Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan endodontik merupakan perawatan atau tindakan pencegahan untuk


mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan
sekitarnya (Bence, 2005). Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan diagnosa, seleksi kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan;
kesalahan pada salah satu tahap dapat menyebabkan kegagalan. Maka dari itu dalam makalah ini,
kami akan membahas akan faktor-faktor penyebab timbulnya kegagalan dalam perawatan
endodontik baik pada fase pre-operative, operative dan post-operative beserta penanggulangan
nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil dari perawatan saluran akar ?
2. Bagaimanakah penyebab kegagalan pada fase pre-operative ?
3. Bagaimanakah penyebab kegagalan pada fase operative ?
4. Bagaimanakah penyebab kegagalan pada fase post-operative ?
5. Bagaimanakah penanggulangan yang dapat di lakukan pada kegagalan pengobatan
saluran akar ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui akan faktor yang mempengaruhi hasil dari perawatan saluran akar dan
penyebab kegagalan perawatan endodontik yang terjadi pada fase pre-operative,
operative dan post-operative

1
BAB II

PEMBAHASAN

PENYEBAB KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari perawatan saluran akar. Adanya
bakteri merupakan penyebab utama dari kegagalan perawatan saluran akar. Secara umum,
penyebab paling sering yang menyebabkan gagalnya perawatan saluran akar adalah

(1) kesalahan dalam mendiagnosis dan membuat rencana perawatan,

(2) kebocoran mahkota,

(3) kurangnya pengetahuan tentang anatomi pulpa,

(4) debridemen yang tidak adekuat dan/atau disinfeksi sistem saluran akar,

(5) proteksi restorasi yang tidak adekuat,

(6) kesalahan selama prosedur operatif,

(7) kesalahan atau defisiensi obturasi, dan

(8) fraktur akar vertikal.

Faktor-faktor tersebut dapat ditemukan selama fase preoperative, operative, dan


postoperative dalam perawatan saluran akar.

Penyebab Kegagalan pada Fase Preoperative

Kegagalan perawatan saluran akar sering ditemukan karena adanya kesalahan dalam
mendiagnosis, pembuatan rencana perawatan, dan pemilihan kasus yang buruk (dokter gigi
melakukan perawatan di luar tingkat kemampuannya), atau melakukan perawatan pada gigi yang
memiliki prognosis yang buruk. Diagnosis harus didasari oleh semua informasi yang ada:
riwayat tanda dan gejala, tanda dan gejala saat ini, evaluasi radiografi, dan uji vitalitas. Tanpa

2
mengevaluasi semua faktor dan mendiagnosa dengan tepat, dapat terjadi resiko melakukan
perawatan yang salah atau merawat gigi yang salah.

Tidak menggunakan proyektor radiografi yang baik, termasuk angulasi mesiodistal yang
berbeda untuk menentukan berbagai jenis kelainan sistem saluran akar, seperti adanya saluran
akar yang berlebih, umumnya akan menyebabkan kegagalan, meskipun diagnosis kelainan sudah
benar (Gambar 21-5).

Sering juga terjadi kesalahan dalam mendiagnosis fraktur mahkota atau akar dentin dan
sering juga tidak terdeteksi pada pemeriksaan awal. Defek periodontal yang melibatkan
kehilangan tulang sering ditemukan setelah fraktur telah mencapai mahkota dan akar serta telah
terjadi infeksi. Namun, fraktur akar vertikal harus dipertimbangkan jika adanya defek probing
yang dalam dan terisolasi pada gigi yang dicurigai (Gambar 21-6)

Gambar 21-5. A, Hilangnya saluran pada insisif mandibular mengindikasikan adanya saluran
atau akar kedua. B, Radiografi postoperative menunjukkan adanya dua saluran yang terpisah
pada insisif sentral kanan.

3
Gambar 21-6. Indikasi adanya fraktur akar vertikal. A, “Tear-drop” radiolusensi lateral dapat
terlihat disepanjang akar. B, Defek probing yang sempit yang meluas sampai apex. C, Terbukti
adanya fraktur akar vertikal setelah dilakukannya ekstraksi.

Penyebab Kegagalan pada Fase Operative

Kegagalan perawatan banyak disebabkan pada saat prosedur operatif. Kegagalan selama
perawatan biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran
akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik biasanya berpedoman pada Triad Endodontik.
Triad endodontik yang pertama adalah mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar.

Triad endodontik yang kedua adalah preparasi saluran akar untuk membuang atau
mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan menutup ruang tersebut, mengontrol
mikroorganismenya dan menangani inflamasi periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi
saluran akar akan memberikan prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over
instrumentation) dapat menyebabkan terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan
sementum ke periapeks dan menyebabkan inflamasi yang persisten.

Triad endodontik yang ketiga adalah pengisian saluran akar. Kesalahan dalam pengisian
terjadi akibat proses pembentukan saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang
tepat. Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis, sehingga iritan
yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Demikian
pula pengisian saluran akar yang terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah.

4
Untuk tercapainya keberhasilan perawatan, chemomechanical cleaning and shaping saluran akar
yang diikuti oleh obturasi sempurna harus dilakukan.

Gambar 8-6. 4 saluran molar maksila yang tidak terisi saat perawatan endodontik dapat dilihat
dengan mudah pada arah aksial menggunakan CBCT.

Mechanical Objectives

Salah satu faktor yang mendukung untuk keberhasilan perawatan saluran akar adalah
preparasi akses yang lurus untuk memfasilitasi debridemen dan obturasi. Akses akan lebih
sempurna jika digunakannya sistem putaran dengan file nickel-titanium. Jika akses
underextended, dapat terjadi beberapa kesalahan yang akan menghasilkan kegagalan perawatan.
Saluran akar dapat tidak ditemukan seluruhnya, dan perawatan cenderung akan gagal meskipun
saluran yang telah ditemukan telah dirawat dengan baik. Jika tanduk pulpa tidak terbuka pada
gigi anterior maka debris dan sealer akar tertinggal di dalam ruang pulpa. Sisa-sisa tersebut akan
menyebabkan diskolorisasi yang akhirnya akan berujung pada kegagalan. Dan apabila akses
terlalu kecil dan sempit, pergerakan instrumen akan terbatas, yang akan menghasilkan
pembersihan saluran yang tidak sempurna dan pembentukan saluran yang menyimpang serta
patahnya instrument.

5
Akses kavitas yang overextended, juga merupakan masalah. Hilangnya lapisan dentin
yang terlalu banyak akan melemahkan gigi, meningkatkan terjadinya fraktur dan perforasi pada
gigi.

Kesalahan umum instrumentasi adalah kegagalan dalam mempertahankan lengkung


saluran karena file memotong bagian luar lengkung. Kesalahan tersebut mengubah morfologi
saluran dan menyebabkan saluran berpotensi terinfeksi karena adanya debris di dalam saluran.
Adanya kelainan atau overpreparation pada 1/3 apikal dapat menyebabkan terjadinya perforasi.
Sebagian besar perforasi ini dapat diperbaiki secara non bedah dengan menggunakan Mineral
Trioxide Aggregate (MTA) tetapi ada juga beberapa yang membutuhkan tindakan bedah
endodontic. Dapat juga terjadi kebocoran, iritasi mekanis dan terbentuknya lesi.

Akibat dari instrument yang patah di dalam saluran akar tergantung pada preparasi
saluran dan pra perawatan status pulpa (vital verus nekrotik). Jika instrument dapat dikeluarkan
ada kemungkinan saluran tidak akan terpengaruh.

Prosedur operative dan material yang dibatasi pada ruang akar meningkatkan
keberhasilan perbaikan. Overinstrumentasi menyebabkan kerusakan jaringan, perdarahan
periradikular, dan inflamasi sementara. Overinstrumentasi yang berkelanjutan menimbulkan
respon inflamasi yang persisten yang dapat menembus ke jaringan gigi dan jaringan tulang.
Overinstrumentasi juga dapat memindahkan mikrooganisme dari saluran ke periapex yang dapat
mengagalkan hasil perawatan.

Begitu juga dengan obturasi yang overextended dapat menyebabkan kegagalan


perawatan. Pada banyak kasus, material tidak menyebabkan lesi apical karena gutta-percha
bersifat inert. Sebaliknya, kombinasi dari penutupan yang tidak adekuat yang dikarenakan
sebelumnya adanya overinstrumentasi adalah penyebab kegagalan umumnya. Cone gutta-percha
terlepas dari apex karena adanya bentuk taper atau shelf yang tidak adekuat, yang meghasilkan
matrix inadekuat yang memadat dan menutup dengan gutta-percha. Sebagai tambahan, sealers
menyebabkan iritasi dan toxic terhadap jaringan. Kesalahan dalam obturasi dapat terjadi karena
bentuk saluran yang buruk atau pemilihan tehnik obturasi yang salah. Obturasi yang buruk
(underfilled maupun adanya ruang kosong) berhubungan dengan infiltrasi apical dan/atau

6
koronal. Underobturation atau overfilling dapat menyebabkan kegagalan, terutama jika adanya
nekrosis pulpa dan lesi apical.

Biological objectives

Debridemen pada saluran hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Oleh karena itu,jumlah
bakteri diminimalkan dengan instrumentasi yang hati-hati menggunakan bahan irigasi yaitu
sodium hipoklorit.

Penyebab Post-operative

Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang
tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar mempunyai
sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang
hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca perawatan saluran akar harus
mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan
mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat
menyebabkan lepasnya restorasi atau terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga
perawtan menjadi gagal

Gambar 8-7. Fraktur akar vertikal terlihat setelah restorasi dilepas. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya fraktur. Penatalaksanaan : jika saluran akar tidak memungkinkan untuk dilakukan
perawatan pengisian saluran akar, maka bedah periradikular dapat dilakukan.

