BILANGAN
PROGRAM STUDI
MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
1
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERITAS TANJUNGPURA
PRAKATA
Bahan Ajar Teori Bilangan ini disusun sebagai referensi pada mata kuliah Teori Bilangan.
Pembahasan dalam bahan ajar ini diupayakan untuk memberikan perhatian yang lebih
pada pemahaman dasar-dasar sifat-sifat bilangan terutama bilangan bulat dengan
banyak contoh dan pembuktian teorema yang detail. Diharapkan bahwa mahasiswa telah
mempelajari himpunan dan teknik-teknik pembuktian dalam matematika seperti induksi
matematika, mengingat banyak contoh mengambil semesta himpunan bilangan bulat dan
bilangan asli. Keterampilan dalam logika matematika juga mutlak diperlukan sebagai
dasar untuk memahami definisi dan teorema pada teori bilangan ini.
Bahan ajar ini terbagi dalam dua materi utama yakni Keterbagian dan Kekongruenan.
Diharapkan mahasiswa membaca dan mempelajari buku ini secara berurutan karena
materi antar bab saling berkaitan erat.
Penulis menyambut setiap komentar membangun mengenai isi dalam bahan ajar ini.
Akhir kata, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan bahan ajar ini.
iii
DAFTAR ISI
iv
8.2 Teorema Wilson..................................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................. 65
v
BAB 1
INDUKSI MATEMATIKA
Tujuan pada bab ini terutama untuk meninjau secara singkat teknik pembuktian
dalam matematika yang akan banyak kita gunakan dalam pembuktian teorema yang ada
pada bahan ajar ini. Walaupun sebagian besar sifat tersebut sudah dikenal bagi pembaca,
ada beberapa konsep dan hasil tertentu yang akan menjadi dasar untuk mempelajari dan
memahami bahan ajar ini.
Semesta pembicaraan dalam Teori Bilangan adalah himpunan semua bilangan
bulat, yang dinotasikan dengan ℤ. Meskipun demikian, banyak teorema dan sifat dalam
Teori Bilangan yang semesta pembicaraannya terbatas pada himpunan semua bilangan
asli, yang dinotasikan dengan ℕ.
5(5+1)
“Jumlah bilangan asli dari 1 sampai 𝑛 adalah = 15.”
2
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.
Jadi,
5(5 + 1)
1 =2 = 3+4+5 = = 15.
2
Ternyata pernyataan 𝑝(𝑛) benar untuk 𝑛 = 5. Tetapi bagaimana untuk 𝑛 yang lain? Kita
tidak mungkin mencoba melakukan substitusi semua bilangan asli 𝑛 ke dalam 𝑝(𝑛) ,
karena bilangan asli tak hingga banyaknya. Sehingga metode substitusi langsung
semacam ini tidak dapat digunakan untuk membuktikan pernyataan yang berkaitan
dengan bilangan bulat positif.
1
memberikannya interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakn Postulat
Peano. Postulat Peano inilah yang menjadi dasar metode pembuktian yang berkaitan
dengan bilangan asli yang disebut induksi matematika. Induksi matematika
merupakan suatu metode pembuktian dalam matematika yang dikembangkan untuk
membuktikan pernyataan atau hasil proses yang terjadi secara berulang sesuai dengan
pola tertentu yang melibatkan suatu bilangan asli n.
Untuk membuktikan 𝑝(𝑛) bernilai benar untuk semua 𝑛 maka harus ditunjukkan:
i. Pernyataan 𝑝(1) bernilai benar, atau pernyataan bernilai benar untuk 𝑛 = 1.
ii. Jika 𝑝(𝑘) benar maka 𝑝(𝑘 + 1) juga benar untuk setiap 𝑘 ≥ 1.
Sehingga 𝑝(𝑛) benar untuk semua bilangan asli 𝑛.
CONTOH 1.1
Penyelesaian:
𝑛(𝑛+1)
Dimisalkan 𝑝(𝑛) adalah pernyataan "1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = ".
2
2
i. Basis Induksi. Akan ditunjukkan 𝑝(1) benar, yaitu pernytaan berlaku untuk 𝑛 =
1.
Untuk 𝑛 = 1, didapat
1(1 + 1) 1(2)
= = 1.
2 2
𝑛(𝑛+1)
Terbukti 𝑝(1) benar atau “1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = " benar untuk 𝑛 = 1.
2
𝑘(𝑘+1)
ii. Langkah induksi. Diandaikan 𝑝(𝑘) benar, yaitu 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑘 = 2
𝑛(𝑛 + 1)
1 + 2 + 3 + ⋯+ 𝑛 = .∎
2
Pada beberapa kasus, kita ingin membuktikan bahwa pernyataan 𝑝(𝑛) benar
untuk semua bilangan bulat yang lebih besar dari 𝑛0 , jadi tidak hanya bilangan bulat yang
dimulai dari 1 saja. Secara formal, generalisasi prinsip induksi matematika berbunyi
sebagai berikut:
3
Untuk membuktikan suatu pernyataan 𝑝(𝑛) bernilai benar untuk semua 𝑛 ≥ 𝑛0 maka
harus ditunjukkan:
i. 𝑝(𝑛0 ) benar.
ii. Jika 𝑝(𝑘) benar maka 𝑝(𝑘 + 1) juga benar untuk setiap 𝑘 ≥ 𝑛0 .
Sehingga 𝑝(𝑛) benar untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 𝑛0 .
Jadi pada basis induksi dari prinsip generalisasi induksi ini, yang harus dibuktikan
kebenarannya bukan 𝑝(1) tetapi 𝑝(𝑛0 ).
Selain generalisasi tersebut, terdapat bentuk induksi matematika yang lebih kuat,
yang sering disebut sebagai prinsip induksi matematis kuat (principle of strong
mathematical induction), yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
i. Pernyataan 𝑝(𝑛0 ) benar.
ii. Jika 𝑝(𝑛) benar untuk 𝑛0 ≤ 𝑛 ≤ 𝑘 maka 𝑝(𝑛) benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1.
CONTOH 1.2
4
Penyelesaian:
Akan dibuktikan dengan induksi matematika sebagai berikut:
Dimisalkan 𝑝(𝑛) adalah pernyataan "3𝑛 < 𝑛! "
i. Basis induksi. Akan dibuktikan 𝑝(7) benar (yang terkecil adalah 𝑛 = 7).
Untuk 𝑛 = 7, ruas kiri pertidaksamaan: 37 = 2187,
ruas kanan pertidaksamaan: 7! = 5040.
Didapat 37 < 7. Terbukti 𝑝(7) benar.
ii. Langkah induksi. Diasumsikan 𝑝(𝑘) benar, yaitu 3𝑘 < 𝑘!.
Akan dibuktikan 𝑝(𝑘 + 1) benar, yaitu 3𝑘+1 < (𝑘 + 1)!.
Perhatikan bahwa
3
3𝑘+1 < (𝑘 + 1)! ⇔ 3 ⋅ 3𝑘 < (𝑘 + 1) ⋅ 𝑘! ⇔ ⋅ 3𝑘 < 𝑘!.
(𝑘 + 1)
3
Jadi ekuivalen akan dibuktikan (𝑘+1) ⋅ 3𝑘 < 𝑘!
3
Menurut hipotesis, 3𝑘 < 𝑘! sedangkan untuk 𝑘 > 6 didapat (𝑘+1) < 1. Sedangkan
3
⋅ 3𝑘 < 1 ⋅ 𝑘!.
(𝑘 + 1)
Dengan kata lain, terbukti 3𝑘+1 < (𝑘 + 1)! atau 𝑝(𝑘 + 1) benar.
Terbukti bahwa 3𝑛 < 𝑛! untuk 𝑛 bilangan bulat positif yang lebih besar dari 6. ∎
LATIHAN BAB 1
5
3. Didalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan tamu lainnya hanya sekali
saja. Buktikan dengan induksi matematika bahwa jika ada 𝑛 orang tamumaka jumlah
𝑛(𝑛−1)
jabat tangan yang terjadi adalah .
