Sepihak, sebuah kata yang terkesan egois namun memiliki makna sendu bagi beberapa pelaku
kehidupan bernama manusia.
Hembusan angin menyapa dinginnya kulit Almira, sapuannya mampu membuat Ia tersadar dari lamunan atas hasil dari pikirannya yang berkecamuk. Netranya memandang sekeliling, hatinya mulai bergemuruh , sakit..,sesak.., nyeri, Ia tidak kuat lagi. Air mata mengalir deras tanpa permisi. Kacau, satu kata yang dapat menggambarkan sosok Almira Emilia saat ini, seorang remaja belia yang dihantam serpihan kecil dari kerasnya dunia. Tidak apa – apa, bukannya Ia ingin mengadu tentang apa yang dia rasa. Hanya saja, Ia ingin sedikit membagi kisahnya kepada kita. Almira POV Sinar matahari menyorot masuk melalui celah jendela kamarku, yang dengan terpaksa, membuatku harus membuka pejaman erat kedua mata ini. Kutatap langit-langit kamar berwarna putih dengan aksen lukisan awan hasil dari DIY ku. Kegiatan sehari – hariku sudah menanti, aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur,dan menuju ke kamar mandi. Setelah menyelesaikan ritual mandi aku bergegas untuk menyiapkan sarapan untuk , Ibu, Ayah, Kak Abi, dan Kak Sabrina yang merupakan kembaranku, bersama dengan Bi Surti . Memang sudah jadi rutinitasku untuk membantu pekerjaan rumah bersama Bi Surti. Bukan karena sengaja aku yang mau, tapi karena tekanan dari kedua orangtuaku. Sejak kecil, aku selalu diperlakukan berbeda oleh orangtuaku, alasannya bukan sepele, namun karena kak Sabrina ,kakak perempuan yang merupakan kembaranku .mengidap penyakit Jantung lemah yang membuat kesehatannya lemah dan tubuhnya rapuh. Aku dan Kak Sabrina merupakan saudara kembar yang terlahir bersama. Namun,karena kami kembar ada kelainan yang diderita kak Sabrina sebagai efek samping dari hamil kembar. Oleh karenanya, perhatian yang diberikan oleh kedua orang tua ku tentu mengalir deras dan berlebih untuk kak Sabrin. Mereka terus saja menyalahkanku atas derita yang dialami kak Sabrina. Namun, aku bukanlah manusia munafik dan sok kuat yang tidak merasa sedih dan iri. Setiap malam aku selalu saja menangis dalam kesendirian. Menu sarapan hari ini adalah nasi goreng seafood. Aku sengaja membuat menu ini karena merupakan menu favourite Ayah dan hari ini bertepatan dengan ulang tahun Ayah. Aku meletakkan semua sarapan di meja makan,dan mengucapkan selamat pada Ayah, berharap aku menjadi orang pertama yang memberinya ucapan hari ini. “ Ayah, selamat ulang tahun! semoga selalu baik dan bahagia ya” kataku, “Oh, ya Almira terimakasih!”. Jawab Ayah. Kemudian aku berjalan menuju Ayah untuk memeluknya.Namun, bukannya menerima pelukanku Ayah malah ikut bangkit dan berjalan. Awalnya, dengan percaya diri aku mengira Ayah akan mengahmpiriku, namun dengan perasaan bagai hati yang tertusuk ribuan jarum, aku melihat pemandangan yang sangat membuatku tersadar akan posisiku di rumah ini. Ayah memeluk Ibu dan Kak Sabrina, yang bahkan tidak mengucapkan selamat pada Ayah. Beliau berkata “Terimakasih ya, kalian telah menemaniku sampai di usiaku sekarang,kalian selalu menjadi motivasi dan semangatku.Terimakasih.”