Anda di halaman 1dari 26

PENUNTUN PRAKTIKUM

SISTEM NEUROPSIKIATRI

DEPARTEMEN GIZI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023

1
PENGANTAR

Praktikum gizi adalah salah satu praktikum pada blok Neuropsikiatri pada praktikum ini,
mahasiswa dapat mengetahui penilaian status gizi cara antropometrik lingkar lengan atas( LILA)
dan tebal lipatan kulit, penentuan kondisi disfagia pada pasien neuropsikiatri, diet rendah garam,
menyusun menu diet dan pemberian makanan lewat pipa atau nutrisi enteral.

Selain itu, mahasiswa dapat menggali informasi tambahan dari sumber-sumber yang
tersedia berupa buku, situs internet resmi dan jurnal-jurnal tertentu.

Penyusun berharap, penuntun praktikum ini dapat membantu mahasiswa dalam


pembelajaran pada blok Neuropsikiatri.

Ternate, Oktober 2023

Penyusun

dr. Jasmawati, Sp.GK


dr. Apriyanti Muhammad

2
PETUNJUK PEMAKAIAN

Penuntun Praktikum Gizi ini diharapkan akan berdaya guna apabila dipakai mengikuti
petunjuk - petunjuk sbb:

1. Penuntun Praktikum Gizi ini milik saudara (mahasiswa) dan harus disimpan dan dijaga
baik - baik jangan sampai hilang atau tertukar, untuk itu harap diisi data- data pribadi
saudara pada halaman yang disediakan untuk itu.

2. Penuntun Praktikum Gizi ini harus dibawa pada waktu praktikum. Penuntun ini
berfungsi sebagai penuntun dan tempat mencatat data yang diminta atau pun untuk
mencatat hal-hal lain yang dianggap penting.

3. Selesai praktikum, saudara diwajibkan membuat laporan praktikum yang ditulis pada
kertas format khusus untuk itu. Data untuk laporan tersebut, diambil dari catatan pada
saat mengikuti praktikum. Laporan harus sudah dimasukkan sesuai dengan batas waktu
yang akan ditentukan kemudian.

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa peserta praktikum diwajibkan mempunyai Penuntun Praktikum Gizi dan
harus membawanya pada setiap kegiatan Praktikum.
2. Mahasiswa harus sudah ada dalam ruangan Praktikum (sesuai dengan pembagian Kelas
dan Kelompoknya) paling lambat 5 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa peserta praktikum (Praktikan) di wajibkan :
a. Mengenakan jas praktikum dilengkapi dengan papan nama.
b. Membawa perlengkapan Praktikum lainnya yang telah ditentukan oleh
instruktur sesuai dengan jenis praktikum.
4. Setiap Praktikan harus mengetahui terlebih dahulu hal yang berhubungan dengan
praktikum yang akan dilaksanakannya.
5. Setiap Praktikan, wajib melakukan seluruh Praktikum yang dijadwalkan. Bagi yang
berhalangan segera melaporkan diri kepada dosen yang bersangkutan atau kepada
sekretaris blok dengan membawa bukti / surat keterangan yang dari dosen FK Unkhair
Pelaporan ini paling lambat sehari sesudah Praktikum.
6. Di ruang Praktikum, praktikan tidak diperbolehkan merokok, membuat keributan dan
hal lain yang mengganggu jalannya Praktikum.

4
DAFTAR ISI

PENGANTAR......................................................................................................................................................................
PETUNJUK PEMAKAIAN.................................................................................................................................................
TATA TERTIB PRAKTIKUM..........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................
PRAKTIKUM 1...........................................................................................................................................................................................
PRAKTIKUM 2...........................................................................................................................................................................................
PRAKTIKUM 3........................................................................................................................................................................................
PRAKTIKUM 4........................................................................................................................................................................................
PRAKTIKUM 5........................................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................................

