Anda di halaman 1dari 53

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. sehingga terselesainya buku

Pendidikan Matematika Sekolah Dasar Kelas Tinggi yang mengenai “Matematika

untuk SD/MI Kelas IV”. Sebagaimana judulnya, buku ini diharapkan memberi

wawasan dan gambaran mengenai segala yang berhubungan dengan matematika di

SD pada kelas tinggi, khususnya pada Kelas 4. Demi mendorong kepeminatan

membaca, dibuku ini di sellipkan beberapa gambar sebagai ilustrasi yang berupaya

merangkum atau mencairkan ide-ide yang dipaparkan. Untuk itu, diharapkan buku ini

dapat memberikan sedikit manfaat khususnya untuk diri penulis serta mahasiswa.

Penulis sadar bahwa buku “Matematika untuk SD/MI Kelas IV” ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-

tingginya penulis sampaikan kepada Ibu Siti Quratul Ain, S.Pd., M.Pd sebagai dosen

pengampu mata kuliah Pendidikan Matematika Sekolah Dasar Kelas Tinggi yang

telah memberikan motivasi serta bimbingan, sehingga buku ini dapat diselesaikan

dengan baik tanpa kendala.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu,

hingga selesainya buku ini. Semoga buku ini benar-benar bermanfaat.

Pekanbaru, 3 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II OPERASI HITUNG BILANGAN .......................................................... 2

2.1. Membandingkan dan mengurutkan bilangan .......................................... 2


2.2. Operasi hitung perkalian dan pembagian ................................................ 3
2.3. Pengerjaan hitung campuran ................................................................... 5
2.4. Penaksiran dan Pembulatan .................................................................... 6
2.5. Uang ........................................................................................................ 9
2.6. Aproksimasi ............................................................................................ 11
2.7. Statistika .................................................................................................. 15
2.8. Pengukuran sudut .................................................................................... 18

BAB III KELIPATAN DAN FAKTOR ............................................................... 21

3.1. Kelipatan bilangan .................................................................................. 21


3.2. Faktor bilangan ....................................................................................... 21
3.3. Bilangan prima ........................................................................................ 21
3.4. KPK dan FPB .......................................................................................... 23

BAB IV BILANGAN ROMAWI DAN BULAT ................................................. 26

4.1. Bilangan Romawi .................................................................................... 26


4.2. Bilangan Bulat......................................................................................... 28
4.3. Operasi hitung bilangan bulat ................................................................. 31

ii
BAB V PECAHAN ................................................................................................ 34
5.1. Pengertian Pecahan ...................................................................................... 34
5.2. Perbandingan dan urutan pecahan ............................................................... 34
5.3. Pecahan senilai ............................................................................................ 38
5.4. Pecahan desimal .......................................................................................... 38
5.5. Penjumlahan dan pengurangan pecahan ...................................................... 39
5.6. Penjumlahan dan pengurangan desimal ...................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 44

GLOSARIUM ........................................................................................................ 45

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.8. Busur ................................................................................................... 18


Gambar 2.8. Layar perahu ....................................................................................... 19
Gambar 2.8. Layar perahu dan bangun datar segitiga ............................................. 19
Gambar 2.8. Mengukur besar sudut dengan busur .................................................. 20
Gambar 4.2. Garis bilangan ..................................................................................... 30
Gambar 5.1. Ilustrasi pecahan dengan pizza............................................................ 34
Gambar 5.3. Ilustrasi pecahan dengan lingkarang ................................................... 38

iv
PENULIS
1. Annisa Della Puspita
2. Aprilia Santika
3. Aulannisa
4. Azzura Salsabila
5. Bunga Aprilia
6. Cicih Andini
7. Dede Walfaizi
8. Dian Fitri Daulay
9. Dian Syafitri
10. Dini Arifah
11. Duta Dwi Ananda
12. Dwi Meliana
13. Fasera Utari
14. Fath’hu Neha
15. Iqbal Adip
16. Khairun Nisaq
17. Kinanti Dwi Fany
18. Kurnia Febriniati
19. Lestari Febrianti
20. Lili Ramadhanti
21. Monica Lestari
22. Mutia Hermi
23. Mutiara Tri Agrianti
24. Nabila Rahmadani
25. Nilam Musdalifah
26. Nofita Jayanti
27. Nola Sri Ayuni
28. Noor Asfa Izzati
29. Pitriyani
30. Putri Athifah

v
31. Rabiul Jannah
32. Rafina Dinda
33. Rahmah Safitri
34. Rahmawati Kamasyani
35. Siti Nurhalizah
36. Sofia Ansari
37. Sri Nurhidayati
38. Tiana Dian Astuti
39. Tiara Ade Sukma
40. Wulan Afriani
41. Yoga Surya Prisuma
42. Yona Saputri
43. Aprilia Nengsih

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, memegang peranan penting dalam
mempercepat penguasaan ilmu teknologi. Hal itu dikarenakan matematika merupakan
sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan
kritis.

Pelajaran matematika di sekolah sering menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti
oleh sebagian besar siswa. Menurut Ruseffendi menyatakan bahwa, “Matematika
(ilmu pasti) bagi anak – anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak
disenangi, kalau bukan pelajaran yang dibenci. Selain itu, Menurut Sriyanto
menyatakan bahwa anggapan – anggapan negatif dari sebagian besar siswa mengenai
pelajaran matematika yang sulit tidak terlepas juga dari persepsi yang berkembang
dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Persepsi negatif
itu ikut dibentuk oleh anggapan bahwa matematika merupakan ilmu yang kering,
abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang sulit dan
membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar
matematika di sekolah.

Pada makalah ini penulis akan menjelaskan materi-materi yang terdapat pada
matematika, khususnya di kelas tinggi pada kelas 4 yaitu operasi hitung bilangan,
kelipatan dan faktor, bilangan romawi dan bulat serta pecahan.

1
BAB II

OPERASI HITUNG BILANGAN

2.1. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan


a. Membandingkan bilangan

Pertama kita harus mengingat kembali lambang berikut.


= lambang sama denga
< lambang lebih kecil dari
>lambang lebih besar dari
Untuk membandingkan bilangan dua bilangan, dapat dilakukan dengan
membandingkan setiap angka yang memiliki nilai tempat yang sama mulai dari
nilai tempat yang paling besar. bandingkan satu persatu.

Contoh: manakah yang lebih besar antara 6.573 dengan 5.736? jawabannya
adalah: karena ribuan 6 > 5, maka 6.573 > 5.736
Contoh selanjutnya: manakah yang lebih besar antara 9.183 dengan 9.170?
jawabannya adalah: pada ribuan 9 = 9, dan pada ratusan 1 = 1, selanjutnya pada
puluhan 8 > 7. Maka 9.183 > 9.170
b. Mengurutkan bilangan

Untuk mengurutkan bilangan, bandingkan bilangan-bilangan tersebut


terlebih dahulu untuk mengetahui bilangan mana yang besar.

Contoh: Ibu pergi ke pasar untuk berbelanja. Di pasar ibu membeli ayam dengan
harga Rp. 13.000,- , minyak goreng dengan harga Rp. 7.500,- , telur dengan harga
Rp. 10.000,- , dan cabe dengan harga Rp. 15.000,-. Cobalah mengurutkan harga-
harga tersebut mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar dan sebaliknya?

Jawabannya: pertama kita perlu membandingkan bilangan bilang tersebut.