2
6
BAB 2
KETERBAGIAN
Ketika suatu bilangan bulat dibagi oleh bilangan bulat tak kosong, hasil pembagian
24
yang didapat belum tentu berupa bilangan bulat pula. Sebagai contoh, = 8 adalah
3
10
bilangan bulat, sementara = 2,5 bukan bilangan bulat. Dari observasi inilah muncul
4
Definisi 2.1
Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ. Bilangan bulat 𝑎 dikatakan membagi habis 𝑏, dinotasikan dengan
𝑎|𝑏, jika dan hanya jika ada bilangan bulat 𝑘 sedemikian hingga
𝑏 = 𝑘𝑎
Bilangan 𝑎 disebut pembagi atau faktor dari 𝑏, bilangan 𝑏 disebut kelipatan dari
𝑎. Jika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0 maka bilangan 𝑘 pada Definisi 2.1 adalah tunggal, sebab jika ada
bilangan bulat 𝑙 selain 𝑘, didapat
𝑏 = 𝑙𝑎 dan 𝑏 = 𝑘𝑎 ⟺ 𝑙𝑎 = 𝑘𝑎 ⇔ 𝑙 = 𝑘.
CONTOH 2.1
7
5. Faktor-faktor dari 6 adalah ±1, ±2, ±3, dan ±6.
6. Faktor-faktor dari 17 adalah ±1 dan ±17.
7. Faktor-faktor dari 100 adalah ±1, ±2, ±4, ±5, ±10, ±20, ±25, ±50, dan ±100.
Bukti:
iii. Diketahui 𝑎 | 𝑏 dan 𝑎 | 𝑐 artinya ada bilangan bulat 𝑘1 dan 𝑘2 yang memenuhi 𝑏 = 𝑘1 𝑎
dan 𝑐 = 𝑘2 𝑎. Didapat
𝑏 + 𝑐 = 𝑘1 𝑎 + 𝑘2 𝑎 = (𝑘1 + 𝑘2 )𝑎.
𝑏 − 𝑐 = 𝑘1 𝑎 − 𝑘2 𝑎 = (𝑘1 − 𝑘2 )𝑎.
𝑏𝑐 = (𝑘1 𝑎)(𝑘2 𝑎) = (𝑘1 𝑘2 𝑎)𝑎.
Sehingga terbukti bahwa 𝑎 | (𝑏 + 𝑐 ), 𝑎 |(𝑏 − 𝑐 ), 𝑎 | (𝑏𝑐 ) ∎.
8
Bukti:
CONTOH 2.2
1. Diketahui 11 | 66 dan 66 | 198, maka berdasarkan Sifat 2.1 (i) 11 | 19D
2. Diketahui 3 | 21 dan 3 | 33, maka berdasarkan Sifat 2.2 didapat
3 | (5 ⋅ 21 − 3 ⋅ 33) = 105 − 99 = 6.
Teorema 2.3
Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ berlaku:
i. 𝑎 | 𝑎 (sifat refleksif)
ii. Jika 𝑎 | 𝑏 maka 𝑚𝑎 | 𝑚𝑏 untuk setiap bilangan bulat 𝑚
iii. Jika 𝑚𝑎 | 𝑚𝑏 dengan 𝑚 ≠ 0, maka 𝑎 | 𝑏
iv. 1 | 𝑎 dan 𝑎 | 0
v. Jika 0 | 𝑎 maka 𝑎 = 0
vi. Jika 𝑎 | 𝑏 dengan 𝑏 ≠ 0, maka |𝑎| ≤ |𝑏|
vii. Jika 𝑎 | 𝑏 dengan 𝑏 | 𝑎, maka |𝑎| = |𝑏|.
LATIHAN 2.1
9
f. −195518
3. Buktikan melalui induksi matematika bahwa
a. 22𝑛 − 1 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 1.
b. 𝑛3 + 2𝑛 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 1.
c. 𝑛4 − 4𝑛2 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 2.
d. 𝑛5 − 𝑛 habis dibagi 5 untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 1.
e. jumlah pangkat tiga dari tiga buah bilangan bulat positif berurutan selalu habis
dibagi 9.
