3183-Article Text-3906-1-10-20230521
3183-Article Text-3906-1-10-20230521
Abstrak:
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Eksaserbasi Akut dengan Pneumotoraks Spontan Sekunder. PPOK
merupakan salah satu penyakit kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Kasus ini mendeskripsikan pasien dengan PPOK eksaserbasi akut yang mengalami
komplikasi berupa pneumotoraks spontan, yang disertai dengan supraventrikular takikardi dan gagal napas
tipe 1. Pasien merespon dengan baik terapi berupa oksigenasi, nebulisasi bronkodilator, injeksi kortikosteroid,
obat golongan xantin, dan anti-aritmia.
reversibel.4 Hambatan aliran udara tersebut sesak napas sejak 1 tahun SMRS yang
biasanya bersifat progressif dan berhubungan memberat 2 hari SMRS. Sesak dirasakan
dengan respon inflamasi pulmonal terhadap terutama ketika berjalan lebih dari 100 meter
partikel atau gas berbahaya.5 Diagnosis PPOK atau pada jalanan yang agak menanjak.
dipertimbangkan bila timbul tanda dan gejala Pasien hanya tidur menggunakan 1 batal, dan
seperti sesak yang progresif dan memberat terbangun pada malam hari karena sesak
dengan aktivitas, batuk kronik dengan atau disangkal. Pasien merupakan pasien rujukan
tanpa dahak, dan riwayat adanya pajanan dari klinik di Tanjung Bintang, sebelumnya
faktor risiko.6 Penilaian gejala PPOK dapat sudah diberikan ceftriaxone selama 2 hari,
dilakukan dengan menggunakan COPD tetapi karena tidak membaik dirujuk ke
Assessment Test (CAT) dengan 8 butir RSDAM.
pertanyaan dan rentang skor 0-40. Setelah itu, Keluhan sesak napas juga disertai batuk
pemeriksaan faal paru menggunakan berdahak yang berwarna putih kekuningan
spirometer dilakukan untuk mendapatkan kental dan dirasakan produksi dahaknya
data secara objektif. Jika rasio FEV1/FVC <70% semakin banyak. Batuk tidak dipengaruhi
untuk GOLD dan <75% untuk Pneumobile cuaca, polusi dan suhu udara. Batuk darah
Indonesia, maka dikatakan pasien tersebut disangkal. Nyeri dada tidak ada. Demam tidak
mengalami obstruksi. Pemeriksaan penunjang dirasakan. Mual dan muntah tidak ada. BAB
lain yang dapat dilakukan adalah analisis gas dan BAK tidak ada keluhan.
darah, foto toraks PA dan lateral, EKG dan Selain sesak dan batuk, pasien juga
bakteriologi.3 merasakan keluhan berupa jantung berdebar
yang dirasakan 1 hari SMRS. Hal ini
Pasien dengan PPOK sering mengalami merupakan kali pertama dirasakan oleh
manifestasi sistemik, seperti skeletal muscle pasien. Keluhan pingsan, kejang, gangguan
wasting dan kakeksia. Sebagai penyakit pleura orientasi dan perubahan status mental akut
yang sering terjadi, pneumotoraks spontan disangkal.
terjadi bahkan tanpa trauma atau faktor Riwayat sesak pertama kali muncul pada
antropogenik, di mana jaringan paru-paru dan tahun 2015 dan sempat dirawat di RS Graha
pleura visceral pecah secara spontan karena Husada yang kemudian membaik. Sesak
penyakit paru-paru atau bula paru-paru dan muncul kembali 1 tahun yang lalu, dicurigai
lesi emfisematous kecil di dekat permukaan adanya pneumotoraks tetapi tidak dilakukan
paru-paru pecah. Akibatnya, udara di paru- pemasangan selang karena pasien membaik.
paru dan bronkus masuk ke rongga pleura, Selama 1 tahun terakhir, pasien berobat ke
yang kemudian memengaruhi fungsi klinik dan mendapatkan terapi uap (nebulizer)
kardiopulmoner, terutama pada kasus PPOK. serta mendapatkan terapi Spiriva 2 bulan
Ketika diperumit dengan pneumotoraks terakhir.
spontan, PPOK semakin membahayakan Riwayat pasien merokok 24 batang sehari
fungsi paru, membahayakan kesehatan pasien selama 30 tahun, sudah berhenti sejak 10
dengan menginduksi iskemia berat serta tahun yang lalu. Pasien ketika muda memiliki
kegagalan fungsi kardiopulmoner.Selain itu kebiasaan memasak dengan kayu bakar,
pasien PPOK sering memiliki komorbid, tetapi sudah berhenti sejak 20 tahun yang lalu.
seperti penyakit jantung iskemik, gagal Pekerjaan pasien adalah seorang petani.
jantung, osteoporosis, anemia, kanker paru Temuan pada pemeriksaan fisik
dan depresi. Komorbid membuat tatalaksana didapatkan keadaan umum pasien tampak
PPOK menjadi lebih rumit dan membutuhkan sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS
evaluasi berkala, karena deteksi dini sangat E4V5M6 (15). Tekanan darah 147/80 mmHg,
penting untuk dilakukan.6,7 nadi 90 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu
36,5 oC, SpO2 92% room air, dan 94% dengan
Laporan Kasus menggunakan oksigen 3 liter/menit melalui
Seorang laki-laki 86 tahun datang ke IGD kanula hidung. Berat badan 50 kg, tinggi
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada badan 165 cm, indeks masa tubuh 18,3 kg/m2.
tanggal 7 Maret 2023 dengan keluhan utama
supraventrikular takikardi dan gagal napas Terapi pada pasien PPOK harus dilakukan
tipe 1. Sebuah penelitian di Cina menyatakan secara hati-hati, walaupun pasien mengalami
bahwa PPOK merupakan penyebab tersering hipoksemia, tetapi tidak diperbolehkan
terjadinya pneumotoraks sekunder spontan memberikan oksigen 100% karena malah
dengan persentase sebesar 69.7%.8 akan menyebabkan depresi pernapasan. Obat
Diagnosis PPOK sangat bergantung bronkodilator diberikan untuk mengurangi
kepada pemeriksaan spirometri. Umumnya, gejala pada pasien, dengan agen obat yang
pemeriksaan spirometri dilakukan pada diberikan bersifat lepas lambat dan kerja
pasien rawat jalan, karena kekhawatiran hasil lama.3
pemeriksaan yang tidak akurat pada pasien Eksaserbasi pada PPOK ditandai dengan
rawat inap. Diagnosis eksaserbasi PPOK pada memburuknya peradangan saluran
kasus ini dilakukan berdasarkan adanya batuk, pernapasan yang signifikan dan dapat dipicu
sputum, dan dispnea. Ketiga gejala tersebut oleh beberapa faktor. Infeksi bakteri atau
tidak spesifik hanya untuk PPOK eksaserbasi virul adalah faktor yang paling sering
akut dan sangat umum muncul pada penyakit ditemukan, yaitu 50-80% dari seluruh kasus
lain yang tidak berhubungan dengan PPOK, eksaserbasi. Pedoman tatalaksana saat ini
seperti: asma, pneumonia, gagal jantung tidak merekomendasikan pemberian
kongestif maupun emboli paru. Sehingga antibiotik secara umum, tetapi hanya untuk
tetap penting untuk dilakukan pemeriksaan pasien dengan eksaserbasi derajat sedang
spirometri pada pasien-pasien dengan PPOK sampai berat dengan gejala kardinal berupa
eksaserbasi akut, untuk mengkonfirmasi dispnea, peningkatan volume sputum dan
diagnosis tersebut.9 sputum purulen, atau kepada pasien yang
membutuhkan ventilasi mekanis (invasif
Kriteria anthonisen digunakan untuk maupun non invasif). Temuan pada
mengelompokkan pasien yang mengalami pemeriksaan sputum membuktikan bahwa
eksaserbasi, di antaranya adalah sesak napas, terdapat bakteri di dalam sputum pasien,
peningkatan volume sputum dan peningkatan sehingga mengindikasikan pemberian
kekentalan sputum. Apabila didapatkan ketiga antibiotik. 14,15