Anda di halaman 1dari 36

Penuntun

Praktikum
FISIOLOGI HEWAN

Penyusun:
TIM DOSEN FISIOLOGI HEWAN

Program Studi Biologi


Fakultas Sains dan Teknologi
UNIVERSITAS JAMBI
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penuntun praktikum fisiologi hewan ini dapat disusun. Penuntun
praktikum fisiologi hewan ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum fisiologi hewan. Dalam buku ini diberikan panduan dan langkah-langkah
pelaksanaan praktikum. Panduan disusun sedemikian rupa agar mahasiswa dapat
melakukan kegiatan praktikum secara mandiri dan disesuaikan dengan teori dengan
yang diberikan.
Penuntun praktikum ini merupakan bacaan pegangan untuk mahasiswa, agar
dapat melakukan praktikum dengan baik. Buku penuntun praktikum fisiologi hewan ini
merupakan edisi khusus penuntun yang digunakan dalam masa pandemi covid-19. Oleh
karena itu, penggunaannya hanya akan digunakan pada saat masa pandemi. Pada masa
pandemi, praktikum sepenuhnya akan dilakukan secara daring sehingga semua latihan
praktikum akan dilaksanakan secara mandiri. Oleh karena itu, mahasiswa sebelum
melakukan praktikum wajib mempelajari materi perkuliahan yang berhubungan dengan
topik yang akan dipraktikumkan.
Petunjuk praktikum ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan buku ini masih sangat diharapkan. Semoga buku ini
dapat bermanfaat.

Jambi, Agustus 2022


Penyusun
Tim Dosen Fisiologi Hewan

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Dalam praktikum fisiologi hewan praktikan bekerja dengan hati-hati dan teliti,
karena pelaksanaan praktikum secara mandiri tanpa pengawasan menyeluruh dari dosen
maupun asisten terkait. Laksanakan dengan tertib dan seksama semua petunjuk yang
telah diberikan oleh pembimbing, serta patuhilah semua tata tertib praktikum sebagai
berikut:
1. Praktikum dilakukan secara mandiri dari rumah masing-masing.
2. Gunakanlah baju/jas laboratorium selama melakukan praktikum mandiri
laboratorium.
3. Selama praktikum berlangsung peserta mendokumentasikan seluruh bentuk
kegiatan praktikum dalam bentuk foto.
4. Praktikan menngupload hasil praktikum berupa laporan praktikum ke e-learning
UNJA pada bagian Praktikum.
5. Dalam setiap acara praktikum, praktikan diharuskan melakukan presensi pada
laman yang telah disediakan; presensi pada setiap acara praktikum meliputi
presensi yang dilakukan pada saat asistensi setiap awal acara dan presensi ketika
mengumpulkan laporan.
6. Setelah semua acara praktikum selesai, Praktikan wajib menempuh ujian akhir
praktikum dengan materi meliputi semua acara yang telah dipraktikumkan.
7. Mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan acara praktikum pada akhir
semester praktikum, wajib mengulang praktikum pada tahun berikutnya.
8. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini, akan ditentukan
kemudian.

3
DAFTAR ISI

Daftar Isi
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN ..................................................................... 3
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 4
Praktikum 1. Iritabilitas Otot dan Saraf ............................................................................................. 5
Praktikum 2: Sistem Respirasi (Laju Respirasi Hewan) .................................................................... 9
Praktikum 3: Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Tubuh .................................................... 14
Praktikum 4 : Sistem Pencernaan (Efisiensi Metabolisme) ............................................................. 17
Praktikum 5. Sistem Eksresi (Pemeriksaan Urin) ............................................................................ 20
Praktikum 6: Darah dan Sistem Peredaran Darah............................................................................ 23
(Aktivitas Jantung dan Aliran Darah) .............................................................................................. 23
Praktikum 7: Darah dan Sistem Peredaran Darah (Hemolisis Eritrosit) .......................................... 26
Praktikum 8: Nilai Darah ................................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 36

4
Praktikum 1. Iritabilitas Otot dan Saraf

A. Tujuan
1. Mengamati dan memahami mekanisme reaksi dan respon otot terhadap rangsangan
pada syaraf
2. Mengamati dan memahami mekanisme reaksi dan respon otot terhadap rangsangan
pada otot
3. Mengamati dan mengukur lamanya waktu perioda respon

B. Landasan Teori
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi
(merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat
menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya
diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh
sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan
berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya
Lintasan impuls saraf dari reseptor samapi efektor disebut lengkung refleks.
Lintasan tersebut adalah sebagai berikut: reseptor → saraf sensorik → saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang) → saraf motorik → efektor. Apabila suatu saraf diberi
rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi
energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf.
Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot.
Praktikum ini sebaiknya dilakukan dengan beberapa syarat, antara lain adalah:
• Serabut syaraf dan otot harus dalam keadaan segar, oleh karena itu harus selalu
dibasahi dengan larutan Ringer
• Setiap selesai diberi rangsangan, saraf dan otot harus diistirahatkan secukupnya.
• Pengamatan terjadinya respon pada otot harus dilakukan dengan sabar, sebab ada
periode laten sebelum otot merespon.

C. Alat dan Bahan


Papan dan alat seksi, batang gelas, gelas arloji, gelas piala 50 cc, pipet, baterai,
lampu spiritus, kapas, NaCl kristal, larutan Ringer untuk katak. Hewan coba: katak hijau

5
D. Cara Kerja
Pembuatan Sediaan Otot-Saraf
Pembuatan sediaan otot saraf harus dikerjakan dengan cepat dan tepat, supaya dapat
diperoleh sediaan yang segar, sehingga perlakuan-perlakuan yang dikenakan kepadanya
dapat berhasil dengan baik. Harus diperhatikan bahwa selama perbuatan sediaan dan
selama perlakuan, sediaan harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer, dan
usahakan jangan sampai sediaan tersebut terlalu banyak terpegang tangan atau pinset.
Langkah-langkah pembuatan sediaan otot dan saraf adalah sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan pembedahan, terlebih dahulu katak di single pith
b. Dengan hati-hati gunting kulit pada perut katak kira-kira 3 cm di atas paha dengan
arah transversal melingkari tubuh, kemudian tariklah kulit ke arah bawah (seperti
melepas celana) sampai kulit terlepas dari betis katak
c. Buka perut, dan buang viscera sehingga tampak saraf iskhiadikus berwarna putih
disebelah kanan dan kiri tulang belakang.
d. Dengan cepat dan hati-hati pisahkan saraf iskhiadikus dari otot yang
mengelilinginya. Saraf dan otot harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer.
e. Lepaskan otot gastroknemius dari tulang dengan jalan memotong tendonnya,
kemudian potong ruas tulang belakang di atas tempat keluarnya saraf iskhiadikus.
f. Setelah bagian-bagian yang tidak diperlukan dibuang, maka akan diperoleh
sediaan otot-saraf yang terdiri dari sebagian ruas tulang belakang, sepasang saraf
iskhiadikus dan sepasang otot gastroknemius dengan sisa tendonnya. Masukkan
sediaan tersebut ke cawan petri yang berisi larutan ringer, kemudian istirahatkan
2-3 menit.
Perlakuan terhadap Otot dan Saraf
Dalam percobaan ini otot dan saraf secara bergantian dirangsang dengan berbagai
rangsangan. Setiap kali selesai dengan satu rangsangan, sediaan harus diistirahatkan dulu
dalam larutan Ringer.
Perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis
Rangsangan mekanis
a. Cubitlah pelan-pelan saraf sebelah kanan dengan pinset. Amati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi hal yang sama
pada saraf sebelah kiri.
b. Cubitlah pelan-pelan otot gastroknemius sebelah kanan dengan pinset. Amati
respon otot gastroknemius kanan maupun kiri. Ulangi hal yang sama untuk otot
gastroknemius sebelah kiri.

6
Rangsangan termis
a. Sentuhlah saraf kanan dengan batang gelas hangat. Amati respon yang terjadi
pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan
untuk saraf sebelah kiri
b. Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
Rangsangan kimia
a. Teteskan 1-2 tetes HCL 1% pada saraf sebelah kanan. Amati respon yang terjadi
pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan
yang sama untuk saraf sebelah kiri. Segera cuci bagian yang terkena HCl dengan
larutan Ringer dan segera dihisap dengan kertas hisap.
b. Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
Rangsangan osmotis
a. Bubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf sebelah kanan. Amati agak lama respon
pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan
yang sama untuk saraf sebelah kiri.
b. Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.Ingat, setiap
selesai satu perlakuan, otot dan saraf harus diistirahatkan 1-2 menit.

Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis


a. Putus salah satu saraf dari medula spinalis.
b. Kerjakan perlakuan seperti pada saraf sebelum diputus dari medula spinalis
(perlakuan 1 s/d 4) pada sediaan yang telah diputus dari medula spinalis.

E. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan iritabilitas otot dan syaraf
Perlakuan. Sebelum saraf diputus Sesudah saraf diputus
Mekanis
Termis
Kimia
Osmotis

F. Pertanyaan
1. Adakah perbedaan respon pada otot, apabila rangsangan diberikan pada otot dan
diberikan pada saraf.
2. Adakah perbedaan respon otot sebelum dan sesudah saraf diputuskan dari medula
spinalis
3. Apakah yang dapat anda simpulkan bila otot/saraf sebelah kanan dirangsang,
ternyata otot sebelah kiri juga merespon (atau sebaliknya)
7
4. Apakah ada perbedaan kecepatan otot merespon terhadap rangasangan yang berbeda-
beda, bila ada rangsangan apa yang direspon paling cepat dan rangsangan apa yang
direspon paling lambat. Jelaskan mengapa demikian.

8
Praktikum 2: Sistem Respirasi (Laju Respirasi Hewan)

A. Tujuan
1. Untuk memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui penghitungan
konsumsi oksigen.
2. Untuk melihat perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan.
3. Menghitung volume dan kapasitas paru-paru manusia.

B. Landasan Teori
Respirasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran gas berupa
oksigen dan karbondioksida antara jaringan tubuh hewan dengan lingkungan tempat
hidupnya. Proses respirasi tersebut dikenal dengan proses bernafas atau respirasi eksternal.
Pada dasarnya peristiwa respirasi melibatkan mekanisme produksi energi (ATP) yang
merupakan manifestasi proses yang terjadi pada level intraseluler (sitoplasama dan
mitokondria) atau lebih dikenal dengan respirasi seluler.
Tujuan utama dari respirasi adalah untuk menghasilkan energi (ATP) dan
menetralisir senyawa buangan hasil metabolisme berupa karbondioksida dari dalam tubuh.
Proses respirasi sangat erat kaitannya dengan dinamika perubahan kuantitas gas oksigen
yang dikonsumsi oleh tubuh dan karbondioksida yang dikeluarkan. Oleh sebab itu salah
satu cara untuk menaksir laju respirasi dapat dilakukan dengan menghitung jumlah oksigen
yang dikonsumsi persatuan waktu. Dan karena faktor massa jaringan sangat menentukan
level oksigen yang dikonsumsi maka laju respirasi lebih tepat diukur dalam satuan volume
oksigen yang dikonsumsi per waktu per berat badan.
Laju respirasi sangat bervariasi pada hewan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
internal seperti aktivitas, usia, jenis kelamin, dan status kesehatan serta faktor-faktor
eksternal seperti temperatur, kadar oksigen dan keberadaan gas-gas lainnya di lingkungan.
Umumnya hewan-hewan invertebrata memiliki efisiensi respirasi yang lebih tinggi
daripada hewan vertebrata.

C. Alat dan Bahan


Balon karet, wadah air, gelas ukur air, praktikan

Balon karet Gelas ukur

9
D. Cara Kerja
Menghitung Laju Respirasi Vertebrata
1. Praktikan duduk di kursi dengan santai, hitung jumlah pernafasan dalam 3 x 1 menit
(tarik dan hembus nafas).
2. Praktikan berlari ringan selama lebih kurang 2 menit. Hitung kembali jumlah nafas
selama 3 x 1 menit.
3. Catat jumlah nafas dalam 3 x 1 menit pada saat duduk santai dan setelah berlari.
Dokumentasikan proses kegiatan yang berlangsung

Menghitung Kapasitas Paru-paru


1.
Lakukan penimbangan hewan percobaan terlebih dahulu satu per satu (untuk tiap
praktikum digunakan minimal 3 spesies yang berbeda). Selanjutnya susun respirometer
sebagaimana mestinya dengan menginjeksikan eosin pada pipa respirometer manometer)
hingga skala 12 dan usahakan tidak adanya gelembung udara. Selanjutnya masukkan kapas
dan KOH 4% pada tabung sampel yang kosong dan masukkan hewan percobaan pada
tabung yang lainnya. Isolasi sistem dengan mengoleskan vaselin sehingga tidak terjadi
kebocoran gas oksigen atau karbondioksida. Letakkan perangkat percobaan pada posisi
yang ideal dan biarkan selama 5 menit lalu hitung perubahan skala yang ditunjukkan oleh
eosin pada manometer. Untuk memvariasikan faktor suhu, maka percobaan pertama
dilakukan pada suhu ruangan, percobaan kedua pada suhu lebih rendah (dengan
meletakkan tabung hewan pada gelas berisi es), dan percobaan ketiga dengan suhu lebih
tinggi (dengan meletakkan tabung hewan percobaan pada gelas berisi air panas). Jangan
lupa mengukur suhu air pada gelas dengan menggunakan termometer. Laju respirasi dapat
dihitung dengan rumus sbb :

Sf − Ss
Vr =
BW/T
Dimana Vr = laju respirasi (ml/g/s)
Ss = skala awal manometer
Sf = skala akhir manometer
BW = berat badan (g)
T = waktu (s)
Lakukan analisis data dengan membuat grafik hubungan laju respirasi per masing-masing
spesies terhadap suhu yang bervariasi (suhu perlakuan). Interpretasikan data secara
ringkas.
10
Praktikum 2. Menghitung Laju Respirasi Vertebrata
Hewan percobaan ditimbang terlebih dahulu, selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung sampel hewan pada respirometer dan diukur laju respirasinya seperti pada prosedur
pengukuran respirasi hewan invertebrata (termasuk perlakuan suhu dan analisis datanya).
Data hasil penghitungan juga disajikan dalam grafik hubungan laju respirasi dengan suhu
lingkungan dan dibandingkan dengan spesies invertebrata yang telah diukur sebelumnya.
Interpretasikan hasil percobaan secara tepat.

Praktikum 3. Menghitung volume dan kapasitas paru-paru


1. Siapakan timbangan dan timbang berat badan probandus, catat hasilnya pada lembar
pengamatan. Catat juga umur dari probandusnya.
2. Siapkan tabung Wet Respirometer ( yang telah diisi dengan air ± 4,5 liter ).
3. Melalui pipa peniup, ambil nafas perlahan (catat angka yang ada pada piringan alat).
4. Ambil nafas sekuat-kuatnya, kemudian melalui pipa hembuskan nafas sekuat-kuatnya
(catat angka yang ada piringan alat).
5. Ambil nafas biasa atau perlahan, kemudian melalui pipa peniup hembuskan nafas
sekuat-kuatnya (catat angka yang ada pada piringan alat).
6. Ulangi percobaan di atas setelah praktikan melakukan gerakan olahraga (lari atau
senam) lebih kurang selama 3 – 5 menit.

