Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH KIMIA DASAR

DOSEN PENGAMPU:

Apt. Nora Susanti, M.Sc

Dr. Lisnawaty Simatupang, M.Si

DISUSUN OLEH:

ELIZABETH FLORENTINA PANJAITAN

KHAIRUNA MAHFUZAH

TANIA SALSABILLA BR SEMBIRING

KELAS REG B

PRODI PEND. TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TENIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia
serta rahmat yang telah diberikan saya dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan ibu
dosen yaitu tugas Critical Book Report sebagai pemenuhan tugas dalam mengikuti
perkuliahan pada mata kuliah Kimia Dasar.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini saya masih jauh dari kata sempurna dan
tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
guna menyempurnakan tugas-tugas selanjutnya. Saya berharap semoga tugas Critical Book
Report ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi teman-teman yang membacanya.

15 oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A.Latar Belakang......................................................................................................................1

B.Tujuan...................................................................................................................................1

C.Manfaat................................................................................................................................2

BAB II IDENTITAS BUKU......................................................................................................3

A.Buku I...................................................................................................................................3

B.Buku II...................................................................................................................................3

C.Buku III..................................................................................................................................3

BAB III RANGKUMAN..........................................................................................................4

A.Buku I...................................................................................................................................4

B.Buku II...................................................................................................................................7

C.Buku III................................................................................................................................11

BAB IV REVIEW BUKU.......................................................................................................16

A.Buku I.................................................................................................................................16

B.Buku II.................................................................................................................................16

C.Buku III................................................................................................................................16

BAB V PENUTUP...............................................................................................................17

A.Kesimpulan.........................................................................................................................17

B.Saran..................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan kimia adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat,
dimana zat yang jumlah lebih sedikit disebut zat yang jumlahnya lebuh sedikit
disebut sebagai zat pelarut. Larutan dapat berupa cairan, gas dan padatan.
Berdasarkan konsetrasinya, larutan dapat dibagi menjadi larutan encer dan larutan
pekat. Larutan memiliki konsentrasi zat terlarutyang rendah, sedangkan larutan
pekat memiliki konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Larutan juga dapat dibedakan
menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit, tergantung pada kemampuan zat
terlarut untuk menghantarkan arus listrik. Beberapa contoh larutan antara udara
lain, udara terkarbonasi dan larutan garam. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan
dapat diukur dengan menggunakan berbagai konsentrasi seperti molaritas dan lain-
lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud larutan?
2. Sebutkan jenis-jenis larutan?
3. Apakah yang dimaksud kalor larutan?

C. Tujuan
Critical Book Report ini bertujuan untuk :
1) Untuk mengulas isi dan materi yang terdapat dalam sebuah buku
2) Melatih diri untuk berpikir kritis dan mencari informasi
3) Mengetahui informasi nyang ada didalam buku

1
D. Manfaat
 Untuk menambah pengetahuan tentang larutan kimia
 Menambah wawasan dan relasi luas
 Untuk melatih berfikir reflektif didalam lingkup ilmu
 Dapat membuat kita lebih pandai dalam memilah kosmetika dengan melihat
komposisi sesuai kebutuhan pribadi

2
BAB II

IDENTITAS BUKU

A. Buku I
Judul Buku : Kimia
Pengarang : Drs. Michael Purba, M.Si
Tahun Terbit : 2007
ISBN : 978-979-015267-0
Penerbit : Penerbit Erlangga
Tebal Buku : 238
Bahasa : Bahasa Indonesia

B. Buku II
Judul Buku : Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium
Pengarang : Drs. Mulyono HAM, M.Pd
Tahun Terbit : 2006
ISBN : 979-526-171-1`
Penerbit : PT. Bumi Aksara
Tebal Buku : 273 halaman
Bahasa : Bahasa Indonesia

C. Buku III
Judul Buku : Kimia Dasar 2
Pengarang : Yayan Sunarya
Tahun Terbit : 2002
ISBN :-
Penerbit : CV. YRAMA WIDYA
Tebal Buku :
Bahasa : Bahasa indonesia