7
Gambar 8-5. Perforasi akar pada permukaan bukal berhubungan dengan ekstrusi sealer ke arah
jaringan lunak. (a) Daerah perforasi di diagnosis berdasarkan CBCT.

Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar

Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
perawatan ulang secara konvensional atau ortograd dan bedah atau retrograd. Perawatan ulang
saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses mahkota dengan tujuan
untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri atas mikroorganisme yang
tinggal atau berkembang setelah perawatan. Penanggulangan dengan bedah apeks (retrograd)
dimaksudkan untuk menutup rapat saluran akar pada apeksnya. Meninggalkan debris dan
mikroorganisme dalam saluran akar berlawanan dengan prinsip biologis, oleh karena itu bedah
apeks merupakan pilihan kedua jika akses mahkota pada perawatan ulang saluran akar tidak
dapat dilakukan.

Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan ulang
dilakukan. Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan ulang dan kegagalan bedah
apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan ulang. Demikian juga kondisi klinis
pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di indikasikan sebagai kegagalan yaitu adanya
gejala periodontitis yang menetap sesudah dilakukan oclusal adjusment, sensitivitas terhadap
termal yang kemungkinan disebabkan ada salah satu saluran akar yang tidak dirawat dan adanya
sinus tract.

8
Radiogram pathosis atau adanya lesi periodontium yang tidak ditanggulangi dengan
perawatan saluran akar, ada lesi periapeks yang tidak mengalami penyembuhan setelah
perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan perawatan
ulang. Sedangkan kegagalan akibat adanya saluran akar yang tidak terdeteksi pada saat
perawatan saluran akar perlu dipertimbangkan.

Pada saluran akar yang bengkok, kalsifikasi dan menyebar akan sangat sulit apabila
dilakukan perawatan ulang saluran akar. Sama seperti pengisian saluran akar yang sangat padat
dan menggunakan bahan logam. Pembuangan bahan restorasi atau semen sangat sulit dilakukan
perlu dipertimbangan, karena dapat menjadi perforasi atau fraktur.

Faktor iatrogenik meliputi adanya sumbatan pada saluran akar akibat instrumen patah,
bahan pengisi yang sangat keras, perforasi, birai dan prognosis yang meragukan Untuk
melakukan perawatan ulang saluran perlu kerja sama yang baik dengan pasien ,karena
kemungkinan akan terjadi kegagalan kembali. Ketrampilan operator dan tersedianya alat-alat
untuk perawatan ulang merupakan persyaratan utama ,karena pengalaman operator sangat
menunjang keberhasilan perawatan ulang saluran akar

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Keberhasilan perawatan saluran akar sangat didukung oleh seal yang baik yang terdapat
di korona, lateral maupun di apikal. Untuk mencegah terjadinya kebocoran korona
setelah perawatan saluran akar maka dianjurkan untuk membuat restorasi akhir
secepatnya dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

2. Ruangan kosong yang ada pada saluran akar dapat memudahkan berkembangnya bakteri
yang masih tersisa dan hidup dalam tubulus dentin, bahkan dapat mencapai daerah
apikal.Pada pengisian saluran akar yang tidak hermetis perlu pertimbangan untuk
dilakukan perawatan ulang saluran akar sebelum dibuatkan restorasi tetap.

3. Perawatan ulang saluran akar dipertimbangkan apabila gigi yang telah dirawat kehilangan
koronal seal dari tumpatan sementara atau dari restorasi akhirnya. Berdasarkan waktu
rata-rata yang diperlukan bakteri dan endotoksin dapat berpenetrasi ke dalam saluran
akar, maka pada gigi yang sudah dirawat endodontik yang terekspose dengan lingkungan
mulut lebih dari 2 atau 3 bulan harus dilakukan perawatan ulang

4. Ruangan kosong yang ada pada tahap pembuatan pasak dapat dianggap sebagai saluran
akar yang terbuka yang mudah terkontaminasi sehingga perlu diberikan desinfektans dan
diirigasi sebelum sementasi pasak.

5. Terlihat adanya penyembuhan jaringan periapikal setelah dilakukan perawatan ulang


saluran akar.

10
Daftar Pustaka

1. Walton RE,Torabinejad M. Evaluation of Success and Failure. Principles and Practice


of Endodontics 4rd , Saunders. 2009:381-388.

2. Walton RE, Torabinejad M. Orthograde Retreatment. Principles and Practice of


Endodontics 3rd, Saunders. 2002: 346-356.

3. F Jose and Siqueira JR. The Problem of Post-Treatment Pain. Treatment of Endodontic
infections, Quintessence. 2011: 161- 167

11

Anda mungkin juga menyukai