pada birama 114, tetapi hanya terdapat satu birama saja yang kemudian
bergerak secara inversi dari kedua clef tersebut. Chord yang terdapat dalam 3 birama
terakhir tersebut antara lain yaitu; F – C – Bes – As - Des (Sustain pada Chord F –
tonika), A – G – F – Bes mayor tonika (bergerak secara paraler dari kedua clef tersebut),
D/C – A/Bes – F/Ges – Gm/Es.
34
Notasi 15
Kemudian disusul dengan instrumen brass yang bergerak secara imitasi dari suatu
figur, dengan menggunakan interval mini secondary kemudian berkembang secara
kromatis dan pada akhrinya menjadi pola cluster dengan mencampurkan segala macam
susunan nada yang tidak beraturan. Tema utama bagian B juga dimunculkan kembali
pada bagian development dengan sebuah modifikasi yang sedikit berbeda dari bagian B.
Modifikasi tersebut yaitu, dikembangkan secara stretto dengan teknik kontrapung, antar
gerakan instrumen brass yang paraler juga organ yang memainkan pola block-chord,
dimana pola harmoni pada wilayah ini memiliki kesamaan terhadap pola harmoni pada
bagian B.
Notasi 16
Brass yang memainkan interval mini secondary, kemudian menjadi nuansa cluster
35
Sebelum memasuki motif utama pada bagian C dimunculkan kembali tema utama
dari bagian C yang dikemas menggunakan teknik kontrapung, dimana teknik tersebut
dilakukan dengan menggunakan pola stretto yang saling merespon antara instrumen
organ dan instrumen brass.
Notasi 17
Notasi 18
Motif utama dimulai dari birama 135 yang dimainkan oleh 2 trumpet dalam
menggunakan jarak interval terts mayor, kemudian berangsur-angsur semakin meningkat
dengan gerakan siklus sekwen, kemudian diimitasi sekaligus diinterpelasi oleh instrumen
2 horn, 2 trumpet yang memainkan peran sebagai pedalpoint, sedangkan trombone – tuba
memainkan peran sebagai obligato untuk melengkapi keutuhan gestur dari motif yang
diimitasi oleh 2 horn, dimana pola imitasi pada nuansa konsonan ini terdapat pada birama
135 – 146.
Notasi 19
Birama 147 – 155 peletakan perpaduan antara akord tonal – polytonal telah
ditempatkan, dimana akord tonal dimainkan oleh instrumen brass sedangkan polytonal
dimainkan oleh organ. Perpaduan dari kedua chord ini disebut sebagai polychord, yang
menempatkan berbagai macam akord. Pola tersebut terus berjalan sampai pada birama
184. Sedangkan pada birama 185 – 201 sebagai transisi untuk menghantar pada disolusi
dari bagian development ini. Wilayah transisi kembali menggunakan nuansa tonalitas
yang dimunculkan oleh instrument organ, dengan gerakan sekwen yang memunculkan
akord tonika – dominan sebagai landasan utama dalam nuansa tonalitas. Dimana gerakan
akord trinada tersebut berangsur-angsur semakin meningkat sebagai resolusi untuk
kembali memunculkan khasanah tonalitas dalam karya ini. Akhir dari transisi
dimunculkan motif utama dengan pola yang sama pada wilayah awal bagian C, tensi dari
dari transisi berangsur semakin berkurang untuk memasuki wilayah postlude.
Notasi 20
Notasi 21
Notasi 22
Wilayah transisi yang menggunakan nuansa tonalitas, dimunculkan oleh instrument organ
brass dan organ dengan menggunakan pola vertikal / chordal yang terus ditransendenkan.
Dialog tersebut diawali dalam tangganada C mayor, kemudian gerakan berangsur –
angsur semakin meningkat dengan pola sekwen dan terdapat perubahan tangganada yang
disesuaikan dari gerakan melodi utama (birama 203 dalam C mayor, birama 204 dalam A
mayor, dan birama 205 dalam Es mayor), sedangkan 5 birama terakhir dari wilayah
postlude memunculkan kembali motif yang terdapat dalam episode pada bagian B, dan
diakhiri dalam akord D mayor sebagai tonika. Birama terakhir dari wilayah disolusi
merupakan suatu klimaks dengan sebuah range yang menghadirkan kesan leluasa dalam
satu akord (D mayor sebagai tonika).
Notasi 23
Notasi 24
Dimana tema 1 dari bagian A dimunculkan pada birama 213 – 219 dengan pola
yang identik seperti pada bagian tersebut. Birama 224 – 235 merupakan suatu kesatuan
yang direlasikan, dari bagian C dan bagian B yang menjadi suatu kesatuan sebagai akhir
dari wilayah postlude ini, dan diakhiri dengan sebuah kadens yang dinamakan kadens
41
plagal, dimana 3 birama terakhir jatuh pada posisi akord A mayor sebagai subdominant
dan diakhiri dengan akord E mayor sebagai tonika.
42
KEPUSTAKAAN
Chopra, Deepak, (2011), The Third Jesus, PT Bhuana Ilmu Populer KelompokGramedia,
Jakarta.
Lester, Joel, (1981).Harmony in Tonal Music Volume I: Diatonic Practices. The City
College of The City University of New York. New York.
Persichetti, Vincent, (1961), Twentieth Century Harmony, Creative Aspects and Practice.
Prentine-Rusell Square, London.
Pr, E. Martasudjita, Edmund Prier Sj, Karl, (2009), Musik Gereja Zaman Sekarang,
Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta.
Strube, Gustav, (1928), Theory and Use of Chords – A Text Book of Harmony, Oliver
Ditson Company, USA