3
BAB III

RANGKUMAN

1. Buku I

A.Sifat-Sifat Koligatif Larutan

Pada zaman mesir kuno, kimia dipraktikan untuk berbagai keperluan, seperti membuat
balsam, membuat alkohol, dan mengolah logam. Pengetahuan tersebut mereka temuan
berdasarkan pengalaman dan diteruskan secara turun temurun. Mereka tidak memahami
konsep-konsep kimia yang diterapkan pada proses tersebut. Sifat koligatif larutan perlu kita
pelajari karena berkaitan dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.1 Pengertian Sifat Koligatif

Sifat-sifat larutan seperti rasa dan warna, bergantung pada jenis zat terlarut. Larutan gula
mempunyai rasa manis, sementara larutan cuka mempunyai rasa asam. Tingkat kemanisan
atau keasaman larutan tersebut bergantung pada konsentrasi atau kepekatannya. Larutan
gula yang pekat tentu lebih manis daripada larutan gula yang encer, demikian halnya juga
dengan rasa larutan cuka, semakin pekat larutannya maka akan semakin asam rasanya.

Selain sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat larutan yang hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya larutan zat yang berbeda akan
mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi partikel terlarutnya sama. Salah satu sifat
tersebut yaitu penurunan titik beku. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku
pelarut dengan titik beku larutan.

Sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal dari bahasa
latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah relatif
kelompok zat terlarut didalam larutan.

Perlu anda pahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak selalu
menghasilkan jumlah partikel yang sama didalam larutan. Ada kalanya beberapa molekul
atau partikel zat terlarut mengolompok, sehingga jumlah partikelnya menjadi lebih sedikit
dari yang diperkirakan. Itu terjadi pada larutan non elektrolit. Untuk larutan elektrolit
jumlah partikel didalam larutan akan lebih banyak karena zat elektrolit terurai menjadi ion-
ion. Karena itu sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan
nonelektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama.

4
1.2 Kemolalan dan Fraksi Mol

Telah dijelaskan salah satu cara menyatakan konsentrasi larutan yaitu kemolaran (M).
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Satuan kemolaran
adalah mol L minus 1. Kemolaran sedikit bergantung pada suhu. Artinya kemolaran akan
sedikit berubah jika suhu larutan berubah. Kemolaran akansemakin mengecil ketika suhu
larutan dinaikkan. Jika kita bekerja pada rentang suhu yang relatif kecil, misalnya pada suhu
kamar, maka perbedaan tersebut tidak signifikan dapat diabaikan. Akan tetapi jika dilakukan
pada rentang suhu yang cukup besar perbedaan tersebut dapat terpengaruh.

1. Kemolalan (M)
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1kg (=
1000g) pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg minus 1.

2. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan. Jumlah fraksi mol pelarut dan fraksi mol zat terlarut adalah 1.
Kata “fraksi” mempunyai arti yang sama dengan “bagian”.

1.3 Tekanan Ostomotik Larutan


1. Pengertian osmosis dan tekan ostomotik
Berbagai jenis selaput, baik yang alami maupun yang sintesis dapat dilewati partikel
pekarut yang kecil, tetapi menahan partikel zat terlarut. Selaput seperti itu disebut
selaput semipermeabel. Pelarut akan merembes dari larutan yang lebih encer ke
larutan yang lebih pekat, peristiwa seperti itu disebut osmosis. Jadi osmosis adalah
perembesan molekul pelarut dari pelarut kedalam larutan atau drai larutan lebih
encer kelarutan lebih pekat melalui selaput semipermeabel. Osmosis dapat dicegah
dengan memberi suatu tekanan pada permukaan larutan. Besarnya tekanan yang
duperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari pelarut murni menuju larutan
sama dengan tekanan osmotik larutan. Larutan glukosa 20% mempunyai tekanan
osmotik sekitar 15 atm. Berarti osmosis dari pelarut murni dapat dicegah jika pada
permukaan larutan glukosa 20% tersebut diberi tekanan 15 atm. Jika tekanan yang
diberikan melampaui tekanan osmotiknya maka yang akan terjadi adalah osmosis
balik, yaitu air mengalir dari larutan ke pelarut.