Urutan perbandingan bilangan dari yang terkecil sampai terbesar.

2
7.500 < 10.000 < 13.000 < 15.000. maka jawabannya 7.500, 10.000, 13.000,
15.000
Urutan perbandingan bilangan dari yang terbesar sampai terkecil.
15.000 > 13.000 > 10.000 > 7.500. maka jawabannya 15.000, 13.000, 10.000,
7.500

2.2. Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang dari bilangan pengali sebanyak


bilangan yang dikali. Namun, selain menggunakan penjumlahan berulang, hasil
perkalian dapat juga ditentukan dengan menggunakan cara bersusun, baik itu cara
bersusun panjang atau cara bersusun pendek.

Contoh : Tentukanlah hasil perkalian berikut.


1. 148 × 18 = … 2. 425 × 28 = …

Jawab:
1. 148 × 18
Cara bersusun panjang Cara bersusun pendek

2. 425 × 28
Cara bersusun panjang Cara bersusun pendek

3
Perbagian adalah operasi aritmetika dasar yang merupakan kebalikan dari
operasi perkalian. Operasi perbagian ini dinotasikan dengan tanda (÷) (division)
atau /(slash).

a. Pembagian tanpa sisa

Contoh : 9.968 : 28

Jadi, 9968 : 28 = 356.

b. Menentukan hasil bagi dan sisa suatu pembagian

Contoh :

4
1. 134 : 7 = … sisa… 2. 1.225 : 12 =…sisa…

2.3. Pengerjaan Hitung Campuran

Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran, maka kita harus mengetahui


aturan-aturan yang ada dalam pengerjaan hitung campuran.

1. Jika dalam suatu hitung campuran hanya ada penjumlahan dan pengurangan
maka pengerjaannya dari kiri ke kanan secara berurutan.
2. Jika dalam suatu hitung campuran hanya ada perkalian dan pembagian maka
pengerjaannya dari kiri ke kanan secara berurutan.
3. Jika dalam hitung campuran mengandung perkalian, pembagian, penjumlahan,
dan pembagian, maka pengerjaannya dimulai dari perkalian dan pembagian,
kemudian penjumlahan dan pengurangan.
4. Jika dalam hitung campuran memuat tanda kurung, maka pengerjaan dalam
tanda kurung harus diselesaikan lebih dulu.

Contoh :

5
2.4. Penaksiran dan Pembulatan
1. Melakukan Pembulatan
a. Membulatkan bilangan dalam puluhan terdekat
Aturan pembulatan:
 Jika angka terakhir (satuan) lebih besar atau sama dengan 5, maka
bilangannya dibulatkan ke atas.
 Jika angka terakhir (satuan) lebih kecil dari 5, maka bilangannya dibulatkan
ke bawah.
Contoh :
1. 58 dibulatkan menjadi 60 (bilangan terakhir (8) lebih besar dari 5)
2. 44 dibulatkan menjadi 40 (bilangan terakhir (4) lebih kecil dari 5)
3. 65 dibulatkan menjadi 70 (bilangan terakhir (5) sama dengan 5)
b. Membulatkan bilangan dalam ratusan terdekat
Aturan pembulatan:
 Jika dua angka terakhir (puluhan) lebih besar atau sama dengan 50, maka
bilangannya dibulatkan ke atas.
 Jika dua angka terakhir (puluhan) lebih kecil dari 50, maka bilangannya
dibulatkan ke bawah.
Contoh :
1. 215 dibulatkan menjadi 200 (dua bilangan terakhir (15) kurang dari 50)
2. 282 dibulatkan menjadi 300 (dua bilangan terakhir (82) lebih dari 50)
3. 450 dibulatkan menjadi 500 (dua bilangan terakhir (50) sama dengan 50)
c. Membulatkan bilangan dalam ribuan terdekat
Aturan pembulatan:
 Jika tiga angka terakhir (ratusan) lebih besar atau sama dengan 500, maka
bilangannya dibulatkan ke atas.
 Jika tiga angka terakhir (ratusan) lebih kecil dari 500, maka bilangannya
dibulatkan ke bawah.
Contoh :
1. 1.143 dibulatkan menjadi 1.000 (tiga bilangan terakhir (143) kurang dari
500)

6
2. 5.532 dibulatkan menjadi 6.000 (tiga bilangan terakhir (563) lebih dari
500)
3. 8.500 dibulatkan menjadi 9.000 (tiga bilangan terakhir (500) sama
dengan 500)
2. Menaksir Hasil Operasi Hitung
a. Menaksir hasil operasi penjumlahan
Contoh :
1. Taksir hasil dari 423 + 264!
Jawab :
423 lebih dekat ke 400 daripada ke 500, karena dua angka terakhir pada
bilangan 423, yaitu 23 lebih kecil dari 50
264 lebih dekat ke 300 daripada ke 200, karena dua angka terakhir pada
bilangan 264, yaitu 64 lebih besar dari 50.
Jadi, 423 + 264 kira-kira 400 + 300 = 700.
2. Taksir hasil dari 5.249 + 442!
Jawab :

5.249 lebih dekat ke 5.000 daripada ke 6.000, karena tiga angka terakhir
pada bilangan 5.249, yaitu 240 lebih kecil dari 500
442 lebih dekat ke 400 daripada ke 500, karena dua angka terakhir pada
bilangan 442, yaitu 42 lebih kecil dari 50
Jadi, 5.249 + 442 kira-kira 5.000 + 400 = 5.400.
b. Menaksir hasil operasi pengurangan
Contoh :
1. Taksir hasil dari 456 – 231!
Jawab :
456 lebih dekat ke 500 daripada ke 400, karena dua angka terakhir pada
bilangan 456, yaitu 56 lebih besar dari 50
231 lebih dekat ke 200 daripada ke 300, karena dua angka terakhir pada
bilangan 231, yaitu 31 lebih kecil dari 50
Jadi, 456 – 231 kira-kira 500 – 200 = 300.

7
2. Taksir hasil dari 3.657 – 1.276!
Jawab :
3.657 lebih dekat ke 4.000 daripada ke 3.000, karena tiga angka terakhir
pada bilangan 3.657, yaitu 657 lebih besar dari 500
1.276 lebih dekat ke 1.000 daripada ke 2.000, karena tiga angka terakhir
pada bilangan 1.276, yaitu 276 lebih kecil dari 500
Jadi, 3.657 – 1.276 kira-kira 4.000 – 1.000 = 3.000.
c. Menaksir hasil operasi perkalian
Contoh :
1. Taksir hasil dari 314 x 22!
Jawab :
314 lebih dekat ke 300 daripada ke 400, karena dua angka terakhir pada
bilangan 314, yaitu 14 lebih kecil dari 50
22 lebih dekat ke 20 daripada ke 30, karena satu angka terakhir pada
bilangan 22, yaitu 2 lebih kecil dari 5
Jadi, 314 x 22 kira-kira 300 x 20 = 6.000
2. Taksir hasil dari 451 x 136!
Jawab :
451 lebih dekat ke 500 daripada ke 400, karena dua angka terakhir pada
bilangan 451, yaitu 51 lebih besar dari 50
136 lebih dekat ke 100 daripada ke 200, karena dua angka terakhir pada
bilangan 136, yaitu 36 lebih kecil dari 50
Jadi, 451 x 136 kira-kira 500 x 100 = 50.000.
d. Menaksir hasil operasi pembagian
Contoh :
1. Taksir hasil dari 326 : 34!
Jawab :
326 lebih dekat ke 300 daripada ke 400, karena dua angka terakhir pada
bilangan 326, yaitu 26 lebih kecil dari 50
34 lebih dekat ke 30 daripada ke 40, karena satu angka terakhir pada
bilangan 34, yaitu 4 lebih kecil dari 5

8
Jadi, 326 : 34 kira-kira 300 : 30 = 10.
2. Taksir hasil dari 5.469 : 489!
Jawab :
5.469 lebih dekat ke 5.000 daripada ke 6.000, karena tiga angka terakhir
pada bilangan 5.469, yaitu 469 lebih kecil dari 500
489 lebih dekat ke 500 daripada ke 400, karena dua angka terakhir pada
bilangan 489, yaitu 89 lebih besar dari 50
Jadi, 5.469 : 489 kira-kira 5.000 : 500 = 10.
3. Membulatkan Hasil Operasi Hitung
Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang cara-cara membulatkan
suatu bilangan dalam puluhan, ratusan, atau ribuan terdekat. Cara-cara yang
telah dibahas tersebut dapat digunakan untuk membulatkan hasil dari suatu
operasi hitung.
Contoh :
42.670 + 46.932 = 89.602
 Jika hasil penjumlahan di atas dibulatkan dalam puluhan terdekat maka
hasilnya adalah 89.600 (Angka satuannya < 5)
 Jika hasil penjumlahan di atas dibulatkan dalam ratusan terdekat maka
hasilnya adalah 89.600 (Angka puluhannya < 50)
 Jika hasil penjumlahan di atas dibulatkan dalam ribuan terdekat maka
hasilnya adalah 90.000 (Angka ratusannya > 500)
2.5. Uang
A. Mengenal Uang

Uang merupakan alat pembayaran yang sah dalam kegiatan ekonomi. Setiap
negara mempunyai mata uang sendiri. Mata uang Indonesia adalah rupiah. Jenis
uang yang digunakan juga berbeda-beda. Jenis uang yang digunakan di
Indonesia ada 2, yaitu uang koin dan uang kertas. Uang koin biasanya tidak
mudah rusak, tetapi tidak praktis jika dibawa dalam jumlah banyak. Sedangkan
uang kertas lebih praktis untuk dibawa. Tetapi lebih mudah rusak dibandingkan
dengan uang koin.

9
B. Cara Penulisan Nilai Uang Rupiah

Dalam penulisan nilai suatu mata uang tidak boleh sembarangan. Cara
penulisan nilai uang (dalam rupiah) menggunakan aturan baku sebagai berikut:

 Rupiah ditulis dengan singkatan Rp dan diletakkan di depan nilai uang.


 Nilai uang ditulis dengan lambang bilangan dan ditulis di belakang Rp
tanpa ada spasi.
 Di belakang nilai uang diberi tambahan “,00” (koma nol nol).

Contoh : - Lima ratus rupiah dituliskan Rp500,00

- Lima ribu rupiah dituliskan Rp5.000,00


- Sepuluh ribu rupiah dituliskan Rp10.000,00
- Seratus ribu rupiah dituliskan Rp100.000,00
C. Nilai Tukar Uang

Contoh : 2 lembar uang Rp10.000,00 dapat ditukar dengan:

• 1 lembar uang Rp20.000,00;


• 4 lembar uang Rp5.000,00;
• 20 lembar uang Rp1.000,00; atau
• 40 lembar uang Rp500,00.
D. Menaksir Jumlah Harga

Untuk menaksir jumlah harga dari sekumpulan barang yang biasa dijual
sehari-hari, sebaiknya menggunakan taksiran tinggi. Tujuannya agar uang yang
kita bawa cukup untuk membeli barang tersebut.

Contoh :

Neli membeli nasi uduk dengan ayam goreng Rp6.000,00; tahu Rp1.500,00; dan
kerupuk Rp750,00. Berapa kira-kira uang yang harus dibawa Neli!

Jawab :

Harga barang = Rp6.000,00 + Rp1.500,00 + Rp750,00


10
Taksiran tinggi = Rp6.000,00 + Rp2.000,00 + Rp1.000,00
= Rp9.000,00
Jadi, jumlah yang dibawa Neli kira-kira Rp9.000,00.

E. Soal Cerita yang berhubungan dengan Uang

Contoh :

Tasya mempunyai uang Rp15.000,00. Uang tersebut digunakan untuk membeli


buku Rp3.500,00; pensil Rp2.000,00; dan buku gambar Rp1.500,00. Berapakah
sisa uang Tasya?

Jawab :

Sisa = Rp15.000,00 – (Rp3.500,00 + Rp2.000,00 + Rp1.500,00)


= Rp15.000,00 – Rp7.000,00
= Rp8.000,00
Jadi, sisa uang Tasya adalah Rp8.000,00.

2.6. Aproksimasi
Konsep aproksimasi berkaitan dengan pembulatan. Misalnya, pembulatan
hasil pengukuran panjang, berat, harga belanja ke satuan, puluhan, dan ratusan
terdekat. Misalnya, ketika orang bertanya, “Berapa panjangnya?” kemudian
dijawab dengan “sekitar 10 meter” atau (10 meteran). Jawaban tersebut
merupakan contoh aproksimasi atau pembulatan yang dilakukan terhadap satuan
panjang.
A. Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat ke Satuan Terdekat
1. Pembulatan Keatas (satuan terdekat)
Caranya : Angka satuannya ditambah 1 dan angka dibelakang koma
dihilangkan.
Contoh :
1) 6,7 =7
2) 9,2 = 10
3) 23,9 = 24
11
4) 102,4 = 103
2. Pembulatan Kebawah (satuan terdekat)
Caranya : Menghilangkan angka dibelakang koma.
Contoh :
1) 4,7 =4
2) 12,5 = 12
3) 76,9 = 76
4) 231,4 = 231
3. Pembulatan Terbaik (satuan terdekat)
Caranya : Perhatikan satu angka dibelakang koma. Jika angka dibelakang
koma < 5, maka angka dibelakang koma dihilangkan. Jika angka
dibelakang koma ≥ 5, maka angka satuan +1 dan angka belakang koma
dihilangkan.
Contoh :
1) 4,1 =4
2) 23,6 = 24
3) 99,7 = 100
4) 249,3 = 249

Berikut adalah contoh latihan.

Hasil Pembulatan Pembulatan Pembulatan


Pengukuran
Keatas Kebawah Terbaik
(kg)
8,4 9 8 8

7,3 8 7 7

9,8 10 9 10

11,6 12 11 12

B. Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat ke Puluhan Terdekat

12
1. Pembulatan Keatas (puluhan terdekat)
Caranya : Angka dibelakang puluhan dijadikan 0 dan puluhannya
ditambah 1.
Contoh :
1) 21 = 30
2) 53 = 60
3) 176 = 180
4) 3.579 = 3.580
2. Pembulatan Kebawah (puluhan terdekat)
Caranya : Angka dibelakang puluhan dijadikan 0 dan puluhannya tetap.
Contoh :
1) 22 = 20
2) 99 = 90
3) 226 = 220
4) 3.579 = 3.570
3. Pembulatan Terbaik (puluhan terdekat)
Caranya : Perhatikan angka satuannya. Jika angkanya < 5, maka
satuannya jadi 0 dan angka depan tetap. Jika angkanya ≥ 5, maka
satuannya jadi 0 dan angka depan + 1.
Contoh :
1) 24 = 20
2) 177 = 180
3) 261 = 260
4) 3.745 = 3.750

Berikut adalah contoh latihan.

