Anda di halaman 1dari 65

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Dalam praktikum Fisiologi Hewan, saudara bekerja dengan bahan-bahan dan peralatan yang
sensitif terhadap lingkungan oleh karena itu hendaknya berhati-hati karena seluruh bahan maupun
alat-alat ini sangat peka terhadap lingkungan. Praktikum ini merupakan bagian dari matakuliah
Fisiologi Hewan yang harus diikuti oleh mahasiswa yang mengambil matakuliah Fisiologi Hewan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengikuti praktikum Fisiologi Hewan:
1. Letakkan tas dan benda lain milik saudara yang tidak diperlukan pada tempat yang telah
disediakan. Jangan sekali-kali meletakkan barang-barang lain diatas meja praktikum.
2. Dilarang melakukan aktivitas makan dan minum didalam laboratorium.
3. Gunakanlah baju / jas laboratorium sebelum masuk laboratorium dan selama praktikum masih
berlangsung.
4. Sebelum mulai bekerja dipelajari betul apa yang akan dilakukan. Buatlah skema kerja yang
baik sehingga saudara dapat bekerja dengan tepat, cepat dan teliti.
5. Setelah praktikum selesai, bersihkan semua alat-alat yang telah digunakan menurut ketentuan
laboratorium. Meja dibersihkan dengan menggunakan lab atau tisu setelah selesai
mengerjakan praktikum.
6. Mahasiswa yang tidak dapat datang mengikuti acara praktikum pada hari yang telah
ditetapkan, harus mencari waktu lain untuk praktikum dengan topik yang sama dan
menyediakan sendiri bahan dan alat yang dibutuhkan (kecuali kondisi pandemi)
7. Setiap kelompok bertanggungjawab atas alat-alat yang dipinjam. Kerusakan atau hal-hal yang
menyebabkan tidak berfungsinya alat-alat yang dipinjam selama praktikum berjalan menjadi
tanggung-jawab anggota kelompok.
8. Pengumpulan laporan ± 1 minggu setelah praktikum berjalan (kecuali kondisi pandemi)
9. Pada akhir praktikum akan diselenggarakan ujian praktikum (kecuali kondisi pandemi)
10. Gunakan standard kesehatan protocol covid 19, rajin cuci tangan, bawa handsanitizer, masker
bedah, kacamata/face shield, sarung tangan dll.
11. Nilai Akhir Praktikum meliputi :
- Keseriusan dan Aktivitas selama praktikum
- Laporan Praktikum dan Ujian Praktium

i
FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM
A. Dasar Teori
Dasar teori menjelaskan tentang latar belakang atau dasar teori suatu topik praktikum dengan
mengacu pada pustaka yang relevan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum harus dituliskan secara singkat dan jelas sesuai dengan yang terlampir pada
buku petunjuk praktikum.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan selama praktikum disebutkan dengan jelas dan lengkap, sesuai
dengan yang terlampir pada buku petunjuk praktikum.
D. Cara Kerja
Cara kerja berisikan penjelasan langkah-langkah kegiatan praktikum, kalimat yang digunakan
umumnya berbentuk kalimat aktif sesuai dengan buku petunjuk praktikum.
E. Data Praktikum
Data praktikum merupakan data asli hasil praktikum yang praktikan lakukan, data disalin kembali
dengan baik, dalam bentuk tabel atau gambar dll. Untuk data asli hasil praktikum yang
mendapatkan acc dari asisten dosen harus dilampirkan dibelakang laporan praktikum.
F. Analisis Data dan Pembahasan
Analisis data dan Pembahasan berisi tentang uraian hasil data praktikum yang diperoleh dengan
memberikan desikripsi penjelasan secara lengkap yang mengacu pada pustaka yang relevan serta
uraian singkat, padat dan jelas mengacu pada permasalahan yang diteliti.
G. Bahan Diskusi
Berisi jawaban hasil diskusi kelompok dari pertanyaan yang terlampir pada buku petunjuk
praktikum.
H. Kesimpulan
Kesimpulan berisi pernyataan yang menjawab dari tujuan dengan mengacu pada data yang
diperoleh / ringkasan dari hasil praktikum yang diperoleh. Saran yang dirasa perlu diberikan dapat
mengacu pada perbaikan metode (alat) dan pemanfaatan hasil.
I. Daftar Pustaka
NB: Kutipan didalam laporan praktikum mengikuti aturan footnote (UIN SATU Tulungagung),
Diketik, file dikirim dalam bentuk pdf dan word, spasi 1.5, TNR 12, rata kanan kiri 3222

ii
TOPIK I
FISIOLOGI SEL

A. DASAR TEORI
Molekul polar adalah molekul yang atom-atomnya berbagi elektron, dimana masing-masing
atom tidak sama kekuatannya dalam menarik pasangan elektron sehingga terbentuk muatan negatif
dan positif. Sedangkan molekul nonpolar adalah molekul dimana atom-atomnya berbagi elektron
secara berimbang sehingga tidak terbentuk perbedaan muatan. Molekul polar akan larut pada
pelarut polar dan molekul nonpolar larut pada pelarut nonpolar.

B. TUJUAN :
Mempelajari kelarutan Molekul/senyawa polar dan non polar

C. ALAT DAN BAHAN


- Tabung reaksi, Spatula, Pipet tetes
- Minyak goring, NaCl Kristal, AgNO3

D. CARA KERJA
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi: air dan minyak goreng dengan perbandingan 1:1
2. Ke dalam tabung tersebut dimasukkan kristal NaCl seujung spatula, kemudian tabung ditutup,
lalu dikocok sampai kristal NaCl larut (menghilang)
3. Diamkan sampai fase air dan minyak goreng terpisah
4. Minyak dikeluarkan dengan pipet, lalu dimasukkan ke tabung reaksi lain
5. Tambahkan perak nitrat (AgNO3) pada tabung yang berisi fase air dan fase minyak kemudian,
perhatikan perubahaan yang terjadi

E. BAHAN DISKUSI
1. Apa sifat dari NaCl?
2. Apa sifat dari air?
3. Apa sifat dari minyak
4. Apa fungsi AgNO3

1
(TOPIK II)
EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

A. DASAR TEORI
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi ketika dirangsang.
Rangsangan pada otot dapat berupa rangsangan mekanik seperti pijatan, rangsangan karena suhu
panas atau dingin, dan rangsangan kimia seperti asam dan basa. Otot memendek jika sedang
berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan
kegiatan, sedangkan relaksasi terjadi jika otot sedang beristirahat. Ada 3 sifat jaringan otot yaitu
ekstensibilitas, elastisitas, dan iritabilitas. Sifat-sifat tersebut umumnya terdapat pada seluruh otot
yaitu otot jantung, otot halus, dan otot skeletal pada manusia, juga dimiliki oleh otot-otot mamalia,
reptil, amphibi, burung, dan serangga.
Otot memiliki tiga karakteristik dalam berkontraksi, yaitu sebagai berikut :
• Ektensibilitas, kemampuan otot untuk memanjang dari ukuran semula.
• Elastisitas, kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
• Irritabilitas adalah kemampuan untuk merespon suatu stimulus.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu :
• Filamen aktin
• Filamen miosin
Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut-serabut
otot menyusun otot. Serabut otot isebut juga dengan sel-sel otot. Dalam pembahasan kali ini kita
akan membahas tentang ekstensibilitas dan elastisitas otot.
Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini, ekstensibilitas adalah kemampuan terulur atau
meningkatnya pemanjangan otot, dan elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang
normal setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi pemanjangan
istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran dan memberikan transmisi
ketegangan yang halus dari otot ke tulang.
Sifat elastis otot digambarkan sebagai 2 komponen utama. Komponen elastis paralel (PEC)
ditunjukkan oleh membran otot, yang memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur
(stretch). Komponen elastis seri (SEC) terdapat pada tendon, bekerja sebagai pegas yang lentur
untuk menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur (distretch). Komponen-komponen
elastisitas otot ini dinamakan demikian karena membran otot dan tendon masing-masing paralel
dengan serabut otot dan seri atau segaris dengan serabut otot, dimana memberikan komponen
kontraktil. Elastisitas otot skeletal manusia secara utama terdapat pada SEC (tendon).
2
Baik SEC dan PEC memiliki sifat merekat yang memungkinkan otot terulur dan kembali ke
dalam bentuk semula. Ketika penguluran statik pada group otot seperti hamstring dipertahankan
selama jangka waktu tertentu, maka secara progresif otot akan memanjang, dan meningkatkan
ROM sendi. Demikian pula, setelah group otot tertentu diulur (distretch), maka tidak akan kembali
dengan segera ke posisi pemanjangan istirahat (resting length), tetapi secara bertahap akan
memendek selama jangka waktu tertentu. Respon viskoelastik ini pada otot tidak bergantung pada
jenis kelamin (independent).
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah
kesadaran (volunteer). Pada otot lurik, miofibrilnya mempunyai jalur-jalur melintang yang gelap
(anisotrop) dan terang (isotrop), tersusun berselang-seling, sel-selnya berbentuk silindris dan
mempunyai banyak inti. Sel-sel serabut bersatu membentuk berkas yang disebut dengan fasikel.
Otot lurik dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali-kali. Otot
lurik ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia propia.
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot viseral. Otot polos tidak melekat pada
penyusun rangka tubuh. Otot polos tersusun atas sel-sel yang berbentuk kumparan halus. Masing-
masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kntraksi otot polos tidak menurut kehendak
(involunteer), tetapi dikontrol oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh,
misalnya pada dinding saluran pencernaan, saluran pernapasan, pembuluh darah, saluran kencing,
dan saluran reproduksi

