Anda di halaman 1dari 9

What’s Going On?

Transportasi
adalah sebuah
Ekosistem

© Ayalt Van Veen/Unsplash


What’s Going On?

Sebagian dari kita mungkin pernah ada yang liburan atau berkunjung ke luar
negeri. Paling dekat ke Singapura, mungkin juga ke Australia, atau mungkin
lebih jauh–ke Inggris, Belanda, atau Jerman.

Di sana, banyak yang bercerita kalau mereka sangat nyaman berjalan kaki,
pergi ke manapun dengan angkutan umum, dan menghargai hak-hak pejalan
kaki. Namun, ketika kembali ke Indonesia, seolah kembali ke setelan pabrik–
malas berjalan kaki, malas menggunakan angkutan umum, kurang
menghargai hak pejalan kaki.

© Goodnet.org & Klook 1/7


What’s Going On?

Ketika orang Indonesia bisa


nyaman menggunakan berjalan
kaki di negara orang, namun kembali
dengan mindset car centric ketika
kembali ke Indonesia,
kita sadar kalau ada yang salah dengan perkotaan kita.

© The Indepentent & Larry James Baylas/Unsplash 2/7


What’s Going On?

Salah satu penyebab mindset ini adalah pembangunan yang


berorientasi pada kebutuhan pengguna mobil. Misalnya, ada kemacetan
di satu ruas jalan, solusi yang ditetapkan justru entah pelebaran jalan atau
pembangunan jalan baru yang bertingkat-tingkat. Padahal, sebanyak
apapun jalan yang dibangun itu tidak akan pernah cukup.

Mindset ini sudah sangat mengakar dalam masyarakat kita. Seringkali,


ruang bagi pejalan kaki direbut dan menjadi ruang parkir bagi kendaraan,
atau bahkan menjadi jalan pintas bagi pengguna sepeda motor. Begitu juga
dengan jalur sepeda.

Kendaraan pribadi Pejalan kaki


(mobil, motor) dan pesepeda
bikin macet bikin macet

© Detik.com 3/7
What’s Going On?

Ga jarang, pejalan kaki dianggap


bikin macet bahkan di trotoar–yang
harusnya ruang yang aman buat
pejalan kaki.

Pembatas jalur sepeda juga


dianggap merugikan karena bikin
mobil rusak.

Kebijakan transportasi semuanya


diukur dari untung-ruginya buat
kendaraan pribadi.

© Detik.com & Liputan 6 4/7


What’s Going On?

Solusinya adalah Transportasi Umum?

SV Jawaban
Iya, tapi butuh lebih dari itu.

Masalahnya, cukup banyak jaringan angkutan umum yang “sekadar


ada”. Buat mengaksesnya pun tetap harus naik kendaraan pribadi,
atau mungkin angkutan online.
Lalu, gimana nih menurut kamu?
Selain itu, cukup banyak stasiun yang memaksa penumpangnya
untuk jalan lebih jauh dengan hanya membuka satu pintu dan
membuat pagar. Memperlakukan pejalan kaki saja seperti
memperlakukan mobil.

© Southeast Asia Infrastructure 1/7 5/7


What’s Going On?

Kita pernah bahas ini di konten kita mengenai “Raja Jalanan yang
Sebenarnya”. Bahwa hierarki transportasi yang sebenarnya seharusnya
menempatkan pejalan kaki dan pesepeda dalam prioritas tertinggi.

© ITDP

Bisa kita lihat juga jika hierarki kedua tertinggi adalah angkutan umum.
Artinya, dalam merencanakan angkutan umum, hal pertama untuk
dipertimbangkan kebutuhan dan aksesibilitas pejalan kaki.

© Nick Night/Unsplash 6/7


What’s Going On?

Misalnya, konsep TOD atau transit-oriented development yang mendorong


pemadatan guna lahan di sekitar titik transit dan mendorong terpenuhinya
aksesibilitas pejalan kaki yang direct dan layak.

Atau mungkin sesimpel membuka akses bagi


pejalan kaki yang luas seperti plaza stasiun di
Stasiun Senen atau Stasiun Bogor.

© Pemprov DKI Jakarta 7/7


What’s Going On?

Kalo gitu, mungkin gak ya kita bongkar flyover?


Korea Selatan sudah melakukan itu dan hasilnya sukses besar.
Kita juga pernah mengulas itu di konten sebelumnya.

© Wikipedia
References

ITDP. (2020). National Vision of Non-motorized Transport Infrastructure.


Jakarta: ITDP

SAVE

Naskahfrom
Photos Prada Grafis
Cycling Haya
Embassy

Anda mungkin juga menyukai