Agenda1 Kel3 27 Damas Aji Nugroho, S.psi.
Agenda1 Kel3 27 Damas Aji Nugroho, S.psi.
NIP. 199207302015021001
Pendahuluan
1. Kepentingan Masyarakat
Kepemimpinan yang berlandaskan Pancasila harus mampu memahami
dan merespons kebutuhan serta harapan masyarakat. Dengan
memahami persepsi, preferensi, dan aspirasi publik, pemimpin dapat
mengarahkan kebijakan dan pelayanan publik sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
2. Legitimasi Pemerintah
Dengan memperhatikan persepsi, preferensi, dan aspirasi publik,
pemerintah dapat memperoleh legitimasi yang kuat dari masyarakat. Hal
ini penting untuk membangun kepercayaan dan dukungan masyarakat
terhadap kebijakan dan program yang dilaksanakan.
3. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Dengan memahami preferensi dan aspirasi publik, pemimpin dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Hal ini akan berdampak positif pada efektivitas dan efisiensi
pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah.
4. Penguatan Kepemimpinan
Memahami dan merespons persepsi, preferensi, dan aspirasi publik
merupakan bagian dari kemampuan kepemimpinan yang efektif. Dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam proses ini, pemimpin dapat
memperkuat kualitas kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan
publik.
Salah satu peristiwa yang dapa dijadikan sebagai data dukung gap diatas
adalah protes dan demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada September
2019 terkait dengan revisi Undang-Undang KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan UU KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).
Pada saat itu, pemerintah mengusulkan revisi terhadap UU KPK dan UU KUHP
yang menuai protes luas dari masyarakat. Banyak yang percaya bahwa revisi
tersebut akan melemahkan KPK dan mengancam kemerdekaan lembaga anti-
korupsi tersebut, serta mengandung pasal-pasal yang dianggap merugikan hak-
hak asasi manusia.
Reaksi keras dari masyarakat dalam bentuk protes, demonstrasi, dan unjuk
rasa menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara apa yang dianggap oleh
pemerintah sebagai langkah yang diperlukan dan dianggap oleh masyarakat
sebagai ancaman terhadap keadilan dan integritas pemerintahan. Ini
menunjukkan bahwa pemimpin mungkin tidak sepenuhnya memahami atau
mengakomodasi aspirasi publik dalam merancang kebijakan, yang pada
gilirannya dapat menghasilkan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan harapan masyarakat.
Dengan mengidentifikasi gap dan konflik yang mungkin terjadi dalam isu ini,
pemimpin dapat lebih proaktif dalam mengatasi tantangan tersebut melalui
pendekatan yang inklusif, transparan, dan berdasarkan pada nilai-nilai
Pancasila untuk mencapai pelayanan publik yang lebih baik dan berkelanjutan.
Analisis Masalah
Peran Kepemimpinan
1. Memperkuat Komunikasi
Pemimpin perlu memperkuat komunikasi dengan masyarakat untuk
memahami secara lebih mendalam persepsi, preferensi, dan aspirasi
publik. Komunikasi yang efektif dapat membantu dalam membangun
kepercayaan dan memperkuat hubungan antara pemimpin dan
masyarakat. Upaya memperkuat komunikasi telah dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surakarta salah satunya dengan penyediaan kanal-
kanal aduan, yaitu pada website ulas.surakarta.go.id dan lapor mas wali.
2. Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat
Pemimpin perlu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan. Melibatkan masyarakat dalam merumuskan
kebijakan dapat membantu pemimpin dalam memahami kebutuhan dan
harapan masyarakat secara langsung. Upaya meningkatkan keterlibatan
masyarakat telah dilakukan di kelurahan, melalui mekanisme rangkaian
kegiatan Musrenbangkel yang diawali dari Musyawarah Lingkungan
tingkat RW dan Musyawarah Lembaga Kelurahan. Rangkaian kegiatan
ini sebagai wadah bagi masyarakat untuk dapat terlibat dalam
perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan.
Beberapa dokumentasi Musyawarah Lingkungan RW dan Musyawarah
Lembaga Kemasyarakatan yang telah dilakukan di Kelurahan Keprabon
sebagai bentuk peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan Kelurahan: