“Luna, jangan jauh-jauh nanti tenggelam.” “Iya, hati-hati nanti ombaknya membawamu ketengah.” “Tenang saja yah, bu aku adalah perenang yang hebat.” jawabku. Mendengar apa yang aku katakan itu Ayah dan Ibu hanya bisa tertawa kecil karena anak mereka kini sering menyombongkan diri. Yup! Kini kami sedang berlibur dan sekarang kami berada di pantai indah seindah kehamonisan keluargaku. Terlihat disana ayah dan ibu bercengkraman dengan sangat bahagia di atas pasir putih yang luas seakan hanya mereka berdua di sana. Aku yang memainkan ombak laut ini hanya bisa tersenyum dengan pemandangan itu. ayah dan ibu memang tidak jadi bercerai. Mereka menyadari kesalahan mereka dan bukannya bermaksud untuk mengabaikanku, hanya saja mereka terlalu terluka akan jalannya hidup ini. Selain itu, bukannya mereka tidak menyayangiku seperti dugaanku setiap waktu, hanya saja mereka telah terbiasa memberi perhatian lebih pada kakak karena memang kak Lina dari kecil sering sakit-sakitan seperti tifus, malaria, dan amandel sudah menghinggapinya dari kecil. Sedangkan aku selalu saja sehat. Dulu aku tidak menyadari itu, malah aku mementingkan keegoisanku sendiri dengan meminta perhatian lebih. Padahal kakaklah yang perlu perhatian lebih. Tapi anehnya dengan perhatian besar itu kakak selalu tak nyaman dan merasa terlalu di intimidasi, sedangkan aku memimpikan itu. Aku ingat saat ayah dan ibu meminta maaf padaku. Meminta maaf atas keegoisan mereka dan untuk mempersatukan keluarga kecil ini lagi. “Luna, maaf kan Ibu ya nak.” “Ayah juga minta maaf, karena kesedihan kami dengan hilangnya kakakmu Lina membuat kami mengabaikan fakta bahwa kami tidak kehilangan segalanya, melainkan masih ada malaikat sepertimu yang diberikan Tuhan pada kami” Mendengar itu aku hanya bisa menangis tidak menyangka dengan apa yang mereka katakan. Tuhan maafkan aku, karena aku pernah merasa tidak mempunyai orang tua yang cukup baik untukku dan aku yakin dengan- Mu mengambil kak Lina dari sisi kami, Engkau telah memiliki rencana yang indah bagi keluargaku. Sekarang aku bisa mengangkat wajah dan berkata mereka adalah orang tuaku. Orang tua terbaik yang pernah ada di dunia ini, tentu saja hanya untukku, hanya untuk Luna Mawarni Sandrita.
Firda Rosalina, Siswa Spemutu kelas 9. Cerpen “Aku dan Masalah Keluarga” menjadi cerpen terbaik dalam lomba menulis cerpen yang diadakan sekolah.