Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

Perbandingan Antara BANI Dengan BASYARNAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Arbitase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa

Dosen Pengampu: Andi Syafrani SHI,.MCCL

Disusun oleh:

Istofa Sodiq Daulay

11210453000048

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

Jakarta

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan hasil observasi
kasus acara perdata ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian Perbedaan antara BANI
DAN BASYARNAS.Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Andi SHI,.MCCL
selaku dosen mata kuliah Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Arbitase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dan untuk menambah wawasan mengenai apa saja Perbedaan antara
BANI(Badan Arbitase Nasional Indonesia) dengan BASYARNAS (Badan Arbitase Syariah
Nasional).Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil tugas ini masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga Tugas ini dapat memberikan
manfaat untuk kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Perbandingan Antara BANI(Badan Arbitase Nasional) Dengan BASYARNAS (Badan
Arbitase Syariah Nasional) Dengan Acuan UU No.30 Tahun 1999

No Perbandingan UU No.30 Tahun 1999 AAPS BANI BASYARNAS


1 Wewenang UU.No.30 Tahun 1999 Memiliki BANI adalah suatu badan Badan Arbitrase
Kewenangan dalam mengatur cara yang dibentuk oleh Syariah Nasional
kerja ataupun hal hal lain dari pemerintah guna penegakan (BASYARNAS)
administrasi pemerintah Indonesia hukum di Indonesia dalam sebagai lembaga yang
yaitu ada beberapa bagian: penyelesaian sengketa atau berdasarkan Prinsip
 Pengaturan Organisasi beda pendapat yang terjadi di Syariah yang dibentuk
Pemerintah berbagai sektor perdagangan, oleh Majelis Ulama
 Pengaturan Tata Cara Kerja industri dan keuangan, Indonesia. Eksistensi
Pelaksanaan Pemerintah melalui arbitrase dan bentuk- BASYARNAS dalam
 Pengaturan bentuk alternatif melakukan tugas dan
Kewenangan,Tugas,Tangg penyelesaian sengketa wewenangnya
ung jawab serta Hak lainnya antara lain di bidang- didukung oleh
Pegawai Negeri bidang regulasi berupa
Koporasi,Ansuransi,Lembag undang-undang,
a Keuangan dan Intelektual peraturan dan fatwa
Dll. Majelis Ulama
Wewenang Bani itu Sendiri Indonesia dalam
adalah: merekomendasikan
 Menyelesaikan arbitrase Syariah
Sengketa Arbitase sebagai alat untuk
 Menggelar menyelesaikan
Pesidangan perselisihan perdata
 Memberikan Islam di Indonesia.
Advokasi Dan Namun demikian,
Konsultasi eksistensi

 Menyerahkan Usaha BASYARNAS

Kepada Pihak Yang dibatasi oleh regulasi

besengketa. karena tidak dapat


beroperasi kecuali
adanya permintaan
yang termaktub dalam
klausul perjanjian
yang dibuat dan
disepakati bersama
sebagaimana diatur
dalam Undang-
Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa.