2. Hubungan tekanan osmotik dengan konsentrasi larutan


Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung pada
konsentrasi dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut Van Hoff Tekanan
osmotik larutan-larutan encer dapat didekati dengan rumus yang serupa dengan
persamaan gas ideal.
5
3. Osmosis dalam kehidupan sehari-hari
Contoh osmosis dalam kehidupan sehrai-hari ialah pada sel darah merah. Dinding sel
darah merah mempunyai ketebalan kira-kira 10nm dan diameter pori 0,8nm. Cairan
dalam sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCi
0,92%. Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan larutan NaCi 0,92%.
Jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCi 0,92% , air yang masuk dan
yang keluar dinding sel akan seimbang. Akan tetapi, jika sel darah merah dimasukkan
kedalam larutan NaCi yang lebih pekat dari 0,92%, air akan keluar dari dalam sel dan
akan mengerut. Larutan demikian dinamakan hipertonik. Sebaliknya jika sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCi yang lebih necer dari 0,92%, air akan
masuk kedalam sel dan sel akan menggelembung dan pecah. Larutan itu dikatakan
hipotonik.

1.4 Penggunaan sifat koligatif larutan


1. Membuat campuran pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memilikin titik beku jauh dibawah 0
derajat celcius. Cairean pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk
membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam
kedalam air.

2. Membuat cairan antibeku


Antibeku adalah zat yang ditambahkan kedalam suatu cairan untuk menurunkan titik
bekunya. Antibeku mencegah pembekuan cairan yang dgunakan sebagai pendingin.
Zat antibeku yang ideal adalah zat yang dapat larut dalam cairan pendinginnya
sendiri, mempunyai viskositas dan konduktivitas listrik yang rendah, titik didih tinggi,
tidak korosif, dan mempunyai daya hantar panas yang baik. Selainkan menurunkan
titik beku, antibeku jugamenaikkan titik didih sehingga mengurangi penguapan.

3. Mencairkan salju dijalan raya


Lapisan salju dijalan raya dapat membuat kendaraan tergelincir, sehingga perlu
disingkirkan. Lapisan salju terseut sebagian dapat disingkirkan dengan buldoser.
Namun untuk membersihkannya digunakan garam dapur atau urea. Prinsip dasar
dari proses ini juga berdasarkan penurunan titik beku.

4. Membuat cairan fisiologis


Cairan infus dan berbagai cairan fisiologis lainnya seperti obat tetes mata, harus
isotonik dengan cairan tubuh kita. Oleh karena itu konsentrasinya perlu disesuaikan.

6
Anda tentu mengetahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi korban kecelakaan
ditengah laut yang terpaksa harus terapung-apung berhari-hari yaitu rasa haus.
Meminum air laut tidak akan menghilangkan rasa haus, malah sebaliknya akan
menambah haus. Hal itu terjadi karena air laut hipertonik terhadap cairan tubuh kita.
Akibatnya air laut justru akan menarik air dari jaringan tubuh.

5. Desalinasi air laut melalui osmosis balik


Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi
tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air
dipaksa unutk merembes dari air asin kedalam air murni melalui selaput yang
permeabel untuk air tetapi tidak unutk ion-ion didalam air laut. Tanpa tekanan yang
cukup besar, air secara spontan ajan merembes dari air murni kedalam air asin.
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu unutk memisahkan zat-zatberacun dalam
air limbah sebelum dilepas kelingkungan bebas.

2. Buku II

Kata larutan (solution) merupakan campuran homogeny antar dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada 2 komponen utama pembentuk larutan ,yaitu zat terlarut (solute) dan
pelarut (solvent).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair atau fasa padat bergantung pada sifat kedua
komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama,
zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya
sebagai zat terlarutnya.