Hasil Pembulatan Pembulatan Pembulatan


Pengukuran
Keatas Kebawah Terbaik
(kg)
22 30 20 20

29 30 20 30

13
174 180 170 170

5.172 5.180 5.170 5.170

C. Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat ke Ratusan Terdekat


1. Pembulatan Keatas (ratusan terdekat)
Caranya : Angka satuan dan puluhan dijadikan 0 dan ratusan ditambah 1.
Contoh :
1) 121 = 200
2) 457 = 500
3) 2.176 = 2.200
4) 7.123 = 7.200
5)
2. Pembulatan Kebawah (ratusan terdekat)
Caranya : Angka satuan dan puluhan dijadikan 0 dan angka depannya
tetap.
Contoh :
1) 451 = 400
2) 899 = 800
3) 1.251 = 1.200
4) 5.710 = 5.700
3. Pembulatan Terbaik (ratusan terdekat)
Caranya : Perhatikan angka puluhannya. Jika angkanya < 5, maka satuan
dan puluhan jadi 0, angka depan tetap. Jika angkanya ≥ 5, maka satuan
dan puluhan jadi 0, angka depan + 1.
Contoh :
1) 342 = 300
2) 692 = 700
3) 2.515 = 2.500
4) 3.579 = 3.600

14
Hasil Pembulatan Pembulatan Pembulatan
Pengukuran
Keatas Kebawah Terbaik
(meter)
252 300 200 300

612 700 600 600

14.990 15.000 14.000 15.000

1.249 1.300 1.200 1.200

2.7. Statistika

Statistika dalam kehidupan seharihari sangat dibutuhkan. Misalnya,


bagaimana suatu data yang terkumpul disajikan ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan dipahami. Dalam dunia pendidikan, penerapan statistika
misalnya tentang penyajian banyak siswa di suatu kota, analisis skor hasil ujian
matematika siswa, dan banyak siswa yang lulus UN (Ujian Nasional). Penyajian
data dapat berbentuk diagram atau tabel.

A. Membaca dan Menafsirkan Data


Contoh :
Di suatu kelas, terdapat 33 siswa yang mengikuti ujian matematika. Dari data
yang diperoleh, nilai dari 33 siswa tersebut sebagai berikut: 70, 60, 75, 90, 65,
70, 90, 85, 85, 55, 65, 85, 80, 95, 100, 55, 50, 75, 85, 80, 60, 80, 70, 65, 75,
80, 90, 95, 85, 75, 70, 85, 100.
Sajikan nilai hasil ujian dari data di atas ke dalam bentuk tabel. Data skor hasil
ujian yang terdapat dalam contoh di atas sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari terutama di sekolah.

15
Membaca data
• Siswa yang mendapat nilai 50 ada 1 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 55 ada 2 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 60 ada 2 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 65 ada 3 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 70 ada 4 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 75 ada 4 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 80 ada 4 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 85 ada 6 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 90 ada 3 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 95 ada 2 orang.
• Siswa yang mendapat nilai 100 ada 2 orang.

Menafsirkan data
• Nilai 85 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh siswa.
• Nilai 50 merupakan nilai yang paling sedikit diperoleh siswa.
B. Penyajian Data dalam Diagram Batang
Contoh :
Guru matematika di kelas Edo membagikan hasil ujian matematika dan
mendata nilai hasil ujian matematika siswa kelas 4A. Dari 32 siswa, 2 siswa
mendapat nilai 50, 11 siswa mendapat nilai 65, 10 siswa mendapat nilai 70, 6
16
siswa mendapat nilai 80, dan sisanya mendapat nilai 75. Guru di kelas Edo
ingin melihat perbandingan nilai yang diperoleh siswa dengan lebih mudah.

Guru di kelas Edo ingin melihat peningkatan nilai selanjutnya dengan lebih
mudah. Kita dapat menyajikannya dalam bentuk diagram batang. Sebelum
membuat diagram batang, tulislah data yang diperoleh dalam bentuk tabel.

Cara membuat diagram batang, lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Buatlah sumbu datar (x) dan sumbu tegak (y), yang saling tegak lurus.
2) Sumbu datar merupakan sumbu berisi nilai hasil ulangan matematika.
3) Sumbu tegak merupakan sumbu berisi banyaknya siswa.
4) Gambarlah persegi panjang tegak untuk masingmasing nilai hasil ujian
matematika sesuai dengan banyak siswa.

Di bawah ini contoh penyajian data dalam diagram batang berdasarkan contoh
soal.

17
2.8. Pengukuran Sudut

Pada bangun datar, sudut merupakan suatu hal yang banyak dipelajari.
Sebagai contoh, penerapan sudut dalam kehidupan sehari-hari adalah bagaimana
menentukan kemiringan atau sudut jarum panjang dan jarum pendek pada jam,
sudut elevasi untuk mengukur ketinggian suatu objek tertentu. Materi ini juga
berkaitan dengan bagaimana menggunakan busur derajat dalam mengukur dan
menggambar sudut.

A. Pengukuran Sudut dalam Satuan Baku dengan Busur Derajat

Pengukuran sudut dalam satuan baku merupakan pengukuran sudut yang


hasilnya menggunakan satuan derajat dan menggunakan busur derajat.

Busur derajat merupakan salah satu alat untuk mengukur besar sudut dalam satuan
baku. Satuan baku dari pengukuran sudut adalah derajat yang dilambang-kan
dengan °, misalkan 30°. 30° dibaca tiga puluh derajat.

Perhatikan gambar busur derajat dibawah ini!

Untuk mengukur sudut menggunakan busur, perhatikan langkah-langkah berikut.

1) Letakkan titik pusat busur pada titik sudut yang akan diukur.
2) Impitkan garis dasar busur dengan salah satu kaki sudut.
3) Lihat garis sudut yang lain.
4) Angka pada busur yang berimpit dengan kaki sudut menunjukkan ukuran
sudut.
18
B. Pengukuran Sudut Bangun Datar dengan Busur Derajat
Contoh :
Perhatikan gambar dan bacaan berikut!

Pada saat berlibur ke wisata pantai, terlihat perahuperahu di pinggir pantai, ada
pula perahu sedang berlayar dengan membentangkan kain layarnya berbentuk
segitiga. Segitiga mempunyai tiga titik sudut. Dapatkah kamu mengukur dan
menentukan besar sudut layar berbentuk segitiga tersebut?
Jawab :
Layar perahu ketika dibuka akan tampak berbentuk segitiga.

19
Pada segitiga terdapat 3 titik sudut yaitu sudut A, sudut B, dan sudut C. Setiap
titik-titik sudut tersebut diukur besar sudutnya.
Mengukur besar sudut A dengan menggunakan busur derajat, akan diperoleh
bahwa besar sudut A adalah 65°.

Mengukur besar sudut B dengan menggunakan busur derajat, akan diperoleh


bahwa besar sudut B adalah 45°.

Dari hasil pengukuran di atas, diperoleh besar sudut


∠A = 65°,
∠B = 45°, dan
∠C = 70°.
Jika ketiga besar sudut tersebut dijumlahkan, maka diperoleh
Jumlah sudut segitiga adalah ∠A ditambah ∠B ditambah ∠C.
Jumlah sudut segitiga = 65 + 45 + 70 = 180.