Perbandingan Antara BANI(Badan Arbitase Nasional)Dengan BASYARNAS(Badan Arbitase


Syariah Nasional)Dengan Acuan UU No.30 Tahun 1999

No Perbandingan UU No.30 Tahun 1999 BANI BASYARNAS


AAPS
1 Penyelesaian UU No.33 Tahun 1999 Prosedur arbitrase dimulai BASYARNAS dalam
Kasus AAPS,Mengatur dengan pemberitahuan kepada penyelesaian sengketa ekonomi
tentang Tata Cara Termohon bahwa sehubungan syariah, antara lain Undang-
Penyelesaian kasus dengan adanya sengketa antara Undang Nomor 21 Tahun 2008
arbitase yang dimana Pemohon dan Termohon maka tentang Bank Syariah, Pasal 55
dijelaskan didalam Pemohon akan menyelesaikan (1) menyatakan bahwa sengketa
undang-undang sengketa melalui Lembaga Bank Syariah diselesaikan
tersebut. Arbitrase (BANI). Jadi, sebelum melalui pengadilan
Pemohon harus sudah siap dari agama. Pasal 2 menjelaskan
segi bukti, alasan, legal bahwa selain penyelesaian
standing, dan lain sebagainya. melalui pengadilan, jika para
Jangan sampai malah nanti pihak sepakat dalam Akad,
kebingungan ketika maju ke terdapat alternatif penyelesaian
persidangan. lain melalui musyawarah,
Setelah itu, Pemohon mediasi bank, badan arbitrase,
melakukan pendaftaran dan atau pengadilan di lingkungan
penyampaian Permohonan peradilan umum.
Arbitrase kepada BANI.
Pemohon menjelaskan baik
dari sisi formal tentang
kalusula arbitrase, kedudukan
pemohon dikaitkan dengan
perjanjian arbitrase,
kewenangan arbitrase untuk
memeriksa perkara, hingga
prosedur yang sudah ditempuh
sebelum dapat masuk ke
dalam penyelesaian melalui
forum arbitrase.

Analisis Perbedaan Antara BANI(Badan Arbitase Nasional)Dengan BASYARNAS(Badan


Arbitase Syariah Nasional)

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase adalah tata cara


penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum, berdasarkan perjanjian
arbitrase tertulis antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan antara pengadilan dan
arbitrase adalah pengadilan menggunakan pengadilan permanen atau standing court
sedangkan arbitrase menggunakan majelis arbitrase yang dibentuk khusus untuk kegiatan ini.
Dalam arbitrase, arbiter bertindak sebagai hakim pengadilan, sebagai hakim tetap, tetapi
hanya pada kasus yang ditangani. Ragam badan arbitrase di Indonesia, di antaranya adalah
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang didirikan pada tanggal 3 Desember 1977.
BANI adalah suatu embaga yang memilik kewenangan dalam menyelesaikan sengketa
komersial secara cepat dan adil yang berasal dari persoalan bisnis, keuangan dan industri.
BANI adalah lembaga independen dan otonom. Badan Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS) merupakan lembaga non-litigasi yang memiliki kewenangan dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Lembaga BASYARNAS adalah lembaga yang
dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang sebelumnya bernama Badan Arbitrase
Muamalat Indonesia (BAMUI).

Eksistensi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) didasarkan beberapa


regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah untuk dapat mengisi kekosongan lembaga ketika
itu dalam melakukan penyelesaian sengketa ekonomi syariah. Keberadaan lembaga
BASYARNAS merupakan terobosan yang luar biasa untuk dapat membantu perbankan
syariah ketika itu baru berdiri, yaitu Bank Muamalat Indonesia.16Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS) sebagai lembaga yang berdasarkan Prinsip Syariah yang dibentuk
oleh Majelis Ulama Indonesia. Eksistensi BASYARNAS dalam melakukan tugas dan
wewenangnya didukung oleh regulasi berupa undang-undang, peraturan dan fatwa Majelis
Ulama Indonesia dalam merekomendasikan arbitrase Syariah sebagai alat untuk
menyelesaikan perselisihan perdata Islam di Indonesia. Namun demikian, eksistensi
BASYARNAS dibatasi oleh regulasi karena tidak dapat beroperasi kecuali adanya
permintaan yang termaktub dalam klausul perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam beberapa aturan yang mengatur lembaga
BASYARNAS dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah, antara lain Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah, Pasal 55 (1) menyatakan bahwa sengketa Bank
Syariah diselesaikan sebelum melalui pengadilan agama. Pasal 2 menjelaskan bahwa selain
penyelesaian melalui pengadilan, jika para pihak sepakat dalam Akad, terdapat alternatif
penyelesaian lain melalui musyawarah, mediasi bank, badan arbitrase, atau pengadilan di
lingkungan peradilan umum.

