MAHASISWA
Kontributor:
Asisten praktikum:
ISBN: 979-704-034-8
Diterbitkan oleh:
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2022
PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIOLOGI SARAF DAN OTOT
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
Kontributor:
Prof. dr. Zainal Muttaqien, Sp.BS(K), Ph.D
dr. Endang Ambarwati, Sp. KFR(K)
Dr.dr. Hardian
dr. Yosef Purwoko, M.Kes, Sp.PD, K.Ger
dr. Yuriz Bakhtiar, Ph.D, Sp.BS
dr. Muflihatul Muniroh, M.Si. Med, Ph.D
dr. Tanjung Ayu Sumekar, M.Si.Med, SpKJ
dr. Gana Adyaksa, MSiMed, SpOT
dr. Ainun Rahmasari Gumay, M.Si.Med
dr. Darmawati Ayu Indraswari, M.Si.Med
dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B, Sp.BA
dr. Buwono Puruhito, Sp.KK
Editor :
dr. Ainun Rahmasari Gumay, M.Si.Med
2
Asisten Praktikum:
Fajar Alex Prastiyo, SE
Agnes Lusiana, Amd.EM
Diterbitkan oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Buku petunjuk praktikum ini merupakan buku yang digunakan sebagai petunjuk
praktikum Fisiologi Saraf dan Otot Modul 1.3. Buku ini memuat peraturan dan tata cara
praktikum yang terdiri dari percobaan sel, otot, dan saraf. Buku ini dapat memberikan
petunjuk dan informasi kepada peserta didik agar pelaksanaan praktikum Fisiologi pada
modul ini dapat berjalan lancar dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Perlu diperhatikan, bahwa selama praktikum berlangsung diharapkan semua
peserta didik dapat melakukan dengan tekun dan teliti. Hasil yang diperoleh harus dicatat
sesuai dengan hasil pengamatannya, dan didiskusikan oleh dosen pembimbing pada akhir
kegiatan praktikum. Dengan demikian, diharapkan tujuan praktikum dapat tercapai.
Editor
3
DAFTAR ISI
Pengantar .............................................................................................................................. ii
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
PERATURAN-PERATURAN
7
serta melampirkan laporan sementara yang telah disetujui oleh dosen pembimbing
kelompok.
12. Selesai praktikum, mahasiswa wajib mengikuti diskusi (responsi) dengan dosen yang
telah ditentukan. Syarat responsi adalah :
- Kartu praktikum dan laporan sementara telah ditandatangani oleh asisten
mahasiswa dan dosen fisiologi.
- Menyerahkan laporan sementara yang telah disahkan kepada dosen pembimbing
kelompok.
13. Post test/ responsi dilaksanakan dengan tempat dan waktu sesuai jadwal atau dengan
kesepakatan dengan dosen pembimbing kelompok.
14. Bila dengan keadaan dan kondisi tertentu, dosen pembimbing praktikum dan
koordinator praktikum dapat membatalkan hasil praktikum, dengan demikian praktikum
kelompok tersebut dianggap gagal dan wajib menjalani praktikum ulangan dengan
mengisi formulir praktikum ulangan.
15. Laporan resmi wajib diserahkan kepada Tata Usaha bagian Fisiologi, paling lambat
satu minggu setelah post test/ diskusi dilaksanakan.
16. Syarat ujian praktikum adalah :
- Telah mengikuti seluruh kegiatan praktikum (sesuai waktu maupun ulangan).
- Laporan resmi dari seluruh praktikum telah ditandatangani oleh dosen.
- Post test/ responsi telah lengkap dan kartu praktikum seluruhnya telah ditanda-
tangani oleh dosen serta koordinator praktikum fisiologi.
- Buku laporan resmi dan atau laporan ulangan harus dikumpulkan ke bagian
fisiologi paling lambat satu minggu sebelum ujian praktikum.
8
PETUNJUK UMUM
Dalam setiap percobaan/ latihan yang dilakukan pada binatang percobaan, tidak
selalu terdapat hasil-hasil yang tetap. Mahasiswa harus memusatkan perhatiannya
kepada percobaan/ latihan yang sedang dilakukan. Harus diingat bahwa adanya
perbedaan hasil pencatatan adalah hal yang biasa didalam praktikum. Hasil percobaan
dapat sangat berbeda dengan yang diteorikan mengingat cara menyiapkan binatang
percobaan dan teknik percobaan yang tidak mungkin sama. Hasil pencatatan dan
pengamatan harus diperhatikan oleh grup lainnya sebagai perbandingan jika hendak
membuat suatu kesimpulan.