20
BAB III
KELIPATAN DAN FAKTOR

3.1. Kelipatan Bilangan


Kelipatan dari suatu bilangan adalah hasil perkalian bilangan tersebut dengan
bilangan asli.
Contoh :
Tentukan kelipatan dari 4!
Penyelesaian :

1x4=4
2x4=4+4=8
3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12
4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 = 16, dan seterusnya.
Jadi, kelipatan dari 4 adalah 4, 8, 12, 16, ....

3.2. Faktor Bilangan


Faktor dari suatu bilangan adalah semua bilangan yang dapat membagi habis
bilangan tersebut.
Contoh :
Tentukan faktor dari 18 dan 20!
Penyelesaian :
18 20
18 : 1 = 18 20 : 1 = 20
18 : 2 = 9 x 20 : 2 = 10 x
18 : 3 = 6 1 18 20 : 4 = 5 1 20
18 : 6 = 3 20 : 5 = 4
2 9 2 10
18 : 9 = 2 20 : 10 = 2
18 : 18 = 1 3 6 20 : 20 = 1 4 5

Jadi, faktor dari 18 adalah 1, Jadi, faktor dari 20 adalah


2, 3, 6, 9, dan 18 1, 2, 4, 5, 10, dan 20

3.3. Bilangan Prima


Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua faktor, yaitu 1 dan
bilangan itu sendiri. Contoh bilangan prima, antara lain : 2, 3, 5, 7, 11, 13, ....
Angka 1 bukan bilangan prima karena 1 hanya mempunyai 1 faktor yaitu 1.
Angka 9 bukan bilangan prima karena 9 mempunyai 3 faktor, yaitu 1, 3, dan 9.

21
a. Faktor Prima
Faktor prima adalah faktor-faktor dari suatu bilangan yang merupakan bilangan
prima.
Contoh :
Faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10, dan 20
Faktor prima dari 20 adalah 2 dan 5.

b. Faktorisasi Prima
Faktorisasi prima adalah cara menyatakan suatu bilangan dalam bentuk
perkalian bilangan-bilangan prima. Faktorisasi prima dari suatu bilangan
dapat ditentukan menggunakan pohon faktor. Contoh :
Tentukan faktorisasi prima dari 24!
Penyelesaian :

24

2 12 Faktorisasi prima dari 24 = 2 x 2 x 2 x 3


= 23 x 3
2
6

2
3

c. Kelipatan Persekutuan
Kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama (bersekutu) dari dua
bilangan atau lebih. Kelipatan persekutuan dapat ditentukan dengan cara
menuliskan kelipatan setiap bilangan, lalu melingkari kelipatan bilangan yang
sama (bersekutu).
Contoh :
Tentukan kelipatan persekutuan dari 4 dan 6!
Penyelesaian :

Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, ....
Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, ....
Jadi, kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36, ....

d. Faktor Persekutuan
Faktor persekutuan adalah faktor yang sama (bersekutu) dari dua bilangan atau
lebih.

22
Contoh :
Tentukan faktor persekutuan dari 18 dan 24!
Penyelesaian :

Faktor dar 18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18
Faktor dari 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Jadi, faktor persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, dan 6.

3.4. KPK dan FPB


Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah kelipatan persekutuan dari dua
bilangan yang nilainya paling kecil di antara kelipatan persekutuan lainnya.
Faktor persekutuan terbesar adalah faktor persekutuan dari dua bilangan yang
nilainya paling besar di antara faktor persekutuan lainnya.
Cara menentukan KPK dan FPB dapat dilakukan dengan pohon faktor atau
teknik sengkedan.

Pohon Faktor Teknik Sengkedan

KPK Mengalikan semua faktor prima. Mengalikan semua faktor


Jika ada faktor prima yang sama, prima yang ada.
pilih faktor prima dengan pangkat
terbesar.

FPB Mengalikan semua faktor prima Mengalikan semua faktor


yang sama dengan pangkat prima yang dapat membagi
terkecil. habis kedua bilangan tersebut.
Contoh :
Tentukan KPK dan FPB dari 30 dan 42!
Penyelesaian :

a. Menggunakan pohon faktor


30 42 30 = 2 x 3 x 5
42 = 2 x 3 x 7
FPB = 2 x 3
2 15 2 21 KPK = 2 x 3 x 5 x 7

3 5 3 7

23
b. Menggunakan teknik sengkedan

30 42 Catatan :
Lingkarilah bilangan prima
2 15 21 yang membagi habis kedua
bilangan.
3 5 7

5 1 7 FPB = 2 x 3 = 6
KPK = 2 x 3 x 5 x 7
7 1 1

1. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan KPK


Permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan KPK biasanya berisi tentang
kejadian yang dilakukan bersamaan dan terjadi berulang kali.
Contoh :
Ayah membeli pakan ayam setiap 45 hari sekali dan pakan ikan setiap 60 hari
sekali. Pada tanggal 1 Juni, ayah membeli pakan ayam dan ikan secara
bersamaan. Pada tanggal berapakah ayah akan membeli pakan ayam dan ikan
secara bersamaan lagi?
Penyelesaian :

45 60 45 = 3 x 3 x 5 = 32 x 5
60 = 2 x 2 x 3 x 5 = 22 x 3 x 5
3 15 2 30 KPK = 22 x 32 x 5 = 180

3 5 2 15

3 5

Jadi, ayah akan membeli pakan ayam dan ikan secara bersamaan lagi setelah
180 hari, yaitu pada tanggal 28 November.

2. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan FPB


Permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan FPB biasanya berisi tentang
pengelompokan beberapa jenis benda dengan jumlah yang sama di setiap
kelompok.
Contoh :
Ibu memiliki 24 kue coklat dan 36 kue keju. Ibu akan membagikan kedua jenis
kue tersebut kepada beberapa anak sama banyak. Berapa jumlah anak paling
banyak yang mendapatkan kue dari ibu?

24
Penyelesaian :

24 36 24 = 2 x 2 x 2 x 3 = 23 x 3
36 = 2 x 2 x 3 x 3 = 22 x 32
2 12 2 18 FPB = 22 x 3 = 12

2 6 2 9 Jadi, ibu dapat membagikan kedua


jenis kue dengan masing-masing anak
mendapat jumlah yang sama tiap
2 3 3 3 jenisnya, paling banyak kepada 12
anak

25
BAB IV

BILANGAN ROMAWI DAN BULAT

4.1. Bilangan Romawi

Angka Romawi atau bilangan Romawi merupakan sistem penomoran yang


berasal dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini menggunakan huruf Latin
sebagai simbol untuk melambangkan angka numerik. Angka Romawi biasa
digunakan untuk penomoran pada bab buku, penomoran pada seri olimpiade
olahraga, serta digunakan untuk menandakan waktu pada jam dinding atau jam
tangan.

Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa angka Romawi berasal dari goresan-
goresan hitungan yang digunakan oleh para penggembala Italia dan Dalmasia
hingga abad ke-19. Tapi, sejak munculnya angka modern, angka Romawi sudah
tidak banyak digunakan. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada angka 0
pada angka Romawi. Hal ini dianggap dapat menyulitkan bagi perkembangan
sistem matematika.