E. Hasil Pengamatan
Pengukuran Laju Respirasi
No. Parameter Spesies
A B C D
1. BW (g)
2. Ss Td (ml)
3. Sf Td (ml)
4. Ss Tr (ml)
5. Sf Tr (ml)
6. Ss Tp (ml)
7. Sf Tp (ml)
8. Vr Td (ml/g/s)
9. Vr Tr (ml/g/s)
10. Vr Tp (ml/g/s)
Ket: BW (berat badan), Ss (skala awal manometer), Sf (skala akhir manometer), Td (suhu dingin),
Tr (suhu ruangan), Tp (suhu panas), Vr (laju respirasi)

11
Praktikum pengukuran volume dan kapasitas paru-paru:
No. Nama probandus Umur Berat badan Kapasitas paru-paru
1.
2.
3.
4.

F. Pertanyaan
1. Apa hubungan antara jenis kelamin, berat badan, dan volume tidal ?
2. Apa hubungan antara jenis kelamin, berat badan, dan kapasitas vital paru-paru?

12
13
Praktikum 3: Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu Tubuh

A. Tujuan
1. Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm.
2. Mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

B. Landasan Teori
Suhu tubuh ditentukan oleh: 1). Laju panas yang ditimbulkan karena aktifitas
metabolisme; 2). Laju masukan panas dari luar; 3). Laju kehilangan panas dari luar.
Sehingga diketahui bahwa suhu tubuh merupakan hasil produksi panas ditambah panas
dari luar dikurangi kehilangan panas. Produksi panas tersebut dapat dipengaruhi oleh
mekanisme gerakan, mekanisme otonom dan mekanisme aditif atau aklimasi. Pertukaran
panas tubuh hewan dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh, perbedaan suhu tubuh dan
suhu lingkungan serta kondisi bersuhu tinggi karena itu hewan ini memiliki ciri suhu tubuh
yang sama dengan suhu lingkungannya (kecuali saat sedang berjemur di terik matahari).
Sedangkan sekelompok hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau lapisan lemak untuk
memperkecil konduksi panas melalui permukaan tubuh. Kelengkapan anatomi tubuhnya
berfungsi sebagai isolator panas. Laju pertukaran panas bergantung pada faktor tersebut.
Hewan endoterm yang hidup di lingkungan yang dingin dapat hidup dikarenakan
suhu lingkungannya masih berada di atas titik beku cairan tubuhnya atau cairan tubuhnya
mengandung senyawa tertentu yang dapat menghambat pembekuan cairan tubuh. Misalnya
pada sejenis lebah yang cairan tubuhnya memiliki gliserol atau ikan antartika (trematomus)
yang mengandung glikoprotein yang mencegah pembentukan kristal es. Hewan ektoterm
yang hidup di lingkungan panas pertukaran panas sangat tergantung pada luas permukaan
tubuh, maka suhu tubuh hewan ektoterm yang kecil akan naik turun mengikuti fluktuasi
suhu antara siang dan malam.
Dalam kelompok hewan endoterm (mamalia dan burung) suhu tubuh diatur dengan
mekanisme homeostasis yaitu dengan mengubah-ubah laju produksi panas dan kehilangan
panas hingga suhu tubuh dapat dipertahankan atau konstan. Suhu pusat tubuh mamalia
berkisar 37 hingga 41oC. Suhu dipermukaan tubuh dan anggota badab agak kurang
konstan, kadang-kadang menyamai suhu udara lingkungannya. Hewan endoterm memiliki
laju metabolisme hingga 3 kali lebih tinggi dari pada hewan eksoterm sehingga hewan
endoterm dapat mempertahankan suhu tubuh yang konstan dengan cara menyimpan dan
mengeluarkan panas yang berlebih.

C. Alat dan Bahan


Katak, Termometer batang, Air dingin, Air hangat, Stopwatch, Beaker Glass,
Termometer klinis, handuk/serbet, alkohol 70%, kapas dan air es
14
D. Cara Kerja
Praktikum 1
1. Letakkan termometer ke dalam mulut katak selama ± 5 menit, kemudian amati skalanya
dan catat.
2. Masukkan katak ke dalam beaker glass yang telah terisi air dingin ¾ volumenya
kemudian amati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam.
3. Ulangi langkah kedua dengan menggunakan air hangat.

Praktikum 2
1. Probandus tidur terlentang dengan bagian atas terbuka, fossa axillaries di keringkan
terhadap keringat yang dapat mengganggu pembacaan termometer.
2. Termometer klinis air raksanya diturunkan terlebih dahulu hingga ± 35 oC, kemudian
ujungnnya (dengan selubung metal) dimasukkan ke dalam fossa axilliaris, dan lengan di
adduksi pada thorak, sehingga fossa axillaris tertutup.
3. Setelah dibiarkan 10 menit di dalam fossa axillaris,baca temperatur dan catat!
4. Turunkan termometer dan bersihkan dengan alkohol. Sekarang ujung thermometer
dimasukkan ke dalam mulut dibawah lidah dan mulut di tutup rapat. Setelah 10 menit
catatlah hasilnya.
5. Probandus disuruh bernafas dengan tenang melalui mulut terbuka, sesudah air raksa
pada thermometer diturunkan, diletakkan lagi di dalam mulut sperti di atas, bacalah
temperatur setelah 5 menit dan setelah 10 menit tanpa menurun air raksa terlebih dahulu
dan catatlah.
6. Probandus berkumur dengan air es selama 1 menit dan thermometer dimasukkan di
dalam mulut seperti di atas, setelah air raksanya diturunkan. Baca juga temperatur
setelah 5 menit dan tentukan juga temperatur setelah 10 menit tanpa menurunkan air
raksanya, kemuadian catat hasilnya.

E. Hasil pengamatan
Praktikum 1 . pengamatan temperatur tubuh katak
Kondisi Temperatur oC
Normal
Dalam air dingin
Dalam air hangat

15
Praktikum 2. temperatur tubuh manusia
foxa Mulut Berkumur
Nama Mulut terbuka
No. axillaris tertutup dengan air es
Probandus 10’ 10’ 5’ 10’ 5’ 10’
1
2
3
4

F. Pertanyaan
1. Apa fungsi digunakan termometer yang berbeda pada pengukuran suhu tubuh katak
dan manusia?
2. Bagaimana pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak?
3. Bagaimana pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia?
4. Apakah ada perbedaan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak dan
manusia? Jika ada jelaskan!

