Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Npm: 24031121006
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2024
Acara 5: Pengendalian Proses Oksidasi pada Hasil Panen
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
• Bahan
1. Apel
2. Cuka apel
3. Air perasan jeruk
4. Soda
5. air
• Alat
1. Wadah
2. Sendok
3. Gelas
4. Pisau
BAB IV
PROSEDUR KERJA
BAB V
• Hasil
• Pembahasan
Pencoklatan secara enzimatik dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh
enzim fenol oksidase (Rojas-Grau et al. 2006). Enzim tersebut dapat
mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa fenol yang menyebabkan perubahan warna
menjadi coklat. Reaksi pencoklatan enzimatis ini tidak diinginkan karena
pembentukan warna coklat pada buah atau sayur sering diartikan sebagai
penurunan mutu. Enzim yang menyebabkan reaksi pencoklatan enzimatis adalah
oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau
katekolase. Dalam tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol
oksidase (PPO). Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin
dan komponen polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan
asam klorogenat (Garcia dan Barret 2002). Supapvanich et al. (2011) melaporkan
bahwa perubahan warna coklat menyebabkan penurunan kualitas dari apel Rose
potong.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
Alat :
1. Wrap
2. Botol spray
Bahan :
1. Pisang
2. Cabe hijau
3. Selada
4. Mentimun
5. Sitokinin
6. Auksin
7. aquades
BAB IV
PROSEDUR KERJA
➢ Hasil
➢ Pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Acara 7: Pengaruh Cara Pengemasan terhadap Lama Penyimpanan
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
BAB III
Alat :
Gunting
1. Plastik wrap
2. Alumunium foil
3. Koran
4. Plastik bening
5. label
Bahan :
1. Selada
BAB IV
PROSEDUR KERJA
BAB V
BAB VI
KESIMPULAN
A.N. Ainina, dan N. Aini, Konsentrasi Nutrisi AB Mix dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa L. Var
crispa) dengan sistem hidroponik Substrat. Jurnal Produksi Tanaman vol. 6, no. 8,
pp. 1684-1693, 2018.
[5] I.N. Sucipta, S. Ketut, dan P.K.D. Kencana, Pengemasan Pangan Kajian
Pengemasan Yang Aman, Nyaman, Efektif, dan Efisien. Bali: Universitas
Udayana Press, 2017.
Lampira
Acara 8-9: Pembuatan pupuk metode Jadam Liquid Fertilizer (JLF)
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
JLF (Jadam Liquid Fertilizer) merupakan salah satu cara pembuatan POC yang
dipopulerkan oleh JADAM, pertanian organik di Korea. Setidaknya ada 2 hal
penting yang mebedakan JLF dengan POC biasa.
1. Proses produksi JLF lebih mudah dari segi cara dan bahan yang digunakan.
Cara membuat JLF Lebih mudah karena pada prosesnya menggunakan gulma
pada lahan pertanian, dan daun yang sudah mengalami pembusukan yang diambil
dari bawah pohon. Kemudia direndam dengan air biasa, agar terjadi proses
pembusukan untuk melepaskan unsur hara. JLF lebih murah karena tidak
menggunakan bahan seperti gula dan bahan lainnya yang perlu dibeli untuk
mendapatkannya. Akan tetapi, kekurangan dari metode JLF ini adalah proses
penguraian yang mebutuhkan waktu sampai 3 bulan, dimana pada POC biasa,
hanya memakan waktu 2-4 minggu saja.
Pada pembuatan POC, biasanya kita menambahkan mikroba starter seperti EM4
dan produk mikroba lainnya untuk melakukan proses dekomposisi. Penambahan
mikroba starter pada JLF tidak ditekankan, walaupun ada praktisi yang
menambahkan JMS (Mikroba Versi JADAM) untuk mempercepat proses
perombakan. Mikroba pengurai dan mirkroba baik lainnya didapatkan dari daun
kering yang sudah mengalami pembusukan, dan dari perakaran gulma, jika dalam
proses pengambilan gulma dengan cara dicabut. Penambahan mikroba EM4 atau
mikroba lainnya pada JLF tentu tidak masalah, dan bisa jadi proses dekomposisi
lebih cepat, dan hasil yang didapatkan lebih baik.
BAB III
Alat :
1. Ember
2. pisau
Bahan :
1. Air
2. Leaf mold soil
BAB IV
PROSEDUR KERJA
1. Kumpulkan rumput
2. Cacah kecil-kecil
3. Masukkan kedalam ember
4. Masukkan leaf mold soil
5. Isi air
6. Tutup rapat dan fermentasi selama 7-14 hari
BAB V
Pembuatan JLF
- JLF dibuat dari bahan-bahan organik seperti daun, tanah hitam, dan
bahan organik lainnya.