Angka Romawi menggunakan total tujuh huruf Latin yang dikombinasikan


sedemikian rupa untuk membentuk suatu angka tertentu

1=I 11 = XI 60 = LX

2 = II 12 = XII 70 = LXX

3 = III 13 = XIII 80 = LXXX

4 = IV atau IIII* 14 = XIV 90 = XC

5=V 15 = XV 100 = C

6 = VI 19 = XIX 400 = CD

7 = VII 20 = XX 500 = D

26
8 = VIII 30 = XXX 900 = CM

9 = IX 40 = XL 1000 = M

10 = X 50 = L 5000 = IƆƆ**

*IIII terkadang masih digunakan pada jam, tetapi tidak umum

** I diikuti dengan 2 buah C terbalik

Penulisan Angka Romawi

Angka Romawi menggunakan empat sistem penulisan, yaitu penjumlahan,


pengurangan, pengulangan, dan campuran. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Sistem Penjumlahan

Jika ada angka Romawi yang terdiri dari dua angka atau lebih, dengan angka di
sebelah kirinya lebih dari atau sama dengan angka di sebelah kanannya, maka
susunan angka itu menggunakan sistem penjumlahan.

Contoh:

a. VI = 5 + 1 = 6

b. LXVII = 50 + 10 + 5 + 1 + 1 = 67

2. Sistem Pengurangan

Jika ada angka Romawi yang terdiri dari dua angka atau lebih, dengan angka di
sebelah kirinya kurang dari angka di sebelah kanannya, maka susunan angka
itu menggunakan sistem pengurangan.

Contoh:

a. IV = 5 - 1 = 4

b. XL = 50 - 10 = 40

27
3. Sistem Pengulangan

Merupakan sistem penulisan dengan mengulang angka yang sama secara


berurutan.

Contoh:

a. III = 1 + 1 + 1 = 3

b. CC = 100 + 100 = 200

4. Sistem Campuran

Merupakan sistem penulisan yang menggabungkan ketiga sistem sebelumnya.

Contoh:

a. XCVIII = XC + V + I + I + I

= (100 - 10) + (5 + 1 + 1 + 1)

= 90 + 8

= 98

b. MDCCCXLVII = M + D + C + C + C + XL + V + I + I

= 1000 + 500 + 100 + 100 + 100 + (50 - 10) + 5 + 1 + 1

= 1000 + 500 + 100 + 100 + 100 + 40 + 5 + 1 + 1

= 1847

4.2. Bilangan bulat

Bilangan bulat bukan berarti kumpulan atau himpunan bilangan yang


bentuknya bulat, ya. Tapi, nilainya yang bulat. Bilangan bulat terdiri dari
bilangan cacah dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat dalam
matematika dilambangkan dengan Z. Lambang ini berasal dari bahasa Jerman,

28
yaitu Zahlen yang berarti bilangan. bilangan cacah sendiri merupakan himpunan
bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan bilangan bulat positif. Bilangan bulat
positif bisa juga disebut sebagai bilangan asli, merupakan himpunan bilangan
bulat yang bernilai positif. Sementara itu, bilangan bulat negatif merupakan
himpunan bilangan bulat yang bernilai negatif.

bilangan asli terbagi lagi menjadi bilangan ganjil, genap, prima, dan
komposit. Bilangan ganjil merupakan himpunan bilangan yang bukan kelipatan
dua atau nilainya nggak habis jika dibagi 2. Kebalikannya, bilangan
genap merupakan himpunan bilangan kelipatan 2 atau nilainya akan habis jika
dibagi 2.

Contohnya nih, 8 merupakan bilangan genap karena kalo kita bagi dengan
2, nilainya akan habis atau nggak punya sisa. Beda lagi dengan 13. Coba, 13 bisa
dibagi 2 nggak? Jawabannya bisa, tapi nilainya nggak habis. Berarti, 13 bukan
kelipatan 2. Itu tandanya, 13 termasuk bilangan ganjil.

Bilangan ganjil = {..., -7, -5, -3, -1, 1, 3, 5, 7, 9, …}

Bilangan genap = {..., -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, 8, 10, …}

1. Membandingkan Bilangan Bulat

Membandingkan bilangan bulat berarti menentukan apakah suatu bilangan


bulat memiliki nilai lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan bilangan bulat
yang lain. Dalam membandingkan bilangan bulat, kita bisa menuliskannya
menggunakan lambang-lambang berikut ini:

Misalkan, a dan b merupakan bilangan bulat.

 Jika a lebih besar dari b, maka bisa ditulis a > b


 Jika a lebih kecil dari b, maka bisa ditulis a < b

29
 Jika a sama dengan b, maka bisa ditulis a = b

2. Mengurutkan Bilangan Bulat

Mengurutkan bilangan bulat berarti menuliskan bilangan bulat tersebut secara


urut dari nilai terkecil ke nilai terbesar atau sebaliknya. Pada garis bilangan,
semakin ke kanan letak suatu bilangan, maka nilainya akan semakin besar.
Sebaliknya, semakin ke kiri letak suatu bilangan, nilainya akan semakin kecil.

Contoh Soal!

Urutkan bilangan-bilangan bulat berikut dari yang terkecil ke yang terbesar.

-3, 8, 13, -15, 1

Pembahasan:

Untuk memudahkan menjawab soal di atas, kamu harus ingat bilangan positif
nilainya selalu lebih besar dari bilangan negatif. Jadi, -3 dan -15 nilainya pasti
lebih kecil dari 8, 13, dan 1, karena yang diminta soal adalah urutan bilangan dari
yang terkecil, berarti kita tentukan antara -3 dan -15, bilangan mana yang nilainya
paling kecil. Kamu bisa buat garis bilangannya supaya bingung.

Ternyata, -15 terletak jauh di sebelah kiri -3. Itu tandanya, -15 lebih kecil dari -3,
atau bisa kita tulis -15 < -3. Jika kita buat urutannya, berarti begini:

-15 < -3 < … < … < ...

Kemudian, kita lihat pada garis bilangan, 13 terletak paling kanan. Berarti, 13
merupakan bilangan yang paling besar.

30
-15 < -3 < … < … < 13

Tinggal cari perbandingan antara 1 dan 8. Ternyata, 1 lebih kecil dari 8, berarti 1
< 8.

-15 < -3 < 1 < 8 < 13

Jadi, urutan bilangan bulat dari yang terkecil ke yang terbesarnya adalah -15, -3,
1, 8, 13.

4.3. Operasi Hitung Bilangan Bulat

Operasi hitung bilangan bulat Dalam operasi hitung bilangan bulat, ada
beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Operasi hitung pada bilang bulat
diantaranya :

1. Penjumlahan

 Penjumlahan bilangan bulat dengan tanda atau jenis yang sama maka hasilnya
sama seperti jenis bilangan yang ditambahkan.
 Jika bilangan cacah ditambah bilangan cacah maka hasilnya juga bilangan
cacah. Sedangkan bilangan negatif ditambah negatif hasilnya akan bilangan
negatif. Contoh:

2+2=4

-2 + -2 = -4

 Sedangkan untuk penjumlahan dengan dua jenis yang berbeda hasilnya


merupakan hasil pengurangan dan jenisnya ditentukan dengan jenis bilangan
yang paling besar.
 Jika bilangan yang lebih besar adalah negatif maka hasil pengurangannya akan
negatif.