16
Praktikum 4 : Sistem Pencernaan (Efisiensi Metabolisme)

A. Tujuan
1. Untuk memahami metode penentuan efisiensi metabolisme hewan secara gravimetri
2. Untuk mengukur tingkat efisiensi metabolisme hewan invertebrata dan vertebrata
dengan berbagai variasi faktor eksternal

B. Landasan Teori
Metabolisme merupakan proses fisiologis yang melibatkan keseluruhan reaksi
biokimia dalam rangka menyusun (anabolisme) atau menguraikan (katabolisme) berbagai
substansikimiawi yang ada di dalam tubuh seperti glukosa, lipid, protein, hormon, dan
berbagaisubstansi lainnya. Masing-masing spesies hewan memiliki laju metabolisme dan
tingkatefisiensi metabolisme yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan, umur,
jenismakanan, dan faktor genetik dari hewan tersebut. Metabolisme diperlukan
untukmemproduksi energi, membentuk struktur atau meregenerasi struktur tubuh yang
rusak, reproduksi serta menyokong keseimbangan homeostasis fisiologis tubuh.
Metode gravimetri merupakan metode yang paling sederhana untuk
mengestimasitingkat efisiensi metabolisme hewan. Penghitungan efisiensi dilakukan
denganmenentukan perkiraan persentase makanan yang diabsorbsi oleh hewan dari
sejumlahmakanan yang dikonsumsinya. Hal ini biasanya sangat tergantung kepada jenis
makanan,berat badan individu, jenis kelamin, umur dan kondisi lingkungan. Efisiensi
metabolismejuga dapat diperkirakan dengan memperhatikan perubahan berat badan
hewan.Pertambahan berat badan idealnya merupakan manifestasi dari hasil pertambahan
massakomponen fisiologis hewan sebagai akibat dari proses metabolisme.

C. Alat dan Bahan


Praktikum 1
Kandang mencit, timbangan, kantong plastik, sendok kecil, gelas ukur, sarung tangan,
masker, alat tulis, mencit putih jantan 4 ekor (tiap kelompok) yang telah dipuasakan
selama 2 hari, pakanternak, beras, dan air.
Praktikum 2
Ember plastik kecil 4 buah, timbangan, kantong plastik, pinset, sarung tangan, alat
tulis,cacing tanah 40 ekor dengan ukuran relatif sama, tanah lempung (merah), tanah
kebun,pasir, tanah kandang.

17
D. Cara Kerja
Praktikum 1. Efisiensi Metabolisme Pada Mencit (Mus musculus)
Sediakan 2 unit kandang mencit (A dan B) yang bersih dan lengkap dengan
wadahmakanan dan minuman. Letakkan bahan makanan berupa pakan ternak pada
kandang Adan beras pada kandang B masing-masing 120 gram per kandang dan air
secukupnyadalam botol minuman. Selanjutnya timbang berat masing-masing mencit
percobaan dan catat sebagai berat awal (B0).
Masukkan dua ekor mencit per kandang dan tempatkan padaposisi yang aman
dengan memperhatikan pencahayaan selama 6 hari. Setiap dua harilakukan penimbangan
berat badan mencit, berat pakan yang tersisa dan berat fesesnya.Selain itu juga diukur suhu
kandang pada tiap pengamatan. Data dicatat pada tabelpengamatan dan lakukan
penghitungan efisiensi metabolisme mencit untuk dua perlakuanyang berbeda (jenis
pakan). Efisiensi metabolisme dapat dihitung dengan menentukanpersentase pakan yang
diabsorbsi oleh mencit pada pencernaannya dari total pakan yangdikonsumsi.

BPk − BF
EM = X 100%
BPk
Dimana: EM = efisiensi metabolisme (%)
BPk = berat pakan yang dikonsumsi (g)
BF = berat feses (g)

Sajikan data hasil analisis dalam bentuk grafik yang meliputi nilai EM dari awal
hinggaakhir pengamatan dan grafik perubahan berat badan rata-rata mencit per perlakuan.

Praktikum 2. Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah (Pheretima sp.)


Susun ember plastik dan beri label A, B, C, dan D. Isi ember dengan jenistanah
atau media yang berbeda. Sediakan cacing tanah masing-masing 10 ekor untuk satuember
dan lakukan penimbangan terlebih dahulu terhadap berat total dari masing-
masingkelompok cacing tersebut (dicatat sebagai berat awal atau Bs). Masukkan cacing ke
dalamember yang berbeda lalu letakkan di tempat yang gelap dan lembab selama 6 hari
dan ukursuhu tanah/medium tiap dua hari. Setelah akhir pengamatan, lakukan
pembongkaran tanahdi dalam ember dan ambil kembali cacing yang ada di dalamnya.
Catat jumlah cacing yanghidup, cacing yang mati, dan timbang berat cacing yang masih
hidup (dicatat sebagai beratakhir atau Bf).
Lakukan analisis data dengan menghitung persentase cacing yang bertahanhidup
dan mati dan persentase perubahan berat total dari cacing yang masih hidup tersebutpada
masing-masing perlakuan (jenis media). Sajikan data hasil pengamatan dalam bentukgrafik
yang representatif.
18
E. Hasil Pengamatan
1. Data Pengukuran Efisiensi Metabolisme Pada Mencit
Nilai
No. Parameter
Kel. A Kel. B
1. Bm 0 rata-rata (g)
2. Bm 1 rata-rata (g)
3. Bm 2 rata-rata (g)
4. BP 0 (g)
5. BP 1 (g)
6. BP 2 (g)
7. BPk 1 (g)
8. BPk 2 (g)
9. BF 1 (g)
10. BF 2 (g)
11. EF 1 (%)
12. EF 2 (%)
Ket : Bm (Berat mencit), BP (Berat Pakan), BPk (Berat pakan yang dikonsumsi), BF (Berat Feses),
EF (Efisiensi Metabolisme), 0 (awal perlakuan), 1 (pengamatan pertama), 2 (pengamatan kedua
/akhir)

2. Data Pengukuran Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah


Nilai Perlakuan
No. Parameter
A B C D
1. BTs (g)
2. BTf (g)
3. N hidup (indv)
4. N mati (indv)
5. Survive (%)
6. T0 (oC)
7. T1 (oC)
8. T2 (oC)
Ket : BTs (berat total cacing awal perlakuan), BTf (Berat total cacing akhir perlakuan), N (jumlah
individu), Survive (% jumlah individu yang survive atau bertahan hidup), T (suhu medium/tanah, 0,
1, 2 mengindikasikan waktu pengukuran awal, hari ketiga, dan hari terakhir).

F. Pertanyaan
1. Bagaimana kandungan gizi/ kalori dari pakan mencit yang berupa pelet dan beras?
Adakah perbedaan? Jika ada tampilkan berdasarkan referensi!
2. Bagaimana pengaruh pakan mencit yang berupa peket dan beras terhadap efesiensi
metabolisme mencit? Jelaskan mana yang lebih baik?
3. Media apa yang paling bagus untuk metabolisme cacing tanah? Jelaskan alasannya!
4. Adakah faktor penyebab selain media dan pakan yang berpengaruh terhadap
metabolisme pada mencit dan cacing pada praktikum ini? Jelaskan jika ada!

