Anda di halaman 1dari 9

Diet Intermitten Fasting dan Pengaruh Bagi Kesehatan

NAMA: Syafiyah Naurah Dewi


NIM: 12200000002

Abstrak:
Puasa intermiten didefinisikan sebagai makan selama periode waktu tertentu, atau,
berpuasa selama satu hari penuh. Sebagai contoh, puasa intermiten dapat didefinisikan sebagai
makan makanan dalam jangka waktu 8 jam, tetapi berpuasa selama 16 jam sisanya. Hal ini
sering disebut sebagai "pemberian makan dengan waktu terbatas" dan/atau "puasa intermiten
16/8", yang mengacu pada jam-jam seseorang berpuasa (16 jam) dan jam-jam di mana ia
mengonsumsi makanan (8 jam). Puasa hari bergantian juga dianggap sebagai puasa intermiten
dan didefinisikan sebagai tidak mengonsumsi makanan selama satu hari penuh. Dengan puasa
hari bergantian, misalnya, seseorang dapat makan selama 3 hari, kemudian berpuasa selama 1
hari, lalu mengonsumsi makanan selama 2 hari, kemudian berpuasa selama satu hari lagi. Diet
"5:2" adalah diet di mana seseorang makan secara normal selama 5 hari dalam seminggu, tetapi
membatasi asupan energi selama 2 hari sisanya dalam seminggu. Keuntungan yang diusulkan
dari puasa intermiten adalah bahwa individu tidak perlu menghitung kalori; namun, mereka
terbatas pada waktu di mana mereka dapat mengonsumsi makanan. Keuntungan yang
diusulkan dari puasa intermiten adalah bahwa individu tidak harus menghitung kalori;
melainkan, mereka terbatas pada waktu di mana mereka dapat mengkonsumsi makanan.
Disarankan agar individu mengonsumsi pilihan makanan sehat selama periode konsumsi
makanan mereka. Selain itu, puasa dapat menyebabkan dehidrasi, dan dengan demikian,
biasanya disarankan agar individu mengonsumsi air, kopi tanpa pemanis, dan / atau teh, selama
periode puasa. (1)
Pendahuluan dislipidemia, diabetes mellitus tipe 2,
maupun penyakit jantung. (2)
Puasa intermiten didefinisikan
Selain pola makan yang berubah,
sebagai makan selama periode waktu
banyaknya kesibukan yang dijalani sehari-
tertentu, atau, berpuasa selama satu hari
harinya menjadikan aktivitas fisik kini
penuh. Sebagai contoh, puasa intermiten
menjadi prioritas terbawah. Diketahui
dapat didefinisikan sebagai makan
bahwa pola hidup saat ini menjadi risiko
makanan dalam jangka waktu 8 jam, tetapi
terhadap penyakit-penyakit metabolik,
berpuasa selama 16 jam sisanya. Hal ini
seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2,
sering disebut sebagai "pemberian makan
dislipidemia, penyakit jantung koroner,
dengan waktu terbatas" dan/atau "puasa
keganasan, gangguan respirasi, maupun
intermiten 16/8", yang mengacu pada jam-
kelainan jaringan otot, sendi, dan tulang. (2)
jam seseorang berpuasa (16 jam) dan jam-
jam di mana ia mengonsumsi makanan (8 Intermittent fasting (IF) adalah
jam). Puasa hari bergantian juga dianggap salah satu contoh restriksi kalori yang saat
sebagai puasa intermiten dan didefinisikan ini banyak digunakan, karena biaya yang
sebagai tidak mengonsumsi makanan murah dan terbukti memiliki potensi untuk
selama satu hari penuh. Dengan puasa hari mencegah penyakit kronik seperti penyakit
bergantian, misalnya, seseorang dapat kardiovaskular, neurodegeneratif, dan
makan selama 3 hari, kemudian berpuasa kanker. Restriksi kalori dengan cara
selama 1 hari, lalu mengonsumsi makanan mengurangi jumlah kalori tanpa
selama 2 hari, kemudian berpuasa selama menyebabkan malnutrisi dapat
satu hari lagi. Diet "5:2" adalah diet di mana meningkatkan kesehatan secara fisik dan
seseorang makan secara normal selama 5 menurunkan angka kejadian penyakit
hari dalam seminggu, tetapi membatasi kronik. Pola diet yang dijalani adalah
asupan energi selama 2 hari sisanya dalam dengan membagi hari-hari puasa dan non
seminggu. (1) puasa. (3)

Pola diet yang dikenal dengan Pembahasan


intermittent fasting saat ini mampu
menurunkan berat badan dan memiliki Pola Makan Intermittent Fasting (IF)

dampak baik terhadap metabolisme tubuh. IF dapat didefinisikan sebagai pola


Intermittent fasting (IF) dipercaya dapat diet dengan periode restriksi kalori. Pola
memberikan dampak baik pada penderita diet IF memiliki 3 metode diet. Metode
pertama, juga disebut sebagai metode Pola diet intermittent fasting
alternate day fasting, dimana pada hari memiliki dampak baik pada penurunan
berpuasa tidak ada makanan yang berat badan, metabolisme lemak,
dikonsumsi, dapat digantikan dengan sensitivitas insulin, serta efek
minum air ataupun jus, namun pada hari kardioproteksi. Peningkatan prevalensi
non-puasa, orang dapat mengkonsumsi penyakit metabolik saat ini menjadikan
makanan sesuai keinginan. Metode kedua pola diet intermittent fasting menjadi
adalah modified fasting regimen, dimana sebuah solusi terhadap hal ini. Sebuah meta
pada hari berpuasa, asupan kalori dibatasi analisis mendapati bahwa pada populasi
hanya 25% dari kebutuhan kalori total dan yang terbiasa dengan pola intermittent
pada hari non-puasa dapat mengonsumsi fasting didapati 35% lebih sedikit untuk
makanan tanpa batasan. (2) menderita penyakit arteri koroner dan 44%
lebih sedikit mengidap diabetes tipe 2.
Tipe ketiga, time-restricted feeding,
(2,3,5–7)
adalah membatasi waktu makan dalam
beberapa jam dalam sehari. Seseorang Efek Intermittent Fasting pada
hanya bisa makan pada jendela waktu Penurunan Berat Badan
tertentu, seperti 16 jam puasa dan 8 jam
Berdasarkan studi kohort yang
pada jendela makan dan semakin lama
dilakukan oleh Malinowski, didapatkan
jendela makan akan semakin berkurang. (3)
bahwa penurunan berat badan pada pola
Efek Intermittent Fasting pada diet intermittent fasting didapatkan sekitar
Metabolisme 2.5– 9.9% dan terbukti dalam menurunkan
massa lemak. Hasil ini didapati pada
Puasa intermiten tipe 5:2
responden penelitian yang menjalani
berpengaruh signifikan terhadap lingkar
program diet selama 12 minggu. Selain itu,
pinggang tetapi tidak berpengaruh terhadap
penelitian ini juga melaporkan adanya
kadar asam urat. Dengan demikian, puasa
penurunan berat badan, massa lemak, dan
intermiten tipe 5:2 dapat digunakan sebagai
lingkar pinggang pada orang yang
intervensi dalam mencegah timbulnya
menjalani pola diet ini. Dibanding dengan
penyakit yang berhubungan dengan
pola diet lainnya, penurunan dari berat
sindrom metabolik. (4)
badan dan massa lemak didapati lebih
Efek Intermittent Fasting terhadap tinggi pada pola diet intermittent fasting.
Kesehatan (7)
Berdasarkan telaah sistemik yang sebagai energi cadangan dikarenakan
dilakukan oleh Ganesan et al, umumnya glukosa tidak dapat digunakan sebagai
melalui intermittent fasting, penurunan energi pada kondisi puasa. Hal ini disebut
berat badan akan stabil menurun selama 6 sebagai proses glukoneogenesis dimana
bulan dan akan menetap setelahnya. Total salah satunya mengubah cadangan energi
penurunan berat badan dilaporkan 3 - 4 kg dari glukosa menjadi pemecahan asam
dalam waktu 12 minggu. Berdasarkan lemak bebas menjadi keton dan sumber
penelitian yang dilakukan oleh Bhutani energi tubuh. (6,7)
pada tahun 2018, pola diet intermittent
Adanya pola makan yang diubah
fasting akan memberikan hasil yang lebih
mengikuti pola intermittent fasting
baik apabila dikombinasikan dengan
membuat tubuh mengalami perubahan dari
olahraga 3 kali dalam seminggu. Hasil ini
metabolisme lipid. Perubahan dari
sudah dibuktikan melalui studi yang
metabolisme lipid ini yang digunakan
dilakukan selama 12 minggu. (2)
menjadi sumber energi memberikan
Pada kondisi obesitas, beberapa dampak baik dengan adanya penurunan
systematic review melaporkan pola diet berat badan dan massa lemak sekitar 8%.
intermittent fasting dapat digunakan untuk Penurunan massa lemak yang dihasilkan
menurunkan berat badan jangka pendek dan juga disertai dengan penurunan kadar
dapat mempertahankan berat badan jangka trigliserida dan kadar LDL. (6,7)
panjang. (2,3,5,6)
Selain itu, adiposit mensekresikan
Terdapat pengaruh yang bermakna hormone leptin yang mempengaruhi pola
pada berat badan dan tidak terdapat makan pada seseorang. Kadar leptin
pengaruh yang bermakna pada high density didapatkan meningkat pada orang yang
lipoprotein setelah melakukan intermittent memiliki obesitas, serta berkorelasi
fasting selama 4 minggu. (8) terhadap peningkatan dari kadar kolesterol
total, trigliserida, tekanan darah, dan efek
Efek Intermittent Fasting pada
inflamasi pada pembuluh darah. Pola diet
Metabolisme Lemak
intermittent fasting terbukti dapat
Sel lemak dalam tubuh dapat menurunkan konsentrasi leptin yang juga
dijadikan sebagai cadangan energi untuk berperan dalam menurunkan kadar
beraktivitas. Glukosa umumnya menjadi kolesterol dan menurunkan risiko penyakit
sumber energi utama dalam tubuh, namun metabolik. (6,7)
pada kondisi puasa, sel lemak dijadikan
Melalui penelitian yang telah Selain itu, yang menjalani pola diet
dijalankan selama 12 minggu, didapatkan ini mengalami perbaikan sensitivitas
adanya penurunan dari massa lemak, insulin. Hal ini didukung oleh penelitian
penurunan C-reactive protein (CRP), oleh Halberg et al. yang menyatakan pria
penurunan leptin dan triasilgliserol. sehat yang menjalani diet alternate day
Namun, tidak adanya perubahan dari kadar fasting (ADF) mengalami perbaikan
high-density lipoprotein (HDL). (2) sensitivitas insulin yang dinilai melalui
peningkatan signifikan glucose infusion
Berdasarkan studi metaanalisis
rate, adiponectin, dan menghambat lipolisis
terhadap berbagai studi randomized control
yang dimediasi oleh insulin. (9)
trial (RCT), IF diketahui memberi
perbaikan pada kelompok perlakuan terkait Pada pasien DM tipe II, penggunaan
faktor risiko kardiometabolik, termasuk obat antidiabetes ini dapat disesuaikan
berat badan, lingkar pinggang, massa dengan pola diet intermittent fasting,
lemak, indeks massa tubuh, tekanan darah, dimana pada saat hari berpuasa, sebaiknya
kolesterol total, kadar insulin puasa, dosis dari obat golongan sulfonilurea atau
perbaikan resistensi insulin, dibanding pada penggunaan insulin dikurangi dosisnya atau
kelompok kontrol. Hanya saja, efek IF diberhentikan terlebih dahulu, dan
terhadap kadar LDL maupun HDL dinilai penggunaan terapi ini dapat dilanjutkan
tidak signifikan. pada hari-hari selanjutnya dimana tidak ada
jadwal puasa. Sebaiknya perubahan dosis
Efek Intermittent Fasting pada
ini dilakukan oleh dokter terkait dan ahli
Penderita Diabetes
gizi untuk mengurangi efek samping yang
Intermittent fasting memiliki hasil ditimbulkan dari obat. (5,9)
yang baik dikarenakan terbukti dapat
Efek Intermittent Fasting pada
menurunkan kadar HbA1C pada pasien
Kardiovaskular
diabetes tipe 2. Secara statistik penurunan
kadar HbA1C tidak signifikan, namun Efek kardioproteksi dari diet
mengingat adanya medikasi yang perlu intermittent fasting didapat dari
diberikan dan disesuaikan dengan kondisi peningkatan konsentrasi adiponektin,
pasien, pola diet intermittent fasting aman penurunan konsentrasi dari kadar low-
untuk dijalankan bagi penderita diabetes density lipoprotein (LDL), dan adanya
tipe 2. (6) kontrol glikemik yang dihasilkan dari pola
intermittent fasting. Adanya efek positif
dari pola diet intermittent fasting mengurangi apoptosis, mengurangi
dibuktikan dapat melindungi otot inflamasi miosit, dan mencegah remodeling
miokardium dari inflamasi dan kerusakan jantung post infark. Efek ini dikarenakan
seluler yang umumnya diakibatkan karena peningkatan level serum adiponektin yang
iskemia akibat penumpukan plak pada terbukti melindungi jantung dari kondisi
pembuluh darah koroner. (2,6,7) cedera iskemik. (7)

Aterosklerosis menjadi salah satu Intermittent fasting juga


penyebab penyakit jantung yang memiliki menunjukkan efek yang baik pada kondisi
dampak fatal, yaitu serangan jantung dan post infark, dimana selain mencegah
kematian. Aterosklerosis sendiri remodeling jantung, intermittent fasting
merupakan suatu proses inflamasi kronik juga memperbaiki fungsi kerja jantung,
yang terjadi pada pembuluh darah jantung, menstimulasi angiogenesis, dan
diakibatkan karena adanya penumpukan sel menurunkan apoptosis sel yang ada di
lemak yang membentuk plak pada perbatasan daerah yang mengalami
pembuluh darah. Adiponektin yang iskemik. Saat fase iskemik – reperfusi,
merupakan protein plasma pada sel lemak intermittent fasting mencegah kerusakan
memiliki efek anti inflamasi dan sel otot jantung dengan cara merestorasi
memberikan efek kardioproteksi dengan gangguan di autophagic flux dengan cara
menghambat penempelan sel lemak pada menstimulasi gen TFEB, yang merupakan
dinding pembuluh darah jantung. (6,7) regulator master dari autophagy-lysosome
gene expression network. Hal ini
Hubungan antara pola diet
membuktikan bahwa intermittent fasting
intermittent fasting dengan peningkatan
memiliki efek proteksi jantung saat terjadi
kadar adiponektin sudah terbukti pada
keadaan iskemik. (6,9)
penelitian-penelitian in vitro yang telah
dilakukan. Sehingga, pola diet intermittent Diet intermittent fasting juga
fasting memberikan efek kardioproteksi terbukti memiliki manfaat dengan
terhadap perubahan dari metabolisme menurunkan tekanan darah dan angka
lemak yang ditimbulkan. (5) kejadian hipertensi. Mekanismenya adalah
dengan cara meningkatkan aktivitas
Pada penelitian yang dilakukan
parasimpatik di otak, meningkatkan
pada tikus dengan kondisi infark miokard,
ekskresi norepinefrin di ginjal, dan
intermittent fasting melindungi jantung
meningkatkan sensitivitas ANP dan insulin.
dengan cara mengurangi ukuran infark,
(5)
Selain itu intermittent fasting juga merasa lemas dan harus menghitung
menurunkan denyut nadi melalui kebutuhan kalori per setiap makanan yang
mekanisme yang sama yakni dengan akan dikonsumsi, dan dalam waktu lama
meningkatkan aktivitas parasimpatik di membuat orang yang menjalani cenderung
otak. Efek ini dapat bertahan selama diet makan melebihi kalori atau makan
intermittent fasting dilakukan, namun tidak makanan tambahan. (2)
dapat dipertahankan setelah diet dihentikan.
Selain itu pada penelitian yang
(6)
sama, serta penelitian yang dilakukan oleh
Perbandingan Pola Diet Intermittent Stockman et al pada tahun 2018 juga
Fasting dan Pola Diet Lainnya didapatkan bahwa dibandingkan dengan
pola diet IF, pola diet CER membuat rasa
Pola diet lainnya yang sering
lapar semakin tinggi dan orang cenderung
dijalani untuk menurunkan berat badan
untuk mengkonsumsi makanan tambahan
adalah pola continuous energy restriction
atau camilan. (10)
(CER), dimana pada pola ini asupan kalori
harian dibatasi setiap harinya menjadi 15%- Hal ini dikarenakan pada pola IF,
60% dari total kalori awal. Penurunan berat orang dapat makan sesuai yang diinginkan
badan yang diikuti selama 24 bulan dengan pada hari yang tidak berpuasa. Berbeda
2 tipe pola diet berbeda, yaitu IF dengan dengan penelitian lainnya, penelitian yang
CER tidak memberikan hasil yang berbeda dilakukan secara kohort oleh Sundfor et al,
secara signifikan terhadap perubahan berat menyatakan bahwa rasa lapar lebih
badan dan stabilitas berat badan yang dirasakan pada responden yang menjalani
dialami oleh para responden. Penurunan pola diet IF. (11)
berat badan pada kedua tipe diet memiliki
Kesimpulan
hasil yang serupa, dimana juga kedua pola
diet memiliki efek baik terhadap kesehatan Puasa intermiten didefinisikan
sistem kardiovaskular dan memiliki efek sebagai makan selama periode waktu
jangka panjang. (2,10,11) tertentu, atau, berpuasa selama satu hari
penuh. Sebagai contoh, puasa intermiten
Pada beberapa sumber penelitian,
seperti penelitian yang dilakukan oleh dapat didefinisikan sebagai makan

Ganesan et al didapati bahwa dengan pola makanan dalam jangka waktu 8 jam, tetapi

diet CER, didapati kesulitan untuk dijalani berpuasa selama 16 jam sisanya. Hal ini
sering disebut sebagai "pemberian makan
dikarenakan setiap harinya cenderung
dengan waktu terbatas" dan/atau "puasa
intermiten 16/8", yang mengacu pada jam- Daftar Pustaka
jam seseorang berpuasa (16 jam) dan jam-
jam di mana ia mengonsumsi makanan (8 1. Volpe, Stella Lucia Ph.D., R.D., LDN,

jam). Puasa hari bergantian juga dianggap ACSM-CEP®, FACSM. Intermittent

sebagai puasa intermiten dan didefinisikan Fasting — What Is It and Does It Work?.

sebagai tidak mengonsumsi makanan ACSM's Health & Fitness Journal 23(1):p

selama satu hari penuh. Dengan puasa hari 34-36, 1/2 2019.

bergantian, misalnya, seseorang dapat 2. Ganesan K, Habboush Y, Sultan S.


makan selama 3 hari, kemudian berpuasa Intermittent Fasting: The Choice for a
selama 1 hari, lalu mengonsumsi makanan Healthier Lifestyle. Cureus. 2018; 10(&):
selama 2 hari, kemudian berpuasa selama 1-11
satu hari lagi. Diet "5:2" adalah diet di mana
3. Patterson RE, Sears D. Metabolic Effects
seseorang makan secara normal selama 5
of Intermittent Fasting. Annual Review of
hari dalam seminggu, tetapi membatasi
Nutrition. 2017; 37: 371-93.
asupan energi selama 2 hari sisanya dalam
seminggu. Keuntungan yang diusulkan dari 4. Harahap H, Kusdiyah E, Usni M,
puasa intermiten adalah bahwa individu Hasibuan Z, Harahap A, Yosephine M,
tidak perlu menghitung kalori; namun, Malau R
mereka terbatas pada waktu di mana 5. Malinowski B, Zalewska K, Wesierska
mereka dapat mengonsumsi makanan. A, Sokolowska M, Socha M, Liczner G, et
Keuntungan yang diusulkan dari puasa al. Intermittent Fasting in Cardiovascular
intermiten adalah bahwa individu tidak Disorder. Nutrients. 2019; 11(673): 1-18.
harus menghitung kalori; melainkan,
6. Zhu H, He L. Cardioprotective Effects of
mereka terbatas pada waktu di mana
Intermittent Fasting. JBR Journal of
mereka dapat mengkonsumsi makanan.
Clinical Diagnosis and Research. 2017;
Disarankan agar individu mengonsumsi
5(1): 1-2.
pilihan makanan sehat selama periode
konsumsi makanan mereka. Selain itu, 7. Busko M. Intermittent Fasting or Low-
puasa dapat menyebabkan dehidrasi, dan Cal Diet? Similar HbA1c Drop in Adults
dengan demikian, biasanya disarankan agar with Diabetes. JAMA Network Open. 2018;
individu mengonsumsi air, kopi tanpa 1(3): 1-12.
pemanis, dan / atau teh, selama periode
8. Pratama Putra, Ilham (2021) Pengaruh
puasa.
Intermittent Fasting Terhadap Berat Badan
dan Kadar High Density Lipoprotein Pada
Individu Overweight dan Obesitas di Kota
Jambi. S1 thesis, Universitas Jambi.

9. Stockman MC, Thomas D, Burke J,


Apovian C. Intermittent Fasting: Is the Wait
Worth the Weight?. Curr Obes Rep. 2018;
7(2): 172-185.

10. Sundfor TM, Svendsen M, Tonstad S.


Effect of intermittent versus continuous
energy restriction on weight loss,
maintenance and cardiometabolic risk: A
randomized 1-year trial.Nutr Metab
Cardiovasc Dis. 2018; 28(7): 698-706.

11. Cioffi I, Evangelista A, Ponzo V,


Ciccone G, Soldati L, Santarpia L, et al.
Intermittent versus continuous energy
restriction on weight loss and
cardiometabolic outcomes: a systematic
review and meta-analysis of randomized
controlled trials. Journal of Translational
Medicine. 2018; 371(16): 1-15

Anda mungkin juga menyukai