5
PRAKTIKUM 1
PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRIK
LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN TEBAL LIPATAN KULIT
pada orang Dewasa
=============================================================
TANGGAL : ¦ Praktikum ini telah dilakukan
¦ Diketahui oleh :
¦ Paraf Asisten/Instr.: ...................
¦ Nama Asisten/Instr. :
¦
¦ ....................................................
=============================================================
A. Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)
Cara Pengukuran lingkar lengan atas :
1) Tetapkan posisi acromion dan olecranon
2) Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon
3) Tentukan titik tengah
4) Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar lengan
5) Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar
6) Cara pembacaan skala yang benar

Syarat-syarat Pengukuran lingkar lengan Atas:


1) Lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif
2) Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutupi kain atau pakaian
3) Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang
4) Alat ukur dalam keadaan baik ( tidak kusut atau sudah dilipat-
lipat permukaannya tidak rata

Alat yang digunakan dalam pengukuran lingkar lengan atas adalah olecranon
Penilaian status gizi berdasarkan hasil pengukuran :
• Hasil ukur LLA <23,5 cm = UNDERWEIGHT
• Hasil ukur 23,5-32,0 cm = NORMAL
• Hasil ukur LLA >32,0 cm = OBESITAS

B. Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit (TLK)


Alat yang digunakan dalam pengukuran Tebal Lipatan Kulit adalah Skinfold Caliper.
Tempat yang paling sering digunakan dalam pengukuran status gizi ini adalah pada
biceps.
1) Lipatan kulit triceps: di daerah otot triceps pada titik tengah bagian
posterior lengan atas
2) Lipatan otot biceps: diukur sebagai lipatan vertikal pada titik tengah
bagian anterior lengan atas di daerah otot biceps
3) Lipatan kulit subscapular: lipatan vertikal dicubit tepat di bawah dan di
sebelah sudut hingga lateral inferior skapula dengan bahu dan lengan dalam
keaadan rileks

6
4) Lipatan kulit suprailiaka: pada garis mid-aksilaris tepat di bawah krista
iliaka yang dicubit secara miring (serong)
Cara pengukuran tebal lipatan kulit:
a. Tentukan lokasi pengukuran yang akan diukur
b. Biarkan bagian yang akan diukur dalam kondisi rileks
c. Cubit lipatan kulit dengan menggunakan jari-jari dan ibu jari tangan serta otot
dibawahnya diperhatikan agar tidak terukur
d. Letakkan caliper pada daerah yang telah ditentukan tadi
e. Baca hasil pengukuran dalam caliper dengan satuan mm

Interpretasi dari hasil pengukuran dapat dilihat sebagai berikut :


● Untuk Pria :
< 12 mm dikategorikan UNDERNUTRITION
> 20 mm dikategorikan OVERNUTRITION

● Untuk Wanita :
< 16.5 mm dikategorikan UNDERNUTRITION
> 25 mm dikategorikan OVERNUTRITION

Cara pengukuran Tebal lipatan kulit

Skenario 1
Ny. S, dirawat karena penurunan kesadaran akibat Stroke Hemoragik. Dari
pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 30 cm, TLK 30 mm
Skenario 2.
Tn. K, 35 tahun datang ke poliklinik ortopedi setelah sebelumnya dirawat seminggu
yang lalu akibat terjatuh dari pohon. Saat ini beliau belum dapat berdiri karena di kaki
kirinya terpasang gips. Dari pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 27 cm, TLK
17 mm

7
Tentukan :
a. Status Gizi dari hasil pengukuran TLK dan LLA
b. Alat yang digunakan untuk menentukan status gizi
Isilah kolom dibawah ini
Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas
No Nama Mahasiswa Umur LLA Interpreta
Ukur si
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit :


Jenis Kelamin Laki-Laki
N Nama Mahasiswa Umur TLK Interpretasi
o Ukur
1
2
3
4
5

Jenis Kelamin Perempuan


No TLK
Nama Mahasiswa Umur Interpretasi
Ukur
1
2
3
4
5

8
PRAKTIKUM 2
PENENTUAN KONDISI DISFAGIA PADA PASIEN NEUROPSIKIATRI
=============================================================
TANGGAL : ¦ Praktikum ini telah dilakukan
¦ Diketahui oleh :
¦ Paraf Asisten/Instr.: ...................
¦ Nama Asisten/Instr. :
¦
¦ ....................................................
=============================================================
Disfagia atau Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan
adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan
esophagus. Keluhan ini akan bermanifestasi bila terdapat gangguan gerakan-gerakan
pada otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari mulut ke lambung.
Beberapa keluhan lain yang dapat menyertai keluhan sulit menelan adalah nyeri waktu
menelan (odinofagia), rasa terbakar di leher hingga dada, rasa mual dan muntah.
Penyebab disfagia umum lainnya adalah kanker kepala dan leher, kehilangan gigi,
xerostomia, dan kelemahan otot laring. Untuk mengobati disfagia secara efektif,
masalahnya harus diidentifikasi sebagai penyumbatan mekanis atau gangguan
neuromuskular, dan biasanya didiagnosis oleh ahli patologi pidato. Berdasarkan
penyebabnya, disfagia dibagi menjadi dua bagian : Disfagia mekanik, sumbatan rongga
esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar. Sedangkan
Disfagia motorik/neuromuskular, adanya kelainan pada system saraf yang berperan
dalam proses menelan. Disfagia motorik biasanya disebabkan oleh Gangguan
neuromuskular: seperti pada penyakit sistem saraf pusat seperti stroke, penyakit
Parkinson, saraf kranial palsy, atau bulbar palsy (misalnya, multiple sclerosis, penyakit
motor neuron), amyotrophic lateral sclerosis. Gangguan kontraktil seperti myasthenia
gravis, oculopharyngeal distrofi otot, dan lain-lain.
Disfagia atau gangguan menelan terjadi 45%-55% pada kasus stroke akut,
komplikasi yang dapat terjadi adalah resiko aspirasi. Resiko pneumonia akan fatal
akibatnya jika penanganan disfagia yang tidak adekuat atau pemberian makanan tidak
memperhitungkan adanya resiko disfagia. Semua pasien stroke harus diperlakukan
sebagai pasien dengan gangguan menelan sampai terbukti tidak ada. Menilai
kemampuan menelan penderita, untuk menentukan apakah dapat diberikan makanan per
oral atau dengan NGT (nasogastric tube). Disfagia dapat diketahui dari tanda-tanda
berikut :
1. Hipersalivasi
2. Batuk ketika sedang makan
3. Tidak dapat menyedot minuman
4. Makanan tetap berada di mulut
5. Gag refleks yang negatif
6. Infeksi kronik pada saluran napas atas
Kemungkinan gangguan menelan harus diperhitungkan pada semua kasus stroke mulai
kasus yang ringan sampai dengan kesadaran menurun, kelumpuhan berat dan ataksia
truncal, disfasia hemineglek dan hemianopia, usia tua, kegelisahan, paresis diafragma,
kontrol batuk yang jelas terganggu, suara serak, bicara berat, adanya infeksi paru, dan
sensasi faring yang berkurang.

9
Skenario 1.
Seorang pria berusia 59 tahun dirawat di rumah sakit sejak 3 hari yang lalu
dengan diagnosis laringitis TB. Selama dirawat di rumah sakit pasien selalu tersedak
ketika diberikan makan oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan asupan makan pasien
menjadi menurun. Setelah dilakukan pemeriksaan antropometri, diketahui berat badan
saat ini adalah 55 kg dan tinggi badan pasien adalah 170 cm, serta lingkar lengan atas
pasien adalah 20 cm. Dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah Tekanan darah
130/60 mmHg, Nadi 88x per menit, frekuensi napas 22x per menit dan suhu badan
37,5 ◦ C.

Skenario 2.
Wanita 40 tahun di rawat di IRD rumah sakit sejak 20 jam yang lalu dengan
kelemahan tungkai di sisi kanan. Dari hasil pengukuran lingkar lengan atas pasien
adalah 18,4 cm dan tebal lipatan kulit dari hasil penghitungan adalah 12,0 mm. Dari
hasil anamnesis, suami pasien menyatakan istrinya tersebut tidak dapat menyedot
minuman dan apabila makan, makanan tersebut tetap berada dalam mulutnya. Pasien
juga sering mengalami batuk disertai lendir berwarna kehijauan.

Tentukan :
a. Tanda-tanda disfagia pada kondisi tersebut
b. Jelaskan mengapa kondisi tersebut dikategorikan disfagia

10
PRAKTIKUM 3
DIET RENDAH GARAM
=============================================================
TANGGAL : ¦ Praktikum ini telah dilakukan
¦ Diketahui oleh :
¦ Paraf Asisten/Instr.: ...................
¦ Nama Asisten/Instr. :
¦
¦ ....................................................
=============================================================
Tujuan Pemberian diet rendah garam adalah Membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Syarat pemberian diet rendah garam adalah :

1. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.

2. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit

3. Jumlah Natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi.

Jenis Diet Rendah Garam

a. Diet Rendah Garam I


- Jumlah Natrium : 200-400 mg
- Pada Pasien yang mengalami Edema Berat, Asites Berat dan Hipertensi
Berat
- Tidak diperbolehkan penambahan garam dapur
b. Diet Rendah Garam II
- Jumlah Natrium : 600-800 mg
- Pada pasien dengan edema tidak terlalu berat, dan hipertensi tidak
terlalu berat
- Diperbolehkan penambahan ¼ sdt garam dapur
c. Diet Rendah Garam III
- Jumlah Natrium 1000-1200 mg
- Pasien dengan Hipertensi Ringan dan Edema Ringan
- Diperbolehkan penambahan 1/3 sdt garam dapur

Penghitungan Kadar Natrium

NaCl  Na+ + Cl- (Na = 23 dan Cl=35) massa NaCl = 58

Persentase Na dalam NaCl = 23 x 100% = 39,6% = ± 40%


58

11
Konversi mg  mEq atau mEq  mg :

mg x valensi = mEq x massa atom

()

Contoh Penghitungan Kadar Natrium.

Wahyu 29 tahun di diagnosis hipertensi dengan Tekanan darah 139/85 mmHg. Dokter
memberikan terapi diet dengan memberikan diet rendah garam III. Pemberian 1/3 sdt
garam dapur diperbolehkan untuk diet ini. Tentukan kadar Natrium dalam pemberian
diet tersebut :

23

1 sdt = 5 g = 5000 mg NaCl


1/3 sdt = 1/3 x 5000 = 1666,6 mg NaCl
1666,6 x 40% = 666,6 mg Na

666,6 mg x 1 = 28,98 mEq Na


23

Skenario 1
Ny. T berusia 40 tahun didiagnosis hipertensi dengan tekanan darah 150/90 mmHg.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diketahui tinggi badan 160 cm dan berat
badan 60 kg. Pasien rutin minum obat antihipertensi.
a. Berapa jumlah Na yang dapat direncanakan dalam diet pasien?
b. Dengan menggunakan bahan makanan dari lampiran tabel, buatlah contoh menu sehari
yang mengandung jumlah Na yang sesuai dengan poin a di atas.
c. Berdasarkan lampiran tabel, tuliskan 5 bahan makanan yang diberikan dalam jumlah
terbatas dan 5 bahan makanan yang dapat diberikan dalam jumlah bebas pada pasien
tersebut

Skenario 2

Hitunglah jumlah Na dalam bahan yang ada di atas meja.

12
CATATAN ASISTENSI

13
14
15
16
17
18
PRAKTIKUM 4
MENYUSUN MENU DIET
=============================================================
TANGGAL : ¦ Praktikum ini telah dilakukan
¦ Diketahui oleh :
¦ Paraf Asisten/Instr.: ...................
¦ Nama Asisten/Instr. :
¦
¦ ....................................................
=============================================================
Setiap orang mempunyai kebutuhan zat gizi yang berbeda. Perempuan
membutuhkan energi yang sedikit lebih kecil dibanding dengan energi yang dibutuhkan
oleh laki-laki. Begitu juga dengan, seorang kuli bangunan tentu saja membutuhkan
energi yang jauh lebih banyak dibanding dengan mahasiswa atau seorang pegawai
kantoran.
Menu makanan yang tepat yaitu yang memenuhi zat gizi sesuai yang dibutuhkan
setiap individu. Perlu diperhatikan bahwa, jumlah kalori yang sama belum tentu
memiliki nilai gizi yang sama. Sebagai contoh 1700 kkal bisa saja terdiri dari
karbohidrat 1200 kkal, 300 kkal lemak, dan sisanya protein dan mikronutrien lainnya.
19
Tetapi, 1700 kkal juga bisa terdiri dari 1000 kkal karbohidrat, 500 kkal lemak, dan
sisanya portein juga mikronutrien yang lain.
Menu makanan tepat terdiri dari zat gizi yanga adekuat. Karbohidrat 50-60% dari
energi total harian, protein sebanyak 15-20% dari energi total dengan 2/3 dari total
protein adalah protein nabati dan 1/3 sisanya adalah protein hewani, dan lemak 20-30%
dari energi total. Untuk menyusun menu yang tepat dan seimbang dibutuhkan beberapa
langkah yaitu:
1. Menghitung IMT
2. Menghitung BEE
3. Menentukan Jenis aktivitas
4. Menghitung Kebutuhan Energi total harian
5. Menghitung Kebutuhan Karbohidrat
6. Menghitung Kebutuhan Lemak
7. Menghitung Kebutuhan Protein

Langkah 1, 2, dan 3 untuk menentukan kebutuhan energi total harian seseorang.