19
Praktikum 5. Sistem Eksresi (Pemeriksaan Urin)

A. Tujuan
1. Mengetahui cara pemeriksaan protein dan glukosa urine.
2. Mengetahui kadar protein dan glukosa urine

B. Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan salah satu sistem fisiologis yang sangat vital dalam
rangka mengatur keseimbangan tubuh (osmoregulasi). Salah satu cara termudah untuk
mempelajari sistem tersebut adalah dengan mengkaji produk hasil kerjanya yang
merupakan manifestasi dari aspek fisiologis yang dilakukannya. Ginjal sebagai organ
ekskresi paling vital pada akhir proses kerjanya akan mengekskresikan produk berupa
urine sehingga karakterisitik kerja ginjal akan tercermin dari kondisi urine yang
dihasilkannya.
Urine merupakan zat ekskresi yang dibuang keluar tubuh sebagai hasil proses
filterisasi yang sangat kompleks. Di dalam urine terkandung berbagai substansi terutama
zat-zat toksik, urea, asam urat, kreatin, garam-garam, sisa obat, protein, gula, dan berbagai
sedimen yang spesifik. Pemeriksaan pada urin tidak hanya dapat memberikan deskripsi
tentang kondisi fisiologis ginjal dan salurannya, tetapi juga juga mengenai berbagai
aktivitas fisiologis organ-organ lainnya di dalam tubuh seperti hepar, saluran empedu, dan
pankreas. Sedimen urine dapat berupa sedimen organik maupun non organik. Sedimen-
sedimen seperti kristal, benang lendir atau substansi-substansi padat lainnya dapat diamati
secara mikroskopis dan akan memberikan gambaran penting terhadap kondisi fisiologis
tubuh dan ginjal itu sendiri.
Salah satu analisis biokimia yang penting terhadap urine adalah mendeteksi
keberadaan glukosa secara semikuantitatif dengan menggunakan sifat glukosa sebagai
pereduksi. Dalam hal ini biasanya digunakan senyawa khusus (reagen) yang akan tereduksi
dan mengalami perubahan warna jika direduksi oleh glukosa. Salah satu reagen yang
banyak dipakai adalah Benedict yang mengandung CuSO4 yang dapat direduksi oleh
glukosa. Sedangkan untuk menganalisis sedimen urine adalah dengan melakukan
sentrifugasi terhadap urine sehingga didapatkan sedimen yang mengendap di dasar tabung
sentrifus. Partikel-partikel tersebut mengendap dan terpisah dari fase liquid.

C. Alat dan Bahan


Praktikum 1
Tabung reaksi, tabung sampel urine, pipet tetes, penangas air, tang krus, kertas
label, beaker glass, gelas ukur, tissue, urine patologis dari penderita diabetes melitus dan
urine normal (keduanya harus merupakan urine postprandial yaitu urine yang diambil saat
20
ekskresi 1.5-3 jam setelah makan), reagen benedict, glukosa beberapa konsentrasi (0.5%,
1.5%, 3%, 5%). Komposisi reagen Benedict: CuSO4.5aq 17.3 g; natrium citrat 173 g;
Na2CO3.0aq atau Na2CO3.10aq 200g; aquadest ad 1000 ml.

Praktikum 2
Tabung sentrifus, sentrifus urine, tang krus, pipet tetes, mikroskop, kaca objek,
cover glass, urine normal pagi hari dan urine patologis (penderita diabetes melitus) yang
telahditambahkan formalin 40 % (1-2 ml sebagai fiksatif), dan tissue gulung.

D. Cara Kerja
Praktikum 1. Penentuan Kadar Glukosa Urine Secara Semikuantitatif
Sediakan 6 tabung reaksi dan beri label I, II, III, IV, V, dan VI. Selanjutnya
masukkanreagen benedict sebanyak 2,5 ml ke dalam masing-masing tabung dan disertai
denganperlakuan sebagai berikut :
Tabung I : tetesi dengan 4 tetes urine normal
Tabung II : tetesi dengan 4 tetes urine patologis
Tabung III : tetesi dengan 4 tetes urine normal + 4 tetes glukosa 0.5%
Tabung IV : tetesi dengan 4 tetes urine normal + 4 tetes glukosa 1.5%
Tabung V : tetesi dengan 4 tetes urine normal + 4 tetes glukosa 3%
Tabung VI : tetesi dengan 4 tetes urine normal + 4 tetes glukosa 5%
Panaskan dengan penangas air selama 5 menit lalu kocok dan amati perubahan yang
terjadipada masing-masing tabung. Catat hasil pengamatan dan bandingkan dengan
standar padatabel berikut :
No. Warna Larutan Skor Kadar Glukosa
1. Tetap biru jernih/sedikit kehijauan dan agak keruh 0 < 0.5%
2. Hijau kekuningan dan keruh 1 0.5 – 1 %
3. Kuning keruh 2 1 – 1.5%
4. Jingga atau warna lumpur keruh 3 2 – 3.5%
5. Merah keruh 4 4 > 3.5%

Praktikum 2: Analisis Sedimen Urine


1. Kocoklah sampel urine dalam botolnya sehingga homogen lalu tuangkan masing-
masing urine ke dalam tabung sentrifus sebanyak 7 ml (jika menggunakan tabung
reaksi, timbang setiap tabung reaksi dan sampelnya sehingga ukurannya sama).
2. Sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
3. Tuangkan cairan di bagian atas dari tabung dengan cepat dan luwes sehingga
sedimen di bagian bawah tidak ikut terbuang, sisakan larutan dan sedimennya hingga
kira-kira 0,5 ml.

21
4. Kocoklah tabung berisi larutan dan sedimen tersebut agar homogen lalu ambil
dengan pipet dan teteskan ke kaca objek sebanyak 2 tetes ke tempat yang terpisah
pada kaca objek yang sama.
5. Tutup dengan kaca penutup lalu amati dengan mikroskop.
6. Amati jenis atau tipe sedimen-sedimen yang terlihat dan gambar pada lembar kerja
praktikum. Selanjutnya perkirakan juga kriteria kuantitas sedimen yang terlihat
(sedikit, sedang atau banyak). Bandingkan apakah ada perbedaan antara urine normal
dengan urine patologis dari aspek sedimenya.

E. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Kadar Glukosa Urine Secara Semikuantitatif
No. Perlakuan Warna Larutan Skor Kadar Glukosa Keterangan
1. I
2. II
3. III
4. IV
5. V
6. VI

2. Analisis Sedimen Urine


No. Jenis Urin Jenis Sendimen Kuantitas Sendimen
1. Urin Normal
2. Urin Patologis

F. Pertanyaan
1. Bagaimana kandungan kadar glukosa pada masing-masing sampel? Jelaskan
penyebabnya!
2. Adakah kesamaan hasil pada tabung I-II dengan IV-V? Jelaskan alasannya!
3. Adakah hubungan warna urin dengan kondisi fisiologis tubuh? Jika ada jelaskan!
4. Apa saja sendimen yang ditemukan pada urin normal dan urin patologis?
Kemungkinan apa saja yang menyebabkan keberadaannya?
5. Apakah hasil yang didapatkan sesuai perkiraan? Jelaskan alasannya!

22
Praktikum 6: Darah dan Sistem Peredaran Darah
(Aktivitas Jantung dan Aliran Darah)

A. Tujuan
1. Untuk memahami metode pengukuran tekanan darah dan detak jantung manusia
2. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dan detak jantung dengan aktivitas dan
jenis kelamin
3. Untuk melihat dan memahami arah aliran darah pada hewan

B. Landasan Teori
Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang vital bagi keberlangsungan
aktivitasfisiologi organisme. Dalam rangka menganalisa aktivitas sistem sirkulasi, dapat
dilakukanpenghitungan tekanan darah dan detak jantung (heart beat) yang karena
kemampuankonduktivitasnya akan dapat dihitung pada nadi di pergelangan tangan.
Kecepatan detaknadi seirama dengan detakan jantung memompa darah yang juga selaras
dengan faktorkebutuhan energi dari respirasi seluler.
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan dari darah terhadap dinding
pembuluhdarah. Faktor internal yang mempengaruhi tekanan darah adalah jumlah darah
yang adadalam sistem peredaran, aktivitas memompa jantung, dan tahanan dalam aliran
darah.Pengukuran tekanan darah pada hewan bisanya dilakukan secara langsung
denganmenyisipkan kanula (bagian dari instrumen pengukur tekanan) ke dalam pembuluh
nadicarotis atau femoralis. Pada manusia, pengukuran dilakukan secara tidak langsung
yaitudengan menggunakan tensimeter (sfigmomanometer) yang dapat mengukur tekanan
sistoldan diastol. Tekanan darah 120/80 mmHg menunjukkan bahwa terdapat tekanan
120mmHg terhadap pembuluh arteri (sistole), dan 80 mmHg tekanan saat jantung
berelaksasidiantara pemompaan (diastole).
Terdapat dua kelompok besar pembuluh darah yaitu pembuluh nadi (arteri)
yangmembawa darah dari jantung menuju kapiler dan pembuluh balik (vena) yang
membawadarah kembali ke jantung. Pembuluh nadi akan bercabang membentuk arteriol
dan arteriolakan bercabang lebih banyak lagi menjadi kapiler yang sangat halus. Arah dan
kecepatanaliran darah pada pembuluh darah tersebut dapat dijadikan indikator jenis
pembuluhdarahnya.