Selanjutnya akan diberikan berturut-turut petunjuk-petunjuk umum mengenai hal-
hal yang sering dipergunakan di dalam praktikum, yaitu :
1. Larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
2. Alat-alat
3. Cara membuat sediaan otot dan atau otot saraf.
9
2. ALAT-ALAT
Dalam setiap percobaan/ latihan, peralatan harus dipasang terlebih dahulu
sebelum binatang percobaan disiapkan atau jaringan dikeluarkan. Alat-alat yang perlu
diperhatikan ialah:
a. Kimograf dengan alat-alat yang bersangkutan
b. Alat-alat pencatat
c. Stimulator
A. KIMOGRAF
Mahasiswa harus melatih diri untuk menggunakan kimograf dan alat-alat yang
bersangkutan dengan sebaik-baiknya. Kimograf ada dua macam, yaitu mekanik dan
listrik. Keduanya memiliki prinsip kerja yang sama. Kimograf yang digunakan di
Laboratorium Fisiologi adalah kimograf listrik.
Bagian-bagian dari Kimograf listrik:
1. Bagian motor (penggerak) : suatu alat khusus terdiri atas roda-roda yang bergerak
(dalam kotak) dan dihubungkan dengan sumbu silinder. Motor ini dijalankan
dengan aliran listrik yang dilengkapi dengan
- pembuka arus : On/Off.
- pembebas
- pengatur kecepatan
2. Silinder adalah suatu tabung yang dapat bergerak pada sumbunya. Bagian ini
dihubungkan dengan bagian motor penggerak. Pada silinder ini dapat dilekatkan
kertas untuk mencatat hasil percobaan dan kecepatannya.
B. ALAT-ALAT PENCATAT
10
Berikut adalah beberapa alat pencatat yang digunakan dalam
percobaan/ latihan:
1. Pencatat kontraksi otot.
2. Pencatat kontraksi jantung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
✓ ujung pencatat dipasang pada statif sedemikian hingga terletak pada bidang
singgung silinder.
✓ alat pencatat bekerja sebagai tuas/ungkit.
C. STIMULATOR
Keterangan gambar :
A. Elektroda Perangsang
B. Kumparan Rhumkorf
B1. Kumparan Primer
B2. Kumparan Sekunder
B3. Shunt
C. Tombol
3. Elektroda perangsang:
Alat ini berupa sebuah pegangan dengan dua buah ujung logam. Jangan
sekali-kali mengubah jarak antara kedua ujung logam tersebut. Elektroda
perangsang sesudah dihubungkan dengan stimulator induksi dapat digunakan
untuk merangsang jaringan tertentu sesuai dengan percobaan/ latihannya.
12
- Pisahkan otot Gastroknemius dari otot lain di tungkai bawah secara tumpul. Hati-hati
jangan sampai merusak otot Gastroknemius.
- Lepaskan Tendo Achilles dengan gunting. Ikatlah tendo ini dengan benang yang cukup
panjang dan kuat.
- Potonglah tendo Achilles di bawah tempat ikatan.
- Potong secara hati-hati tulang tibia dan fibula beserta otot-otot yang melekat, hingga
kira-kira 5 mm di bawah sendi lutut.
- Hati-hati jangan mengganggu/ melukai otot Gastroknemius.
- Otot Gastroknemius ini harus selalu ditetesi larutan Ringer, dan kulit diselubungkan
kembali sampai ke pergelangan kaki untuk menghindari otot menjadi kering.
- Pasanglah sediaan ini pada papan fiksasi katak.
