Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Kebijakan Pertambangan

Tahun Akademik 2023/2024

Oleh:
Nama: Muhamad Sodik Solahudin
NPM : 10070121062
Kelas : A

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M/1445 H
PERKEMBANGAN PERATUTAN
PERTAMBANGAN INDONESIA

A. Perkembangan Undang-undang Pertambangan Dari Tahun 1950


Sampai Sekarang

Perkembangan Undang-undang Pertambangan di Indonesia telah melalui


berbagai tahapan sejak tahun 1950 hingga saat ini. Beberapa peraturan terkait
dengan kegiatan pertambangan yang relevan antara lain adalah UU 41/1999
tentang Kehutanan, UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air, UU 32/2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan UU 26/2007 tentang Tata Ruang. Selain itu,
terdapat berbagai peraturan pemerintah seperti PP 22/2010 mengenai Wilayah
Pertambangan, Permen 28/2009 tentang Usaha Jasa Pertambangan, dan
berbagai peraturan lainnya terkait dengan reklamasi, pengusahaan, pembinaan,
pengawasan, dan pengelolaan lingkungan dalam konteks pertambangan. Jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia terdiri dari Undang-
Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini
menunjukkan struktur hukum yang mengatur sektor pertambangan di Indonesia.
Pada tahun 2009, diterbitkan UU No.4 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam mineral dan
batubara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar-besarnya.
Landasan pengelolaan pertambangan termasuk dilaksanakan oleh negara sendiri
dengan kemampuannya sendiri atau dengan modal asing, serta memberikan
kesempatan kepada asing untuk mengusahakan bersama dengan modal asing
berdasarkan production sharing jika negara tidak mampu secara mandiri. Dengan
demikian, perkembangan undang-undang pertambangan di Indonesia dari tahun
1950 hingga saat ini mencakup berbagai regulasi yang mengatur kegiatan
pertambangan, lingkungan hidup, serta pemanfaatan sumber daya alam demi
kesejahteraan masyarakat.

B. Perkembangan Jenis Dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Yang Berlaku Di Indonesia
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
meliputi beberapa tingkatan yang mengatur sistem hukum di negara tersebut.
Berdasarkan informasi yang diberikan, jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan terdiri dari:
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
Merupakan landasan hukum tertinggi di Indonesia.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keputusan yang dikeluarkan oleh MPR.
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai pengganti undang-
undang.
4. Peraturan Pemerintah
Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan undang-
undang.
5. Peraturan Presiden
Regulasi yang dikeluarkan oleh presiden.
6. Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan yang berlaku di tingkat provinsi.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Regulasi yang berlaku di tingkat kabupaten/kota.
Selain itu, terdapat jenis peraturan perundang-undangan lainnya yang
mencakup regulasi dari berbagai lembaga seperti Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi setingkat lainnya yang dibentuk
berdasarkan undang-undang atau perintah undang-undang. Dengan struktur
hierarki ini, sistem hukum di Indonesia terdiri dari berbagai tingkatan regulasi yang
mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan secara
komprehensif.

C. Pasang Surut Pertambangan Indonesia

Perkembangan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia di inisiasi oleh


pergerakan kolonialisme yang meniondas, namun inisiasi tersebut juga yang
menumbuhkan kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur nasional dalam
mengelola sumber daya alam melalui pertambangan, faktor sosial dan politik
selalu menjadi penghambat perkembangan pertambangan di Indonesia,
mengingat komoditas hasil tambang merupakan material vital dan ekonomis maka
intervensi politik sangat kental dalam pengelolaannya. Intervensi sosial politik
dapat ditunjukkan dengan penurunan aktivitas eksplorasi dan pembangunan
pertambangan pada periode-periode dengan kondisi sosial politik yang tidak stabil,
seperti periode 1942-1945 dimana terdapat peralihan kekuasaan di Indonesia dari
pemerintahan kolonialisme Hindia Belanda yang berganti ke pemerintahan
koloniaslime Jepang yang menghasilkan penurunan aktivitas pertambangan
secara signifikan, penurunan secara konstan terjadi sampai Indonesia
mendeklrasikan kemerdekaan dan melakukan pemulihan, aktivitas eksplorasi dan
pertambangan baru mengalami peningkatan setelah pemerintahan orde baru
membuka kesempatan investasi asing pada periode 1970. Sayangnya kondisi
sosial politik yang tidak stabil pada periode 1997-1998 menghentikan aktivitas
eksplorasi dan pertambangan secara total karena ketidakstabilan nasional
mempengaruhi laju produksi dan investasi.

Anda mungkin juga menyukai