Anda di halaman 1dari 9

PERAN KEPEMIMPINAN BERBASIS PANCASILA DALAM MEMAHAMI DAN

MERESPONS PERSEPSI, PREFERENSI, DAN ASPIRASI PUBLIK DALAM


PELAYANAN PUBLIK

Oleh: Damas Aji Nugroho, S.Psi.

NIP. 199207302015021001

Pendahuluan

Isu aktual yang diambil adalah mengenai Peran kepemimpinan berbasis


Pancasila dalam memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi
publik dalam pelayanan publik.

Isu peran kepemimpinan berbasis Pancasila dalam memahami dan merespons


persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam pelayanan publik perlu untuk
dibahas karena:

1. Kepentingan Masyarakat
Kepemimpinan yang berlandaskan Pancasila harus mampu memahami
dan merespons kebutuhan serta harapan masyarakat. Dengan
memahami persepsi, preferensi, dan aspirasi publik, pemimpin dapat
mengarahkan kebijakan dan pelayanan publik sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
2. Legitimasi Pemerintah
Dengan memperhatikan persepsi, preferensi, dan aspirasi publik,
pemerintah dapat memperoleh legitimasi yang kuat dari masyarakat. Hal
ini penting untuk membangun kepercayaan dan dukungan masyarakat
terhadap kebijakan dan program yang dilaksanakan.
3. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Dengan memahami preferensi dan aspirasi publik, pemimpin dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Hal ini akan berdampak positif pada efektivitas dan efisiensi
pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah.
4. Penguatan Kepemimpinan
Memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik
merupakan bagian dari kemampuan kepemimpinan yang efektif. Dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam proses ini, pemimpin dapat
memperkuat kualitas kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan
publik.

Dengan membahas isu ini dalam konteks pelatihan kepemimpinan berbasis


Pancasila, para pemimpin diharapkan dapat lebih sensitif terhadap kebutuhan
masyarakat dan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik dan berdaya
guna bagi kemajuan bangsa dan negara.

Dalam isu peran kepemimpinan berbasis Pancasila dalam memahami dan


merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam pelayanan publik,
beberapa gap atau konflik yang mungkin terjadi adalah:

1. Gap Pengetahuan dan Pemahaman


Terjadi kesenjangan antara pemahaman pemimpin dan harapan
masyarakat. Pemimpin mungkin tidak sepenuhnya memahami persepsi,
preferensi, dan aspirasi publik karena kurangnya informasi atau
pemahaman yang mendalam tentang kondisi riil masyarakat. Jika
pemimpin tidak memahami dengan baik persepsi, preferensi, dan
aspirasi publik, maka kebijakan yang diambil akan tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2. Konflik Kepentingan
Terdapat potensi konflik antara kepentingan pribadi atau golongan
tertentu dengan kepentingan publik. Pemimpin yang tidak mampu
membedakan dan menyeimbangkan kepentingan tersebut dapat
menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan dari masyarakat.
3. Gap Komunikasi
Ketidakmampuan dalam berkomunikasi secara efektif antara pemimpin
dan masyarakat dapat menyebabkan ketidakjelasan dalam memahami
persepsi, preferensi, dan aspirasi publik. Hal ini dapat menghambat
proses pengambilan keputusan yang partisipatif dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat.
4. Konflik Nilai
Terjadi perbedaan nilai antara pemimpin dan masyarakat dalam
memahami dan merespons kebutuhan publik. Jika nilai-nilai yang dianut
oleh pemimpin tidak sejalan dengan nilai-nilai masyarakat, hal ini dapat
menimbulkan ketegangan dan ketidakharmonisan dalam hubungan
antara pemerintah dan masyarakat.

Salah satu peristiwa yang dapa dijadikan sebagai data dukung gap diatas
adalah protes dan demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada September
2019 terkait dengan revisi Undang-Undang KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan UU KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).

Pada saat itu, pemerintah mengusulkan revisi terhadap UU KPK dan UU KUHP
yang menuai protes luas dari masyarakat. Banyak yang percaya bahwa revisi
tersebut akan melemahkan KPK dan mengancam kemerdekaan lembaga anti-
korupsi tersebut, serta mengandung pasal-pasal yang dianggap merugikan hak-
hak asasi manusia.

Reaksi keras dari masyarakat dalam bentuk protes, demonstrasi, dan unjuk
rasa menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara apa yang dianggap oleh
pemerintah sebagai langkah yang diperlukan dan dianggap oleh masyarakat
sebagai ancaman terhadap keadilan dan integritas pemerintahan. Ini
menunjukkan bahwa pemimpin mungkin tidak sepenuhnya memahami atau
mengakomodasi aspirasi publik dalam merancang kebijakan, yang pada
gilirannya dapat menghasilkan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan harapan masyarakat.

Dengan mengidentifikasi gap dan konflik yang mungkin terjadi dalam isu ini,
pemimpin dapat lebih proaktif dalam mengatasi tantangan tersebut melalui
pendekatan yang inklusif, transparan, dan berdasarkan pada nilai-nilai
Pancasila untuk mencapai pelayanan publik yang lebih baik dan berkelanjutan.
Analisis Masalah

Akar permasalahan dari isu peran kepemimpinan berbasis Pancasila dalam


memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam
pelayanan publik dapat meliputi:

1. Ketidakmampuan Memahami Kebutuhan Masyarakat


Pemimpin yang tidak memiliki pemahaman yang cukup mendalam
tentang kebutuhan dan harapan masyarakat akan kesulitan dalam
merespons dengan tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
keterlibatan langsung dengan masyarakat atau kurangnya mekanisme
untuk menyerap aspirasi publik.
2. Ketidakjelasan Komunikasi
Kurangnya komunikasi yang efektif antara pemimpin dan masyarakat
dapat menyebabkan ketidakpahaman dalam memahami persepsi,
preferensi, dan aspirasi publik. Ketidakjelasan komunikasi dapat
menghambat proses pengambilan keputusan yang partisipatif dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
3. Konflik Kepentingan
Adanya konflik antara kepentingan pribadi atau golongan tertentu
dengan kepentingan publik dapat menghalangi pemimpin dalam
merespons dengan objektif terhadap aspirasi masyarakat. Konflik
kepentingan dapat mengaburkan visi dan misi kepemimpinan yang
seharusnya berorientasi pada kepentingan publik.
4. Perbedaan Nilai
Perbedaan nilai antara pemimpin dan masyarakat dalam memahami dan
merespons kebutuhan publik dapat menjadi akar konflik. Jika nilai-nilai
yang dianut oleh pemimpin tidak sejalan dengan nilai-nilai masyarakat,
hal ini dapat menghambat tercapainya pemahaman yang mendalam
tentang kebutuhan masyarakat.

Dengan mengidentifikasi akar permasalahan tersebut, pemimpin dapat


melakukan langkah-langkah perbaikan seperti meningkatkan komunikasi,
memperdalam pemahaman terhadap kebutuhan masyarakat, mengelola konflik
kepentingan dengan transparan, dan memastikan bahwa kebijakan yang
diambil selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan kepentingan publik.

Peran Kepemimpinan

Dalam menghadapi masalah peran kepemimpinan berbasis Pancasila dalam


memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam
pelayanan publik, beberapa peran kepemimpinan yang perlu dilakukan adalah:

1. Memperkuat Komunikasi
Pemimpin perlu memperkuat komunikasi dengan masyarakat untuk
memahami secara lebih mendalam persepsi, preferensi, dan aspirasi
publik. Komunikasi yang efektif dapat membantu dalam membangun
kepercayaan dan memperkuat hubungan antara pemimpin dan
masyarakat. Upaya memperkuat komunikasi telah dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surakarta salah satunya dengan penyediaan kanal-
kanal aduan, yaitu pada website ulas.surakarta.go.id dan lapor mas wali.
2. Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat
Pemimpin perlu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan. Melibatkan masyarakat dalam merumuskan
kebijakan dapat membantu pemimpin dalam memahami kebutuhan dan
harapan masyarakat secara langsung. Upaya meningkatkan keterlibatan
masyarakat telah dilakukan di kelurahan, melalui mekanisme rangkaian
kegiatan Musrenbangkel yang diawali dari Musyawarah Lingkungan
tingkat RW dan Musyawarah Lembaga Kelurahan. Rangkaian kegiatan
ini sebagai wadah bagi masyarakat untuk dapat terlibat dalam
perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan.
Beberapa dokumentasi Musyawarah Lingkungan RW dan Musyawarah
Lembaga Kemasyarakatan yang telah dilakukan di Kelurahan Keprabon
sebagai bentuk peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan Kelurahan:

Berikut beberapa dokumentasi kegiatan Musrenbangkel di Kelurahan Keprabon


sebagai bentuk peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan Kelurahan:
3. Transparansi dan Akuntabilitas
Pemimpin perlu menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam setiap
keputusan yang diambil. Dengan adanya transparansi, masyarakat akan
lebih percaya dan mendukung kebijakan yang diambil oleh pemimpin.
Upaya untuk memberikan transparansi telah dilakukan diantaranya
melalui website yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta. Untuk
transparansi informasi hukum, telah ada jaringan dokumentasi informasi
hukum dengan url jdih.surakarta.go.id dimana masyarkat luas bisa
mengakses berbagai peraturan perundang-undangan.
4. Menjaga Integritas
Pemimpin perlu menjaga integritas dalam setiap tindakan dan keputusan
yang diambil. Integritas merupakan landasan utama dalam membangun
kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil
benar-benar berorientasi pada kepentingan publik.
5. Mengelola Konflik Kepentingan
Pemimpin perlu mampu mengelola konflik kepentingan dengan
bijaksana. Memastikan bahwa kepentingan pribadi atau golongan tidak
mengalahkan kepentingan publik merupakan hal yang penting dalam
menjaga kepercayaan masyarakat.

Dengan melaksanakan peran-peran kepemimpinan tersebut, pemimpin dapat


lebih efektif dalam memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan
aspirasi publik dalam pelayanan publik berbasis Pancasila. Hal ini akan
membantu memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat serta
meningkatkan kualitas pelayanan publik yang responsif terhadap kebutuhan
masyarakat.

Analisis atas pentingnya kepemimpinan berbasis pancasila dalam memahami


dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam pelayanan
publik di atas mencerminkan Sila keempat Pancasila, yaitu "Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan". Sila
ini menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan, serta pengakuan atas hak-hak masyarakat untuk
diakomodasi dalam proses pembuatan kebijakan. Beberapa poin dalam teks
yang mencerminkan sila keempat antara lain:

1. Penekanan pada pentingnya memahami dan merespons kebutuhan,


harapan, dan aspirasi masyarakat dalam pelayanan publik.
2. Pemimpin perlu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan.
3. Pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam menjalankan
kepemimpinan.
4. Menjaga agar kepentingan publik lebih diutamakan daripada
kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
5. Mengelola konflik kepentingan dengan bijaksana demi kepentingan
bersama.

Semua poin ini mencerminkan prinsip-prinsip demokratis dan partisipatif yang


menjadi inti dari Sila keempat Pancasila.

Analisis atas pentingnya kepemimpinan berbasis pancasila dalam memahami


dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik dalam pelayanan
publik di atas mencerminkan poin bela negara yang ketiga, yaitu "setia pada
Pancasila sebagai ideologi negara". Hal ini terlihat dari penekanan pada
pentingnya pemimpin untuk memperkuat komunikasi dengan masyarakat dalam
konteks pelayanan publik berbasis Pancasila, serta menjaga agar kebijakan
yang diambil selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan kepentingan publik.
Link Learning Journal: https://drive.google.com/file/d/1dAV9ROPyFcmk9rFj-
Qx63kDsdw6p2A3L/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai