Anda di halaman 1dari 20

Prosiding Seminar Nasional Biologi FMIPA UNM ISBN: 2963-2137

Inovasi Sains dan Pembelajarannya: Tantangan dan Peluang Makassar, 23 Oktober 2023

HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DAN


KETERAMPILAN KOLABORASI PESERTA DIDIK MELALUI
MODEL PROJECT BASED-LEARNING PADA MATERI
PERUBAHAN LINGKUNGAN
HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) AND
COLLABORATION SKILLS OF STUDENTS THROUGH A
PROJECT BASED-LEARNING MODEL IN ENVIRONMENTAL
CHANGE LEARNING MATERIAL
Anita Puspita11), Asmawati Azis22), Muhammad Arsyad33).
1) SMAN 4 Pangkep, Pangkajene dan Kepulauan.
2) Dosen Jurusan Biologi2/ Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar, Makassar.
3) Doses Jurusan Fisika/ Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar, Makassar..

Email korespondensi: anitapuspita210185@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan
keterampilan kolaborasi peserta didik melalui penerapan model Project Based-Learning
pada materi perubahan lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen.
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Subjek pada penelitian ini
adalah peserta didik kelas X Al Nadim SMAN 4 Pangkep dengan jumlah 30 orang yang
diambil dengan teknik random sampling. Pembelajaran model project based-learning
dilakukan untuk memperoleh data penelitian higher order thinking skill melalui tes hasil
belajar berupa pretes dan postes. Selanjutnya memberikan tes angket keterampilan
kolaborasi peserta didik (pra-PjBL dan post-PjBL) serta pemberian jurnal refleksi untuk
mendukung data angket kolaborasi. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif.
Setelah penerapan model Project Based-Learning pada materi perubahan lingkungan,
diperoleh analisis data statistik deskriptif, higher order thinking skill melalui model
pembelajaran project based-learning pada materi perubahan lingkungan efektif dilatihkan
pada kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dengan nilai N-gain sebesar
C4 0,6; C5 0,4; dan C6 0,8. Keterampilan kolaborasi melalui model pembelajaran project
based-learning pada materi perubahan lingkungan efektif dilatihkan pada keterampilan
berkontribusi aktif dengan nilai N-gain sebesar 0,48.

Kata Kunci: Higher Order Thinking Skill, Project based-Learning, Kolaborasi, perubahan
lingkungan.

ABSTRACT

This study aims to analyze the Higher Order Thinking Skills (HOTS) and collaboration
skills of students through the application of Project Based-Learning (PBL) model in
Environmental Change learning material. This study is a pre-experimental research. The

510
research design used is the One-Shot Case Study. The research subjects were students of
grade X Al Nadim at SMAN 4 Pangkep with a total of 30 students who were taken by
employing random sampling technique. PBL model was conducted to obtain research data
on HOTS through learning achievement tests in the form of pretests and posttests.
Furthermore, providing questionnaire test for students’ collaboration skills (pre-PBL and
post-PBL) and providing reflection journals to support collaboration questionnaire data.
Data analysis was performed through descriptive statistics. After applying the PBL model
in Environmental Change learning material, descriptive statistical data analysis was
obtained. Higher Order Thinking Skills through a Project-Based Learning model in
Environmental Change learning material is effective to be trained on the ability to
analyze, evaluate, and create with an N-gain value of C4 0.6; C5 0.4; and C6 0.8.
Collaboration skills through a Project-Based Learning model in Environmental Change
learning material are effective to be trained on active contributing skills with an N-gain
value by 0.48.

Keywords: Higher Order Thinking Skill, Project-Based Learning, Collaboration,


Environmental Change

PENDAHULUAN

Pada abad ke-21 terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam bidang teknologi
dan informasi yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Model pembelajaran abad
ke-21 sangat menekankan peserta didik pada kemampuan berpikir kritis, pandai dalam
komunikasi, mampu berkolaborasi, dan memiliki kreativitas yang tinggi. Kementerian
pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud Ristek RI)
menggagas secara langsung kurikulum “Merdeka Belajar” dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakatnya. Selain
kemampuan dalam bidang akademik, kemampuan dalam bidang sosial juga sangat
dibutuhkan oleh peserta didik termasuk kemampuan bekerja sama agar mampu bersaing
dan berkompetisi di dunia kerja. Perkembangan kurikulum juga menuntut peserta didik
agar mampu mengerjakan soal dengan analisis tingkat tinggi. Soal dengan analisis tingkat
tinggi dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS). Proses pembelajaran
HOTS di sekolah, menjadikan peserta didik dapat bersaing dalam kompetensi global dan
tidak mudah tergerus oleh pengaruh zaman. Oleh karena itu, Higher Order Thinking Skill
peserta didik sangat dibutuhkan agar mampu bersaing dalam dunia kerja. Oleh karena itu,
kemampuan Higher Order Thinking Skill dan kolaborasi yang termasuk dalam
keterampilan abad ke-21 juga sangat penting dimiliki oleh peserta didik saat ini.Pendidik
perlu melakukan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan Higher
OrdernThinking Skill dan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
kolaborasi peserta didik. Agar peserta didik mampu mengembangkan potensi secara utuh
dalam bidang kognitif dan keterampilan. Kemampuan Higher Order Thinking skill peserta
didik di SMAN 4 Pangkep masih berada pada kategori sangat rendah, sehingga masih
harus terus dikembangkan. Kemampuan kolaborasi peserta didik juga masih perlu
ditingkatkan. Untuk itu diperlukan penerapan model pembelajaran yang mampu membantu

511
peserta didik melatih kemampuan menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill dan
kolaborasi peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun
berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.
Karakteristik Project Based-Learning diantaranya peserta didik dihadapkan pada
permasalahan konkret, mencari solusi, dan mengerjakan proyek baik individu maupun
dalam tim untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Beberapa penelitian
mengungkapkan keunggulan Project Based-Learning. Bagheri (2013), menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Isrohani dan Sinta (2021), menunjukkan hasil penelitian
bahwa model Project Based-Learning (PjBL) efektif digunakan sebagai salah satu model
pembelajaran terhadap minat dan hasil belajar biologi siswa di sekolah. Selain itu, Saenab,
dkk (2019) menyatakan penggunaan model PjBL berpengaruh terhadap keterampilan
kolaborasi mahasiswa pendidikan IPA FMIPA UNM.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian untuk menggali
Higher Order Thinking Skill dan keterampilan kolaborasi yang dimiliki oleh peserta didik
melalui model Project Based-Learning. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Keterampilan Kolaborasi Peserta Didik
melalui Project Based- Learning (PjBL) pada materi Perubahan Lingkungan”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada materi perubahan lingkungan sebanyak empat kali
pertemuan yang terdiri dari dua kali kegiatan tatap muka dan dua kali tes. Selama model
pembelajaran project based-learning diterapkan, diharapkan muncul kemampuan
menyelesaikan soal higher order thinking skill (HOTS) dan keterampilan kolaborasi
(collaboration skills).
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan
1. Tahap Persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan sebagai berikut:
a. Melakukan observasi awal pada peserta didik untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam pembuatan rencana penelitian.
b. Validasi instrumen penelitian yaitu modul ajar PjBL, rubrik penilaian
keterlaksanaan hots, penilaian keterlaksanaan PjBL, soal HOTS, angket
keterampilan kolaborasi dan jurnal refleksi kemampuan kolaborasi peserta didik.
2. Tahap Pelaksanaan, penelitian ini menggunakan satu kelompok eksperimen sebagai
subyek penelitian yaitu peserta didik kelas X Al Nadim tahun pelajaran 2022/2023.
Waktu pelaksanaan terdiri dari 3 tahap dengan 4 kali pertemuan tatap muka. Berikut
jadwal pelaksanaan proyek yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

512
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Proyek
No Aktivitas Tahapan PjBL Hal yang Pelaksanaan
diukur
1 Pretes Tes Awal HOTS dan Pertemuan I
kemampuan
kolaborasi
2 PJBL Pertanyaan Mendasar Pertemuaan II
(Eksplorasi Konsep)
3 PJBL • Observasi Lingkungan Diluar jam pelajaran
• Mendesain poster edukasi
lingkungan
4 PJBL • Menguji Hasil (Pameran Poster) keterampilan Pertemuan III
• Evaluasi Pengalaman Belajar kolaborasi (Jurnal
(Refleksi) Refleksi)
5 Post tes • Tes Akhir HOTS dan Pertemuan IV
Kolaborasi

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian pretest dan
posttest untuk mengukur kemampuan higher order thinking skill peserta didik, serta
pemberian self assessment (angket pretest dan posttest keterampilan kolaborasi serta jurnal
refleksi penilaian keterampilan kolaborasi) yang diisi oleh peserta didik. Penjabaran
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan higher order thinking skill peserta didik dilihat dengan hasil pretest dan
posttest peserta didik dengan soal uraian sebanyak sepuluh nomor. Hasil belajar HOTS
peserta didik diamati dengan melihat nilai setiap level soal HOTS (level soal C4, C5,
dan C6) perolehan peserta didik sebelum dan setelah pembelajaran dengan penerapan
model project based-learning.
2. Kemampuan kolaborasi diamati dengan menggunakan angket (pra-PjBL dan post-
PjBL) serta jurnal refleksi (Self-assessment) setelah proses pembelajaran PjBL. Angket
dianalisis dengan langkah berikut.
a. Mentabulasi jawaban angket yang diisi oleh peserta didik
b. Menghitung persentase jawaban peserta didik untuk setiap pernyataan pada angket
dengan rumus:
Jumlah Skor
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = Skor Maksimum 𝑥 100 ….. (1)
c. Melakukan interpretasi terhadap jawaban angket berdasarkan kriteria pada rubrik
kemampuan kolaborasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

a. Higher Order Thinking Skill (HOTS) Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran
Project Based-Learning pada Materi Perubahan Lingkungan
Data higher order thinking skill (HOTS) peserta didik pada mata pelajaran biologi
melalui model project based-learning diuraikan berdasarkan hasil perhitungan analisis
deskriptif higher order thinking skill peserta didik. Soal yang diujikan kepada peserta didik

513
adalah soal Higher Order Thinking Skill berdasarkan level soal C4, C5. dan C6.
Hasil penelitian diperoleh dari 30 peserta didik kelas X Al Nadim. Pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan model Project Based-Learning (PjBL). Analisis deskriptif
perbandingan kategori rerata nilai pretest dan posttest soal level C4, C5, dan C6 Higher
Order Thinking skill peserta didik diuraikan seperti pada Tabel 4.1, dimana perbandingan
dilihat dari perolehan nilai minimal, nilai maksimal, dan rata-rata nilai yang diperoleh oleh
peserta didik.

Tabel 4.1 Perbandingan Nilai Pretest Soal Level C4. C5. dan C6.
Level Soal C4 C5 C6
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
Sampel (N) 30 30 30
Nilai Min 0 SR 0 SR 0 SR
Nilai Maks 83.33 ST 66.67 T 50 S
Rata-rata 15 SR 8.87 SR 11.00 SR
StDev. 21.60 19.99 17.09
Ket:
SR= Sangat Rendah R = Rendah
S = Sedang T = Tinggi
ST= Sangat Tinggi

Nilai minimum pretest untuk soal level C4, C5, dan C6 menunjukkan nilai minimal
yang sama yaitu 0 (nol) dengan kategori sangat rendah. Nilai maksimum pretest
untuk soal level C4 adalah 83,33 yang dikategorikan sangat tinggi. Pada soal level C5
diperoleh nilai 66,67 yang termasuk kategori tinggi, sedangkan soal level C6 diperoleh nilai
50 yang berkategori sedang. Nilai rata-rata posttest yang diperoleh pada soal level C4
adalah 15. Nilai ini termasuk kategori sangat rendah. Adapun nilai rata-rata soal level C5
adalah 8,87 yang termasuk kategori sangat rendah, dan nilai rata-rata soal level C6 adalah
50 yang termasuk kategori sedang. Berdasarkan nilai-nilai tersebut diperoleh standar
deviasi pretest untuk soal level C4 adalah 21,60 sedangkan soal level C5 diperoleh standar
deviasi 19,99. Adapun soal level C6 diperoleh standar deviasi 17,09.

Tabel 4.2 Perbandingan Rerata Nilai Posttest Soal Level C4., C5, dan C6
Level Soal C4 C5 C6
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
Sampel (N) 30 30 30
Nilai Min 33.33 R 0 SR 50 S
Nilai Maks 100 ST 66.67 T 100 ST
Rata-rata 62.22 T 46.67 S 78.67 T
StDev. 18.53 18.78 14.79
Ket:
SR= Sangat Rendah R= Rendah S= Sedang
T= Tinggi ST= Sangat Tinggi

Nilai minimum posttest pada soal level C4 sebesar 33,33 yang termasuk kategori
rendah. Pada soal level C5 diperoleh nilai 0 dengan kategori sangat rendah sedangkan pada

514
soal level C6 diperoleh nilai 50 yang dikategorikan nilai sedang. Nilai maksium posttest
pada soal level C4 adalah 100 yang dikategorikan sangat tinggi. Adapun pada soal level C5
diperoleh nilai 66,67. Nilai ini dikategorikan nilai tinggi. Sedangkan pada soal level C6
diperoleh nilai 100 yang berkategori sangat tinggi.
Nilai rata-rata posttest soal level C4 adalah 62,22 yang berkategori tinggi. Nilai
rata-rata posttest soal level C5 adalah 46,67 yang berkategori sedang sedangkan nilai rata-
rata posttest soal level C6 adalah 78,67 yang dikategorikan sebagai nilai tinggi. Adapun
standar deviasi posttest pada soal level C4 adalah 18,53. Pada soal level C5 diperoleh
standar deviasi 18,78 sedangkan pada soal level C6 diperoleh standar deviasi 14,79.

Tabel 4.3 Perbandingan N-Gain Perolehan Nilai Soal Level C4, C5, . dan C6
Level Soal C4 C5 C6
Rata-Rata Pretest 15 8.87 11
Rata-Rata Posttest 62.22 46.67 78.67
N-Gain 0,6 0,4 0,8
Kategori N-Gain S S T
Ket:
T = Tinggi R = Rendah
S = Sedang G = Gagal

b. Keterampilan Kolaborasi Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Project


Based-Learning pada Materi Perubahan Lingkungan
Data keterampilan kolaborasi peserta didik pada mata pelajaran biologi melalui
model pembelajaran project based-learning diuraikan berdasarkan hasil perhitungan
analisis deskriptif kolaborasi peserta didik. Keterampilan kolaborasi peserta didik diukur
berdasarkan angket dan jurnal kolaborasi peserta didik dengan memperhatikan indikator
kolaborasi: berkontribusi aktif, bekerja secara produktif, bertanggung jawab, menunjukkan
fleksibilitas, dan menghargai orang lain. Hasil penelitian diperoleh dari 30 orang peserta
didik kelas X Al Nadim dengan pembelajaran dilakukan menggunakan model Project
Based-Learning (PjBL).
Analisis deskriptif keterampilan kolaborasi peserta didik dapat diuraikan sebagai
berikut.
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest Keterampilan Kolaborasi
Aspek Berkontribusi Bekerja secara Bertanggung Menunjukkan Menghargai
Kolaborasi Aktif produktif Jawab Fleksibilitas orang lain
Nilai Kat Nilai Kat Nilai Kat Nilai Kat Nilai Kat
Sampel (N) 30 30 30 30 30
Nilai Min 45 CK 42.5 CK 50 CK 37.5 KK 47.5 CK
Nilai Maks 85 SK 77,5 K 75 K 67.5 K 80 K
Rata-rata 51,25 CK 61,42 K 60,33 K 57.33 CK 59.91 CK
St.Dev 11,17 6.62 7.46 7.96 9.23
Ket:
SK = Sangat Kolaboratif KK = Kurang Kolaboratif
K = Kolaboratif TK = Tidak Kolaboratif
CK = Cukup Kolaboratif

515
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh data bahwa nilai minimum Pretest keterampilan
kolaborasi pada aspek berkontribusi aktif diperoleh nilai 45. Nilai ini dikategorikan cukup
kolaboratif, pada aspek bekerja secara produktif diperoleh nilai 42,5 yang masuk kategori
cukup kolaboratif. Aspek lain adalah bertanggung jawab dengan nilai 50 berkategori
cukup kolaboratif sedangkan pada aspek menunjukkan fleksibilitas diperoleh nilai 37,5
yang berkategori kurang kolaboratif dan aspek menghargai orang lain diperoleh nilai 47,5
dengan kategori cukup kolaboratif.
Data yang lain yang dipaparkan dalam tabel 4.4 adalah nilai maksimum pretest
keterampilan kolaborasi. Data yang diperoleh adalah aspek berkontribusi aktif diperoleh
nilai 85 yang dikategorikan sangat kolaboratif, pada aspek bekerja secara produktif
diperoleh nilai 77,5 yang berkategori kolaboratif, pada aspek bertanggung jawab diperoleh
nilai 75 berkategori kolaboratif, pada aspek menunjukkan fleksibilitas diperoleh nilai 67,50
berkategori kolaboratif, dan aspek menghargai orang lain diperoleh nilai 80 yang
dikategorikan sebagai kolaboratif.
Pada Tabel 4.4 dipaparkan pula rata-rata nilai pretest keterampilan kolaborasi. Data
yang diperoleh adalah aspek berkontribusi aktif memiliki nilai rata-rata 51,25 yang
termasuk kategori cukup kolaboratif, pada aspek bekerja secara produktif memiliki nilai
rata-rata 61,42 yang berkategori kolaboratif, pada aspek bertanggung jawab memiliki nilai
rata-rata 60,33 dengan kategori kolaboratif, pada aspek menunjukkan fleksibilitas memiliki
nilai rata-rata 57,33 yang termasuk kategori cukup kolaboratif, dan pada aspek menghargai
orang lain memiliki nilai rata-rata 59,91 yang berkategori cukup kolaboratif.
Adapun standar deviasi pretest keterampilan kolaborasi pada aspek berkontribusi
aktif adalah 11,17; pada aspek bekerja secara produktif diperoleh standar deviasi 6,62;
pada aspek bertanggung jawab diperoleh nilai 7,46; pada aspek menunjukkan fleksibilitas
diperoleh standar deviasi 7,96; dan pada aspek menghargai orang lain diperoleh standar
deviasi 9,23.

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Posttest Keterampilan Kolaborasi


Aspek Berkontribusi Bekerja secara Bertanggung Menunjukkan Menghargai orang
Kolaborasi Aktif produktif Jawab Fleksibilitas lain
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
Sampel (N) 30 30 30 30 30
Nilai Min 42,5 CK 52.5 CK 57.5 CK 55 CK 55 CK
Nilai Maks 85 SK 87.5 SK 82.5 SK 85 SK 87.5 SK
Rata-rata 74.58 K 67.5 K 68,5 K 66.58 K 69,17 K
St.Dev 9.03 8.48 7.50 8.21 8.59
Ket:
SK = Sangat Kolaboratif KK = Kurang Kolaboratif
K = Kolaboratif TK = Tidak Kolaboratif
CK = Cukup Kolaboratif

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh data bahwa nilai minimum Posttest keterampilan
kolaborasi pada aspek berkontribusi aktif adalah 42,50 yang dikategorikan cukup
kolaboratif, pada aspek bekerja secara produktif diperoleh nilai 52,5 yang berkategori
cukup kolaboratif, pada aspek bertanggung jawab diperoleh nilai 57,5 dengan kategori

516
cukup kolaboratif, pada aspek menunjukkan fleksibilitas diperoleh nilai 55 dengan kategori
cukup kolaboratif, dan pada aspek menghargai orang lain diperoleh nilai 55 yang
dikategorikan cukup kolaboratif.
Dalam Tabel 4.5 dipaparkan pula data nilai maksimum Posttest keterampilan
kolaborasi. Pada aspek berkontribusi aktif diperoleh nilai 85 dengan kategori sangat
kolaboratif, pada aspek bekerja secara produktif diperoleh nilai 87,5 yang dikategorikan
sebagai sangat kolaboratif, pada aspek bertanggung jawab diperoleh nilai 82,5 dengan
kategori sangat kolaboratif, pada aspek menunjukkan fleksibilitas diperoleh nilai 85 yang
berkategori sangat kolaboratif, dan pada aspek menghargai orang lain diperoleh nilai 87,5
dengan kategori sangat kolaboratif.
Adapun Rata-rata nilai Posttest PjBL pada keterampilan berkontribusi aktif adalah
74,58 dengan kategori kolaboratif, pada keterampilan bekerja secara produktif nilai rata-
rata 67,5 yang berkategori kolaboratif, pada keterampilan bertanggung jawab nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 68,5 dengan kategori kolaboratif, pada keterampilan menunjukkan
fleksibilitas nilai rata-rata 66,58 dengan kategori kolaboratif, dan pada keterampilan
menghargai orang lain nilai rata-rata 69,17 yang dikategorikan sebagai kolaboratif.
Adapun Standar deviasi Posttest keterampilan kolaborasi pada keterampilan
berkontribusi aktif diperoleh standar deviasi 9,03; pada keterampilan bekerja secara
produktif diperoleh nilai standar deviasi 8,48; pada keterampilan bertanggung jawab
standar deviasinya adalah 7,5; pada keterampilan menunjukkan fleksibilitas standar
deviasinya adalah 8,21; dan pada keterampilan menghargai orang lain diperoleh nilai
standar deviasi 8,59.

Tabel 4.6 Perbandingan N-Gain Perolehan Keterampilan Kolaborasi


Indikator Berkontribusi Bekerja secara Bertanggung Menunjukkan Menghargai
Kolaborasi Aktif produktif jawab fleksibilitas orang lain
Rata-Rata 51.25 61.42 60.33 57.33 59,91
Pretest
Rata-Rata 74.58 67,5 68,5 66.58 69,17
Posttest
N-Gain 0,48 0,16 0,21 0,22 0,23
Kategori N- S R R R R
Gain
Ket:
T = Tinggi R = Rendah
S = Sedang G = Gagal

Selain pemberian angket, peserta didik juga mengisi jurnal kolaborasi untuk
mendukung data dari jurnal kolaborasi. Berdasarkan hasil coding jurnal refleksi peserta
didik diperoleh data hasil jurnal refleksi sebagai berikut.
1. Jurnal refleksi peserta didik menunjukkan keterampilan berkontribusi aktif dari 30
orang peserta didik. 28 orang peserta didik telah mampu memberikan ide dan saran
dalam proses diskusi sedangkan 2 orang peserta didik belum mampu memberikan ide
maupun saran dalam proses diskusi. Berdasarkan saran yang diberikan, 4 orang
menjawab bermanfaat untuk mempermudah proses diskusi, 5 orang mampu

517
berpartisipasi aktif dalam diskusi, 11 orang mampu menciptakan solusi dan 2 orang
bekerjasama agar mampu menyelesaikan masalah atau tugas yang sedang dikerjakan.
2. Jurnal refleksi peserta didik menunjukkan keterampilan bekerja secara produktif dari
30 orang peserta didik. 13 orang peserta didik mampu menyelesaikan tugas tepat
waktu, 17 orang peserta didik tidak menyelesaikan tepat waktu, 25 orang peserta didik
mengerjakan tugas atas inisiatif sendiri, 2 orang peserta didik mengerjakan tugas atas
inisiatif bersama kelompok, dan 3 orang peserta didik mengerjakan tugas atas
permintaan teman. Selain itu, 27 orang peserta didik telah mendapatkan hasil sesuai
dengan yang dibutuhkan kelompoknya dan 3 orang masih belum mampu mendapatkan
hasil sesuai dengan yang dibutuhkan kelompoknya.
3. Jurnal refleksi peserta didik menunjukkan keterampilan bekerja secara produktif dari
30 orang peserta didik. 25 orang peserta didik konsisten menghadiri pertemuan dan 5
orang peserta didik tidak konsisten menghadiri pertemuan. Selain itu, 29 orang peserta
didik mengikuti perintah yang telah ditugaskan berdasarkan kesepakatan kelompok
dengan penuh rasa tanggung jawab, baik, dan teliti sedangkan 1 orang peserta didik
mengerjakan kurang sesuai perintah yang telah ditugaskan berdasarkan kesepakatan
kelompok. Data lain adalah 22 orang yang telah ditugaskan berdasarkan kesepakatan
kelompok tidak meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
sedangkan 8 orang meminta bantuan teman untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan alasan takut salah, membutuhkan saran dan kritik dari teman, serta butuh
diskusi dengan teman agar hasilnya lebih bagus.
4. Jurnal refleksi peserta didik menunjukkan keterampilan bekerja secara produktif dari
30 peserta didik. Dari 30 orang tersebut, 21 orang peserta didik mampu menerima
kritikan dengan baik sedangkan 8 orang peserta didik mampu menghargai pendapat
dan kritik dari orang lain, dan 1 peserta didik mampu mendengar saran dan kritik dari
orang lain. Dari 30 peserta didik, 25 orang peserta didik mudah menyesuaikan diri
dengan cara bekerjasama, berdiskusi, dan saling membantu sedangkan 5 orang peserta
didik tidak mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.
5. Jurnal refleksi peserta didik menunjukkan keterampilan menghargai orang lain dari 30
peserta didik. Ketika berbeda pendapat dengan teman satu kelompok sikap peserta
didik antara lain. tidak menyudutkan teman. mencari jawaban terbaik. diam.
menghargai pendapat orang lain. merundingkan kembali untuk mencari jawaban yang
tepat. menyamakan persepsi agar tugas selesai tepat waktu. mengikuti suara terbanyak.
dan menjadi pendengar yang baik. Dari 30 peserta didik. 25 peserta didik mampu
menghargai pendapat teman. 2 peserta didik mengiyakan pendapat teman. dan 3
peserta didik memperhatikan pendapat teman.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, berikut pembahasan mengenai Higher Order
Thinking Skill (HOTS) dan keterampilan kolaborasi peserta didik melalui model Project
Based-Learning pada materi perubahan lingkungan.
1. Higher Order Thinking Skill (HOTS) Peserta Didik Melalui Model Project Based-
Learning pada Materi Perubahan Lingkungan

518
Kategori rerata hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik untuk level soal C4,
C5, dan C6 saat pretest menunjukkan kategori sangat rendah. Hal tersebut terjadi karena
peserta didik belum pernah dilatihkan cara menjawab soal dengan level soal menganalisis,
mengevaluasi maupun mencipta. Peserta didik hanya terbiasa menjawab level soal
mengingat. Selain itu, peserta didik belum pernah belajar materi perubahan lingkungan.
Sebagaimana penelitian yang dikemukakan oleh Dalman dan Junaidi (2022) peserta
didik sulit menjawab soal HOTS disebabkan oleh 1) peserta didik tidak memahami materi
dan 2) Peserta didik tidak mengerti perintah soal.
Setelah penerapan model project based-learning kemampuan rata-rata peserta didik
dalam menjawab soal C4, C5, dan C6 telah mulai berkembang. Namun, terdapat perbedaan
rerata yang diperoleh pada setiap level soal. Perbedaan rerata kemampuan peserta didik
dalam menjawab level soal dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang diberikan, juga bisa
disebabkan oleh tingkat kesulitan soal yang tinggi, sehingga peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih rendah bisa saja mengalami kesulitan dalam menjawabnya, sedangkan
peserta didik yang memiliki kemampuan lebih tinggi dapat lebih mudah menjawabnya.
Menurut teori kecerdasan dari Gardner (2011), individu memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda, seperti kecerdasan logis-matematis, kecerdasan verbal linguistic, atau
kecerdasan visual-ruang. Oleh karena itu, peserta didik dengan tingkat kemampuan yang
berbeda dalam kecerdasan tersebut dapat memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam
menjawab soal pada tingkat yang berbeda.
Kemampuan menganalisis (C4), dilatihkan kepada peserta didik saat peserta didik
diminta menganalisis masalah perubahan lingkungan yang terjadi, saat proses eksplorasi
konsep pada pertemuan pertama, saat observasi lapangan di lingkungan, sampai pada
mencari solusi yang tepat yang dapat peserta didik gagas untuk dijadikan sebagai sumber
informasi kepada masyarakat sekitar sebagai upaya untuk menangani permasalahan
lingkungan yang terjadi.
Setelah proses belajar PjBL yang melatihkan kemampuan menganalisis, berikut
adalah jawaban peserta didik untuk soal C4 yang terdapat pada nomor B.1 pada soal.

Gambar 4.1 Jawaban Peserta Didik untuk Soal Level C4

Apabila dicermati, jawaban Peserta didik terkait pertanyaan soal identifikasi dua
dampak negatif yang ditimbulkan akibat berkurangnya luas sawah berdasarkan grafik yang
disajikan ditinjau dari segi ekonomi. Diperoleh data bahwa Peserta didik mampu

519
menuliskan dua dampak perubahan lingkungan berdasarkan informasi yang terdapat pada
grafik, namun hanya mampu menjelaskan salah satu satu jawaban yang diberikan. Disisi
lain, ada peserta didik mampu memberikan dua dampak perubahan lingkungan
berdasarkan informasi yang terdapat pada grafik, dan menjelaskan jawaban yang diberikan.
Kemudian ada peserta didik mampu memberikan dua dampak perubahan lingkungan
berdasarkan informasi yang terdapat pada grafik namun belum mampu menjelaskan
jawaban yang diberikan. Peserta didik mampu memperoleh nilai rerata 62,22 yang
tergolong kategori tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan PjBL
mampu melatihkan kemampuan menganalisis.
Kemampuan mengevaluasi (C5) menunjukkan hasil rata-rata posttest sebesar 46,67
dengan kategori sedang. Proses belajar peserta didik pada pembelajaran project based-
learning tahap evaluasi hasil (proses refleksi peserta didik) berlangsung dengan waktu
sedikit. Waktu untuk proses evaluasi hasil hanya menggunakan jam pembelajaran tersisa
setelah proses pameran hasil, sehingga proses pembelajaran yang melatih kemampuan
peserta didik dalam mengevaluasi masih belum maksimal. Seperti yang tampak pada
lampiran D.2, peserta didik hanya mampu memperoleh nilai tertinggi posttest 66,67, sama
dengan hasil nilai maksimum pada saat pretest. Namun demikian, rata-rata hasil posttest
tergolong kategori sedang pada nilai 46,67.
Berikut adalah jawaban peserta didik untuk soal C5 yang terdapat pada nomor B.3
dengan soal kemukakan dua solusi yang dapat kamu berikan kepada pemerintah atau
masyarakat setempat untuk mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dari perubahan lingkungan berdasarkan grafik. Diharapkan peserta didik dapat
mengarahkan pemerintah maupun masyarakat setempat untuk mengurangi kerusakan
lingkungan yang terjadi. Berikut jawaban peserta didik.

Gambar 4.2 Jawaban Peserta Didik Untuk Soal Level C5

Apabila dicermati, jawaban Peserta didik terkait pertanyaan soal memberikan


arahan dengan mengemukakan solusi atas permasalahan lingkungan yang mungkin terjadi
dengan permasalahan yang terdapat pada grafik, maka diperoleh data bahwa Peserta didik
mampu memberikan dua solusi atas perubahan lingkungan yang terjadi. Namun, peserta
didik belum mampu menjelaskan kedua solusi yang diberikan dengan baik. Peserta didik
hanya mampu memberikan penjelasan salah satu dari solusi yang diberikan, bahkan masih
ada peserta didik yang belum mampu memberikan solusi atas permasalahan lingkungan
yang tergambar dari grafik yang diberikan.

520
Kemampuan mencipta (C6), dibelajarkan dalam proses merancang desain poster
berdasarkan hasil observasi peserta didik terhadap keadaan lingkungan yang selanjutnya
dilanjutkan dengan kegiatan pameran poster oleh peserta didik. Berikut gambaran desain
poster dan kegiatan pameran yang dilakukan dan dibuat sendiri oleh peserta didik.

Gambar 4.3 Desain poster kelas X Al Nadim

Peserta didik diberikan soal dengan level kognitif C6, yaitu membuat sebuah desain
poster yang berisi pesan atau himbauan kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan
berdasarkan gambar berikut.

Gambar 4.4 Gambar Pemantik Soal C6

521
Peserta didik memberikan jawaban sebagai berikut.

Gambar 4.5 Jawaban Peserta Didik untuk Soal Level C6

Dari gambar yang diberikan, peserta didik mampu memahami kondisi yang
terdapat pada gambar, yaitu terjadi abrasi di pantai dan kurangnya kesadaran masyarakat
menjaga kondisi lingkungan dengan adanya sampah yang berserakan di sekitar pantai.
Untuk itu, peserta didik menawarkan solusi berupa menjaga kebersihan lingkungan pantai
dengan membuang sampah pada tempatnya, serta memberi ajakan menanam pohon bakau
di pantai. Kreativitas peserta didik mulai tampak dalam hal mencipta.
Berdasarkan data, diperoleh informasi bahwa nilai posttest menunjukkan
kemampuan menjawab soal level C4 pada kategori tinggi, kemampuan menjawab soal level
C5 pada kategori sedang, dan kemampuan menjawab soal level C6 pada kategori tinggi.
Belum maksimalnya hasil yang diperoleh peserta didik disebabkan pada saat proses belajar
dan kegiatan proyek, masih ada peserta didik yang belum terlibat aktif. Sehingga
pengalaman belajar yang diperoleh masih belum terlatih dengan baik. Data tersebut
didukung hasil coding jurnal refleksi pada lampiran D.19 yang menyatakan masih ada
peserta didik yang tidak konsisten hadir pada kegiatan kelompok.
Hasil dari kemampuan menganalisis dan mencipta berada pada kategori tinggi. Hal
tersebut karena dilatihkan dengan baik melalui model project based-learning. Kemampuan
menganalisis dan mencipta adalah kemampuan yang juga melibatkan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik. Peserta didik mampu menganalisis masalah yang diberikan dan

522
membuat desain berdasarkan konteks materi yang diberikan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Tan dan Chapman (2016), yang mengemukakan bahwa project based-learning
sebagai suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam berbagai aktivitas belajar
secara aktif dan autentik, melalui suatu kegiatan mengerjakan suatu proyek. Kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk membangun pengetahuan dari
berbagai disiplin ilmu dan setelahnya menerapkan pengetahuan ini ke situasi dunia nyata,
dalam prosesnya, memungkinkan mereka untuk melatih kreativitas dan kemampuan
berpikir kritis.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta
didik dalam menjawab soal Higher Order Thinking Skill dilatihkan pada kemampuan
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hal tersebut didukung oleh hasil N-gain C4 0,6;
C5 0,4; dan C6 0,8. Ketiga level soal menunjukkan hasil N-gain diatas 0,31 sehingga dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran project based-learning efektif melatih kemampuan
higher order thinking skill peserta didik.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Insyasiska, dkk (2015) menyatakan
pembelajaran proyek melatih siswa berpikir kritis terhadap permasalahan kontekstual yang
berkaitan dengan materi biologi melalui tema-tema yang mereka pilih. sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa mulai dari menganalisis. mensintesis. mengevaluasi dan
mencipta. Astuti (2015) juga mengemukakan bahwa pembelajaran di luar kelas berbasis
proyek dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Nurbaiti, dkk (2016)
dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa penerapan pembelajaran model
Project Based-Learning (PjBL) berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Demikian
dengan Kamaruddin, dkk (2020), menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran
Project Based-Learning (PjBL) terhadap hasil belajar peserta didik pada materi perubahan
lingkungan di SMA Negeri 4 Pinrang.

2. Keterampilan Kolaborasi Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Project


Based-Learning pada Materi Perubahan Lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan kolaborasi peserta didik telah
berkembang pada aspek berkontribusi aktif, bekerja secara produktif dan menghargai
orang lain, ditandai dengan hasil pretest peserta didik yang berada pada kategori
kolaboratif. Keterampilan kolaborasi pada aspek bertanggung jawab dan menunjukkan
fleksibilitas berada pada kategori cukup kolaboratif, hal ini disebabkan oleh peserta didik
yang belum terbiasa melakukan kegiatan proyek yang mereka gagas sendiri. Peserta didik
terbiasa melakukan kegiatan dengan pendampingan dan arahan dari pendidik.
Pada penerapan model project based-learning, keterampilan kolaborasi dilatihkan
kepada peserta didik pada setiap kegiatan kelompok. Latihan tersebut mulai dari diskusi
kelompok dan gallery walk pada eksplorasi konsep, kegiatan proyek berupa observasi
lapangan, membuat desain, gelar hasil karya poster edukasi, sampai pada evaluasi hasil
atau proses refleksi.
Setelah penerapan model project based-learning, keterampilan kolaborasi peserta
didik pada keterampilan berkontribusi aktif sebesar 74,58 kategori kolaboratif.
Keterampilan berkontribusi aktif peserta didik dalam pembelajaran PjBL terlatih pada saat

523
kerja sama kelompok yang dilakukan baik saat eksplorasi konsep maupun pada saat
kegiatan proyek. Peserta didik telah menyadari peran sertanya dibutuhkan dalam kegiatan
kelompok agar dapat menyelesaikan masalah dengan mudah dan lebih cepat. Berikut salah
satu kutipan jawaban peserta didik pada jurnal kolaboratif terkait keterampilan
berkontribusi aktif peserta didik.

Gambar 4.6 Jawaban Peserta Didik Pada Jurnal Kolaboratif Terkait Keterampilan
Berkontribusi Aktif Peserta Didik

Jawaban peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu


mengemukakan ide dalam kegiatan kelompok yang bertujuan untuk mempermudah
kegiatan diskusi dengan cara bekerjasama aktif sehingga kegiatan diskusi dapat terlaksana
dengan baik dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Jawaban tersebut menggambarkan
peran peserta didik dalam berkontribusi aktif pada kegiatan pembelajaran yang
berlangsung.
Setelah penerapan model PjBL, keterampilan peserta didik bekerja secara produktif
sebesar 67,5 berada pada kategori kolaboratif. Keterampilan bekerja secara produktif
dalam pembelajaran PjBL dilatihkan pada saat kerjasama kelompok. Peserta didik
diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, serta memiliki inisiatif sendiri
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan kelompok, serta hasil
telah sesuai dengan kebutuhan kelompok. Berikut adalah jawaban peserta didik yang
menunjukkan keterampilan bekerja secara produktif.

524
Gambar 4.7 Jawaban Peserta Didik Pada Jurnal Kolaboratif Terkait Keterampilan
Bekerja Secara Produktif

Jawaban peserta didik menunjukkan keterampilan peserta didik dalam


keikutsertaan kelompok berdasarkan inisiatif sendiri dan dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan dan mampu menyelesaikan tepat
waktu sesuai dengan kesepakatan.
Setelah penerapan model PjBL, keterampilan bertanggung jawab peserta didik
sebesar 68,5 kategori kolaboratif. Keterampilan bertanggung jawab dilihat dari konsistensi
kehadiran peserta didik, keterlaksanaan dan selesainya tugas yang diberikan. Berikut
jawaban peserta didik yang menunjukkan keterampilan bertanggung jawab peserta didik.

Gambar 4.8 Jawaban Peserta Didik Pada Jurnal Kolaboratif Terkait Keterampilan
Bertanggung Jawab

525
Hasil jurnal refleksi peserta didik tersebut, menunjukkan konsistensi peserta didik
untuk hadir pada saat kegiatan kelompok, melakukan tugas yang diberikan, dan
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dengan menyelesaikan sendiri tanpa meminta
bantuan dari orang lain.
Setelah penerapan model PjBL, keterampilan peserta didik dalam menunjukkan
fleksibilitas sebesar 66,58 yang berada pada kategori kolaboratif. Keterampilan
fleksibilitas dilihat pada sikap peserta didik menerima penghargaan, kritik, saran serta
keputusan yang disepakati oleh kelompok, serta penyesuaian diri dengan teman kelompok
untuk berkompromi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Berikut jawaban peserta
didik yang menunjukkan keterampilan fleksibilitas peserta didik.

Gambar 4.9 Jawaban Peserta Didik Pada Jurnal Kolaboratif Terkait Keterampilan
menunjukkan fleksibilitas

Hasil jurnal refleksi peserta didik tersebut menunjukkan keterampilan peserta didik
mendengarkan kritik, saran, serta menghargai pendapat orang lain dengan menjadikannya
sebagai motivasi dan pelajaran untuk menjadi lebih baik dalam melakukan sesuatu. Peserta
didik juga telah mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya sehingga lebih mudah
membicarakan masalah yang dihadapi untuk menemukan solusi dan masalah yang
dihadapi.
Setelah penerapan model PjBL, keterampilan peserta didik dalam menghargai
orang lain sebesar 69,17 kategori kolaboratif. Kemampuan peserta didik dalam menghargai
orang lain dapat dilihat pada sikap peserta didik ketika berbeda pendapat dengan peserta
didik lain serta keterampilan peserta didik menghargai ide yang dikemukakan oleh teman
saat diskusi, dan sikap yang diberikan dalam menerima perbedaan pendapat. Berikut
jawaban peserta didik yang menunjukkan keterampilan menghargai orang lain berdasarkan
jurnal refleksi.

Gambar 4.10 Jawaban Peserta Didik Pada Jurnal Kolaboratif Terkait Keterampilan
Menghargai Orang Lain

526
Jurnal refleksi peserta didik tersebut menunjukkan keterampilan peserta didik
menghargai orang lain dengan cara mendiskusikan dengan teman kelompok secara baik
ketika berbeda pendapat dan tetap menghargai pendapat teman satu kelompok. Peserta
didik pun telah mampu menghargai ide dan memberikan apresiasi atas ide baru yang
diberikan oleh teman kelompoknya.
Keterampilan kolaborasi peserta didik setelah melalui model pembelajaran project
based-learning, pada aspek berkontribusi aktif, bekerja secara produktif, bertanggung
jawab, menunjukkan fleksibilitas dan menghargai orang lain berada pada kategori
kolaboratif. Hal tersebut berarti bahwa kelima indikator kolaborasi tersebut dapat
dilatihkan melalui model project based-learning. Namun demikian, berdasarkan kategori
N-gain, hanya keterampilan berkontribusi aktif yang menunjukkan nilai N-gain di atas
angka 0,31. Kemampuan bekerja secara produktif, bertanggung jawab, menunjukkan
fleksibilitas dan menghargai orang lain menunjukkan nilai N-gain pada kategori rendah
yakni di bawah angka 0,31. Rendahnya hasil yang diperoleh pada beberapa indikator
kolaborasi disebabkan oleh faktor kebutuhan waktu yang lama dan berulang untuk
membudayakan suatu keterampilan pada peserta didik, sementara penelitian yang
dilakukan hanya sebanyak empat kali pertemuan.
Keterampilan bekerja secara produktif pada saat pretest memiliki nilai yang tinggi
dibanding dengan indikator kolaborasi yang lain, namun setelah posttest keterampilan
tersebut tidak terlalu berkembang dibanding dengan indikator yang lain, Hasil N-gain
keterampilan bekerja secara produktif mendapatkan hasil terendah, yaitu 0.16. Model
pembelajaran proyek melibatkan kerja kelompok dan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan proyek. Hal ini dapat menjadi kendala jika waktu pembelajaran
terbatas dan peserta didik harus menyelesaikan banyak materi dalam jangka waktu tertentu.
Jika waktu tidak dikelola dengan baik, siswa mungkin merasa tertekan dan tidak dapat
bekerja secara produktif.
Model proyek mendorong peserta didik terlibat dalam tindakan nyata yang
mengharuskan mereka berkontribusi secara aktif dalam suatu proyek untuk mencapai
tujuan proyek. Untuk itu, keterampilan berkontribusi aktif terlatih pada model project
based-learning. Sehingga dapat dikatakan bahwa, model project based-learning efektif
melatih keterampilan kolaborasi pada kategori berkontribusi aktif.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa penerapan model project based-learning
melatih keterampilan kolaborasi peserta didik dan efektif melatih keterampilan
berkontribusi aktif peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan Maulana (2020) bahwa
pembelajaran dinyatakan efektif bila nilai indeks gain minimal 0,31. Sejalan dengan itu,
penelitian Rasyid dan Khoirunnisa (2021) menyatakan terdapat pengaruh model
pembelajaran berbasis proyek terhadap keterampilan kerjasama siswa. Ibrahim dan Rashid
(2022), kolaborasi dapat diterapkan dan dibudidayakan di kalangan siswa dengan
menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Bani-Hamad dan Abdullah (2019),
pendekatan pembelajaran berbasis proyek berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
keterampilan abad 21 (4C) kalangan Siswa tingkat menengah Emirati yang berpartisipasi
dalam Think Science National Competition 2019. Saenab, dkk (2019), penggunaan model
pembelajaran Project Based Learning berpengaruh terhadap keterampilan kolaborasi. serta

527
penelitian Hambali, dkk (2020), penggunaan model pembelajaran project based-learning
berpengaruh terhadap keterampilan kolaborasi mahasiswa Pendidikan Biologi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis data statistik deskriptif dapat


disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan higher order thinking skill melalui model pembelajaran project based-
learning pada materi perubahan lingkungan efektif dilatihkan pada kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dengan nilai N-gain sebesar C4 0,6; C5 0,4;
dan C6 0,8.
2. Keterampilan kolaborasi melalui model pembelajaran project based-learning pada
materi perubahan lingkungan efektif dilatihkan pada keterampilan berkontribusi aktif
dengan nilai N-gain sebesar 0,48.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, N., Sutarto, & Baiq, R. A. F. 2019. Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran
SMPN 3 Narmada Ditinjau dari Peta Kognitif. JPIN (Jurnal Pendidik Indonesia).
1(1). 72-84.

Aprilia, B. L. K., Jamaluddin, Lestari, T. A., & Handayani, B. S. 2022. Pengaruh Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 1
Pujut. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan. 7(4B).

Astuti, R. 2015. Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pengolahan Limbah Menjadi


Trash Fashion Melalui PjBL. BIOEDUKASI. 8(2). 37-41.

Bagheri, M., Ali, W. Z. W., Abdullah, M. C., & Daud, S. M. 2013. Effects of Project-
based Learning Strategy on Self-directed Learning Skills of Educational Technology
Students. Universiti Putra Malaysia. Malaysia. Contemporary Educational
Technology. 4(1). 15-29.

Bani-Hamad, A. M. H., & Abdullah, A. H. 2019. The Effect of Project-Based Learning to


Improve the 21st Century Skills among Emirati Secondary Students. International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 9(12). 560–573.

Dalman, R. P. & Junaidi. 2022. Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab Soal HOTS dalam
Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan.
Naradidik: Journal of Education & Pedagogy.1(1). 103-112.

Hairida, Marmawi & Kartono. 2021. An Analysis of Students’ Collaboration Skills in


Science Learning Through Inquiry and Project-Based Learning. Tadris. Jurnal
Keguruan dan Ilmu Tarbiyah. 6 (2). 219-228.

528
Hambali, H., Fadhilah, N., Herdianty, R., Hamid, S. M. 2020. Pengaruh Model Project
Based Learning (PjBL) Sebagai Implementasi Kampus Merdeka Terhadap
Keterampilan Kolaborasi Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi. Jurnal Ilmiah
Ecosystem. 20(3).

Hamidah, I. & Sinta, Y. C. 2021. Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning
(Pjbl) Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Siswa. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains. 4(2).

Heong, Y. M., Othman, W. B., Yunos, J. B. M., Kiong, T. T., Hassan, R. B., &
Mohammad, M. M B. 2011. Tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi marzano di
kalangan mahasiswa pendidikan teknik. Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan
Kemanusiaan. 1(2). 121.

Hermala. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Brain Based Learning (Bbl) Terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Materi Biologi Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas X Sma Negeri 8 Bandar Lampung. Fakultas tarbiyah
dan keguruan universitas islam negeri(uin) raden intan. Lampung.

Hermawan, M. 2020, November 24. Langkah-Langkah Pembelajaran Project Based


Learning (PjBL). Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi Ayo Guru Berbagi.

529

Anda mungkin juga menyukai