4. Tentukan kebenaran dari pernyataan-pernyataan berikut ini dan berikan argument
untuk mendukung jawaban anda!
a. Jika 𝑎 | 𝑏 dan 𝑐 | 𝑑 maka 𝑎𝑐 | 𝑏𝑑
b. Jika 𝑎 | 𝑏 dan 𝑎 | 𝑐 maka 𝑎2 | 𝑏𝑐
c. Jika 𝑎 | (𝑏 − 𝑐) maka 𝑎 | 𝑏 atau 𝑎 | 𝑐
d. Jika 𝑎 | (𝑏 − 1) maka 𝑎 | (𝑏4 − 1)
e. Hasilkali dua bilangan bulat berurutan selalu habis dibagi oleh 2
f. Hasilkali tiga bilangan bulat berurutan selalu habis dibagi oleh 3
g. Hasilkali tiga bilangan bulat berurutan selalu habis dibagi oleh 6
h. Untuk setiap bilangan bulat 𝑎, 4 | (𝑎2 + 2)
i. Untuk setiap bilangan bulat 𝑎, 2 | (𝑎2 − 𝑎)
j. Untuk setiap bilangan bulat 𝑎, 6 | (𝑎3 − 𝑎)
5. Apa yang bisa anda simpulkan mengenai 𝑎 dan 𝑏 jika 𝑎 dan 𝑏 adalah bilang bulat
tak nol yang memenuhi 𝑎 | 𝑏 dan 𝑏 | 𝑎.
6. Apakah ada bilangan-bilangan bulat 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 yang memenuhi 𝑎 | 𝑏𝑐, tetapi a ∤ 𝑏
dan a ∤ 𝑐?
7. Tunjukkan bahwa jika 𝑎 dan 𝑏 adalah bilangan bulat positif and 𝑎 | 𝑏, maka 𝑎 ≤ 𝑏.
8. Tunjukkan bahwa jika 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 ≠ 0 adalah bilangan bulat maka 𝑎 | 𝑏 jika dan
hanya jika 𝑎𝑐 | 𝑏𝑐.
9. Buktikan bahwa 𝑛3 + 2𝑛 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat 𝑛 ≥ 1.
10. Tunjukkan setiap bilangan asli yang terbentuk dari 3𝑛 angka yang sama selalu habis
dibagi 3𝑛 . (Misalnya, 222 dan 777 habis dibagi 3; 222222222 dan 555555555 habis
dibagi 9)
10
2.2 Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Definisi 2.2
Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ. Bilangan bulat 𝑑 disebut faktor persekutuan dari 𝑎 dan 𝑏 jika
dan hanya jika 𝑑 |𝑎 dan 𝑑 | 𝑏.
Perhatikan bahwa sebarang bilangan bulat 𝑎 pasti memiliki faktor ±1, sehingga ±1
menjadi faktor persekutuan dari setiap pasang bilangan bulat.
Definisi 2.3
Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dengan 𝑎 ≠ 0 atau 𝑏 ≠ 0. Faktor persekutuan terbesar (FPB)
dari 𝑎 dan 𝑏, dinotasikan dengan 𝐟𝐩𝐛(𝒂, 𝒃), adalah suatu bilangan bulat positif, misal
𝑑, yang memenuhi:
𝑖) 𝑑 | 𝑎 dan 𝑑 | 𝑏
𝑖𝑖) jika 𝑒 | 𝑎 dan 𝑒 | 𝑏, maka 𝑒 ≤ 𝑑
CONTOH 2.3
11
persekutuan terbesar antara keduanya atau fpb(𝑎, 𝑏) = 1 , maka 𝑎 dan 𝑏 dikatakan
saling prima atau 𝒂 relatif prima terhadap 𝒃.