- Proses produksi JLF meliputi langkah-langkah seperti persiapan bahan,
pembuatan larutan, penyaringan, dan penyimpanan.
- Bahan organik dihancurkan dan dicampur dengan air, kemudian
dibiarkan selama beberapa hari hingga terjadi fermentasI.
- Setelah itu, larutan JLF disaring untuk memisahkan cairan dari bahan
organik yang tidak laruT.
Aplikasi JLF
- Dosis aplikasi JLF dapat bervariasi tergantung pada bahan yang
digunakan, namun umumnya dosis yang dianjurkan berkisar antara 1:100
hingga 1:500.
- JLF dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti sayuran,
buah-buahan, dan jagung.
- Sebelum aplikasi, PH dan kepekatan larutan JLF yang dihasilkan harus
diperiksa dengan menggunakan PH meter dan TDS meter.
Meskipun sumber yang ditemukan tidak memberikan hasil dan
pembahasan secara rinci, namun dapat disimpulkan bahwa JLF
merupakan pupuk organik cair yang mudah dibuat dan memiliki
beragam manfaat dalam aplikasinya pada pertanian organik.
BAB VI
KESIMPULAN
Pembuatan pupuk jadam liquid fertilizer bisa digunakan dan dibuat secara
mandiri dengan bahan bahan yang mudah didapat namun terdapat kelemahannya
yaitu JLF ini harus mengalami penguraian yang lama 1-3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
https://lombokorganik.id/cara-membuat-jlf-pupuk-organik-cair-versi-jadam/amp/
Acara 10-11: Pembuatan pupuk MSO (Microorganisme Solution)
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
Alat :
1. Kain saring
2. Panci
3. Ember
4. Gelas ukur
Bahan :
1. Kentang
2. Air
3. leaf mold soil
4. garam
BAB IV
PROSEDUR KERJA
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN
Jika MSO ini terdapat buih menandakan bahwa larutan tersebut sudah dapat
digunakan karena buih menandakan adanya pertumbuhan mikroba di
dalamnya. Sehingga setelah dibuat sebaiknya larutan JMS langsung
diberikan ke tanaman, agar mikroba yang ada di dalamnya tidak mati lebih
dulu
DAFTAR PUSTAKA
https://www.planteria.id/pupuk-jadam-micro
BAB I
TUJUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
BAB III
Alat :
1. Cawan petri
2. Pinset
3. Tabung ukur
4. blender
Bahan :
1. Kapas
2. Benih sawi
3. Daun tomat
4. Air kelapa
5. aquades
BAB IV
PROSEDUR KERJA
BAB V
First day count merupakan parameter yang mengukur jumlah benih yang
mulai berkecambah pada hari pertama setelah penanaman. Hal ini
penting untuk mengetahui seberapa cepat benih mulai berkecambah
setelah ditanam. First day count yang tinggi menunjukkan bahwa benih
memiliki daya kecambah yang baik dan proses perkecambahan berjalan
dengan cepat.
• Daya Kecambah
• Kecepatan Kecambah
KESIMPULAN
Dilihat dari hasil pengamatan bahwa yang paling terbaik ada di air
kelapa yang dimana daya kecambah yang paling tinggi ada di air kelapa
yaitu 90% sedangkan kontrol 80% dan air tomat 70%.
DAFTAR PUSTAKA
Aditania, R., Sukmawan, Y., Same, M., & Gusta, AR (2023). Pengaruh
Konsentrasi Auksin pada Pertumbuhan Bibit Vanili (Vanilla
planifolia A.). Savana Cendana .
Kurniati, FD, A'yunin, NA, Hartini, E., & Miranda, M.
(2020). PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI DAN
PORASI BONGGOL PISANG PADA PERTUMBUHAN
KENCUR (Kaempferia galanga L.). Jurnal Teknologi Pertanian
Andalas .
Leomo, S., Raharjo, S., Sarinah, S., Tuheteru, FD, Albasri, A., Nuraida,
W., Thahir, MA, Fikar, F., Hayati, N., Anisa, A., & Mawarni , M.
(2023). Sosialisasi pembuatan pupuk organik vermikompos dan
penerapannya pada sistem tumpangsari tanaman jagung pada
perkebunan kelapa sawit.
Lampiran