7
JENIS LARUTAN ZAT PENYUSUN
1. Larutan Gas Campuran antara gas atau antar uap (dalam
semua perbandingan).
Contoh :“udara” dengan N2 sebagai pelarut.
2. Larutan Cair Zat padat, Zat cairatau gas melarut kedalam
pelarut cair.
Contoh : iod dalam alcohol ; asam asetat dalam air
; O2 dalam air ; dan seterusnya
3. Larutan Padat Gas H2 dalam logam palladium ; gas N2 dalam
a. Gas terlarut dalam zat padat logam titanium.
b. Zat cair terlarut dalam zat Raksa dalam logam emas (amalgam).
padat Seng dalam tembaga (kuningan) ;karbon dalam
c. Zat padat terlarut dalam zat besi (baja) ; timah dalam tembaga (perunggu) dan
padat (disebut aliasi) sebagainya.

Banyak jenis zat yang menyusun larutan ,dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis
zat) larutan terner (3 jenis zat penyusun) ; larutan kuartener (4 jenis zat penyusun) ; dst
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik), dan larutan nonelektrolit (larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik) .Sedangkan dari kemampuan suatu zat melarut kedalam
sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal :
1) Larutan tak-jenuh
2) Larutan jenuh
3) Larutan lewat-jenuh

8
SIFAT LARUTAN

Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi bagi kehidupan. Sifat- sifat air seperti
mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki trayek cair yang Panjang, dan kemampuannya
untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Sifat ini
menempatkan air sebagai pelarut universal.

A. PROSES MELARUT
Melarut (to dissolve) dapat diartikan sebagai:
1. Terdispresinya molekul zat terlarut didalam molekul air ;misalnya gula dalam air,
minyak dalam air, atau dalam hal lain CCI4 dalam benzene
2. Berinteraksinya molekul / ion zat terlarut dengan molekul-molekul air. Interaksi
dengan air disebut hidrasi (solvasi). Hal ini terlarut zat yang bersifat polar atau
bersifat ionis, seperti HCI, NaCI, KCI, Na2SO dan sebagainya.
3. Bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air).

B. KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
pelarut. Beberapa satuan konsentrasi yang sering dijumpai antara lain persen-massa;
persen-volum ;bagian perjuta; molalitas; dan molaritas.
1. Persen Massa
Simbol satuan : % (b/b)
% ( massa) = massa zat terlarut x 100%
(massa zat terlarut) + (massa pelarut)
% (massa) = Massa zat terlarut x 100%
Massa total larutan

9
2. Persen Volum
Simbol satuan : % (v/v)
% (volum) = volume zat terlarut x 100%
(volum zat terlarut) + (volum pelarut)
%(volum) =volum zat terlarut x 100%
(volum total larutan)

3. Bagian Per Juta


Untuk larutan antar dua zat penyusunnya dapat dinyatakan menurut hubungan
berikut:
Bpj = bagian zat pelarut x 106
(bagian zat pelarut) + (bagian pelarut)

Untuk larutan dengan lebih dari dua zat penyusunnya satuan konsentrasi bpj dapat
dirumuskan sebagai :
Bpj zat A = bagian zat terlarut x 10 6
Total bagian larutan

C. pH LARUTAN
1. pH larutan asam
Asam- asam umumnya melarut dan terionisasi didalam air memberikan ion
H+ sehingga memperbesar konsentrasi ion ini dalam larutan. Banyaknya ion H yang
terbentuk bergantung pada kekuatan suatu asam, dan biasanya dicirikan oleh
derajat– ionisasi asam .atau tetap anionisasi asam dari asam itu sendiri.
[H+ ]2 = Ca . Ka

10
2. pH larutan basa
Diantara basa terakhir ini hanyabeberapa yang bersifat basa kuat. Untuk
basa- basa lemah seperti NH4 OH, anilin, dan seterusnya. Maka konsentrasi ion-ion
OH-ditentukan dari nilaia (derajat ionisasi) atau nilai Kb (tetap kanionisasi basa)- nya.
Beberapa hubungan dibawah ini dapat diterapkan untuk memperkirakan harga
pH larutan basa terutama dari basa yang mudah larut.
pH = 14 – log [OH]

3.pH larutan garam


Sifat larutan dari garam bergantung pada ion – ion pembentuk garam itu. Ion-
ion pembentuk garam ada yang stabil didalam air , dan ada yang tidak stabil karena
bereaksi dengan air (ter- hidrolisis) . garam dapat mempengaruhi pH larutannya.

3. Buku III

LARUTAN DAN SIFAT-SIFATNYA

A. JENIS LARUTAN
1. Defenisi Larutan

Larutan didefenisikan sebagai campuran homogenya dari dua jenis zat yang
membentuk satu fase. Dengan kata lain, setiap campuran yang membentuk hanya
satu fase adalah larutan. Campuran yang dapat salingmelarutkan satu sama lain
dalam segala perbandingan dinamakan larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak
bercampur membentuk dua fase dinamakan cairan 'inmiscible'.

11
Dalam larutan cair, cairan di sebut 'pelarut dan komponen lain (gas atau zat
padat) di sebut sebagai 'zat terlarut'. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah
cairan, maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah
dinamakan pelarut.

2. Larutan Sejati dan Larutan Nyata

Dalam suatu system larutan nyata, partikel-partikel (atom, molekul dan ion)
dalam larutan berinteraksi satu sama lain sehingga sifatnya sukar diramalkan secara
tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku partikel nyata, munculah cara atau
model untuk menjelaskan perilaku secara teoritis, yang disebut hokum ideal (sejati).
Oleh karena itu, munculah istilah larutan sejati, sebagai upaya untuk menjelaskan
keadaan dari larutan nyata.

Larutan sejati dengan zat terlarut ionic didefenisikan sebagai larutan yang ion-
ionnya bergerak bebas dan tarik-menarik hanya terja diantara ion terlarut dalam
larutan saling berjauhan sehingga antar aksi elektrostatisnya sangat lemah.
Komponen dalam larutan sejati memberikan sumbangan yang sangat efektif
terhadap konsentrasi larutan.

Dalam larutan nyata, gaya antar atom-atom, ion-ion, atau molekul - molekul
harus di pertimbangkan dalam perhitungan. Setiap ion dikelilingi oleh
molekul pelarut yangberlawanan muatan, kecenderungan ini dapat menghambat
laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya hantar listriknya lebih rendah
daripada daya hantar secara teoritis. Pengaruh ini menjadi lebih besar jika larutan
lebih pekat atau jika ion-ion mempunyai muatan lebih besar dari satu.

12
B. PERISTIWA MELARUT
1. Proses Pelarutan
a. Pelarutan cair - cair

Pakar kimia menggunakan istilah 'like dissolved like sebagai prinsip umum
untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna bahwa zat-zat yang
mempunyai struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan, sebab molekul- molekul zat cair yang dicampurkan mempunyai
gaya tarik – menarik antar molekul yang sama atau yang hampir sama dalam hal
jenis maupun kekuatan ikatannya. Pada umumnya zat-zat non polar memiliki
kelarutan yang sangat kecil di dalam pelarut air yang polar.

Banyak zat organic cair yang dapat larut dalam air secara mudah. Kebanyak
zat organic yang larut dalam air adalah yang mengandung oksigen dan memiliki
massa molekul rendah, contohnya methanol dan etanol.

b. Pelarutan padat dalam cair

Zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut cair.


Perbedaan gaya tarik-menarik antar molekul menyebabkan zat padat
mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik menarik antar
molekul dalam zat padat lebih besar daripada gayatarik antar molekul dalam zat
cair untuk suhu yang sama. Zat padat non polar atau sedikit polar memiliki
kelarutan tinggi dalam zat cair yang memiliki kepolaran rendah, tetapi
kelarutannya rendah dalam pelarut polar.

13
c. Pelarutan gas-cair

Terdapat dua prinsip utama berkaitan dengan kelarutan gas dalam cairan.
Pertama, makin tinggi titik cair suatu gas, gaya tarik antar molekul makin
mendekati sifat cairan. Kedua, pelarut yang paling baik untuk suatu gas adalah
pelarut yang mempunyai gaya tarik antar molekul mirip dengan yang dimiliki gas.