Pada Contoh 2.3 terlihat bahwa bilangan -20 dan 30 tidak saling prima, sedangkan
−20 30
10 dan 9 saling prima. Perhatikan bahwa fpb(−20, 30) = 10 dan fpb ( , )=
10 10
102 −170
fpb(−2, 3) = 1 , dan fpb(102, −170) = 34 dan fpb ( 34 , ) = fpb(3, −5) = 1 . Secara
34
Teorema 2.4
𝑎 𝑏
Jika fpb(𝑎, 𝑏) = 𝑑, maka fpb (𝑑 , 𝑑) = 1.
Bukti:
𝑎 𝑏
Dimisalkan fpb (𝑑 , 𝑑) = 𝑐, akan ditunjukkan 𝑐 = 1.
𝑎 𝑏
Karena 𝑐 merupakan faktor persekutuan terbesar dari dan , maka 𝑐 ≥ 1 dan
𝑑 𝑑
𝑎 𝑏
𝑐 membagi habis keduanya, atau 𝑐 | 𝑑 dan 𝑐 | 𝑑.
𝑎 𝑎
𝑐 | 𝑑 artinya ada bilangan bulat 𝑘1 yang memenuhi 𝑑 = 𝑘1 𝑐 atau 𝑎 = 𝑘1 𝑐𝑑, dilain pihak
𝑏 𝑏
𝑐 | 𝑑 artinya ada bilangan bulat 𝑘2 yang memenuhi 𝑑 = 𝑘2 𝑐 atau 𝑏 = 𝑘2 𝑐𝑑.
Karena 𝑎 = 𝑘1 𝑐𝑑 dan 𝑏 = 𝑘2 𝑐𝑑, maka 𝑐𝑑 juga merupakan faktor persekutuan dari 𝑎 dan
𝑏. Menurut asumsi 𝑑 adalah faktor persekutuan terbesar dari 𝑎 dan 𝑏, sehingga didapat
𝑐𝑑 ≤ 𝑑. Karena 𝑑 adalah bilangan bulat positif maka kemungkinannya adalah 𝑐 ≤ 1.
Teorema 2.4 sering digunakan sebagai dasar penyederhanaan bentuk pecahan. Saat
hendak menyederhanakan pecahan, maka kita akan membagi penyebut dengan
pembilang dengan faktor persekutuan terbesar sehingga didapat dua bilangan yang
saling prima.
Dari Contoh 2.3 terlihat bahwa penentuan pembagi persekutuan terbesar dengan
mencari semua pembagi persekutuan jelas bukan metode yang layak jika angka yang
diberikan besar. Oleh karena itu, berikut ini akan diberikan suatu metode untuk
12
menentukan FPB dari dua bilangan yang cukup besar. Sebelum itu, akan diberikan
teorema mengenai algoritma pembagian.
Bilangan bulat 𝑞 disebut hasilbagi (quotient) dan bilangan bulat positif 𝑟 disebut sisa
(reminder) dari pembagian 𝑏 oleh 𝑎 . Perhatikan bahwa 𝑎 membagi habis 𝑏 jika dan
hanya jika sisa pada algoritma pembagian adalah nol.
CONTOH 2.4
Perhatikan bahwa sisa pembagian 𝑟 juga merupakan bilangan bulat positif dengan
mengambil batas atasnya adalah |𝑎|.
13
CONTOH 2.5
Teorema 2.6
Jika 𝑏 = 𝑞𝑎 + 𝑟 maka fpb(𝑏, 𝑎) = fpb(𝑎, 𝑟)
Bukti:
CONTOH 2.6
1. Tentukan fpb(4355,2747).
Penyelesaian:
Kita akan mencari faktor persekutuan terbesar dari 4355 dan 2747 menggunakan
Teorema 2.4 dan Teorema 2.6.