Sedangkan langkah-langkah yang selanjutnya digunakan untuk menyusun menu orang
tersebut. Seperti penjabaran sebelumnya, Karbohidrat, protein, dan lemak memiliki
porsinya tersendiri. Nilai karbohidrat yang tinggi dikarenakan karbohidrat adalah
sumber energi utama yang digunakan. Perlu diperhatikan, menyusun menu yang tepat
dan seimbang dibuat kedalam tiga kali makanan utama dan dua kali makanan selingan.
Sehingga, energi total harian yang dibutuhkan oleh seseorang nantinya akan dibagi
sesuai porsinya masing- masing ke dalam jumlah lima kali makan. Setiap jenis menu
makanan yang disajikan tiap kali seseorang makan, juga akan dihitung sehingga
diharapkan menu yang dibuat benar-benar bisa memenuhi kebutuhan zat gizi orang
tersebut.

20
Penentuan kebutuhan energi basal dapat menggunakan rumus Haris Benedict
dalam penentuan Kebutuhan Energi Basal (KEB) atau Basal Energy Expenditure
dengan rumus sebagai berikut :

Laki-laki : KEB = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)


Perempuan : KEB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
BB = berat badan
TB = tinggi badan
U = usia

Setelah menentukan BEE dengan Rumus Harris Benedict, selanjutnya


penghitungan Kebutuhan Energi Total (KET) per hari atau Total Daily Expenditure)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KET = KEB x Faktor Aktifitas x Faktor Stres

Faktor aktifitas : Faktor Stres :


- Rawat inap = 1,2 - Operasi ringan = 1,2
- Rawat jalan = 1,3 - Operasi ringan – sedang = 1,15-1,35
- Normal = 1,5-1,75
- Aktivitas berat = 2,0 - Operasi besar= 1,44
- Sepsis= 1,6-1,9
-Luka bakar berat= 2,1-2,5

Skenario
Tn. H, 52 tahun, baru keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu, setelah dirawat
karena NHS selama dua pekan. Saat ini pasien dapat makan dan minum lewat oral
dengan baik. Berat badan saat ini adalah 62 kg dan tinggi badan 162 cm. Tekanan
darah 120/60 mmHg.

a. Hitunglah kebutuhan harian pasien sesuai langkah menyusun menu.


b. Susunlah menu makan pasien sesuai dengan hasil perhitungan di atas yang
terdiri atas 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan dengan
menggunakan bahan makanan berikut : nasi, jagung, kentang, ikan, telur
ayam, tempe, kacang hijau, wortel, buncis, bayam, semangka, alpukat, yogurt
non fat, minyak zaitun (lihat Daftar Bahan Makanan Penukar)

21
PRAKTIKUM 5
PEMBERIAN MAKANAN LEWAT PIPA / NUTRISI ENTERAL
=============================================================
TANGGAL : ¦ Praktikum ini telah dilakukan
¦ Diketahui oleh :
¦ Paraf Asisten/Instr.: ...................
¦ Nama Asisten/Instr. :
¦
¦ ....................................................
=============================================================
Nutrisi Enteral adalah pemberian makanan dengan melalui pipa ke dalam traktus
gastrointestinal ketika intake makanan yang inadekuat. Pemberian makanan secara
enteral harus diberikan dalam konsistensi yang sesuai. Konsistensi makanan yang
dibolehkan adalah makanan cair dan makanan saring.
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih
dalam suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila
diletakkan dalam wadah yang bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada
keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani. Tujuan diet dengan makanan ini adalah
memberikan makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang
mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa serta mencegah dehidrasi dan
menghilangkan rasa haus. Syarat untuk diet ini adalah 1) tidak merangsang saluran cerna
dan mudah diserap, 2) sangat rendah sisa 3) diberikan hanya selama 1-2 hari 4) diberikan
dalam porsi kecil dan sering. Indikasi pemberian makanan cair jernih adalah pada pasien
sebelum dan sesudah operasi tertentu, keadaan mual dan muntah dan sebagai makanan
tahap awal pasca perdarahan saluran cerna. Makanan ini memiliki kandungan gizi yang
sangat rendah karena hanya terdiri dari karbohidrat saja. Contoh makanan ini adalah: teh,
sari buah, sirup, air gula, kaldu jernih serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang
mengandung maltodekstrin.
Makanan cair penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau semicair pada
suhu ruangan dengan kandungan minimal dan tidak tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah bening. Tujuan diet dengan konsistensi makanan ini adalah memberikan
makanan dalam bentuk cair dan setengah cair dalam memenuhi kebutuhan gizi dan
meningkatkan kerja saluran cerna. Syarat diet adalah 1) tidak merangsang saluran
cerna 2) bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat memenuhi kebutuhan energi diet
protein 3) kandungan energi minimal 1kkal/ml 4) sebaiknya osmolaritas <400 mosmL
Makanan Cair Kental, adaah makanan yang mempunyai konsistensi kental atau
semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses menguyah dan mudah
ditelan. Menurut keadaan penyakit, makanan cair kental diberikan langsung kepada pasien
atau merupakan perpindahan dari makanan makanan cair penuh ke makanan saring.
Tujuan diet makanan cair kental adalah memberikan makanan yang tidak membutuhkan
proses menguyah dan mencegah terjadinya aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi.
Indikasi pemberian makanan cair kental