13
PRAKTIKUM 1
FISIOLOGI SARAF
LATIHAN 1
Setelah selesai melakukan praktikum pada latihan ini, mahasiswa mampu menjelaskan
fungsi sel peka rangsang dan dapat menjelaskan beda sel otot rangka, otot polos dan otot
jantung
14
4. Mahasiswa mampu melakukan spinal shock dan menyebutkan akibatnya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan dan sifat larutan Tirode, NaCl, Ringer
6. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas saraf
7. Mahasiswa mampu membuat arus make dan break
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan beberapa sifat dari jaringan saraf
(excitability dan conductivity) terhadap rangsang (listrik) yang intensitasnya/ besarnya
berbeda-beda. Dalam hal ini kontraksi otot yang terjadi dipakai sebagai ukuran (indikator)
dari aktifitas saraf. Alat-alat yang diperlukan :
3. Pencatat otot.
8. Katak.
15
Cara kerja :
1. Buat sediaan otot saraf dan dipasang pada papan fiksasi katak.
2. Atur sedemikian sehingga ujung penulis, pengungkit otot, magnit tanda rangsangan
dan magnit tanda waktu terletak pada satu garis vertikal.
3. Pada setiap percobaan, antara satu rangsang dengan rangsang berikutnya diberi interval
waktu 15-20 detik. Untuk menjaga agar sediaan otot-saraf tidak kering maka sering
ditetesi larutan Ringer.
4. Pasang elektroda perangsang pada saraf Isiadikus.
2. Liminal
3. Submaksimal
4. Maksimal
5. Supra maksimal
6. Perhatikan :
16
7. Jenis-jenis intensitas rangsang mulai yang paling kecil sampai yang paling besar
dan definisinya masing-masing.
8. Mengapa bisa terjadi respons yang berbeda seperti itu?
9. Beda arus make dan break dan teknik pembuatan arus tersebut.
17
LATIHAN 2
18
6. Sakelar + kawat-kawat listrik.
7. Papan fiksasi katak + bak malam + jarum bundel + penusuk katak.
8. Katak.
9. Benang + kapas + kertas saring.
10. Botol bersih berisi larutan Ringer + pipet.
11. Waskom + gelas beker + es.
Cara kerja :
1. Buat sediaan otot saraf, dan pasang pada papan fiksasi katak.
2. Aturlah demikian rupa sehingga ujung penulis, pengungkit otot, magnit tanda waktu
dan magnit tanda rangsangan terletak dalam satu garis vertikal.
3. Rangsanglah otot satu kali saja, dengan silinder dalam keadaan diam. Tanda-tanda
yang dituliskan oleh pengungkit otot dan magnit-magnit tanda waktu dan tanda
rangsangan pada permulaan kontraksi diberi tanda (huruf atau lingkaran).
Tanda-tanda ini kalau dihubungkan harus dapat suatu garis yang sinkron.
Garis sinkron ini amat penting dan harus dibuat terlebih dahulu sebelum
mengerjakan sesuatu percobaan dalam latihan ini. Maksudnya ialah supaya kita dapat
mengetahui dari kurva yang diperoleh itu :
Untuk percobaan A ini, maka buat pencatatan kurva kontraksi otot, dengan petunjuk
sebagai berikut :
1. Ikat satu ujung garpu tala dengan tali (untuk pencatatan waktu).
2. Pada sediaan otot saraf, disiapkan untuk pemberian rangsang putus tunggal
maksimal, dengan elektroda perangsang langsung pada otot
19
3. Segera sesudah ikatan tali garpu tala diputus, silinder diputar dengan kecepatan
sedang dan tombol dilepaskan dalam waktu serentak, maka otot tersebut akan
terangsang.
Putar silinder sampai pada tanda rangsangan yaitu pada titik tempat merangsang
tadi.
Rangsang pada tempat tersebut satu kali lagi seperti tadi tanpa memutar silinder.
Angkat pengungkit otot hingga tidak melekat pada silinder, lalu putar silinder
dengan tangan. Kemudian tempelkan ujung pengungkit (pencatat otot) pada puncak
kurve, lalu jatuhkan pengungkit hingga terjadi busur yang memotong garis alas.
- fase laten
- fase kontraksi
- fase relaksasi
Salah satu sifat dari serabut saraf adalah mampu menghantarkan impuls (conductivity).
Dalam percobaan ini, disamping untuk membuktikan sifat saraf juga untuk
mengetahui berapa kecepatan rangsang listrik yang melaluinya.
Rangsang saraf Isiadikus pada suatu jarak tertentu dari otot Gastroknemius (misalnya
pada jarak 2 cm dari otot) dengan rangsang putus tunggal (break) maksimal, dengan
silinder diputar dengan kecepatan sedang sedemikian sehingga diperoleh kurve
kontraksi yang jelas.