C. Alat dan Bahan


Stopwatch, spigmomanometer, alat tulis, dan tubuh praktikan sendiri dengan jenis
kelamin berbeda, stetoscope, alat tulis, dan tubuh praktikan sendiri, Mikroskop, petridish,
pinset, object glass, kecebong, batu es, kertas tissue

23
D. Cara Kerja
Praktikum 1. Mengukur Tekanan Darah Pada Berbagai Aktivitas
Lakukan pengukuran tekanan darah pada seluruh anggota kelompok praktikum
baik laki-laki maupun perempuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
spigmomanomeneter terhadap praktikan dengan berbagai posisi (aktivitas) yaitu duduk,
berdiri, berjalan santai, jalan cepat, dan berlari (masing-masing selama 5 menit). Catat
hasil pengukuran sistole dan diastole pada lembar kerja dan buat grafik hubungan aktivitas
dan jenis kelamin dengan tekanan darah manusia. Interpretasikan hasil yang diperoleh.
Praktikum 2. Hubungan Denyut Nadi dan Aktivitas
Lakukan penghitungan denyut nadi pada pergelangan tangan untuk masing-masing
individu pada beberapa keadaan yaitu : duduk istirahat, berdiri, jalan santai, jalan cepat dan
berlari (masing-masing selama 5 menit). Hitung jumlah detakan selama 60 detik dengan
bantuan stetoscope atau dirasakan secara langsung. Catat hasil yang diperoleh untuk semua
individu kelompok praktikum baik laki-laki maupun perempuan. Buat grafik hubungan
antara aktivitas, jenis kelamin dan jumlah detakan per menit lalu interpretasikan hasil
praktikum.
Praktikum 3. Aliran Darah Pada Kecebong
Ambil kecebong dari wadahnya lalu letakkan di atas batu es beberapa saat hingga
pasif (jangan terlalu lama karena menyebabkan kematian). Angkat kecebong tersebut lalu
letakkan di atas kaca objek dan amati dengan mikroskop dengan memposisikan bagian
pinggir ekornya yang bening sehingga terlihat jelas pada perbesaran minimum. Perhatikan
aliran darah pada pembuluh darahnya dan tentukan jenis pembuluh serta arah aliran darah
dan catat hasil pada lembar pengamatan. Buat sketsa arah aliran darah yang terlihat dan
tentukan kategori kecepatan alirannya (cepat, sedang, lambat).

E. Hasil Pengamatan
1. Pengukuran tekanan darah pada berbagai aktivitas
Nama Tekanan Darah (Sistole dan Diastole)
No. L/P
Praktikan Duduk Berdiri Jalan Jln. cepat Lari
1.
2.
3.
4.
5.
2. Pengukuran detak nadi pada berbagai aktivitas
Nama Detak Nadi Per Menit
No. L/P
Praktikan Duduk Berdiri Jalan Jln. cepat Lari
1.
2.
3.
4.
5.
24
3. Pengamatan aliran darah pada kecebong(gambarkan dan beri keterangan!)

F. Pertanyaan
1. Apakah perbedaan nilai pengukuran denyut nadi pada berbagai aktifitas yang
berbeda? Jelaskan hubungannya!
2. Apakah perbedaan nilai pengukuran tekanan darah pada berbagai aktifitas yang
berbeda? Jelaskan hubungannya!
3. Apakah jenis kelamin mempengaruhi nilai pengukuran tekanan darah dan denyut
nadi?
4. Adakah kesamaan dengan aliran darah pada mamalia? Jelaskan!

25
Praktikum 7: Darah dan Sistem Peredaran Darah (Hemolisis Eritrosit)

A. Tujuan
1. Untuk memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai konsentrasi cairan
ekstraseluer
2. Untuk mengetahui efek hemolisis beberapa senyawa kimia terhadap eritrosit

B. Landasan Teori
Eritrosit merupakan salah satu komponen seluler darah yang sangat esensial
terutamaterkait dengan perannya dalam transportasi oksigen (dengan adanya hemoglobin).
Secarastruktural, eritrosit vertebrata bervariasi berdasarkan kelas masing-masingnya.
Perbedaantersebut meliputi ukuran, bentuk, keberadaan nukleus dan ketegaran selnya.
Mamaliamerupakan vertebrata yang memiliki eritrosit relatif kecil dan tidak berinti setelah
menjadi eritrosit dewasa dalam sistem peredaran. Sedangkan eritrosit amphibi, pisces,
reptil dan aves berukuran relatif besar dan memiliki nukleus.
Sebagai sel hewan, eritosit memiliki dinamika osmolaritas yang sangat
sensitifterhadap perubahan-perubahan gradien konsentrasi di sitoplasma dan di luar sel.
Secaraumum, konsentrasi osmolaritas dalam sitoplasma sel hewan adalah 0.9%
(diukurberdasarkan persentase NaCl). Jika larutan ekstraseluer memiliki konsentrasi lebih
tinggimaka sitoplasma bersifat hipotonik sehingga air dari sitoplasma akan berosmosis
keluar sel dan sel akan mengkerut. Dalam kondisi tersebut eritrosit menglamai krenasi.
Sebaliknya, jika larutan di luar sel lebih rendah konsentrasinya maka sitoplasma bersifat
hipertonis sehingga air dari luar sel akan berosmosis ke dalam sel dan sel akan membesar.
Kondisi dimana konsentrasi di dalam sel dan di luar sel berada dalam
kesetimbangan disebut dengan isotonis yang biasanya selalu dipertahankan dalam kondisi
fisiologis. Beberapa senyawa kimia seperti formaldehid, alkohol, dan asam asetat dapat
menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur membran sel sehingga menyebabkan
pecahnya sel (hemolisis). Hemolisis eritrosit ditandai dengan keluarnya hemoglobin dari
dalam eritrosit sehingga larutan akan menjadi lebih merah. Hemolisis dapat terjadi karena
perbedaan tekanan osmosis yang terlalu besar (hemolisis osmotik) misalnya karena
perbedaan konsentrasi larutan intra dan ekstraseluer. Hemolisis juga terjadi karena larutnya
membran yang tersusun dari lipid oleh senyawa-senyawa kimia yang dapat melarutkan
lipid (hemolisis kimia).

C. Alat dan Bahan


Praktikum 1
Beberapa spesies vertebrata (Cyprinus carpio, Rana sp., Maboya sp., Aves, Mus
musculus), Mikroskop, pipet tetes, objek glass, cover glass, botol sampel darah, sampel
26
darah yang telah dikoleksi pada praktikum 1, NaCl pada beberapa konsentrasi (0.3%,
0.6%, 0.9%, 1.2%, 2%).
Praktikum 2
Tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, sampel darah, etanol, kloroform, eter,
formalin,NaCl 0.9%.