22
adalah diberikan kepada pasien yang tidak mampu menguyah dan menelan, serta
untuk mencegah aspirasi (cairan masuk ke dalam saluran napas) seperti pada penyakit
yang disertai peradangan, ulkus peptikum atau gangguan struktural atau motorikpada
rongga mulut. Makanan cair kental dapat mempertahankan cairan tubuh. Syarat diet
makanan cair kental adalah 1) mudah ditelan dan tidak merangsang saluran cerna, 2)
cukup energi dan protein, 3) diberikan bertahap menuju ke makanan lunak 4) porsi
deiberikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam)

Indikasi pemberian Nutrisi Enteral (Makanan Lewat Pipa) adalah :


1. Gangguan penyerapan zat gizi contohnya pada penyakit Neurologik,
HIV/AIDS)
2. Ketidakmampuan mengomsumsi nutrisi cukup peroral contohnya
Hiperemesis gravidarum, Anorexia pada COPD
3. Gangguan pencernaan, metabolisme dan penyerapan contoh pada Chron
Disease, Severe gastroparesis
4. Pertumbuhan sel abnormal (Kanker)

Pemberian Nutrisi enteral/Makanan lewat pipa dapat diberikan secara :


a. Rute Nasogastric
b. Rute Nasoduodenal
c. Rute Nasojejunal

Syarat Pemberian Nutrisi Enteral :


1. Jumlah protein bervariasi 6-25% dari total kilokalori. (Casein, lactaalbumin)
2. Kandungan karbohidrat 30-85% total kilokalori
3. Kandungan lemak 15-55% total kalori
4. 85% cairan dalam 1 kkal/ml

Keuntungan Nutrisi Enteral :


a. Ekonomis
b. Memacu sekresi hormon pencernaan
c. Mencegah atrofi villi
d. Menghambat pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri
e. Tanpa resiko sepsis kateter dan flebitis.

Pembagian Makanan Lewat Pipa adalah sebagai berikut :


1. Makanan lewat Pipa I : 1500 kkal
2. Makanan Lewat Pipa II : 1700 kkal
3. Makanan Lewat Pipa III : 2000 kkal

23
Skenario
Seorang wanita 55 tahun dirawat di rumah sakit sejak 2 hari yang lalu karena
cedera kepala sedang. Hasil pemeriksaan fisis : GCS : E3M5V2. Tekanan darah :
145/85 mmHg. RR : 22 kali/menit. HR : 95 kali/menit. Suhu : 37,7°C. Dari
pemeriksaan antropometri didapatkan lingkar lengan atas 27 cm dan panjang badan
155 cm. Berat badan taksiran berdasarkan LLA : 52 kg.

a. Tentukan kebutuhan harian dari pasien tersebut


b. Jelaskan rute dan jenis diet yang diberikan pada pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. Penuntun Diet. 2010. Gramedia Pustaka Utama

Waspadai, Sarwono dkk. Daftar Bahan Makanan Penukar. 2010. Balai Penerbit FKUI

25

Anda mungkin juga menyukai