31
 Sebaliknya jika bilangan yang besar adalah bilangan cacah maka hasil
pengurangannya adalah bilangan cacah. Contoh :

-6+4=

-2 10 + (-5) = 5

2. Pengurangan

 Pengurangan bilangan bulat dengan jenis yang sama bisa dijabarkan dengan
contoh sebagai berikut :

3 - 2 = 1 -3 - (-3) =

-3+3=0

 Untuk pengurangan dengan jenis yang berbeda contohnya adalah :

4 - (-5) = 4 + 5 = 9

-10 - 5 = 15

3. Perkalian

 Dalam perkalian bilangan cacah atau positif dengan bilangan positif hasilnya
adalah bilangan positif.
 Bilangan negatif dikali dengan bilangan negatif hasilnya bilangan positif.
 Sedangkan bilangan positif dikali dengan bilangan negatif hasilnya akan
negatif. Contoh :

5 x 5 = 25

-6 x -2 = 12

32
-10 x 6 = -60

4. Pembagian

 Bilangan positif dibagi dengan bilangan positif hasilnya positif.


 Bilangan negatif dibagi dengan negatif hasilnya bilangan positif. Contohnya :

9:3=3

-10 : -5 = 2

 Pembagian bilangan campuran yaitu bilangan negatif dibagi positif atau


sebaliknya hasilnya adalah bilangan negarif. Contoh :

-20 : 2 = -10

30 : -5 = -6

33
BAB V

PECAHAN

5.1. Pengertian Pecahan

Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal
dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian‐bagian yang lebih
kecil. Sebuah pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang
penulisannya dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring (/). Contoh , , dan

seterusnya. Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap
bagian dari yang utuh. Apabila kakak mempunyai sebuah apel yang akan dimakan
berempat dengan temannya, maka apel tersebut harus dipotong‐potong menjadi 4
bagian yang sama. Sehingga masing‐masing anak akan memperoleh bagian dari

apel tersebut. Pecahan biasa mewakili ukuran dari masing‐masing potongan

apel. Dalam lambang bilangan (dibaca seperempat atau satu perempat), ”4”

menunjukkan banyaknya bagian‐bagian yang sama dari suatu keseluruhan


atau utuh dan disebut ”penyebut”. Sedangkan ”1” menunjukkan banyaknya
bagian yang menjadi perhatian atau digunakan atau diambil dari keseluruhan
pada saat tertentu dan disebut pembilang.

5.2. Perbandingan dan Urutan Pecahan


MEMBANDINGKAN PECAHAN
a. Membandingkan Pecahan Berpenyebut Sama

34
Untuk membandingkan pecahan yang memilik penyebut sama, cukup dengan
melihat pembilang pada pecahan yang dibandingkan. Tanda yang digunakan
untuk membandingkan sebagai berikut.
< (dibaca kurang dari)
> (dibaca lebih dari)
= (dibaca sama dengan)
Contoh:
Pecahan manakah yang nilainya lebih kecil, atau ?

Jawab:
Pecahan memiliki pembilang 1

Pecahan memiliki pembilang 4

Dalam hal ini, 1 < 4 berarti <

Jadi, pecahan yang nilainya lebih kecil adalah

b. Membandingkan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama


Untuk membandingkan pecahan berpenyebut tidak sama dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu menggunakan bantuan garis bilangan dan menggunakan
perkalian silang.
Contoh:
Pecahan manakah yang nilainya lebih besar, atau ?

Jawab:
Cara 1:
Letakkan pecahan dan pada garis bilangan sebagai berikut.

I I I I
0 1

35
I I I I I
0 1

Terlihat bahwa pecahan terletak di sebelah kanan pecahan

Diperoleh: >

Jadi, pecahan yang nilainya besar adalah

Cara 2:
Pecahan mempunyai pembilang = 2 dan penyebut = 3

Pecahan mempunyai pembilang = 2 dan penyebut = 4

Lakukan perkalian silang antara pembilang pecahan dengan penyebut pecahan

dan penyebut pecahan dengan pembilang pecahan hal tersebut dapat dituliskan

sebagai berikut.

… 2×4…3×3 8<9

Diperoleh hasil 8 < 9. Berarti < .

jadi, pecahan yang nilainya lebih besar adalah .

MENGURUTKAN PECAHAN
a. Mengurutkan Pecahan Berpenyebut Sama
Untuk mengurutkan pecahan berpenyebut sama, maka cukup perhatikan
dan urutkan angka pada pembilangnya.
Contoh:
Urutkan pecahan , , , dari yang terbesar!

Jawab:
Perhatikan pembilang pada pecahan-pecahan tersebut: 4 > 3 > 2 > 1

36
Jadi, urutan pecahan dari yang terbesar adalah , , , .

b. Mengurutkan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama


Untuk mengurutkan pecahan berpenyebut tidak sama, dapat digunakan
garis bilangan. Dengan mengetahui letak pecahan-pecahan yang akan diurutkan,
maka terlihat urutan pecahan-pecahan tersebut.
Contoh:
Urutkan pecahan , , dari yang terkecil!

Jawab:
Letak pecahan-pecahan tersebut pada garis bilangan:
I I I I I
0 1

I I I
0 1

I I I I
0 1

Berdasarkan garis bilangan tersebut, dapat diperoleh informasi berikut.


terletak di sebelah kanan dan .

terletak di sebelah kiri dan .

Berarti, merupakan bilangan terbesar dan merupakan bilangan terkecil.

Jadi, urutan pecahan-pecahan tersebut dari yang terkecil adalah , , .

37
5.3. Pecahan Senilai

Pecahan senilai adalah pecahan yang dituliskan dalam bentuk berbeda,


tetapi mempunyai nilai sama. Pecahan senilai disebut juga pecahan ekuivalen.
Perhatikan gambar berikut.

Tiga lingkaran diatas memiliki luas yang sama. Lingkaran pertama dibagi
menjadi dua bagian, lingkaran kedua dibagi menjadi empat bagian, dan lingkaran
ketiga dibagi menjadi delapan bagian. Luas daerah yang diarsir pada lingkaran
pertama adalah bagian dari lingkaran, luas daerah yang diarsir pada lingkaran

kedua adalah bagian dari lingkaran, dan luas daerah yang diarsir pada lingkaran

ketiga adalah bagian dari lingkaran.

Dari gambar diatas, luas daerah yang diarsir pada ketiga lingkaran tersebut
sama besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa = = . Ketiga pecahan tersebut

adalah pecahan senilai karena mempunyai nilai yang sama (dibuktikan dengan
luas daerah arsiran pada ketiga lingkaran pada gambar).
5.4. Pecahan Desimal

Pecahan yang nilai penyebutnya adalah 10, 100, 1.000, dan seterusnya
disebut pecahan desimal. Pecahan desimal biasanya ditandai dengan tanda koma
(,). Pecahan desimal dapat diubah menjadi pecahan biasa, dan sebaliknya.
a. Mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal
Pecahan biasa dapat diubah menjadi pecahan desimal. Berikut langkah-langkah
untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal.

38
1) Tentukan bilangan yang dapat dikalikan dengan penyebut pecahan untuk
menghasilkan bilangan kelipatan 10 (10, 100, 1.000, dan seterusnya).
2) Kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang telah ditentukan pada
langkah sebelumnya.
3) Tulis bilangan pembilang dan berilah tanda desimal sesuai jumlah angka nol pada
penyebut. Misal ada 1 angka di belakang koma, maka geser tanda desimal (koma)
ke kiri sejauh 1 angka.
4) Tulislah angka nol sebelum tanda desimal.

Contoh :

Ubahlah pecahan ke bentuk desimal!