D. Cara Kerja
Praktikum 1. Dinamika Osmolaritas Eritosit
Sediakan lima kaca objek yang berbeda lalu teteskan setetes sampel darah pada
masing-masingkaca objek tersebut. Teteskan 3 tetes NaCl dengan konsentrasiberbedauntuk
kaca objek yang berbeda. Tutup dengan cover glass dan biarkan beberapa menit laluamati
struktur eritrosit pada mikroskop dengan perbesaran optimal. Perhatikan perubahanyang
terjadi pada eritrosit terutama ukurannya lalu gambarkan pada lebar kerja praktikumdan
interpretasikan peristiwa fisiologis apa yang sebenarnya terjadi dan
bagaimanamekanismenya.
Praktikum 2. Hemolisis Darah
Sediakan 5 tabung reaksi berbeda dan beri label I sampai V. Masukkan masing-
masing 2,5ml NaCl 0.9% ke dalam tabung tersebut dan teteskan 2 tetes suspensi darah dari
hewanpercobaan. Kemudian masukkan 2,5 ml senyawa berikut ini pada masing-masing
tabungyang berbeda yaitu etanol pada tabung II, kloroform pada tabung III, formalin pada
tabungIV dan eter pada tabung V. Biarkan selama 30 menit lalu amati proses yang terjadi
danbandingkan efek hemolisis yang disebabkan oleh masing-masing senyawa tersebut.
Catathasil pengamatan anda di lembar kerja dan interpretasikan.

E. Hasil Pengamatan
1. Dinamika Osmolaritas Eritrosit

No. Konsentrasi NaCl Gambar Struktur Sel Keterangan


1. 0,3 %
2. 0,6 %
3. 0,9 %
4. 1,2 %
5. 2,0 %

27
2. Efek hemolisis senyawa kimia terhadap eritrosit
Kondisi suspensi
No. Perlakuan/ Zat Keterangan
Awal Akhir
1. I/ Kontrol
2. II/ Ethanol
3. III/ Kloroform
4. IV/ Formalin
5. V/ Eter

F. Pertanyaan

28
Praktikum 8: Nilai Darah

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode dan teknik pengukuran nilai darah (blood value) standar
yang meliputi jumlah sel darah, nilai hematokrit, kadar Hb dan indek absolut darah
2. Untuk dapat memahami dan menginterpretasikan nilai darah sesuai konsep-konsep
fisiologis

B. Landasan Teori
Darah merupakan salah satu komponen fisiologis yang sangat esensial
bagikeberlangsungan hidup hewan. Darah berperan penting dalam transportasi gas
dansenyawa lain, menjaga stabilitas tubuh seperti distribusi nutrisi, termoregulasi,
pengantaranhormon. Dinamika perubahan yang terjadi pada komponen darah merupakan
cerminanbagi kondisi fisiologis suatu individu hewan.Analisa kuantitatif terhadap
komposisi komponen-komponen darah lebih dikenaldengan analisa nilai darah. Dalam
analisa tersebut, komposisi komponen-komponen darahdisajikan dalam bentuk parameter-
parameter kuantitatif yang disebut nilai darah.
Parameter-parameter utama yang diukur meliputi kuantitas eritrosit dan
leukosit,tromobosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, konsentrasi protein total, dan
indeksabsolut darah. Indeks absolut darah terdiri atas MCV (ukuran volume rata-rata
eritrosit),MCH (berat hemoglobin rata-rata per unit eritrosit), dan MCHC (konsentrasi
hemoglobinper satuan volume eritrosit). Secara alami, nilai darah sangat ditentukan oleh
spesies, seks,umur, pola makan (nutrisi) dan aktifitas individu. Nilai darah lebih stabil pada
individudewasa dan berjenis kelamin jantan karena fluktuasi hormonalnya jauh lebih kecil
dibandingkan individu betina.
Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit.Darah terdiri atas 2
bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat
air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen).
Sedangkan komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel
tersebut terbentuk dari stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia
dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac.Sekitar
pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan
tubuh, misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus.Menjelang
masa kelahiran sampai & dewasa, sumsum tulang pipih berperan utama dalam
hematopoeiesis tersebut.
Hemoglobin (Hb) tersusun atas empat senyawa heme yang berikatan dengan
rantai globin yang berbeda. Ada beberapa jenis rantai globin, yaitu rantai α, β, δ dan γ.
Hb normal orang dewasa adalah Hb-A yang mengandung dua rantai α dan dua rantai β.
29
Rantai α mengandung 141 asam amino dan β terdapat 146 asam amino. Rantai α dan β
disatukan oleh unit heme yang mengandung asam amino histidin sebagai sisi perekat.
Tiap unit heme mengandung Fe sebagai pusatnya yang nantinya akan berikatan dengan
O2 dan setiap molekul Hb mampu mengikat 4 molekul O 2. Hb berfungsi sebagai alat
transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi (CO 2). Hb merupakan
komponen utama eritrosit. Setiap eritrosit mengandung 640 juta molekul Hb Darah
orang normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 ml darah dan setiap
gram Hb dapat berikatan dengan maksimum 34 ml O2.
Sintesis Hb berlangsung di dalam sumsum tulang. Langkah awal sintesis ini
dimulai dengan bergabungnya suksinil Ko-A, glisin, dan piridoksilat fosfat yang
dikatalisis oleh δ-ALAS (asam aminolevulinat sintetase) membentuk δ-ALA. Dengan
bantuan enzim δ-ALAD (aminolevulinat dehidratase), maka dua molekul δ-ALA akan
membentuk porfobilinogen. Porfobilinogen akan diubah menjadi.polipiril metan oleh
enzim porfobifinogen. Melalui katalis enzim uropofirinogen kosintetase, polipiril metan
diubah menjadi uroporfirinogen yang dapat mengalami modiflkasi membentuk
kopropofirin. Koproporfirin selanjutnya akan berubah menjadi protopofirin dengan
bantuan enzimprotoporfirinogen oksidase. Selanjutnya enzim HS (heme sintetase) serta
penempatan ion Fe (yang dikatalisis oleh enzim ferokelatase) di pusat cincin porfirin,
akan mengubah protoforfirin menjadi heme.
Destruksi Hb menjadi Fe, globin, dan biliverdin terjadi di dalam hati dan limpa.
Protein globin akan masuk kembali dalam pool asam amino, sedangkan biliverdin akan
direduksi menjadi bilirubin. Ion Fe akan diangkut protein transferin plasma ke sumsum
tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis Hb.
Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan suatu keadaan yang
disebut anemia. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan oleh beberapa
hal baik faktor internal maupun faktor ekstemal. Faktor intemal yang mempengaruhi
kadar Hb darah adalah kurangnya kadar Fe dalam darah sehingga akan menghambat
sisntesis Hb. Untuk faktor ekstemal dapat disebabkan oleh adanya logam berat dalam
darah dengan konsentrasi tinggi sehingga mampu menginaktivasi enzimyang
mengandung gugus sulfit dan mampu menghambat sintesis Hb, proses kemoterapi
(mampu menekan pertumbuhan sel) serta penyinaran/radiasi.

C. Alat dan bahan


Praktikum 1
Tabung sampel darah, jarum suntik, alat bedah, kit hemositometer tipe Improved
Neubauer, pipet tetes, mikroskop, tally counter, alat tulis, larutan turk, larutan hayem,
EDTA 10%, darah hewan vertebrata yang telah ditentukan. Komposisi larutan Hayem
untuk penghitungan eritrosit : Natrium sulfat (kristal) 5 g; NaCl 1g; HgCl2 0,5 g; aquadest
30
ad 200 ml. Komposisi larutan Turk untuk penghitungan leukosit : gentian violet 1% dalam
air 1 ml; asam asetat glasial 1 ml; aquadest ad 100 ml.
Praktikum 2
Tabung hematokrit, sentrifus hematokrit, skala standar hematokrit, sumbat tabung
hematokrit, hewan percobaan vertebrata.

D. Cara Kerja
Praktikum 1. Menghitung Jumlah Sel Darah (Eritrosit dan Leukosit)
Penghitungan kuantitas eritrosit :
a. Lakukan pengambilan sampel darah dengan menggunakan jarum suntik yang
telahdibilas dengan EDTA 10% dan masukkan ke dalam tabung sampel darah yang
jugatelah dibilas dengan EDTA.
b. Selanjutnya sediahkan pipet thoma dari kit hemositometer, isap sampel darah
denganmenggunakan pipet tersebut hingga skala 0.5, dengan menggunakan pipet yang
sama,hisaplah larutan hayem secara hati-hati hingga larutan dalam pipet mencapai skala
101. Hindari adanya gelembung udara. Pegang pipet secara horizontal lalu adukpelan-
pelan dengan menggoyangkan pipet beberapa kali hingga larutan menjadi homogen.
c. Sediahkan hemositometer yang bersih, tutup dengan kaca penutupnya secara
benarhingga saling berlekatan satu sama lain. Kemudian pipetkan sampel dalam
pipetthoma dengan menggunakan kontrol ujung jari pada bagian pangkal pipet
danbiarkan larutan mengalir memenuhi ruang dalam hemositometer. Hindari
volumeyang berlebihan.
d. Biarkan sampel tersebut selama 2-3 menit lalu letakkan di mikroskop dan hitung jumlah
eritrosit yang terlihat pada 5 kotak menengah hemositometer (Lihat gambar
hemositometer). Catat dengan menggunakan tally counter.
Kuantitas eritrosit yang sebenarnya dihitung dengan rumus :

Sajikan data dalam bentuk grafik perbandingan antar spesies.


Penghitungan kuantitas leukosit :
a. Pengambilan sampel darah sama dengan prosedur pada penghitungan eritrosit. Lalu
dengan menggunakan pipet thoma untuk leukosit, hisaplah sampel darah hingga skala
0.5 lalu bersihkan bagian luar pipet dengan tissue atau kapas. Lanjutkan dengan
31
menghisap larutan turk hingga skala 11. Pegang pipet secara horizontal lalu goyangkan
pelan-pelan hingga larutan homogen.
b. Sediakan hemositometer yang bersih dan tutup dengan kaca penutupnya hingga saling
berlekatan. Kemudian dengan pelan-pelan, alirkan sampel dari pipet ke ruang dalam
hemositometer hingga memenuhi seluruh ruangan (hindari kelebihan volume).
c. Biarkan 2-3 menit lalu letakkan di mikroskop dan hitung jumlah leukosit yang terlihat
pada 4 kotak besar pada hemositometer (Lihat gambar hemositometer).
d. Kuantitas leukosit yang sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut ini :
NI x P
SDP =
0,4
Dimana SDP : kuantitas Leukosit per mm3
NI : kuantitas leukosit yang terhitung
P : Angka pengenceran (20 kali)
0,4 : Volume total darahnyang di hitung
Sajikan data dalam bentuk grafik perbandingan antar spesies.

Praktikum 2. Menghitung Nilai Hematokrit (Packed Cell Voume, PCV)


Lakukan pengambilan sampel darah dengan memipetkan tabung hematokrit dengan
jari pada bagian pembuluh darah atau jantung hewan yang telah ditentukan atau dapat juga
dengan memipet sampel darah yang telah ditampung dalam tabung sampel darah. Isilah
tabung hematokrit hingga lebih dari setengahnya, tetapi jangan sampai penuh. Selanjutnya
tutup salah satu lubang tabung dengan penutupnya dan tempatkan pada sentrifus secara
tepat. Lakukan sentrifugasi terhadap sampel darah dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5
menit. Setelah disentrifus, angkat tabung secara cermat dan hitung kadar hematokrit
dengan menggunakan skala hematokrit dan nyatakan dalam persen. Sajikan data dalam
bentuk grafik perbandingan antar spesies.

Praktikum 3. Menghitung Kadar Hemoglobin Dengan Metode Sahli


a. Sediahkan sampel darah hewan percobaan dan tampung dalam tabung sampel darah
yang telah dibilas EDTA 10%. Masukkan 5 tetes HCl 0.1 N ke dalam tabung pengencer
hemometer.
b. Selanjutnya isaplah sampel darah dengan menggunakan pipet hemoglobin sampai garis
tanda 20 ul dan hapuslah sisah darah yang melekat di luar ujung pipet. Lalu alirkan
sampel darah tersebut ke dalam tabung hemometer dan jangan sampai ada gelembung
udara Jangan lupa catat waktu pertama memasukkan sampel tersebut ke dalam tabung.
Bilas pipet tersebut secara cermat dengan HCl yang ada di dalam tabung untuk
membersihkan sisah sampel darah yang masih ada di dalamnya.

32
c. Aduk campuran darah tersebut hingga homogen dan larutan menjadi coklat tua. Setelah
itu tambahakan aquades setetes demi setetes dan aduk dengan batang pengaduk dengan
terus memperhatikan warna larutan hingga tercapai kesamaan warna dengan warna
standar yang ada pada hemometer Sahli. Persamaan warna larutan dengan warna standar
harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl bercampur (saat
memasukkan sampel darah ke dalam tabung).
d. Bacalah kadar hemoglobin darah dengan menggunakan skala yang ada pada tabung
dalam satuan g/dl. Sajikan data dalam bentuk grafik perbandingan antar spesies.

Praktikum 4. Analisis Indeks Absolut Darah (Absolute Indices)


Indeks absolut darah merupakan estimasi matematis tentang beberapa aspek nilai
darahyang diformulasikan berdasarkan data hasil pengukuran-pegukuran kuantitas eritrosit,
kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.
a. Mean Corpuscular Volume (MCV; volume rata-rata per unit eritrosit)
kadar hematokrit (dalam desimal)
MCV (fl) = x 1000
Jumlah Eritrosit (dalam 1012 /l)

b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH; berat hemoglobin rata-rata per unit eritrosit)
Kadar Hemoglobin (g /dl)
MCH (pg) = Jumlah eritrosit (dalam 1012/l ) x 10

c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC, konsentrasi Hb rata-rata per


satuan total volume eritrosit)
g
Kadar Kemoglobin ( )
dl
MCHC = Kadar Hematokrit

E. Hasil pengamatan
Tabel Hasil Pengukuran Nilai Darah
Spesies Hewan
No. Parameter

1. SDM (sel/mm3)
2. SDP (sel/mm3)
3. HTC (%)
4. Hb (g/dl)
5. MCV (fl)
6. MCH (pg)
7. MCHC(g/dl)

33
Catatan : Leukosit dihitung pada 4 kotak besar A, B, C, dan D sedangkan eritrosit
dihitung pada 5 kotak kecil (yang ditunjuk) yang terdiri atas 4 kotak di masing-masing
sudut dan 1 kotak di tengah.

F. Pertanyaan
1. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan adakah perbedaan jumlah sel darah pada
jenis kelamin yang berbeda?
2. Jelaskan manfaat penghitungan sel darah dalam dunia kesehatan?
3. Apakah ada korelasi jumlah sel darak merah dan sel darah putih pada seseorang?

34
35
DAFTAR PUSTAKA

Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen


Pendidikan Dan Kebudayaan.
Nurcahyo, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. UNY: Yogyakarta.
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas
Airlangga: Surabaya.
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas
Jendral Soedirman: Purwokerto.
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas
Andalas : Padang.

36

Anda mungkin juga menyukai