Anda di halaman 1dari 4

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1966 sebagai "Proyek Menang" dari TNI Angkatan

Udara. Nama “Menang” berasal dari nama sebuah dukuh di Madiun, yakni Dukuh Menang di Desa
Kuwiran. Melalui Proyek Menang, di dukuh tersebut, TNI AU membangun pabrik roket pertamanya di
Indonesia. Lokasi tersebut dipilih karena berdekatan dengan Pangkalan Udara Iswahyudi. Untuk makin
meningkatkan produksinya, pada bulan Mei 1964, sebuah pabrik dinamit berbasis nitrogliserin juga
mulai dibangun di Tasikmalaya. Pada tanggal 22 Oktober 1966, Panglima TNI AU Rusmin Nurjadin
akhirnya meresmikan pabrik dinamit tersebut. Kerja sama dengan Hispano-Suizza kemudian diabadikan
pada logo Proyek Menang yang mengadopsi gambar kendil. Pada bulan September 1970, melalui kerja
sama dengan PT Surya Dirgantara, Proyek Menang mulai memproduksi bahan peledak untuk kebutuhan
masyarakat umum, tidak hanya untuk TNI AU. Pada tanggal 1 Oktober 1973, Proyek Menang akhirnya
dijadikan penyertaan modal untuk mendirikan "Perum Dahana". Nama “Dahana” berarti “api” dalam
Bahasa Sanskerta. Logo Proyek Menang pun diubah, yakni dengan menambahkan bentuk segi lima
untuk merepresentasikan TNI AU di antara gambar kendil, serta api yang sebelumnya mengarah ke kiri
juga diubah menjadi ke kanan.

Pada tanggal 5 Maret 1976, salah satu gudang milik Dahana meledak, sehingga Dahana dilarang
melakukan penelitian dan pengembangan. Pemerintah kemudian mengizinkan importasi bahan peledak.
Pada tahun 1982, pemerintah menunjuk Dahana sebagai satu-satunya perusahaan yang boleh
mengimpor, memproduksi, dan mendistribusikan bahan peledak di Indonesia. Namun pada tahun 1994
dan 1997, pemerintah mengizinkan PT Multi Nitrotama Kimia dan PT Tridaya Esta untuk mengimpor dan
mendistribusikan bahan peledak. Walaupun begitu, Dahana masih merupakan satu-satunya perusahaan
yang boleh memproduksi bahan peledak di Indonesia. Pada tahun yang sama, perusahaan ini berekpansi
ke bisnis jasa peledakan, diawali dengan KSO dengan Kaltim Prima Coal. Pada tahun 1991, status
perusahaan ini resmi diubah menjadi persero.

Perusahaan ini kemudian juga memasok bahan peledak untuk kebutuhan survei seismik pada kegiatan
eksplorasi minyak dan gas. Sementara untuk kegiatan eksploitasi minyak dan gas, sejak tahun 1995,
perusahaan ini bekerjasama dengan Chartered Oiltech Singapore untuk memproduksi shaped charges
yang digunakan untuk proses perforasi sumur minyak. Pada tahun 1993, perusahaan ini mulai mencari
lahan untuk membangun Energetic Material Center (EMC), agar dapat memproduksi bahan peledak
selain dinamit, dan akhirnya ditetapkan pada lahan seluas 600 hektar di Cibogo, Subang. Pada tahun
2012, EMC selesai dibangun dan perusahaan inipun memindahkan kantor pusatnya ke kawasan
tersebut. Pada tahun 2018, Dahana dan Balitbang Kementerian Pertahanan selesai membangun pabrik
Sarana & Prototipe Nitrogliserin (NG) di kawasan EMC untuk memproduksi bahan baku propelan yang
rencananya akan menjadi komponen utama dalam pembuatan Munisi Kaliber Besar (MKB) dan Munisi
Kaliber Kecil (MKK). Pada tanggal 12 Januari 2022, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham
perusahaan ini ke Len Industri, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang
bergerak di bidang industri pertahanan.
Produk Dahana
1. Bahan peledak Cartridge emulsion
2. Detonator Granat
3. Bahan peledak shaped charges
4. Roket Detonator
5. Bomb P Series
6. Dayagel Military
7. Energetic Material Center
8. Dayagel Seismik
9. Dayadet Non Electronic Detonator
10. Oilwell Shaped Charges

KONTRIBUSI DAHANA TERHADAP


INDONESIA
Sebagai perusahaan kiblat bahan peledak
Indonesia, DAHANA memiliki peran penting
dalam percepatan PSN, dari membangun jalan
tol, bendungan, hingga PSN yang
membutuhkan terowongan bawah tanah

Anda mungkin juga menyukai