Diambil 𝑎 = 2747 dan 𝑏 = 4355. Menurut algoritma pembagian didapat
14
4355 = 1 ⋅ 2747 + 1608, maka fpb(4355,2747) = fpb(2747, 1608)
2747 = 1 ⋅ 1608 + 1139, maka fpb(2747,1608) = fpb(1608,1139)
1608 = 1 ⋅ 1139 + 469, maka fpb(1608,1139) = fpb(1139, 469)
1139 = 2 ⋅ 469 + 201, maka fpb(1139,469) = fpb(469, 201)
469 = 2 ⋅ 201 + 67, maka fpb(469,201) = fpb(201,67)
201 = 3 ⋅ 67 + 0, maka fpb(201,67) = fpb(67,0) = 67.
Jadi fpb(4355,2747) = 67
2. Tentukan fpb(3523,1227).
Penyelesaian:
Akan mencari faktor persekutuan terbesar dari 3523 dan 1227 menggunakan
Teorema 2.4 dan Teorema 2.6.
Diambil 𝑎 = 1227 dan 𝑏 = 3523. Menurut algoritma pembagian didapat
Perhatikan bahwa jika kita membalikkan urutan Langkah dalam mencari FPB dua
buah bilangan seperti pada Contoh 2.6, kita akan mendapatkan bahwa faktor
persekutuan terbesar dari dua bilangan 𝑎 dan 𝑏 dapat dinyatakan sebagai kombinasi
linear dari 𝑎 dan 𝑏.
Sebagai contoh,
15
Secara umum, sifat tersebut dapat kita nyatakan dalam Teorema 2.7 berikut.
Teorema 2.7
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dan 𝑎, 𝑏 ≠ 0 maka ada bilangan bulat 𝑥 dan 𝑦 yang memenuhi
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = fpb(𝑎, 𝑏)
Teorema 2.8
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dan 𝑎, 𝑏 ≠ 0 maka 𝑎 dan 𝑏 saling prima jika dan hanya jika ada ada
bilangan bulat 𝑥 dan 𝑦 yang memenuhi 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 1
CONTOH 2.7
16
= 12 ⋅ 4355 − 19 ⋅ 2747
Didapat 𝑥 = 12 dan 𝑦 = −19.
2. Pada Contoh 2.6 diketahui fpb(3523, 1227) = 1. Selanjutnya tentukan bilangan
bulat 𝑥 dan 𝑦 yang memenuhi 3523𝑥 + 1227𝑦 = 1.
Penyelesaian:
Dari Langkah-langkah pada Contoh 2.6 (2) didapat
1 =7−2⋅3
= 7 − 2(10 − 7)
= −2 ⋅ 10 + 3 ⋅ 7
= −2 ⋅ 10 + 3(37 − 3 ⋅ 10)
= 3 ⋅ 37 − 11 ⋅ 10
= 3 ⋅ 37 − 11(121 − 3 ⋅ 37)
= −11 ⋅ 121 + 36 ⋅ 37
= −11 ⋅ 121 + 36(158 − 121)
= 36 ⋅ 158 − 47 ⋅ 121
= 36 ⋅ 158 − 47(1069 − 6 ⋅ 158)
= −47 ⋅ 1069 + 318 ⋅ 158
= −47 ⋅ 1069 + 318(1227 − 1069)
= 318 ⋅ 1227 − 365 ⋅ 1069
= 318 ⋅ 1227 − 365(3523 − 2 ⋅ 1227)
= −365 ⋅ 3523 + 1048 ⋅ 1227
Didapat 𝑥 = −365 dan 𝑦 = 1048.
17
2.3 Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK)
Definisi 2.4
Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ. Bilangan bulat 𝑚 disebut kelipatan persekutuan dari 𝑎 dan 𝑏
jika dan hanya jika 𝑎|𝑚 dan 𝑏 | 𝑚.
Definisi 2.5
Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dengan 𝑎 ≠ 0 atau 𝑏 ≠ 0. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari 𝑎 dan 𝑏, dinotasikan dengan kpk(𝑎, 𝑏), adalah suatu bilangan bulat positif
terkecil, yang memenuhi:
i. 𝑎 | kpk(𝑎, 𝑏) dan 𝑏 | kpk(𝑎, 𝑏)
ii. jika 𝑎 | 𝑛 dan 𝑏 | 𝑛, maka kpk(𝑎, 𝑏) ≤ 𝑛
Definisi 2.5 menyatakan bahwa dua bilangan 𝑎 dan 𝑏 selalu membagi habis
kelipatan persekutuan terkecilnya. Sedangkan kelipatan-kelipatan persekutuan lainnya
selalu lebih besar dari KPKnya.