Jawab:

= = = 0.75

5.5. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan


a) Penjumlahan Pecahan
Penjumlahan dua pecahan dapat diilustrasikan dengan menggabungkan dua nilai.
Perhatikan contoh berikut.

Antok belajar matematika selama ½ jam, dan dilanjutkan belajar fisika 1⁄3 jam.
Berapa jamkah Antok belajar matematika dan fisika?

Penyelesaian:
Untuk memudahkan dalam penjumlahan pecahan, kita samakan penyebut dua
pecahan yang diberikan. KPK dari 2 dan 3 adalah 6, maka
+ = +

Selanjutnya kita lakukan penjumlahan dan

39
+

Sehingga, untuk menjumlahkan dua pecahan, pertama kita pastikan


penyebut kedua pecahan tersebut sama. Setelah itu kita jumlahkan pecahan
tersebut dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, dan membiarkan
penyebut tetap.
Untuk menyamakan penyebut dua pecahan, kita juga dapat mengalikan
penyebut kedua pecahan tersebut. Hasil kali kedua penyebut tersebut tidak selalu
KPK dari kedua penyebut tersebut. Setelah dua pecahan tersebut memiliki
penyebut yang sama, kita tinggal menjumlahkan kedua pecahan tersebut.

b) Pengurangan Pecahan
Pengurangan pecahan dapat dilakukan seperti dalam penjumlahan pecahan.
Pertama, jika perlu, samakan penyebut pecahan-pecahan yang diberikan,
kemudian kurangi pembilang-pembilang pecahan dan biarkan penyebutnya tetap.
Perhatikan contoh berikut.

Bintang diberi ¾ kg buah apel oleh tantenya. Karena dia memiliki adik,
maka dia memberikan 1⁄6 kg apel tersebut kepada adiknya. Berapa kg
sisa apel yang dimiliki oleh Bintang?

Untuk menentukan sisa apel yang dimiliki Bintang, kita cari hasil
- =…

Penyelesaian:
- = - =

Jadi, sisa apel yang dimiliki Bintang adalah .

40
5.6. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal

Pada penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan dalam bentuk


desimal yang perlu diperhatikan adalah lajur-lajur perseratusan, persepuluhan,
satuan, puluhan, ratusan, dan sebagainya. Perseratusan ditempatkan dalam satu
lajur, demikian juga persepuluhan, koma desimal, satuan, puluhan, ratusan, dan
sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini.

Contoh Penjumlahan Pecahan Desimal

Hitunglah nilai penjumlahan dari:

(a) 12,325 + 8,135

(b) 21,032 + 9,802 + 5,181

Jawab:

(a) Bilangan 12,325 terdiri atas puluhan (angka 1), satuan (angka 2), koma
desimal (tanda “,”), persepuluhan (angka 3), perseratusan (angka 2) dan
perseribuan (angka 5). Bilangan 8,135 terdiri atas satuan (angka 8), koma desimal
(tanda “,”), persepuluhan (angka 1), perseratusan (angka 3) dan perseribuan
(angka 5). Untuk menjumlahkannya, elemen-elemen pada kedua bilangan tersebut
disusun dalam satu lajur seperti berikut ini.

1 2 , 3 2 5

8 , 1 3 5
+
2 0 , 4 6 0

Jadi, 12,325 + 8,135 = 20,460 atau bisa kita tulis 20,46.

41
(b) Bilangan 21,032 terdiri atas puluhan, satuan, koma desimal, persepuluhan,
perseratusan dan perseribuan. Bilangan 9,802 terdiri atas satuan, persepuluhan,
perseratusan dan perseribuan. Sedangkan bilangan 5,181 juga terdiri atas satuan,
persepuluhan, perseratusan dan perseribuan. Lalu jumlahkan ketiga bilangan
desimal tersebut dengan cara seperti pada soal 1. (a), yaitu sebagai berikut.

2 1 , 0 3 2

9 , 8 0 2

5 , 1 8 1
+
3 6 , 0 1 5

Jadi, 21,032 + 9,802 + 5,181 = 36,015.

Contoh Pengurangan Pecahan Desimal

Hitunglah nilai pengurangan dari:

(a) 24,56 – 23,72

(b) 25,56 – 13,5

Jawab:

(a) Bilangan 24,56 dan 23,72 terdiri atas puluhan, satuan, koma desimal,
persepuluhan dan perseratusan. Sama seperti pada penjumlahan, untuk
mengurangkan kedua bilangan tersebut caranya susun masing-masing elemen
dalam satu lajur, yaitu sebagai berikut.

2 4 , 5 6

2 3 , 7 2
0 , 8 4 −

42
Jadi, 24,56 – 23,72 = 0,84.

(b) Bilangan 25,56 terdiri atas puluhan, satuan, koma desimal, persepuluhan dan
perseratusan. Sedangkan bilangan 13,5 terdiri atas puluhan, satuan, koma desimal
dan persepuluhan. Agar elemen pada bilangan 13,5 sama dengan elemen pada
bilangan 25,56 maka kita bisa menambahkan angka nol dibagian paling belakang
angka 13,5 sehingga menjadi 13,50. Untuk mengurangkannya sama seperti soal 2.
(a) yaitu sebagai berikut.

2 5 , 5 6

1 3 , 5 0
1 2 , 0 6 −

Jadi, 25,56 – 13,5 = 12,06.

43
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarti, Sri. dkk. 2009. Matematika untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta : CV. Sindunata.

Kusnandar, Achmad. 2009. Matematika SD/MI Kelas 4. Jakarta : Pusat Perbukuan.

Mikan dan Hardi. 2009. Pandai Berhitung Matematika : Untuk Sekolah Dasar dan
dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan.

Yuniarto, Yoni. 2009. Matematika 4: Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah


Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan.

Anam, Fatkul. dkk. 2009. Matematika 4: Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah


Kelas 4. Jakarta : CV. Media Ilmu.

Kusdinar, Irwan dan Zikri. 2009. Pintar Matematika 4: Untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta
: Pusat Perbukuan.

Hobri. dkk. 2018. Senang Belajar MATEMATIKA. Jakarta : Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan.

44
GLOSARIUM

Operasi hitung adalah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan cara
menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi.

Uang adalah benda yang diterima masyarakat umum sebagai alat tukar dalam kegiatan
ekonomi. Dalam ilmu ekonomi tradisional, uang berlaku didefinisikan alat tukar.

Aproksimasi fungsi adalah suatu proses pendekatan atau hampiran untuk


mendapatkan nilai fungsi yang mendekati nilai sebenarnya.

Statistik adalah suatu pengetahuan yang berhubungan dengan metode pengumpulan


data, pengolahan data, analisisnya, dan juga penarikan kesimpulan dengan berdasarkan
kumpulan data serta penganalisisan yang dilaksanakan.

Sudut adalah suatu daerah yang dibentuk dari pertemuan dua garis pada satu titik.

Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1, yang faktor
pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri.

KPK atau Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah bilangan kelipatan terkecil yang
sama dari banyaknya suatu bilangan tertentu.

FPB atau Faktor Persekutuan Terbesar adalah faktor persekutuan yang nilainya
terbesar di antara faktor-faktor persekutuan lainnya.

Angka Romawi atau Bilangan Romawi merupakan sistem penomoran yang berasal
dari Romawi kuno.

Bilangan bulat adalah kumpulan atau himpunan yang nilainya bulat. Bilangan
bulat sendiri terdiri dari bilangan cacah dan bilangan bulat negatif.

45
46

Anda mungkin juga menyukai