20
Sesudah diberi istirahat (sekitar 20 detik) otot dirangsang langsung pada otot
Gastroknemius (sekali saja) dengan intensitas rangsang yang sama dan kecepatan
putar silinder yang sama pula.
Dengan membandingkan 2 buah kurve tersebut dan dengan mengetahui waktu yang
dicatat oleh magnit pencatat waktu (atau oleh seorang pengamat dengan Stop watch),
maka dapat dihitung kecepatan penghantaran impuls listrik pada saraf tersebut. Bila
dengan cara ini sulit, maka hitunglah dengan cara lain.
Penghantaran impuls oleh serat saraf dapat untuk sementara waktu dihambat oleh
pengaruh pendinginan, zat kimia dan tekanan atau arus listrik yang langsung. Disini
dicoba pengaruh pendinginan, blok oleh tekanan dan zat kimia terhadap serabut saraf.
1. Pengaruh pendinginan.
Lakukanlah percobaan seperti pada percobaan B.1, dengan sediaan otot saraf yang
sama, tetapi pada sebelah distal dari elektroda perangsang sebelumnya ditetesi
beberapa kali dengan larutan Ringer yang telah didinginkan dalam air es.
Bandingkanlah hasil pencatatan kurva kontraksi yang terjadi dengan kurva yang
terjai pada percobaan B.1 tersebut diatas, apakah terdapat perbedaan? Saraf yang
sudah ditetesi dengan larutan Ringer dingin ini ditetesi dulu dengan larutan Ringer
yang mempunyai suhu kamar, supaya keadaan pulih kembali seperti keadaan
semula.
Dalam percobaan ini akan diselidiki pengaruh larutan KCl 2%. Kalium dalam
jumlah yang berlebihan dalam cairan yang membasahi otot serta saraf, akan
menghambat penghantaran impuls.
Sesudah percobaan nomor C.2.b. selesai, cuci serabut saraf dengan meneteskan
larutan Ringer beberapa kali untuk menghilangkan pengaruh larutan KCl yang dipakai
sebelumnya. Buat ikatan dengan benang pada bagian distal dari elektroda perangsang,
mula-mula dengan ikatan longgar (jangan sampai sarafnya putus) dan kemudian
dirangsang dengan rangsang putus tunggal maksimal. Amati dan laporkan bagaimana
hasil pencatatan kurva kontraksi. Terakhir, ikatan lebih diperkuat lagi tetapi sarafnya
jangan sampai putus dan dibuat rangsangan yang sama sekali lagi, maka amati dan
laporkan perubahan yang terjadi (pada hasil pencatatan kurva kontraksi).
22
DASAR-DASAR YANG HARUS DIMENGERTI SEBELUM PRAKTIKUM :
23
LATIHAN 3
SUMASI DAN TETANUS
A. Sumasi rangsang.
2. Statif + klem-klem
3. Pencatat otot.
4. Dua buah sinyal magnit : 1 untuk mencatat waktu dan 1 untuk mencatat tanda
24
rangsang.
8. Katak.
Cara kerja:
3. Pasang sediaan otot saraf pada papan fiksasi katak, dan dipersiapkan untuk
melakukan percobaan.
Ingat : selama percobaan, otot selalu ditetesi denga larutan Ringer agar tidak cepat
kering.
A. Sumasi rangsang.
25
Pada sumasi spasial, rangsang dikenakan pada beberapa serabut saraf sekaligus.
Maka pada serabut saraf tersebut akan berjalan potensial aksi secara bersama-sama,
bahkan mengadakan sumasi (penjumlahan), untuk memperoleh intensitas dengan
efek yang lebih besar. Makin banyak serabut saraf yang terkena rangsang, maka akan
terjadi sumasi sehingga didapat potensial aksi yang lebih besar. Selain itu rangsang
dengan intensitas yang berbeda yang berjalan melalui sebuah serabut saraf dapat
terlaksana dengan cara mengadakan sumasi temporal.
Dalam keadaan normal, fungsi dari susunan saraf berlangsung dengan cara terjadinya
kedua macam sumasi tersebut pada saat yang bersamaan walaupun ada banyak
rangsang dengan intensitas yang berbeda-beda.