B. TUJUAN
 Untuk mengetahui sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik dan otot polos pada katak
 Untuk memahami konsep mengenai sifat khas otot; ekstensibilitas dan elastisitas otot melalui
percobaan

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Papan seksi
 Gelas arloji
 Tiang penggantung
 Benang besar
 Plastik
 Paku penusuk
 Satu set alat bedah
 Penggaris

3
2. Bahan
 Katak
 Anak timbangan @ 10 gram
 Larutan ringer

D. CARA KERJA PERTAMA (Untuk Katak, Kelompok 1 dan 2)


1. Membuat parasut

2. Membuat Sediaan Otot Lurik

Melakukan single pit pada katak

Memisahkan kulit dari abdomen, sehingga nampak otot rektus


abdominis

Membuat 2 potongan longitudinal dengan lebar sesuai dengan lebar


usus

Merendam potongan otot dalam larutan ringer selama 2-3 menit

4
3. Membuat Sediaan Otot Polos

Mengeluarkan usus dari rongga abdomen

Mengeluarkan kotoran pada usus

Membuat 2 potongan usus sesuai dengan panjang otot


rektus abdominis

Memasukkan potongan usus dalam larutan ringer dan


mengistirahatkan selama 2-3 menit

NB: Amati anatomi katak dan bagian-bagianya

4. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Lurik

Mengikat kedua ujung otot rektus abdominis dengan benang

Mengikatkan benang pada penggantung, benang yang lain pada tempat beban

Mengukur panjang otot antara dua ikatan, kemudian menambahkan beban 10


gram sampai pada 50 gram. mengukur panjang setiap penambahan beban

Mengurangi beban 10 gram sampai akhirnya tanpa beban. Mengukur panjang


otot setiap kali diberi perlakuan

catatan : otot harus selalu diberi larutan ringer

5
5. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Polos

Mengukur ekstensibilitas dan elastisitas otot polos sama seperti


pada otot lurik

E. BAHAN UNTUK ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Mencari Ekstensibilitas Otot
a. Hitung pertambahan panjang otot setiap kali penambhan beban 10 gram pada otot, kemudian
jumlahkan.
b. Ekstensibilitas dapat dicari dengan rumus;
𝐏𝟓𝟎−𝐩𝟎𝟏
c. Ekstensibilitas = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐏𝟎𝟏

Keterangan:
P01 : Panjang otot sebelum diberi beban
P50 : Panjang berturut-turut setelah ditambahkan beban

d. Bandingkan besar pertambahan otot polos dan otot lurik setiap pertambahan beban 10 gram
dan buat kesimpulannya.
2. Mencari Elastisitas Otot
a. Elastisitas dapat dicari dengan rumus:
𝐏𝟓𝟎 − 𝐩𝟎𝟐
Elastisitas = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐏𝟓𝟎−𝐏𝟎𝟏

b. Bandingkan elastisitas antara otot usus (mewakili otot polos) dengan otot rektus abdominis
(mewakili otot lurik). Mana yang lebih besar, diskusikan!

CARA KERJA KEDUA (Untuk Tikus Putih, Kelompok 3, 4 dan 5)


A. Alat
 Papan bedah dan alat bedah
 Jarum / pins
 Gelas arloji
 Tiang penggantung
 Benang
 Beban sebanyak 5 buah @10 gram
 Penggaris
 Stop watch

6
B. Bahan
 Larutan Ringer : NaCl 9,00 gram
KCI 0,42 gram
CaC12H20 0,24 gram
NaHCO3 0,20 gram
Ad Aquades sampai 1 liter
 Tikus putih (Rattus norvegicus)
 Chloroform dan kapas / bila dibutuhkan

C. Cara Kerja
Adapun metode praktikum elastisitas dan eksistensibilitas otot dengan menggunakan tikus
putih (Rattus norvegicus) yaitu:
1. Tikus di bedah dengan menggunakan alat bedah yang tersedia.
2. Lalu mengamati anatomi tikus dan bagian-bagianya

D. Prosedur Pembedahan
1. Melakukan dislokasi servikalis pada tikus putih
2. Tikus putih ditelentangkan di papan bedah
3. Tangan dan kaki tikus ditusuk jarum sonde / pins agar tidak bergeser saat proses pembedahan
berlangsung.
4. Memulai membedah dari perut sampai ke atas menggunakan gunting tajam tumpul dengan
posisi mata tumpul kedalam.
5. Membuka kulit secara perlahan.
6. Mengidentifikasi organ-organ
7. Mengambil organ yang diperlukan
8. Setelah selesai, mencit dibuang di kantong plastik dan membersihkan alat bedah.

E. Membuat Sediaan Otot Lurik


1. Tikus di bius menggunakan Cloroform sebagai cara terakhir/alternatif, yang utama tikus
didislokasi pada bagian leher dengan batang besi.
2. Melakukan dislokasi servikalis
3. Tikus di bedah dan memisahkan dengan hati-hati kulit dan abdomen, sehingga tampak otot
rektus abdominis. Lalu tetesi dengan larutan ringer.
4. Membuat potongan longitudinal pada otot rektus abdominis dengan panjang 3 cm dan lebar
sama dengan lebar usus (buat 2-3 potongan)

7
5. Merendam potongan otot tersebut dalam larutan Ringer pada gelas arloji dan diistirahatkan
selama 2-3 menit.

F. Membuat sediaan otot polos


1. Dari tikus yang sama, keluarkan usus dari dalam rongga abdomen
2. Membersihkan usus tikus dengan mengeluarkan kotorannya, setelah itu membuat
potongan-potongan usus sepanjang 3 cm (2-3 potongan)
3. Merendam potongan otot tersebut dalam larutan Ringer pada gelas arloji dan istirahatkan
selama 2-3 menit

G. Mengukur Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot Lurik


1. Mengikat kedua ujung potongan otot rektus abdominis dengan seutas tali, usahakan ikatan
tidak terlalu kuat ataupun terlalu longgar
2. Mengikat benang yang satunya pada penggantung, sedang benang yang lain pada tempat
beban.
3. Mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri kode p01), kemudian
berturut-turut tambahkan 10gram beban sampai 50gram (beri kode p50). Ukur panjang otot
pada setiap kali penambahan beban 10gram dan catat hasilnya pada tabel.
4. Setelah kegiatan ke-3, kemudian berturut-turut kurangi beban 10gram, sampai akhir tanpa
beban (beri kode p02). Ukur panjang otot pada setiap pengurangan beban 10gram dan catat
hasilnya pada tabel.
5. Ingat bahwa otot harus selalu dibasahi dengan Ringer.

H. Mengukur Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot Polos


a. Dengan cara yang sama seperti mengukur ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik, lakukan
pada usus tikus.
b. Mencatat hasilnya pada tabel.

8
TOPIK III
IRRITABILITAS OTOT DAN SARAF

A. DASAR TEORI
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat irritabilitas, artinya sel dapat menanggapi
(merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol
pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan
rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya
berupa konstraksi otot, sedangkan respom yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa
proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel
saraf hanya dapat diamati pada efektornya.
Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Lintasan
tersebut adalah sebagai berikut: reseptor-saraf sensorik-saraf pusat-(otak dan sumsum tulang
belakang)-saraf motorik-efektor. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan
merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan
dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata
seperti kontraksi otot.
Praktikum ini sebaiknya dilakukan dengan beberapa syarat, antara lain:
- Serabut saraf dan otot harus dalam keadaan segar, oleh karena itu harus selalu dibasahi dengan
larutan ringer.
- Setiap selesai diberi rangsangan, saraf dan otot harus diistirahatkan secukupnya.
- Pengamatan terjadinya respon pada otot harus dilakukan dengan sabar, sebab ada periode laten
sebelum otot merespon.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui sifat irritabilitas otot dan saraf sebelum saraf diputus dari medula spinalis
dan sesudah diputus dari medula spinalis.

C. ALAT DAN BAHAN


Papan, alat seksi, batang gelas, gelas arloji, gelas piala 50 cc, pipet, baterai, lampu spiritus,
kapas, NaCl kristal, larutan ringer untuk katak.