CONTOH 2.8
1. Himpunan semua kelipatan bulat positif dari 6 adalah {6, 12, 18, 24, 30, 36, … }
Himpunan semua kelipatan bulat positif dari −9 adalah {9, 18, 27, 36, … }
Himpunan kelipatan persekutuan dari 6 dan −9 adalah
{… , − 18, 0, 18, 36, 54, 72, … }
Sedangkan KPK dari 6 dan −9 adalah 18.
2. Himpunan semua kelipatan bulat positif dari 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15, … }
Himpunan semua kelipatan bulat positif dari 4 adalah {4, 8, 12, 16, 20, … }
Himpunan kelipatan persekutuan bulat positif dari 3 dan 4 adalah
{12, 24, 36,48, … }
Jadi KPK dari 3 dan 4 adalah 12.
18
Teorema 2.11
Jika 𝑐 adalah suatu kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat tak nol 𝑎 dan 𝑏,
maka kpk(𝑎, 𝑏) membagi 𝑐, yaitu kpk(𝑎, 𝑏)| 𝑐
Teorema 2.11 menyatakan bahwa KPK dari sebarang dua bilangan 𝑎 dan 𝑏
membagi habis sebarang kelipatan persekutuan dari 𝑎 dan 𝑏.
Teorema 2.12
Jika 𝑐 ≥ 0 maka kpk(𝑐𝑎, 𝑐𝑏) = 𝑐 ⋅ kpk(𝑎, 𝑏)
Bukti:
CONTOH 2.8
19
Setelah mempelajari FPB dan KPK, selanjutnya kita mungkin bertanya hubungan
diantara keduanya. Teorema 2.13 berikut akan memberikan informasi tersebut.
Teorema 2.13
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dan 𝑎, 𝑏 bilangan bulat positif, maka
fpb(𝑎, 𝑏) ⋅ kpk(𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑏
Bukti:
𝑎 𝑏
Dimisalkan fpb(𝑎, 𝑏) = 𝑑. Menurut Teorema 2.4, fpb (𝑑 , 𝑑) = 1.
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
Diketahui 𝑑 ⋅ 𝑑 merupakan kelipatan persekutuan dari 𝑑 dan 𝑑. Menurut Teorema 2.11
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
kpk (𝑑 , 𝑑) | 𝑑 ⋅ 𝑑 … (1)
𝑎 𝑎 𝑏 𝑏 𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
Dilain pihak, karena | kpk ( , ) dan | kpk ( , ) dan karena fpb ( , ) = 1, maka
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
menurut Lema Euclid 𝑑 ⋅ 𝑑 | kpk (𝑑 , 𝑑) … (2).
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
Dari (1) dan (2) didapat kpk (𝑑 , 𝑑) = 𝑑 ⋅ 𝑑. Dari Teorema 2.12 didapat
𝑎 𝑏 1 𝑎𝑏
kpk ( , ) = kpk(𝑎, 𝑏) = 2
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
⟺ 𝑑 kpk(𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑏
Diketahui fpb(𝑎, 𝑏) = 𝑑 sehingga didapat
fpb(𝑎, 𝑏) ⋅ kpk(𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑏. ∎
CONTOH 2.9
20
LATIHAN BAB 2
3. Berapakah nilai 𝑎, jika diketahui fpb(𝑎, 70) = 14 dan kpk(𝑎, 70) = 770.
7. Jika 𝑛 suatu bilangan bilangan bulat positif, buktikan bahwa fpb(𝑎, 𝑎 + 𝑛) | 𝑛, untuk
setiap bilangan bulat 𝑎.
2
8. Buktikan bahwa fpb(𝑎2 , 𝑏 2 ) = (fpb(𝑎, 𝑏))
21