BASYARNAS selalu melandasi Hukum Islam dalam memeriksa dan memutuskan


suatu perkara. Basyarnas dapat menjadi sebuah pilihan hukum bagi umat Islam dalam
menyelesaikan sengketa bisnis syariah yang eksistensinya telah diperkuat dengan UUNomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan UUNomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, dan apabila salah satu pihak tidak menjalankan putusan tersebut dapat
dimintakan eksekusinya melalui Pengadilan Agama. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
peran BASYARNAS dalam penyelesaian sengketa sangat penting karena BASYARNAS
menyelesaikan sengketa sesuai dengan kompetensi Arbiter yang dimiliki. Penyelesaian
sengketa BASYARNAS adalah sengketa ekonomi syariah yang meliputi bisnis, perdagangan
syariah, asuransi syariah, perbankan syariah, fintech syariah/P2P Syariah sehingga lembaga
yang tepat untuk menyelesaikan sengketa pada jalur non litigasi adalah BASYARNAS.
Namun demikian, peran BASYARNAS dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah
masih belum optimal. Peran tersebut terkendala beberapa faktor di antaranya adalah
terbatasnya kompetensi BASYARNAS berdasarkan permintaan para pihak yang dinyatakan
dalam kalusul perjanjian yang menyertakan lembaga BASYARNAS sebagai lembaga yang
memutuskan perkara sengketa bila terjadi pada para pihak yang berakad. Faktor berikutnya
adalah adanya kesulitan dalam eksekusi putusan karena adanya kewenangan yang tumpang
tindih antara Peradilan Agama dan Pengadilan Negeri.

Mekanisme pelaksanaan putusan BANI dapat dilakukan setelah dilakukannya


pencatatan dan pendatanangan pada bagian akhir atau dipinggir putusan oleh panitera
pengadilan negeri dan arbiter atau kuasanya yang menyerahkan,dan cacatan tersebut
merupakatan akta pendaftaran.dengan telah didaftarkannya putusan arbitase tersebut maka
putusan tersebut bersifat mengikat dan final pada para pihak.para pihak yang menang dapat
meminta pengadilannegeri untuk melaksanakan eksekusi terhadap ptusan sangketa arbitase
tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Arbitrase di Indonesia

N Kelebihan Kekurangan
O
1. Pengadilan arbitrase tidak terbuka Kemampuan teknis arbiter menentukan
untuk umum, dan menjaga kerahasiaan putusan arbitrase ketika melakukan sidang
perselisihan antara para pihak. dalam penyelesaian sengketa sehingga
dapat membuat keputusan yang adil bagi
para pihak
2. Dapat menghindari kelambatan yang Apabila pihak yang kalah tidak
disebabkan oleh suatu prosedural dan menjalankan putusan arbitrase, maka harus
administratif ada perintah dari pengadilan agar pihak
yang kalah menjalankan apa yang menjadi
putusan arbitrase tersebut.
3. Para pihak yang bersengketa dapat Pelaksanaan arbitrase asing mengalami
memilih seorang arbiter yang mereka kesulitan dalam praktinya.
anggap berpengalaman,
berpengetahuan luas, jujur dan tidak
memihak, dan cukup berpengetahuan
tentang masalah yang
dipersengketakan.
4. Sikap para arbiter yang Pada realitasnya, perusahaan besar lebih
mengedepankan mencari solusi yang mendominasi dalam persengketaan yang
terbaik bagi para pihak yang sedang terjadi dan menyelesaikan pada badan
bersengketa sehingga cepat dan efisien arbitrase sehingga menjadi tidak mudah
untuk mengkoordinasikan para pihak.
5. Para pihak dapat menentukan pilihan
umum dalam menyelesaikan sengketa
serta proses dan tempat
dilaksanakannya arbitrase .

Anda mungkin juga menyukai