D. CARA KERJA
1. Pembuatan Sediaan Otot-Saraf
Pembuatan sediaan otot saraf harus dikerjakan secara cepat dan tepat, supaya dapat diperoleh
sediaan yang segar, sehingga perlakuan-perlakuan yang dikenakan kepadanya dapat berhasil
dengan baik. Harus diperhatikan bahwa selama pembuatan sediaan dan selama perlakuan,
9
sediaan harus selalu dibasahi dengan larutan ringer dan usahakan jangan sampai sediaan
tersebut terlalu banyak terpegang tangan atau pinset.
Langkah-langkah pembuatan sediaan otot dan saraf adalah sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan pemedahan, terlebih dahulu katak di single pith.
b. Dengan hati-hati gunting kulit pada perut katak kira-kira 3 cm di atas paha dengan arah
transversal melingkari tubuh, kemudian tariklah kulit ke arah bawah (seperti melepas celana)
sampai kulit terlepas dari betis katak.
c. Buka perut, dan buang viscera sehingga tampak saraf iskhiadikus berwarna putih di sebalah
kanan dan kiri tulang belakang.
d. Dengan cepat dan hati-hati pisahkan saraf iskhiadikus dari otot yang mengelilinginya. Saraf
dan otot harus selalu dibasahi dengan larutan ringer.
e. Lepaskan otot gastroknemius dari tulang dengan jalan memotong tendonnya, kemudian
potong ruas tulang belakang di atas tempat keluarnya saraf iskhiadikus.
f. Setelah bagian-bagian yang tidak diperlukan dibuang, maka akan diperoleh sedia otot-saraf
yang terdiri dari sebagian ruas tulang belakang, sepasang saraf iskhiadikus dan sepasang otot
gastroknemius dengan sisa tendonnya. Masukkan sediaan tersebut ke cawan petri yang berisi
larutan ringer, kemudian istirahatkan 2-3 menit.
2. Perlakuan terhadap Otot-Saraf
Dalam percobaan ini otot-saraf secara bergantian dirangsang dengan berbagai rangsanagan.
Setiap kali selesai dengan satu rangsangan, sediaan harus diistirahatkan dulu dalam larutan
ringer.
a. Perlakuan sebelum saraf diputur dari medula spinalis
1) Rangsangan mekanis
a) Cubitlah pelan-pelan saraf sebelah kanan dengan pinset. Amati respon pada otot
gastroknemius sebelah kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulanhi hal yang sama pada
sraf sebelah kiri.
b) Cubitlah pelan-pelan otot gastroknemius sebelah kanan dengan pinset. Amati respon
otot gastroknemius kanan maupun kiri. Ulangi hal yang sama untuk otot
gastroknemius seelah kiri.
2) Rangsangan termis
a) Sentuhlah saraf kanan dengan batang gelas hangat. Amati respon yang terjadi pada
otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan untuk saraf
sebelah kiri.
b) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
3) Rangsangan kimia
10
a) Teteskan 1-2 HCl 1% pada saraf sebelah kanan. Amati respon yang terjadi pada ott
gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan yang sama untuk
saraf sebelah kiri. Segera cuci bagian yang terkena HCl dengan larutan ringer dan
segera dihisap dengan kertas hisap.
b) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
4) Rangsangan osmotis
a) Bubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf sebelah kanan. Amati agak lama respon pada
otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi perlakuan yang sama
untuk saraf sebelah kiri.
b) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya.
5) Rangsangan listrik
a) Sentuhlah saraf sebelah kanan dengan kabel yang sudah dihubungkan dengan baterai.
Amati respon pada otot gastroknemius kanan maupun kiri, catat hasilnya. Ulangi
perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri.
b) Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius. Catat hasilnya. Ingat, setiap selesai
satu perlakuan otot dan saraf harus diistirahatkan 1-2 menit.
b. Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis
1) Putus salah satu saraf dari medula spinalis.
2) Kerjakan perlakuan seperti pada saraf sebelum diputus dari medula spinalis (perlakuan 1-
5) pada sediaan yang telah diputus dari medula spinalis.

E. BAHAN UNTUK ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Data dianalisis secara deskriptif, untuk menjelaskan irritabilitas otot dan saraf:
1. Adakah perbedaan respon pada otot, apabila rangsangan diberikan pada otot dan diberikan pada
saraf.
2. Adakah perbedaan respon pada otot sebelum dan sesudah saraf diputuskan dari medula spinalis.
3. Apakah yang dapat Anda simpulkan bila otot/saraf sebelah kanan dirangsang, ternyata otot
sebelah kiri juga merespon (sebaliknya).
4. Apakah ada perbedaan kecepatan otot merespon terhadap rangsangan yang berbeda-beda, bila
ada rangsangan apa yang direspon paling cepat dan rangsangan apa yang paling lambat.
Jelaskan mengapa demikian.

11
TOPIK IV
SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS

A. DASAR TEORI
Suatu refleks adalah suatu respon automatis yang sederhana terhadap suatu rangsangan yang
hanya melibatkan beberapa neuron, yang semuanya dihubungkan dengan tingkat umum yang sama
dalam sistem saraf pusat. Refleks yang ada pada waktu lahir dan lazim bagi manusia disebut
refleks turunan. Refleks lain yang diperoleh karena pengalaman disebut refleks bersyarat.
Kebutuhan anatomis minimum untuk perilaku refleks adalah neuron sensori dengan reseptor untuk
menerima rangsangan, yang dihubungkan oleh sinapsis ke neuron motor yang dilekatkan pada
suatu otot atau efektor lain, seperti refleks regang ekstensor (Villee, 1999: 244-245).
Gerak refleks mempunyai ciri yakni respon yang cepat dan tidak disadari terhadap
perubahan lingkungan interna. Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik
dan neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak,maka refleksnya disebut refleks
otak/refleks kranial. Jika terletak di sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks
tulang belakang/refleks spinal. Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena
rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang tidak disengaja
merupakan gerak sumsum tulang belakang (Idel, antoni.2000:210-215).
Refleks terjadi lewat suatu lintasan pendek tertentu yang disebut dengan lengkung refleks
.Gerak refleks terdiri dari 5 komponen. Jika satu saja dari 5 komponen ini tak terpenuhi, maka
dapat menyebabkan hilangnya refleks tertentu. Komponen tersebut antara lain reseptor , neuron
sensorik/ neuron afferen, sinapsis pada CNS, neuron motorik/ neuron efferen, dan efektor.
Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, dan melibatkan lebih dari satu neuron
pengubung (interneuron). Refleks spinal/ refleks tulang belakang dapat terjadi tanpa keterlibatan
otak, namun seringkali memberikan pertimbangan dalam spinal (Susilowati dkk,2000).
Reseptor (mentransduksikan energi lingkungan dan mengubahnya menjadi aksi potensial
pada saraf sensori). Saraf sensorik /saraf aferen( saraf ini membawa aksi potensial dari reseptor ke
CNS). Pada CNS (otak maupun sumsun tulang belakang) untuk gerak refleks biasanya lebih dari
satu sinapsis. Kemudian potensial aksi dari CNS ke organ efektor akan dibawa oleh saraf motorik/
saraf efferen. Terakhir pada oragn target (efektor) respon terjadi atas suatu stimulus (Cunningham,
2002).

B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui :
1. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak.

12
2. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medulla spinalis.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Papan
 Alat seksi
 Aquarium
 Lampu spiritus
 Thermometer
 Gelas piala 600 cc
 Alat penghitung
 Kapas
Bahan :
 Air hangat
 Katak

D. CARA KERJA
1. Katak Normal
Meletakkan katak dengan posisi normal pada papan, mengamati posisi
kepala, mata dan anggota geraknya. Menyentuh kornea matanya dengan
kapas, mengamati apa yang terjadi.

Menghitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung


gerakan kulit pada rahang.

Amati keseimbangan dengan cara:


 Meletakkan katak dalam posisi terlentang pada papan. Memutar
papan secara horizontal, mengamati posisi dan gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya.
 Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak
sedikit terangkat. Mengamati apa yang terjadi.

Memasukkan katak ke dalam aquarium berisi air,


mengamati cara berenangnya.

Mengeluarkan katak dari aquarium,


13
Meletakkan pada papan pada posisi normal.
Mencubit jari kaki dengan pinset, mengamati apa yang terjadi.

Memasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
kemudian panaskan. Mengamati pada suhu berapa katak bereaksi.

Memasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas ± 800 C.


Mengamati apa yang terjadi.
2. Katak Spinal (Katak Yang Sudah Mengalami Pengrusakan Otak)

Merusak otak katak dengan single pithing, mengistirahatkan katak selama


5-6 menit untuk menghilangkan neural shock

Memberikan perlakuan seperti katak normal.


Mengamati refleks yang terjadi.

3. Katak Yang Sudah Mengalami Pengrusakan Otak Dan Medula Spinalis

Merusak medula spinalis dengan double phithing,


mengistirahatkan selama 5-6 menit.

Memberikan perlakuan seperti katak normal.


Mengamati refleks yang terjadi.

E. BAHAN UNTUK ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


1. Refleks manakah yang terjadi pada katak normal tapi tidak terjadi pada katak spinal? Jelaskan!
2. Refleks manakah yang terjadi pada katak spinal tetapi tidak terjadi pada katak yang sudah di
double pith.
3. Refleks manakah yang tergolong refleks somatik, otonom, spinal dan kranial.

