Anda di halaman 1dari 4

Tips Menjaga Keseimbangan Cairan Pada Pasien Cuci Darah

Oleh : Ns. Restu Karisna Putra, S.Kep.


RSUD Kota Mataram

Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit tidak menular yang perlu mendapat
perhatian karena telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan prevalensinya terus
meningkat. Bagaimana tidak? Gagal ginjal kronis meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk usia lanjut disertai dengan kejadian penyakit degeneratif seperti Hipertensi
dan Diabetes melitus. Dari total kasus penyakit gagal ginjal kronis sebanyak 65% disebabkan
oleh penyakit diabetes dan hipertensi. Selain sulit disembuhkan dan memiliki komplikasi yang
mengancam jiwa, biaya perawatan dan pengobatan untuk penyakit ini pun relatif mahal. Data
BPJS kesehatan tahun 2019 mencatat gagal ginjal kronis menempati posisi keempat dari
delapan jenis penyakit katastropik (penyakit yang biaya pengobatannya tinggi dan memiliki
komplikasi yang dapat mengancam jiwa). Data BPJS 2019 menyebut posisi pertama ialah
penyakit jantung (13 juta kasus), berikutnya berturut turut kanker (2,5 juta kasus), stroke (2,3
juta kasus) dan gagal ginjal kronis (1,8 juta kasus). Angka kejadian gagal ginjal kronis di
Indonesia berdasarkan data dari Riskesdas (2018) sebesar 0,38% dari jumlah penduduk
Indonesia 252.124.458 jiwa yang artinya terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal ginjal
kronis (Riskesdas, 2018).
Gagal ginjal kronis pada tahap akhir akan memerlukan cuci darah untuk menggantikan
fungsi ginjal. Jika fungsi ginjal hilang sebanyak 85-90 persen maka pasien diharuskan cuci
darah supaya terhindar dari beragam komplikasi dan membahayakan jiwa. Cuci darah atau
Hemodialisis adalah sebuah usaha/tindakan membersihkan darah dari bahan bahan beracun
yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh (Suwitra,2016). Tujuan dari cuci
darah atau hemodialisis yaitu mengambil zat- zat yang bersifat racun dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Isroin,2016). Pada terapi ini, darah akan dikeluarkan dari
tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Rata-rata penderita menjalani
terapi ini yaitu dua kali sampai tiga kali seminggu dengan waktu empat sampai lima jam tiap
sekali tindakan terapi. Salah satu masalah yang sering dialami pasien Gagal Ginjal Kronis
dengan Hemodialisis adalah terjadinya kenaikan berat badan diantara dua sesi hemodialisis atau
dikenal dengan istilah IDWG (Interdialytic Weight Gains). Peningkatan IDWG dapat
disebabkan berbagai faktor internal salah satunya jumlah intake cairan. Kenaikan berat badan
yang dianggap normal adalah tidak boleh melebihi 5 persen dari berat badan kering (berat badan
yang paling dirasakan nyaman oleh pasien). Pasien yang tidak dapat mengontrol jumlah intake
cairan yang masuk ketubuh tentu saja akan mempengaruhi IDWG (Sepdianto,2017). Oleh sebab
itu salah satu langkah yang bisa dilakukan bagi pasien adalah dengan menjaga keseimbangan
cairan dengan menerapkan manajemen cairan.
Lantas apakah manajemen cairan itu? Seberapa pentingkah? Bagaimana tips dan trik
untuk dapat melakukan manajemen cairan? Manajemen cairan adalah cara membuat
keseimbangan antara air yang masuk dan air yang keluar. Air baik berupa air minum ataupun
sajian lain (kuah,sop,juice,kopi,susu,dsb) sangat dibatasi untuk pasien cuci darah karena dapat
mengakibatkan bengkak, meningkatkan tekanan darah, dan sesak nafas akibat sembab paru. Air
yang keluar bisa berupa kencing, air bersama kotoran, air keringat dan pernafasan. Air yang
keluar berupa keringat dan melalui pernafasan disebut juga air keluar yang tanpa disadari
(insensible water loss). Insensible Water Loss (IWL) diperkirakan jumlahnya 10 ml/kg/BB/hari
sehingga bagi pasien yang mempunyai berat badan misalnya 60 kg maka air yang keluar tanpa
disadari tersebut jumlahnya adalah IWL = 10 ml x 60 kg = 600 ml/hari. Oleh karena itu supaya
ada keseimbangan antara air yang masuk dan air yang keluar, maka asupan air bagi pasien
tersebut adalah : Jumlah kencing + 600ml/hari, Jika kencing 400 ml/hari, maka asupan air
yang diperbolehkan adalah 400 ml/hari + 600 ml/hari = 1000ml/hari. Kalau dipakai ukuran
gelas (1 gelas =250 ml) maka asupan air yang boleh dikonsumsi 1000: 250= 4 gelas/hari
Disadari bahwa pasien cuci darah cenderung cepat merasa haus, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar sejenis zat (angiotensin II) yang dapat merangsang pusat rasa haus diotak.
Selain itu terdapat beberapa jenis obat yang diminum dapat meningkatkan rasa haus. Lalu
Bagaimanakah tips dan trik mengurangi asupan air ? Menurut Suwitra (2016) ada beberapa cara
untuk mengurangi asupan air yaitu:
 Jangan makan makanan yang mengakibatkan haus, seperti kerupuk, kacang kacangan, kue
kering,dsb
 Hindari aktifitas berlebihan saat panas
 Bila rasa haus tak tertahankan, basahi bibir dengan air dingin, kumur kumur, atau masukkan
potongan kecil es batu dalam mulut
 Siapkan air minum sejumlah yang telah ditetapkan (misal 5 gelas) pada botol atau tempat
apa saja kemudian habiskan jumlah tersebut mulai saat baru bangun pagi sampai menjelang
tidur malam pada hari yang sama.
Dengan membaca penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya menjaga
keseimbangan cairan pada pasien cuci darah. Selain itu pasien juga diharapkan untuk rutin
memeriksakan status kesehatannya ke dokter serta melakukan cuci darah sesuai anjuran. RSUD
Kota Mataram selalu berikhtiar untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Salah satu layanan
yang diberikan yaitu layanan Poli Dalam Ginjal dan Hipertensi serta layanan Hemodialisis 24
jam.

Sumber:

Isroin, L.2016. Manajemen Cairan Pada Pasien Hemodialisis Untuk Meningkatkan Kualitas
Hidup. Cetakan Pertama. Unmuh Ponorogo Press. Ponorogo

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Data dan Informasi. 2017. Situasi
Penyakit Ginjal Kronis, Jakarta

Sepdianto,T.C., Suprajitno, dan Erna, U. 2017. Penambahan Berat Badan Antara Dua
Waktu Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Jurnal Ners dan Kebidanan 4(1):p064-069.

Suwitra,K.2016. Hidup Berkualitas Dengan Hemodialisis (cuci darah) Reguler. Edisi 2.


Udayana University Press. Denpasar.

Muhammad, A.2012. Serba Serbi Gagal Ginjal. Cetakan Pertama. Diva Press. Yogyakarta

https://mediaindonesia.com/kolom-pakar/477826/penanganan-gagal-ginjal-kronis-pada-
transisi-menuju-ke-endemi
Lampiran

Dokumentasi Edukasi Pasien HD dan Keluarga tentang Manajemen cairan pada pasien HD
Lampiran

Leaflet

Anda mungkin juga menyukai