Percobaan
1. Ditentukan tebih dahulu nilai ambang untuk rangsang putus tunggal dari serabut
saraf, yaitu saat mulai memberikan kontraksi otot.
2. Kemudian intensitas rangsang putus tunggal tersebut diturunkan sehingga tidak
menimbulkan jawaban.
3. Sekarang diberikan 2 rangsang ( rangsang hubung diikuti oleh rangsang putus dengan
interval 1/4 - 1/2 detik. Kalau tidak terjadi kontraksi, interval antar rangsang
diperpendek.
Kalau masih belum terjadi kontraksi, ditentukan lagi ambang untuk rangsang putus
dan ulangi prosedur tersebut.
26
Dikenal 2 macam sumasi kontraksi otot :
a. Multiple motor units summation, terjadi karena bertambah besar jumlah motor unit
yang mengadakan kontraksi. Bila lebih banyak serabut otot yang terangsang dengan
adekuat, maka kekuatan kontraksi juga akan makin bertambah besar.
Rangsang tunggal pada otot akan menimbulkan suatu kontraksi otot yang mempunyai
fase latent, fase kontraksi dan fase relaksasi. Bila otot dirangsang dengan rangsang
yang berturut-turut maka akan dihasilkan kontraksi yang dipertahankan yang disebut
tetanus.
Untuk terjadi tetanus lurus (rata), maka f = 1/T (f = frekwensi, T = waktu kontraksi).
Amplitudo dan ratanya (lurusnya) suatu tetanus otot tergantung dari banyaknya motor
unit yang turut berkontraksi dan frekwensi rangsang. Perubahan dari kedua faktor itu
akan menghasilkan perubahan kualitas kontraksi otot tersebut.
Percobaan
- Pakai sediaan yang telah dipakai pada percobaan A. Sediaan otot-saraf tersebut
sudah diberikan istirahat yang cukup.
- Kimograf diputar dengan kecepatan sedang dan otot dirangsang dengan rangsang
putus tunggal sub maksimal, kemudian silinder dihentikan.
- Diberikan rangsang beruntun pada sediaan otot-saraf tersebut. Dengan demikian
hanya kekuatan rangsang saja yang dapat diubah-ubah.
- Rangsang diberikan langsung pada otot, selama 3 detik, silinder diputar dengan
kecepatan sedang.
- Perhatikan benar apa yang terjadi dengan cara tersebut.
27
1. Pengertian Sumasi; Sumasi rangsang, sumasi kontraksi.
2. Rangsang beruntun, sumasi spatial dan sumasi temporal, klonus dan tetanus (tetanus
7. Perbedaan respon otot bila diberi rangsang pada fase laten, fase kontraksi dan fase
relaksasi.
28
PRAKTIKUM 2
FISIOLOGI OTOT
LATIHAN 1
TUJUAN INSTRUKSIONAL:
YANG DIPRAKTIKUMKAN:
29
Activity 7: Isotonic Contraction and the Load-Velocity Relationship
30
LATIHAN 2
KEKUATAN OTOT
Akan dipelajari :
a. Probandus diminta berdiri tegak dengan posisi kaki terbuka selebar bahu
b. Probandus diminta memegang shoulder and arm dynamometer dengan kedua tangan,
diletakkan di depan dada; skala pada dinamometer menghadap keluar
c. Probandus diminta menekuk lengan dan siku diangkat sejajar dengan bahu. Jarum
penunjuk dipastikan berada di angka nol.
d. Probandus diminta melakukan gerakan menarik oleh kedua tangan dengan sekuat-
kuatnya ke arah yang berlawanan dengan gerakan perlahan-lahan dan badan tetap
tegak
e. Pengukuran dianggap gagal apabila dynamometer menyentuh dada, posisi kedua
lengan tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentakan
f. Catat hasil dan kategorikan kriteria pada tabel
31
c. Probandus diminta menekuk lengan dengan siku diangkat sejajar bahu. Jarum
penunjuk dipastikan berada di angka nol.
d. Probandus diminta melakukan gerakan menekan dan mendorong oleh kedua tangan
dengan sekuat-kuatnya ke arah yang berlawanan.
e. Gerakan dianggap gagal apabila dynamometer menyentuh dada, posisi kedua lengan
tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentakan.
f. Catat hasil dan kategorikan kriteria pada tabel
32
Baik 44.00-48.50 23.00-27.50
33