14
TOPIK V
KONTRAKSI OTOT JANTUNG

A. DASAR TEORI
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan
kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan
ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Fungsi utama jantung adalah
menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida) (Sanjoyo, 2005).
Jantung berongga ditemukan pada vertebrata. Jantung ini merupakan organ berotot yang
mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk
menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Apabila cairan tubuh
berhenti bersirkulasi maka hewan mati (Isnaeni, 2006).
Otot jantung vertebrata hanya ditemukan pada satu tempat yakni jantung. Struktur otot
jantung sama seperti otot rangka, yaitu lurik hanya saja perbedaannya terletak pada cara kerjanya
yang involunter. Sel-sel otot jantung mempunyai daerah khusus yang disebut cakram berinterkalar
(intercalateddisc), dimana persambungan longgar memberikan pengkopelan listrik langsung di
antara sel-sel otot jantung. Dengan demikian, suatu potensial aksi yang dibangkitkan pada satu
bagian jantung akan menyebar ke seluruh sel otot jantung. Dan jantung akan berkontraksi. Sel-sel
otot jantung tidak akan berkontraksi kecuali dipicu oleh inpu neuron motoris yang mengontrolnya.
Akan tetapi, sel-sel otot jantung dapat membangkitkan potensial aksinya sendiri, tanpa suatu input
apapun dari sistem saraf. Membran plasma otot jantung mempunyai ciri pacu jantung yang
menyebabkan depolarisasi berirama, yang memicu potensial aksi dan menyebabkan sel otot
jantung tunggal untuk berdenyut bahkan ketika diisolasi dari jantung dan ditempatkan dalam
biakan sel. Potensial aksi sel otot jantung berbeda dari potensial aksi sel otot rangka, yang bertahan
sampai dua puluh kali lebih lama. Potensial aksi sel otot rangka hanya berfungsi sebagai pemicu
kontraksi dan tidak menguntrol durasi kontraksi tersebut. Pada sel jantung durasi potensial aksi
memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi (Campbell, 2004). Sifat sistem
penghantar khusus pada jantung: (1) Otomasi, merupakan kemampuan menghasilkan impuls
secara spontan (2) Ritmis, merupakan keteraturan membangkitkan impuls (3) Daya penerus,
merupakan kemampuan menghantarkan impuls dan (4) Peka rangsang, merupakan kemampuan
berespons terhadap rangsang (Kuntarti, 2006).
Jantung katak terdiri dari 3 ruangan, yaitu 2 atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus pada
katak berfungsi untuk menampung darah dari pembuluh besar yang akan masuk ke atrium kanan.
Adapun arah aliran darah pada katak adalah sebagai berikut. Darah yang kaya O2 dari paru-paru
15
dan kulit masuk ke atrium kiri. Darah yang miskin O2 masuk ke atrium kanan dengan perantaraan
sinus venosus. Dari atrium darah masuk ke ventrikel sehingga terjadi percampuran darah yang
kaya O2 dan darah yang miskin O2 . Dari ventrikel darah yang kaya O2 dipompa ke jaringan tubuh
dan pada saat darah yang miskin O2 dialirkan ke paru-paru ke kulit untuk memperoleh O2.
Peredaran darah katak termasuk peredaran darah ganda (dalam satu kali peredarannya, darah
melewati jantung 2 kali) (Timang, 2010).
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Melihat sifat otomastis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung
2. Memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung
3. Mengamati pengaruh beberapa faktor ekstrinsik terhadap aktivitas jantung

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Papan seksi
 Alat seksi
 Gelas arloji
 Pipet tetes
 Benang
 Kait logam
 Gelas beaker
 Hand counter
 Termometer
 Lampu spirtus
 Kasa dan kaki tiga
 Batang gelas
b. Bahan
 Katak
 Larutan ringer
 Asetilkolin 2%
 Adrenalin 1%
 KCl 0,9%
 CaCl₂ 1%
 NaCl 0,7%

16
D. CARA KERJA
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung

Mematikan katak dengan single pith

Membuka rongga dada, perikardium serta


menghitung denyut jantung per menit

Memisahkan jantung dari tubuh dan menghitung


denyut jantung per menit

Memisahkan sinus venosus dari jantung dan


mengamati denut per menit

Memisahkan atrium dan ventrikel, mengamati


denyutnya per menit

2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktifitas Jantung

mematikan katak dengan single pith

membuka rongga dada, perikardium dan


menghitung denyut jantung per menit

menetesi jantung dengan larutan ringer 5°C dan


menghitung denyutnya per menit

menetesi jantung dengan larutan ringer 40°C dan


menghitung denyut jantungnya

menetesi jantung dengan asetilkolin dan


menghitung denyut jantung per menit

menetesi jantung dengan adrenalin dan menghitung


denyut jantung per menit

17
 Setelah melakukan setiap perlakuan membuang larutan ringer dan larutan kimia dengan
pipet dan mengganti dengan larutan ringer normal hingga denyut jantung mendekati normal
3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung

mematikan katak dengan melakukan


single pith

membuka kait logam yang diikat


dengan benang

memisahkan jantung dari tubuh dan


meletakkan pada gelas arloji yang
berisi larutan ringer dan mengamati
denyut jantung per menit

dengan cara yang sama memberi


perlakuan jantung dengan CaCl₂ 1%,
NaCl 0,7% dan KCl 0,9%

E. BAHAN UNTUK ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Bagian mana dari jantung yang menunjukkan sifat otomatis tertinggi? Mengapa?
2. Adakah perbedaan antara kontraksi atrium dan ventrikel? Jelaskan?
3. Bagaimana pengaruh perubahan suhu pada denyut jantung?
4. Jelaskan pengaruh bahan kimia pada denyut jantung!
5. Jelaskan bagaimana pengaruh ion-ion penyusun larutan ringer (Na+, K+ dan Ca2+) apabila
diberikan secara terpisah terhadap denyut jantung!

18
TOPIK VI
PENCERNAAN MAKANAN PADA Paramecium sp.

A. DASAR TEORI
Paramecium, merupakan salah satu spesie dari Kelas Ciliata, Filum Protoza. Hewan ini
seluruh permukaan tubuhnya bersilia yang berfungsi sebagai alat gerak. Paramecium biasanya
hidup di air tawar dan mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk. Hewan ini mudah
dibiakan di dalam laboratorium dengan mendidihkan air dicampuri jerami (Prassad, 1980).
Pada pengamatan secara mikroskopis mudah teramati inti yang terdiri dari makronukleus
dan mikronukleus, vakuola kontraktil, vakuola makanan, dan “rongga mulut”. Vakuola makanan
merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan
mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke
dalam sel melalui “rongga mulut” (oral grove), lalu masuk ke dalam sitostoma (mulut). Pada saat
sampai di mulut makanan didorong dimasukkan di dalam sitofaring (Prassad, 1980). Ketika
makanan mencapai bagian dasar sitofaring dibentuk vakuola makanan. Gerakan makanan dimulai
dari mulut sampai ke sitofaring dibantu oleh gerakan silia dan doromngan air yang masuk.
Pembentukan vakuola makanan dapat terjadi setiap 5 menit (Koptal, et al., 1980).
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola mkanan tersebut
bergerak di dalam sitoplas (gerak siklosis). Gerak siklosis dimulai dari mulut ke arah posterior,
kemudian ke arah anterior dan aboral, selanjutnya kembali ke posterior. Pengeluaran sisa
pencernaan melalui “sitopage” (anus). Sitopage terletak di posterior mulut.
Proses pencernaan terjadi pada saat siklosis. Enzim yang terlibat adalah protease,
karbohidrase, dan esterase yang di sekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Pada
awalnya vakola makanan bersifat basa, kemudian berubah menjadi asam, dan akhirnya menjadi
basa lagi. Hasil pencernaan ini akan berdifusi ke dalam sitoplasma (Koptal, et al., 1980). Rongga
makanan yang bergerak secara siklois secraa bertahap akan mengecil ukurannya karena proses
digesti dan absorbsi. Akhirnya sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui sitopage
(Koptal, et al., 1980).

19
Gambar 1. Paramecium sp.

Gambar 2. Paramecium sp.


B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk mnegamati perubahan warna yang terjadi pada rongga
makanan karena adanya perbahan pH dengan menggunakan indikator zat warna “Congo Red”.

C. ALAT DAN BAHAN


Mikroskop cahaya, 1 set CCTV, kaca benda, kaca penutup, pipet tetes, kapas, lampu spirtus,
beaker glass, 50 cc, biakan Paramecium umur 2 mingu, yeast atau ragi, aquades, “Congo Red”.

20
D. CARA KERJA
1. Pembuatan biakan Paramecium ( dibuat 2 minggu sebelumnya)
Sediakan jerami, potong-potonglah sepanjang ± cm sebanyak 200 gr. Campurlah jerami dengan
air sumur sebanyak 200 cc. Selanjutnya didihkan campuran tersebut selama ± 15 menit. Setalah
didihkan dinginkan di udara terbuka, seanjutnya tambahkan 2 sendok air dari sawah dan
tutuplah sediaan tersebut dengan kain kasa. Biarkan selama 2 minggu ditempat yang teduh
(terhindar dari snar matahari).
2. Pembuatan sediaan makana Paramecium
Campurkanlah ± 1mg yeast dengan 20 ml aquades, aduklah dengan batang kaca sampai menjadi
campuran yang mirip ‘santan encer’. Panaskan campurauran tersebut dan dalam keadaan akan
mendidih “Congo Red” sebanyak 1 biji beras dan aduklah. Tunggu sampai sediaan agak dingin
bila akan digunakan.
3. Pengamatan Proses Pencernaan Makanan pada Paramecium
Siapkan kaca benda yang bersih kemudian letakkan beberapa helai kapas (±10 helai) pada
permukaan kaca benda. Teteskan 2 tetes biakan Paramecium dan tutuplah dengan kaca penutup.
Letakkan kaca benda di bawah mikroskop, amatilah. Carilah vakuola makanan, perhatikan
warna dan gerakan vakuola makanan. Dengan menggunakan tangan kanan teteskan sediaan
makanan (yeast yang telah bercampur dengan “Congo Red”) satu tetes. Selanjutnya dengan
kertas hisap hisaplah kelebihan air di sebelah kiri kaca penutup. Amtai perubahan warna pada
vakuola makanan selama siklosis sesudah ditetesi dengan sediaan makanan. Catatlah waktu
yang diperlukan terjadinya perubahan warna tersebut.

E. BAHAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Secara deskriptif uraikan beberapa waktu yang diperlukan untuk terjadinya setiap perubahan
warna pada vakuola makanan tersebut. Mengapa terjadi perubahan warna pada vakuola makanan?

21
TOPIK VII
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK
TERHADAP O2 LINGKUNGAN

A. DASAR TEORI
Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi ysng sangat dibutuhkn untuk proses-
proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksi enzimatis yang sebagian besar
memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Respirasi meliputi dua proses penting yaitu
1) pertukaran oksigen dan karbondioksida antara organisme dan lingkungan luar (respirasi
eksternal) dan 2) penggunaan oksigen di dalam sel untuk metabolisme molekul organik (respirasi
interna). Pada organisme bersel satu pertukaran gas dapat secara langsung lewat permukaan sel,
sedangkan pada organisme tingkat tinggi harus melewati suatu organ khusus antara paru-paru dan
insang.
Respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh komposisi gas dalam lingkungan luar organisme
yang bersangkutan. Di udara (pada permukaan air laut) kandungan oksigen maksimum adalah
20,95% atau 159 mmHg. Di dalam air kandungan oksigen sangat dipengaruhi kelaruta oksigen di
dalam air. Secara umum kelarutan oksigen di dalam larutan/air dipengaruhi oleh tekanan partial
oksigen di atas permukaan air (pO2), suhu air dan kandungan garam di dalam air.
Jika kandungan oksigen (pO2) lingkungan berkurang, beberapa golongan hewan melakukan
konformitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi konsumsi oksigen sehingga konsumsi
oksigennya konstan. Jadi pada gilongan regulator penurunan (pO2) (sampai batas tertentu) tidak
menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen. Hal ini dimungkinkan karena terjadi
penyeimbangan dua faktor yaitu 1) ekstraksi oksigen dan 2) ventilasi.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh penurunan dan kenaikan suhu terhadap jumah O2 di
lingkungan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan penurunan dan peningkatan jumlah gerak operkulum terhadap
O2 lingkungan.

C. ALAT DAN BAHAN


Akuarium, termometer, ember plastik, gayung plastik, timbangan, panci, kompor gas,
termos, spidol besar, alat penghitung, es, air panas, stopwatch, tasbih digital/ hand counter, ikan
mas ukuran sedang/ ikan nila atau ikan jenis lain ukuran sedang.

22
D. CARA KERJA
1. Pengaruh penurunan O2 dalam air
a. Jerang air di dalam panci
b. Isi akuarium dengan air suhu kamar, beri batas tinggi air dengan spidol.
c. Timbang ikan yang akan digunakan, kemudian masukkan ke dalam akuarium yang telah
diisi air dengan suhu kamar. Hitung gerak operkulum dalam satu menit. Penghitungan
dilakukan dengan 3 kali ulangan.
d. Naikkan suhu air sebesar 30C, dengan cara menuangkan air panas ke dalam akuarium sedikit
demi sedikit (jangan sampai mengenai ikannya). Hitung gerak operkulumnya per menit.
Penghitungan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
e. Suhu dinaikkan terus sampai keseimbangan ikan tidak normal.
f. Bila keseimbangan ikan mulai tidak normal, hentikan penghitungan, segera pindahkan ikan
ke air biasa.
2. Pengaruh kenaikan O2 terlarut dalam air
a. Siapkan air dengan suhu kamar dalam akuarium, tandai batas air dengan spidol.
b. Masukkan ikan ke dalam akuarium yang telah diisi air dengan suhu kamar. Hitung gerak
operkulum dalam satu menit. Penghitungan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
c. Turunkan suhu dengan cara memasukkan es ke dalam akuarium (interval 3 0C). Hitung gerak
operkulumnya per menit. Penghitungan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
d. Suhu diturunkan terus sampai keseimbangan ikan tidak normal.
e. Bila keseimbangan ikan mulai tidak normal, hentikan penghitungan, segera pindahkan ikan
ke air biasa.

Catatan:
- Pada semua perlakuan volume air di dalam akuarium harus tetap sama.
- Suhu awal penurunan dan kenaikan O2 terlarut diusahakan sama.

E. BAHAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Kenaikan dan penurunan suhu digunakan sebagai indikator kenaikan dan penurunan jumlah
oksigen terlarut. Jelaskan kenaikan dan penurunan jumlah oksigen terlarut terhadap gerak
operkulum ikan.

23
KEPUSTAKAAN
Wajib :
Eckert, Roger, David Randall and George Augustine. 1988. Animal Physiology: Mechanism and
Adaptations, Third Edition. New York W.H. Freeman and Co.
Subiyanto, Tanpa Tahun. Fisiologi Hewan. IKIP Malang.
Wilson, James A. 1979. Principles of Animal Physiology, New York : MacMillan Publishing Co.

Anjuran :
Hill, Richard W., Wyse. Gordon. 1989. Animal Physiology. Second Edition. New York: Harpei &
Prezz Published.
Prosser, C., Ladd (ed). 1973. Comparattive Animal Physiology. Third Edition. Philadelphia: Saunders
College Publisher.
Schimth-Nilsen, Knut. 1983. Animal Phsyiology : Adaptation and Environment, Third Edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Saewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah. IRBD Loan No.3979. Dirjen Dikti. Departemen Pendidikan Nasional.
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

24
TOPIK VIII
KELAS OSTEICHTHYES (IKAN TULANG KERAS)

A. PENDAHULUAN
Berdasarkan jenis tulangnya, ikan dibedakan menjadi 2 macam yaitu ikan tulang keras
(osteichthyes) misal ikan lele, mujaer, bandeng, tawes, dan ikan tulang lunak (chondroichthyes),
misalkan ikan hiu dan pari. Pada praktikum ini dilakukan serangkaian pengamatan pada ikan
tulang keras (osteichthyes) dengan bentuk vertebrae yang bermacam-macam (Jasin, 1984)
Ikan yang dipakai sebagai bahan praktikum adalah salah satu diantara ikan tulang keras yang
telah disebutkan diatas. Ciri-ciri yang diamati pada ikan tersebut antara lain adalah kulit
berkelenjar mukosa (bersisik dan bersirip), mulut terletak di ujung (bergigi, rahang, mata tidak
berkelopak) insang sebagai alat pernafasan, lubang muara dan sepasang gonad. Ikan mmpunyai
suhu tubuh yang selalu menyesuaikan dengan lingkungan (poikiloterm) (Kimbal, 1992)

B. RANGKAIAN KEGIATAN
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang ikan tulang keras (osteichthyes)
terutama struktur tubuh bagian luar dan dalam menggunakan ikan segar yang masih utuh

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui pengamatan struktur tubuh bagian luar dan dalam, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menggambar dan menentukan bagian-bagian tubuh ikan yaitu:
a) Kepala (caput)
b) Badan (truncus)
c) Ekor (cauda)
2. Menentukan organ-organ daerah kepala yang meliputi:
a. Rongga mulut (rima oris)
b. Rongga hidung (fovea nasalis)
b) Organon visus (mata)
c) Operculum (os opercularae, pra opercularae, sub opercularae dan inter opercularae)
d) Membrane branchiostegalis
e) Radii branchiostegi
f) Alat pernafasan tambahan (jika ada)

25
Gambar 3. Beberapa bentuk insang ikan beserta asesorisnya.
3. Menunjukkan organ-organ daerah badan:
a. Epidermis
b) Squama (sisik)
c) Linea lateralis
d) Extrimitas liberae (pinnae pectoralis, abdominalis, analis, dorsalis)
e) Lubang muara
4. Menunjukkan organ yang menyusun bagian ekor
5. Menjelaskan topografi (letak organ satu dengan oragan yang lain)
6. Dapat melakukan identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi

D. Alat Dan Bahan


1. Alat:
a. media gambar
b. mikroskop stereo
c. loupe
d. gelas arloji
e. seperangkat alat bedah
f. lap (serbet)
2. Bahan terdiri dari ikan segar misalnya ikan mas, ikan nila atau ikan gurameh (osphronemus
goramy)

E. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan bahan amatan
a. menyediakan ikan segar (ikan mas atau ikan nila atau gurameh)
b. menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, loupe dan alat-alat yang lain
26
2. Melakukan pengamatan, antara lain:
a. ikan yang masih segar diletakkan digelas arloji, kemudian diamati dibawah mikroskop stereo
b. melakukan pengamtan sesuai dengan petunjuk pada focus pengamatan

F. FOKUS PENGAMATAN
 Pengamatan Bentuk Luar, yaitu:
1. Kepala, meliputi:
a. Cavum oris (rongga mulut) dengan gigi di dalamnya
b. Fovea nasalis (rongga hidung) apakah berhubungan dengan rongga mulut
c. Amati dan gambarlah bagian-bagian mata, seperti sclera, argentea, retina, pupil
d. Gambar dan tunjukkan bagian-bagian dari:
 Operculum
e. Bukalah tutup insang, amati warnanya
2. Badan (Truncus)
a. Rabalah badanya! Bagaimana kondisi permukaan luar tubuhnya?
b. Perhatikan sisik pada kepala, badan dan ekor! Tentukan tipe- tipenya
c. Amati linea lateralis (gurat sisi)! Sebutkan jenis garisnya (terputus-putus atau utuh)!
Tentukan posisinya (diatas atau dibawah pertengahan)!
d. Amatilah bagian anggota badan bebas (extrimitas liberae) yang berupa sirip (pinnae),
kemudian:
• Hitung jumlah masing-masing sirip yaitu pextoralis (dada), abdomalis (perut), dorsalis
(punggung) analis (anus)!
• Tunjukkan dengan gambar saluran dari lubang (anus, kencing dan kelamin) buat
deskripsinya!
3. Ekor (cauda)
Amatilah bentuk ekor dan sebutkan tipenya!

 Pengamatan Bentuk Dalam, yaitu:


1. Carilah organ dalam meliputi:
a. Jantung
b. Hati
c. Kantong empedu (vesica velea)
d. Gelembung renang (vesica natatoria/ pnematosis)
e. Gonad
f. Intestinum

27
g. Ginjal
h. Ductus pneumaticus
i. Lien (limpa)
j. Muara gonad dan anus
Buatlah deskripsi berdasarkan warna, topografi (letak), dan fungsi masing-masing organ
tersebut

28
TOPIK VIII
KELAS AMPHIBIA (KATAK dan KODOK)

A. PENDAHULUAN
Amphibi merupakan hewan yang mempunyai 2 fase kehidupan, yaitu kehidupan di air dan
darat. Pada kedua fase menunjukkan sifat antara ikan dan reptil. Hal ini membuktikan bahwa
amphibi merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan air
(Boolootian, 1979)
Pola perubahan kehidupan di air dan darat pada amphibi ditunjukkan oleh adanya kaki, paru-
paru, nostril, merupakan alat yang berfungsi baik di darat maupun air. Contoh kelas Amphibia
yang mudah dijumpai di Indonesia adalah Ordo Anura diantaranya adalah katak dan Kodok (Jasin,
1984).
Adapun ciri-ciri dari Ordo Anura adalah:
• Tidak berekor.
• Tungkai berotot. Tungkai belakang biasanya lebih besar dan lebih panjang daripada tungkai
depan → teradaptasi untuk melompat
• Columna vertebralis pendek terdiri atas sembilan atau kurang vertebra presacral, semua
vertebra presacral (kecuali atlas) memiliki procesus transversus
• Beberapa vertebra caudalis menyatu membentuk urostylus
• Tulang rusuk tidak ada atau mereduksi
• Ulna dan radius berfusi → radioulna,
• Tibia dan fibula berfusi → tibiofibula → fungsi melompat
• Memiliki tipe gelang bahu arciferal dan firmisternal

Gambar 4. Gelang bahu pada Anura (cingulum et pectoral). Kiri: letak gelang bahu pada tungkai
depan (merah). Tengah (A): tipe Arciferal, Kanan (B): tipe firmisternal
Katak mempunyai permukaan kulit yang basah dan licin tak bersisik sehingga tidak dapat
lepas jauh dari habitat basah. Mata berkelopak sedangkan skeleton sebagian besar berupa tulang
keras. Katak mempunyai suhu tubuh yang mengikuti suhu lingkungan sekitarnya (poikilotermik
ektotermik). Katak memiliki tungkai belakang yang relatif panjang untuk pergerakan melompat

29
yang lebih baik, tubuhnya pun umumnya slim/langsing. Secara anatomi, katak umumnya memiliki
tipe gelang bahu firmisternal. Meskipun terdapat perbedaan, pada amphibi masih mempunyai
persamaan dengan ikan. Amphibi merupakan vertebrata darat dan diduga berasal dari nenek
moyang dengan ikan (Jasin, 1984).
Kodok memiliki kulit yang relatif lebih kering dan bergranular sehingga kelompok ini lebih
tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan katak. Kodok memiliki kelenjar racun yang
disebut kelencar paratoid yang letaknya dibelakang membrane tympanum. Sama seperti kerabat
dekatnya, kodok juga bersifat poikilotermik ektotermik. Kodok memiliki pematang pada caput
daerah dorsal yang tidak dimiliki katak. Pergerakan kodok lebih lambat dibandingkan katak karena
memiliki tungkai belakang yang relatif pendek sehingga memiliki kemampuan melompat yang
lebih terbatas, ditambah dengan tubuh kodok yang umumnya cenderung gemuk. Tipe gelang bahu
yang dimiliki oleh kodok adalah arciferal. Baik katak maupun kodok keduanya masuk dalam Ordo
Anura.

Gambar 5. Amplexus. Kiri: Katak pohon (Rhacophorus reinwardtii), Kanan: Kodok


buduk/bangkong (Bufo melanostictus)
B. RANGKAIAN KEGIATAN
Pengamatan dilakukan untuk mengamati ciri-ciri katak dan menunjukkan bagian organ-organnya.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui pengamatan morfologi katak, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menyebutkan bagian-bagian tubuh Anura, yaitu kepala (caput) dan organ-organ yang ada di
dalamnya, leher (cervix), badan (truncus) dan anggota badan (extrimitas)
b. Mengamati ciri-ciri integument dari Anura
c. Menunjukkan system rangka pada Anura
d. Menunjukkan topografi organ-organ visceral pada Anura

30
D. ALAT DAN BAHAN
Alat:
 Media Gambar
 Mikroskop stereo
 Loupe
 Gelas arloji
 Seperangkat alat bedah
Bahan:
 Katak segar yang masih hidup

E. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan Bahan Amatan
a. Menyiapkan Katak segar yang masih hidup
b. Menyediakan alat bantu pengamatan, antara lain: mikroskop stereo, loupe, gelas arloji dan
alat-alat lain yang terkait
2. Melakukan Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mata telanjang dan selanjutnya dibantu
(mikroskop stereo, loupe); meliputi bentuk dan susunan tubuh kemudian gambarlah!

F. FOKUS PENGAMATAN
I. Morfologi
1. Kepala (caput)
a. Temukan rima oris, carilah lidah dan giginya! Sebutkan jenis-jenis giginya!
b. Carilah lubang Hidungnya, adakah hubungannya dengan cavum oris?
c. Amati mata dan bagian-bagiannya:
 Palpebra superior dan anterior
 Membrane nictitans
 Bulbus oculi (bola mata)
d. Temukan membrane tymphani

2. Leher (Cervix)
a. Tunjukkan bagian leher dan gambarlah! Apakah ada?

3. Extrimitas
a. Pada tungkai depan gambarlah dan tunjukkan bagian- bagian:
 Branchium (lengan atas)
31
 Antebranchium (lengan Bawah)
 Manus (tangan)
 Digiti (jari-jari), hitung jumlahnya, kemudian amati jari-jarinya!
 Gambar secara rinci jari-jarinya berikut asesorisnya (jika ada)
b. Gambar dan tunjukkan bagian-bagian tungkai belakang:
 Femur (paha)
 Crus (tungkai bawah)
 Pessive pedes (kaki)
 Digiti, hitunglah jumlahnya!
 Gambar secara rinci jari-jarinya berikut asesorisnya (jika ada)
 Cermati! Apa beda antara tungkai depan dan belakang?

Gambar 6. Beberapa asesoris pada jari Anura: karakter dan ukuran


selaput, digital plate (pelebaran ujung jari). Fungsi???
II. Anatomi
1. Single pit katak, setelah pingsan letakkan pada papan seksi
2. Bedahlah kulit katak di dekat anus kea rah anterior, perhatikan susunan otot abdomen dan
cocokkanlah dengan buku teks!
3. Bedahlah otot tersebut sehingga tampak organ visceranya, gambarlah topografi organ-organ
tersebut!
4. Setelah mengurai organ-organ dalam, diskusikan tentang:
a. System pencernaan makanan
b. System pernafasan
c. System peredaran darah
d. System urogenital
e. System saraf
32
5. Bersihkan otot dan kulit dari tulangnya untuk mengenali susunan rangka tubuh katak!

G. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Bandingkan gambar hasil pengamatan saudara dengan gambar pada buku teks, kemudian
buatlah deskripsi hasil pengamatan tersebut!

33
TOPIK VIII
KELAS REPTILIA

A. PENDAHULUAN
Reptil merupakan hewan yang berjalan secara melata (merayap). Hewan-hewan yang
digolongkan dalam kelas ini adalah kadal, ular, kura-kura, penyu, buaya, aligator dan tuatara.
Hewan-hewan ini mempunyai ciri khusus antara lain kulit terdiri dari zat tanduk dan bersisik
(karapaks). Reptil pada dasarnya mempunyai 2 pasang tungkai berjari 4-5 yang berfungsi untuk
menangkap mangsa dan memanjat pohon (Jasin, 1984)
Tubuh terbagi atas kepala, leher, badan dan ekor. Sistem rangka (skeleton) berupa tulang
keras. Columna vertebralis terdiri dari serviks, thorax, lumbar, sacrum dan cauda. Pada skeleton
ditempeli otot yang susunannya lebih kompleks dari pada amphibi. Hal ini terkait dengan
penyesuaian di darat, misalnya untuk gerak cepat.
Beberapa ciri reptil diantaranya adalah:
 Tubuh tertutup oleh kulit kering → Sisik
 Terjadi pengelupasan sisik (Shedding)
- Shedding total → Ophidia
- Shedding perbagian → Lacertilia
- Non Shedding → Chelonia Dan Crocodilia
 Umumnya Tetrapoda (kecuali Ophidia, Amphisbaenia, Lacertilia tertentu)
 Umumnya Pentadactylus (berjari 5), jari bercakar
 Rangka Osifikasi sempurna
 Alat respirasi → Pulmo (paru-paru)
 Jantung memiliki 4 Lobi: 2 Atrium Dan 2 Ventrikel Hewan Berdarah Dingin (Poikilotermik
ektotermik)
 Celah Kloaka:
- Melintang → Ophidia & Lacertilia
- Membujur → Chelonia & Crocodilia
Gigi telur → Pada individu muda untuk merobek cangkang telur saat menetas

Gambar 7. Kiri: Eutrophis multifasciata (kadal kebun),


Kanan: Elaphe radiata (ular lanangan sapi)
34
B. RANGKAIAN KEGIATAN
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang struktur tubuh bagian luar dan
dalam dari reptil berupa kadal dan ular hasil tangkapan dari lingkungan sekitar.
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui pengamatan morfologi dan anatomi, mahasiswa diharapkan mempunyai
kemampuan untuk:
1. Menentukan bagian-bagian kepala, leher, badan dan ekor
2. Membandingkan tipe sisik daerah kepala, leher, badan (dorsal dan ventral) dan ekor. Serta
menggambar sisik kepala secara skematis

Gambar 8. Kiri: skema sisik kepala ular serta namanya.


Kiri: cara menghitung sisik dorsal ular.
3. Mejelaskan topografi dan struktur penyusun organ pada derah kepala, leher, badan dan ekor
4. Mengidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi
5. Menggambar organ-organ viscera yang menyusun sistem

D. ALAT DAN BAHAN


 Alat:
Mikroskop stereo, loupe, gelas arloji, seperangkat alat bedah, toples/ember kecil dan
penutupnya.
 Bahan:
Kadal yang masih hidup

E. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan Bahan Amatan
 Mencari kadal (Mabouya multifacinata)
 Menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo dan loupe, gelas arloji dan
alat-alat lain yang terkait

35
2. Metode Pengamatan
a. Kadal dibius kemudian diletakkan pada papan seksi selanjutnya diamati di bawah mikroskop
stereo
b. Dilakukan pengamatan secara morfologi yang meliputi:
I. Kepala
 Amati organ-organ di daerah kepala kemudian cari
- Rima oris
- Cavum oris
 Nares anterior, apakah berhubungan dengan rongga mulut?
 Amati dan gambar skema sisik kepala ular dan kadal

II. Badan
 Sisik tubuh:
- Amati sisik dorsal dan ventral
 Topografi dalam
- Hati
- Vesica felea
- Ventrikulus
- Duodenum
- Pangkreas
- Testis
- Intestenum tenue
- Ductus deferens
- Rectum
- Vesica urinaria
- Ginjal

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Deskripsikan tentang system respirasi, digesti, sirkulasi, koordinasi, eksresi dan reproduksi,
berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan.

36
TOPIK VIII
KELAS AVES (BURUNG)

A. PENDAHULUAN
Kelas aves yang sering dipakai sebagai hewan coba dalam pelaksanaan praktikum adalah
burung dara (merpati). Pada dasarnya tubuh burung tertutup oleh bulu dengan warna khas yang
menarik (Boolotion, 1979)
Burung mempunyai 2 pasang ekstrimitas, yaitu anterior berupa sayap dan posterior berupa
kaki. Kaki terbungkus oleh sisik yang menanduk dan bersisik. Kaki, paruh, dan cranium tersusun
dari tulang keras yang kuat. Hal ini dapat dipahami karena skeleton pada aves mengalami osifikasi
secara sempurna (Jasin, 1984)
Tubuh aves tersusun dari kepala, leher, badan dan ekor. Pada kepala terdapat mulut
berpengaruh yang tersusun dari cera (bagian dalam) dan zat tanduk (bagian luar) organon visus
berkelopak, lubang telinga berbullu khusus dan mempunyai lubang anus (Boolotion, 1979)

B. RANGKAIAN KEGIATAN
Dengan menggunakan metode praktikum melalui pengamatan media asli yang sudah
dibedah dapat diperoleh info tentang struktur tubuh bagian luar dan dalam dari aves

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melalui pengamatan secara morfologi, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menentukan bagian kepala, leher, badan dan ekor
b. Menunujukkan organ-organ pada daerah kepala yang meliputi rostrum, nares eksternal, cera
dan mata
c. Menunujukkan daerah pada badan yaitu ekstrimitas anterior, posterior dan bulu (reminges
dan retrikes) pada daerah punggung, dada dan perut
d. Menunjukkan organ pada daerah ekor yaitu bulu (retrikes) dan kelenjar minyak
e. Menjelaskan setiap bagian penyusun organ pada daerah kepala, leher badan dan ekor
(mengenai warna, bentuk, jumlah dan topografi)
f. Melakukan identifikasi berasarkan cirri-ciri morfologi
2. Melalui pembedahan dan pengamatan secara anatomi pada aves mahasiswa diharapkan
mampu:
a. Menggambar system sirkulasi, respirasi digesti koordinasi, ekskresi, dan reproduksi sesuai
dengan topografi di dalam tubuh aves

37
b. Mendifinisikan system sirkulasi, respirasi, digesti, koordinasi, ekskresi dan reproduksi
berdasarkan bentuk, warna dan topografi di dalam tubuh
c. Menjelaskan fungsi dari penyusun system sirkulasi, respirasi, digesti, koordinasi, ekskresi
dan reproduksi

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat:
Pisau tajam, seperangkat alat bedah, kapas, loupe, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kaca
benda dan penutup
2. Bahan:
Eter atau chlorofom

E. PROSEDUR KERJA
a. Lakukan proses pemotongan unggas secara islami dengan cara menyembelihnya1 1 dengan
pisau yang tajam. Setelah mati dengan sempurna2 letakkan di atas bedah dan amati bagian-
bagian tubuhnya, jika perlu gunakan loupe!
b. Cabutlah sehelai bulu burung pada daerah kepala, punggung, dada, perut dan ekor kemudian
amati dibawah mikroskop cahaya! Gambarlah bagian-bagiannya kemudian tentukan tipe-
tipenya!
c. Pada bagian badan amatilah :
 Perhatikan pada bulu-bulu penutup dan terbang!
- Tentukan tipe-tipenya
- Buatlah gambarnya dan deskripsikan bagian-bagian bulu tersebut!
d. Ekor
- Amatilah ekor burung kemudian gambarlah

1
Dengan mengucapkan “Bismillah” sebelum menyembelih
2
Hal ini untuk menghindari “penyiksaan” ketika proses pengamatan
38
TOPIK VIII
KELAS MAMMALIA

A. PENDAHULUAN
Mammalia merupakan kelompok hewan yang tertinggi tingkatannya jika dibandingkan
dengan kelas-kelas sebelumnya. Mammal mempunyai susunan organ tubuh yang paling komplek
demikian juga proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuhnya. Pada praktikum ini dapat
digunakan hewan coba yang mewakili mammal yang mudah di temukan di sekitar lingkungan kita,
missal mencit, kelinci, marmot dan lain-lain (Boolotion, 1979)
Pada tubuh mammal dapat dibedakan antara kepala, leher, badan, ekor yang tersusun atas
organ dengan bentuk yang berbeda-beda. Ciri khas yang dimiliki mammal tetapi tidak dimiliki
oleh kelas sebelumnya adalah rambut, daun rongga, daun telinga dan diafragma. Pada bagian
kepala terdapat rima oris, fovea nasalis dan organon visus (alat penglihat)

B. RANGKAIAN PRAKTIKUM
Untuk memperoleh informasi tentang struktur morfologi dan anatomi pada mammal
dilakukan praktikum dengan menggunakan media asli dan diskusi.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dengan melakukan pengamatan morfologi, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menunjukkan bagian-bagian tubuh mammal yang meliputi kepala, leher, badan dan ekor
b. Menunjukkan organ-organ pada daerah kepala, yaitu rima orism fovea nasalis, dan organa
visus
b. Menunjukkan organ pada daerah badan, antara eksrimitas liberae, organ-organ viscera
2. Dengan melakukan pembedahan pengamatan anatomi, mahasiswa diharapkan mampu
menggambar dan memahami system penyusun sirkulasi, respirasi, digesti, koordinasi, eksresi
dan reproduksi berdasarkan topografi dan fungsinya di dalam tubuh

D. ALAT DAN BAHAN


 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
 Pisau tajam untum menyembelih
 Seperangkat alat bedah
 Kapas dan penyungkup
 Loupe
 Serbet

39
 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini meliputi:
 Hewan coba (tikus putih)

E. PROSEDUR KERJA
1. Lakukan pengamatan secara morfologi selanjutnya:
a. amati hewan coba yang telah disiapkan kemudian gambarlah secara menyeluruh (tampak
dari samping)!
b. Tentukan bagian-bagian kepala, leher, badan, dan ekor serta penutup tubuh yang berupa
rambut!
2. Lakukan pengamatan secara anatomi dengan cara:
a. Hewan coba setelah mati, ke 4 kakinya difiksasi di atas papan seksi dengan posisi terlentang
b. Lakukan pembedahan kemudian amati diafragma (pemisah antara rongga dada dan perut),
hati (sebelah kanan melekat pada diafragma), empedu, lambung (ventrikulus), usus halus,
coecum (usus buntu), usus besar dan anus. Selanjutnya amati juga pangkreas, limpha (lien),
ginjal saluran ureter, uterus, oviduct (berliku-liku) dan vagina. Pada jantan amatilah
testisnya!
c. Lakukan pembedahan ke arah anterior kemudian potonglah secara horizontal rusuk kanan
dan kiri (dari belakang ke depan) kecuali rusuk pertama! Amati dan gambarlah paru-paru,
trakea (dirongga dada bercabang 2 masing-masing menuju ke paru- paru), jantung dan
oesophagus!
d. Lakukan pengamatan terhadap saluran pencernaan, pernafasan jantung serta pembuluh darah
besar berdinding tebal, berwarna kuning yang disebut dengan aorta dorsalis. Pembuluh darah
ini membelok ke atas kemudian ke belakang bawah ruas dan menembus diafragma kemudian
masik ke dalam perut menuju belakang. Pada pembuluh ini kaya akan oksigen. Pada jantung
terdapat vena cava anterior depan (anterior) dan posterior (belakang)
e. Lakukan studi banding dengan literature mengenai alat kelamin (luar dan dalam) dan system
koordinasi, kemudian gambarlah!
f. Lakukan analisis data dan buatlah laporan (meliputi ;system respirasi, digesti, sirkulasi
koordinasi, ekskresi dan reproduksi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Berry, P.Y., 1975, The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia, Tropical Press, Kuala Lumpur
Boolootian, R. A 1979. Zoology an Introduction to the studi animals. London. Collier Macmillan
Pubhlishers
Duellman. W.E. and Trueb L., 1986, Biology of Amphibians, McGraw-Hill Book Company, USA
Hickman, C, Roberts L., Larson A. 2001, Integrated Principles of Zoology. McGrawhill
Iskandar, D.T., 1998, Amfibi Jawa dan Bali, Puslitbang Biologi – LIPI Jasin, 1984. Sisematika
Hewan. Surabaya. Sinar Wijaya Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. UM. Press: Malang
Pough, H.F., R.M. Andrews, J.E Cadle, M.L Crump, A.H Savitzky, K.D Wells, 1998, Herpetology,
Prentice Hall, New Jersey, USA
TIM Biologi UIN Malang. 2013. Penuntun Praktikum Zoologi Vertebrata. Biologi UIN Malang
Zug, G.R., 1993, Herpetology: An Introductory Biology of Amphibians and Reptiles, Academic
Press, USA

41
PRAKTIKUM ZOOLOGI VERTEBRATA
NOVEMBER 2021

Prosedur Pembedahan Ikan


1. Posisikan ikan di papan bedah dengan bagian anterior terletak disebelah kiri dan posterior di seblah
kanan,
2. Tusuk bagian ekor dan dekat insang dengan menggunakan jarum pentul, lalu,
3. Gunting ikan mulai dari anus hingga bagian anterior dekat insang.
4. Lanjutkan ke atas menuju bagian dorsal hingga sejajar vertebra.
5. Gunting kearah posterior mengikuti batas rongaa abdomen hingga kembali ke anus
6. Lepaskan bagian otot yang terpotong sehingga anatomi hewan dapat diamati
Anatomi Ikan
Prosedur Pembedahan Katak
1. Posisikan katak pada Styrofoam atau papan bedah dengan bagian ventral menghadap ke atas.
Tusuk kaki belakang dan kaki depannya dengan menggunakan jarum pentul.
2. Gunakan pinset untuk menarik kulit perut katak, gunting kulitnya saja dari arah posterior menuju
anterior sampai bagian thoraks. Di setiap ujung, gunting ke arah tangan dan kaki sehingga dapat
dibuka seperti dua daun jendela.
3. Gunakan pinset untuk menarik daging perut katak dari arah posterior menuju anterior sampai
bagian thoraks. Di setiap ujung, gunting ke arah tangan dan kaki sehingga dapat dibuka seperti
dua daun jendela.
4. Amati bagian-bagian anatomi katak.

Anatomi Katak
Prosedur Pembedahan Kadal
1. Posisikan kadal pada styrofoam atau papan bedah dengan bagian ventral menghadap ke atas.
Tusuk kaki belakang dan kaki depannya dengan menggunakan jarum pentul.
2. Gunakan pinset untuk menarik kulit perut kadal, gunting kulitnya saja dari arah posterior menuju
anterior sampai bagian thoraks. Di setiap ujung, gunting ke arah tangan dan kaki sehingga dapat
dibuka seperti dua daun jendela.
3. Gunakan pinset untuk menarik daging perut kadal dari arah posterior menuju anterior sampai
bagian thoraks. Di setiap ujung, gunting ke arah tangan dan kaki sehingga dapat dibuka seperti
dua daun jendela.
4. Amati bagian-bagian anatomi kadal.
Anatomi Kadal
Prosedur Pembedahan Mencit
1. Bunuh mencit dengan cara dislokasi leher
2. Posisikan mencit pada Styrofoam atau papan bedah dengan bagian ventral menghadap ke atas
3. Tusuk keempat kaki mencit dengan menggunakan jarum pentul
4. Tarik kulit bagian perut secara perlahan
5. Gunting dari bagian posterior menuju anterior
6. Tarik pada bagian ujung secara horizontal membentuk daun jendela
7. Tahan kulit dengan membentuk jarum pentul
8. Amati bagian-bagian anatomi mencit

Pembedahan Mencit

Pembedahan Mencit
Anatomi Mencit

Anatomi Mencit
1. External nares or nostrils
2. Eye (photo-receptor).
3. Tympanium or ear drum.
Gambar Organ reproduksi katak jantan (kiri) dan betina (kanan)
Gambar organ reproduksi katak jantan (kiri) dan betina (kanan)
BAGIAN 1 : PISCES

Gambar 1: Morfologi Luar Ikan Keterangan Gambar

Gambar 2 : Struktur Macam-macam sisik Keterangan Gambar


Gambar 3: Topografi Organ Dalam Ikan Keterangan Gambar

Gambar 4 : Struktur Sirip Ikan dan Struktur Otot Ikan Keterangan Gambar
BAGIAN 2 : AMPHIBI

Gambar 1: Morfologi Luar Katak Keterangan Gambar

Gambar 2 : Organ Penting Pada Kepala Dan Mulut Katak Keterangan Gambar
Gambar 3 : Topografi Organ Dalam Katak Keterangan Gambar

Gambar 4 : Ekstrimitas Depan Dan Belakang Keterangan Gambar


BAGIAN 3 : REPTILIA

Gambar 1 : Morfologi Luar Kadal Keterangan Gambar

Gambar 2 : Organ Penting Pada Kepala atau Mulut Keterangan Gambar


Gambar 3 : Topografi Organ Dalam Kadal Keterangan Gambar

Gambar 4 : Ekstrimitas Depan Dan Belakang, serta Sisik Keterangan Gambar


BAGIAN 4 : AVES

Gambar 1: Morfologi Luar Burung Keterangan Gambar

Gambar 2 : Kerangka Burung Keterangan Gambar


Gambar 3: Topografi Organ Dalam Burung Keterangan Gambar

Gambar 4 : Tipe-tipe Bulu Burung Keterangan Gambar


BAGIAN 5 : MAMALIA
Gambar 1: Morfologi Luar Mencit Keterangan Gambar

Gambar 2 : Topografi Organ Dalam Mencit Keterangan Gambar


Gambar 3: Susunan Pencernaan Makanan Mencit Keterangan Gambar

Gambar 4 : Sistem Saraf Mencit Keterangan Gambar

Anda mungkin juga menyukai