2. Kalor Pelarutan

Proses pelarutan diikuti oleh penyerapan atau pelepasan kalor. Proses pelarutan
suatu zat dalam zat cair lainnya dapat diasumsikan melalui tiga tahapan proses
yakni:

a. Partikel – partikel pelarut terpisah dari kelompoknya. Pada tahap ini, kalor
diperlukan untuk mengatasi gaya tarik antar partikel.
b. Pada saat bersamaan, partikel-partikel zat terlarut terpisah dari kelompoknya
sebagai akibat dan molekul terlarut. Pada tahap ini pun diperlukan kalor.
c. Partikel-partikel pelarut dan terlarut yang berada dalam keadaan terpisah secara
bersamaan berantaraksi membentuk larutan. Pada tahap ini, kalor dilepaskan
sebab terjadi gaya tarik-menarikantar partikel pelarut dan terlarut.

Jika gaya tarik menarik antar partikel pelarut dan terlarut lebih kuat daripada
gaya tarik menarik perlarut-pelarut dan terlarut – terlarut, maka lebih banyak kalor
yang dilepaskan pada tahap ketika larutan terbentuk.

3. Pengaruh Suhu dan Tekanan terhadap Kelarutan

Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan adalah struktur molekul Jika zat
pelarut dan zat terlarut memiliki struktur yang mirip maka kecenderungan
membentuk larutan tinggi.

14
Di samping struktur molekul, faktor lain yang mempengaruhi kelarutan adalah
suhu dan tekanan.

Pada keadaan kesetimbangan, kenaikan suhu menguntungkan proses endoterm.


Hal ini berarti jika kalor di serap pada waktu A melarut dalam pelarut B, kenaikan
suhu akan meningkatkan kelarutan. Sebaliknya, jika pelarutan A dalam pelarut B
melepaskan kalor, kenaikan suhu akan menguntungkan proses sebaliknya (eksoterm)
sehingga kelarutan berkurang.

C. Komposisi Larutan
1. Larutan Jenuh, Tidak Jenuh dan Lewat Jenuh

Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang di dalamnya terdapat zat X terlarut
yang berada dalam kesetimbangan dengan zat X yang tidak larut Larutan tidak jenuh
mengandung zat terlarut dengan konsentrasi yang lebih kecil daripada larutan jenuh
Larutan lewat jenuh. Menunjukkan keadaan yang tidak stabil, sebab larutan
mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi konsentrasi kesetimbanganya
Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah melebihi jenuh pada
suhu tinggi di turunkan sampai mendekati suhu kamar.

15
BAB IV

REVIEW BUKU

A. Buku I
 Materinya lengkap
 Mudah dipahami
 Layout nya rapi tidak berantakan
 Buku ini tersedia bahkan sekalipun dikalangan anak SMA

B. Buku II
 Materinya lengkap
 Sedikit kurang bisa dipahami
 Layout nya sedikit berantakan
 Buku ini tersedia/ mudah dicari ditoko buku

C. Buku III
 Materinya lengkap
 Mudah dipahami
 Layoutnya rapi
 Buku ini mudah didapatkan ditoko-toko buku

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tiga buku diatas dapat disimpulkan bahwa, Larutan kimia adalah
campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat, dimana zat yang jumlah
lebih sedikit disebut zat yang jumlahnya lebuh sedikit disebut sebagai zat pelarut.
Larutan dapat berupa cairan, gas dan padatan. Berdasarkan konsetrasinya, larutan
dapat dibagi menjadi larutan encer dan larutan pekat. Contoh larutan yang umum
dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula
dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain,
sementara gas larut dalam gaslain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel
komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat
terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar akan terbentuk
suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi
antara zat terlarut dan pelarut.

B. Saran
Demikian Critical Book Review yang dapat kami sampaikan. Kami meminta maaf jika
dalam penulisan dan penyusunan laporan cbr ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pengampu kami di mata kuliah Kimia Dasar ini untuk kesempurnaan tugas kami
kedepannya agar laporan Cbr ini lebih baik. Saya ucapkan terima kasih, dan salam
sejahtera bagi kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Michael Purba, M.Si, Kimia, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007.

Yayan Sunarya, Kimia Dasar 2, Margaasih: Cv Yrama Widya, 2002.

Drs. Mulyono Ham, M.Pd, Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium, Riau: Pt. Bumi Aksara,
2006.

18

Anda mungkin juga menyukai