Anda di halaman 1dari 33

BUKU PANDUAN

MAHASISWA

Kontributor:

Prof.dr. Zainal Muttaqien,Sp.BS(K),Ph.D


dr. Endang Ambarwati, Sp. KFR(K)
PETUNJUK
Dr. dr. Hardian
dr. Yosef Purwoko, M.Kes,Sp. PD,K.Ger
PRAKTIKUM
dr. Yuriz Bakhtiar, Ph.D, Sp.BS
FISIOLOGI SARAF DAN
dr. Muflihatul Muniroh, M.Si.Med, Ph.D
dr. Tanjung Ayu Sumekar, M.Si.Med,SpKJ OTOT
dr. Gana Adyaksa,MsiMed,SpOT
dr. Ainun Rahmasari Gumay, M.Si.Med
PROGRAM STUDI
dr. Darmawati Ayu I, M.Si.Med KEDOKTERAN
dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B, Sp.BA
dr. Buwono Puruhito, Sp.KK

Asisten praktikum:

Fajar Alex Prasetyo, SE


Agnes Lusiana, Amd.EM

ISBN: 979-704-034-8

Diterbitkan oleh:

1
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2022

PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIOLOGI SARAF DAN OTOT
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

Kontributor:
Prof. dr. Zainal Muttaqien, Sp.BS(K), Ph.D
dr. Endang Ambarwati, Sp. KFR(K)
Dr.dr. Hardian
dr. Yosef Purwoko, M.Kes, Sp.PD, K.Ger
dr. Yuriz Bakhtiar, Ph.D, Sp.BS
dr. Muflihatul Muniroh, M.Si. Med, Ph.D
dr. Tanjung Ayu Sumekar, M.Si.Med, SpKJ
dr. Gana Adyaksa, MSiMed, SpOT
dr. Ainun Rahmasari Gumay, M.Si.Med
dr. Darmawati Ayu Indraswari, M.Si.Med
dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B, Sp.BA
dr. Buwono Puruhito, Sp.KK

Editor :
dr. Ainun Rahmasari Gumay, M.Si.Med
2
Asisten Praktikum:
Fajar Alex Prastiyo, SE
Agnes Lusiana, Amd.EM

Diterbitkan oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini merupakan buku yang digunakan sebagai petunjuk
praktikum Fisiologi Saraf dan Otot Modul 1.3. Buku ini memuat peraturan dan tata cara
praktikum yang terdiri dari percobaan sel, otot, dan saraf. Buku ini dapat memberikan
petunjuk dan informasi kepada peserta didik agar pelaksanaan praktikum Fisiologi pada
modul ini dapat berjalan lancar dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Perlu diperhatikan, bahwa selama praktikum berlangsung diharapkan semua
peserta didik dapat melakukan dengan tekun dan teliti. Hasil yang diperoleh harus dicatat
sesuai dengan hasil pengamatannya, dan didiskusikan oleh dosen pembimbing pada akhir
kegiatan praktikum. Dengan demikian, diharapkan tujuan praktikum dapat tercapai.

Semarang, Oktober 2022

Editor

3
DAFTAR ISI

Pengantar .............................................................................................................................. ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

Daftar Gambar ....................................................................................................................... iv

Daftar Tabel ....................................................................................................................... v

Peraturan-Peraturan dan Tata Tertib Untuk Mahasiswa ......................................................... vi

Petunjuk Umum ..................................................................................................................... viii

PRAKTIKUM I FISIOLOGI SARAF ................................................................................. 1

Latihan 1 Kepekaan Bertingkat Pada Saraf dan Macam-macam

Besarnya Rangsang ............................................................. 1

Latihan 2A Kontraksi Tunggal, Fase-Fase Kontraksi ............................... 4

Latihan 2B Kecepatan Penghantaran dalam Serabut Saraf .................... 4

Latihan 2C Pengaruh Blok pada Saraf .................................................... 5

Latihan 3 Sumasi dan Tetanus ............................................................. 7

PRAKTIKUM II FISIOLOGI OTOT .................................................................................... 10

Latihan 1 Physio Ex 9.1 Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology .......... 10

Latihan 2 Kekuatan Otot, Kontraksi Isotonik dan Isometrik ................... 24

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Stimulator dan Elektroda Perangsang


Gambar 2. Skema Percobaan Kepekaan Bertingkat pada Saraf dan Macam-Macam
Besarnya Rangsang (Listrik)

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan Zat dalam Persen Terhadap Larutan Garam Fisiologis


Tabel 2. Kriteria kekuatan otot

6
PERATURAN-PERATURAN

DAN TATA TERTIB UNTUK MAHASISWA

1. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum, responsi, maupun asistensi.


2. Mahasiswa harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan.
3. Setiap kali praktikum, mahasiswa wajib membawa kartu praktikum yang telah ditempel
foto dan diisi identitas mahasiswa yang bersangkutan serta tanda pengenal resmi
(name tag).
4. Kartu praktikum yang hilang akan diberi ganti apabila membawa keterangan dari pihak
yang berwajib.
5. Pre test dilaksanakan sebelum praktikum mengenai cara pelaksanaan praktikum dan
teori-teori yang mendasarinya. Bentuk soal pre test adalah pilihan ganda.
6. Mahasiswa yang tidak hadir praktikum karena sakit atau alasan lain harus memberikan
surat keterangan dokter dan dari pejabat yang berwenang (Kaprodi).
7. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum, maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
akan mendapatkan nilai Fisiologi (nilai Tidak Lengkap).
8. Mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum pada saat pelaksanaan praktikum
fisiologi. Pakaian selama praktikum adalah sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Peraturan Akademik.
9. Setiap kelompok praktikum bertanggung jawab terhadap perlengkapan dan peralatan
praktikum.
10. Waktu Praktikum adalah 150 menit terdiri dari : 30 menit untuk pengarahan praktikum,
120 menit untuk pelaksanaan praktikum termasuk pembuatan laporan sementara.
11. Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum, terdiri dari :
a. Laporan sementara : dibuat di kertas folio, berisi hanya hasil praktikum,
ditandatangani oleh seluruh mahasiswa dalam kelompok, diparaf oleh asisten
dosen, dan disahkan oleh dosen pembimbing praktikum.
b. Laporan pribadi : dibuat tertulis dengan tulisan tangan pada lembar folio bergaris
yang berisi hasil praktikum dan pembahasannya, serta disahkan oleh dosen
pembimbing kelompok.
c. Laporan resmi : dibuat tiap kelompok di buku folio sampul tebal dan diberi identitas
kelompok. Laporan resmi berisi dasar teori, hasil praktikum, dan pembahasannya

7
serta melampirkan laporan sementara yang telah disetujui oleh dosen pembimbing
kelompok.
12. Selesai praktikum, mahasiswa wajib mengikuti diskusi (responsi) dengan dosen yang
telah ditentukan. Syarat responsi adalah :
- Kartu praktikum dan laporan sementara telah ditandatangani oleh asisten
mahasiswa dan dosen fisiologi.
- Menyerahkan laporan sementara yang telah disahkan kepada dosen pembimbing
kelompok.
13. Post test/ responsi dilaksanakan dengan tempat dan waktu sesuai jadwal atau dengan
kesepakatan dengan dosen pembimbing kelompok.
14. Bila dengan keadaan dan kondisi tertentu, dosen pembimbing praktikum dan
koordinator praktikum dapat membatalkan hasil praktikum, dengan demikian praktikum
kelompok tersebut dianggap gagal dan wajib menjalani praktikum ulangan dengan
mengisi formulir praktikum ulangan.
15. Laporan resmi wajib diserahkan kepada Tata Usaha bagian Fisiologi, paling lambat
satu minggu setelah post test/ diskusi dilaksanakan.
16. Syarat ujian praktikum adalah :
- Telah mengikuti seluruh kegiatan praktikum (sesuai waktu maupun ulangan).
- Laporan resmi dari seluruh praktikum telah ditandatangani oleh dosen.
- Post test/ responsi telah lengkap dan kartu praktikum seluruhnya telah ditanda-
tangani oleh dosen serta koordinator praktikum fisiologi.
- Buku laporan resmi dan atau laporan ulangan harus dikumpulkan ke bagian
fisiologi paling lambat satu minggu sebelum ujian praktikum.

8
PETUNJUK UMUM

Dalam setiap percobaan/ latihan yang dilakukan pada binatang percobaan, tidak
selalu terdapat hasil-hasil yang tetap. Mahasiswa harus memusatkan perhatiannya
kepada percobaan/ latihan yang sedang dilakukan. Harus diingat bahwa adanya
perbedaan hasil pencatatan adalah hal yang biasa didalam praktikum. Hasil percobaan
dapat sangat berbeda dengan yang diteorikan mengingat cara menyiapkan binatang
percobaan dan teknik percobaan yang tidak mungkin sama. Hasil pencatatan dan
pengamatan harus diperhatikan oleh grup lainnya sebagai perbandingan jika hendak
membuat suatu kesimpulan.
Selanjutnya akan diberikan berturut-turut petunjuk-petunjuk umum mengenai hal-
hal yang sering dipergunakan di dalam praktikum, yaitu :
1. Larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
2. Alat-alat
3. Cara membuat sediaan otot dan atau otot saraf.

Tabel 1. Susunan Zat Dalam Persen Terhadap Larutan Garam Fisiologis


=======================================
: 0,9% NaCl : Ringer
---------------------------------------------------------------------
Air : 100.0 : 100.0
NaCl : 0.9 : 0.65
KCl : - : 0.014
NaCl : - : 0.012
NaHCO3 : - : 0.02
NaH2PO4 : - : 0.001
MgCl2 : - :-
Glukose : - : 0.2

1. LARUTAN GARAM FISIOLOGIS


Cairan jaringan dibutuhkan oleh setiap sel hidup dalam tubuh. Cairan ini
merupakan tempat terjadinya pertukaran zat makanan dan oksigen dengan zat sisa
pembakaran dan karbon dioksida. Penelitian memperlihatkan bahwa syarat utama
untuk memelihara kelangsungan hidup jaringan yang dikeluarkan dari tubuh ialah
adanya larutan yang mengandung kation yang sama seperti yang terdapat dalam
plasma atau cairan jaringan dengan kadar kira-kira sama seperti di dalam tubuh.
Faktor anion tidak terlalu penting. Kadar ion hidrogen hendaklah sama dengan kadar
di dalam darah.
Di dalam percobaan Fisiologi, sebagai pengganti cairan jaringan digunakan
larutan-larutan garam fisiologis. Yang termasuk dalam larutan-larutan garam fisiologis
ialah :
- Larutan 0,9 % NaCl, - Larutan Ringer, - Larutan Tyrode, d.l.l.
Susunan dari larutan-larutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Larutan Ringer biasanya digunakan untuk percobaan binatang berdarah dingin:
katak, kura-kura dsb. Larutan 0,9% NaCl, larutan Locke, dan larutan Tyrode dipakai
untuk binatang berdarah panas, misalnya : kucing, anjing, kera dsb.

9
2. ALAT-ALAT
Dalam setiap percobaan/ latihan, peralatan harus dipasang terlebih dahulu
sebelum binatang percobaan disiapkan atau jaringan dikeluarkan. Alat-alat yang perlu
diperhatikan ialah:
a. Kimograf dengan alat-alat yang bersangkutan
b. Alat-alat pencatat
c. Stimulator

A. KIMOGRAF
Mahasiswa harus melatih diri untuk menggunakan kimograf dan alat-alat yang
bersangkutan dengan sebaik-baiknya. Kimograf ada dua macam, yaitu mekanik dan
listrik. Keduanya memiliki prinsip kerja yang sama. Kimograf yang digunakan di
Laboratorium Fisiologi adalah kimograf listrik.
Bagian-bagian dari Kimograf listrik:
1. Bagian motor (penggerak) : suatu alat khusus terdiri atas roda-roda yang bergerak
(dalam kotak) dan dihubungkan dengan sumbu silinder. Motor ini dijalankan
dengan aliran listrik yang dilengkapi dengan
- pembuka arus : On/Off.
- pembebas
- pengatur kecepatan
2. Silinder adalah suatu tabung yang dapat bergerak pada sumbunya. Bagian ini
dihubungkan dengan bagian motor penggerak. Pada silinder ini dapat dilekatkan
kertas untuk mencatat hasil percobaan dan kecepatannya.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan :


a. Periksalah apakah kimograf dapat bekerja dengan baik. Pada pengenalan alat,
asisten akan menerangkan cara kerja kimograf, mengatur kecepatan silinder, dan
sebagainya.
b. Pada saat awal, sudah disediakan oleh laboran : silinder yang sudah dibungkus
kertas hitam berjelaga. Hati-hati jangan menyentuh jelaga ini, karena selain akan
mengotori juga akan mengurangi medan pencatatan hasil percobaan/ latihan.
c. Pasanglah semua alat pencatat (alat pencatat otot, sinyal magnet, tanda
rangsangan, dsb.) sesuai dengan petunjuk, sehingga semua dapat bergerak
dengan mudah dan bebas di permukaan kertas berjelaga tanpa mengalami
pemutusan pada bidang singgung silinder.
d. Usahakanlah agar semua ujung alat pencatat terletak dalam satu garis tegak
(vertikal), dan buatlah titik-titik serentak (sinkron). Gunakanlah titik-titik serentak ini
untuk pengukuran yang berhubungan dengan hasil percobaan dan waktu.
e. Usahakanlah pencatatan dimulai pada garis sambungan kertas dan gunakanlah
bagian bawah kertas terlebih dahulu.
f. Setelah pencatatan selesai, sebelum kertas dilepaskan dari silinder catat, tuliskan :
- tanggal percobaan.
- nomor latihan/ praktikum (latihan ke berapa)
- hal lain yang diperlukan, terutama catatan mengenai hasil latihan.
g. Lepaskanlah kertas dari silinder dan fiksasilah dalam larutan fiksasi yang telah
disediakan (sheerlac dilarutkan dalam spiritus).

B. ALAT-ALAT PENCATAT
10
Berikut adalah beberapa alat pencatat yang digunakan dalam
percobaan/ latihan:
1. Pencatat kontraksi otot.
2. Pencatat kontraksi jantung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
✓ ujung pencatat dipasang pada statif sedemikian hingga terletak pada bidang
singgung silinder.
✓ alat pencatat bekerja sebagai tuas/ungkit.

C. STIMULATOR

Gambar 1. Stimulator dan elektroda perangsang

Keterangan gambar :
A. Elektroda Perangsang
B. Kumparan Rhumkorf
B1. Kumparan Primer
B2. Kumparan Sekunder
B3. Shunt
C. Tombol

Pemberian rangsang pada praktikum menggunakan:


1. Accu: sebagai sumber listrik induk dengan arus searah.
Keuntungannya ialah besar voltase relatif stabil.
2. Kumparan Rhumkorf
Terdiri atas kumparan primer dan sekunder.
- Kumparan primer, mendapat aliran listrik arus searah dari accu.
- Kumparan sekunder, berbentuk lilitan sedemikian hingga kumparan primer
beserta batang logam yang dililitnya dapat masuk ke dalam kumparan
sekunder. Kumparan sekunder ini posisinya dapat digeser dan diatur jarak
11
maupun sudutnya terhadap kumparan primer untuk memperoleh besar arus
induksi yang dikehendaki.
- Terdapat shunt (penutup arus induksi pada kumparan sekunder ke elektroda
perangsang).
- Kumparan sekunder dihubungkan dengan elektroda perangsang.
Dengan kumparan (alat) Rhumkorf ini, kita dapat membuat:
a. 1. Rangsangan tunggal.
2. Rangsangan beruntun (berganda, faradik, multipel)
b. 1. Rangsangan arus tutup (arus hubung, arus sambung, arus make);
menghubungkan arus.
2. Rangsangan arus buka (arus putus, arus break): membuka arus.
Cara kerjanya akan diterangkan pada saat praktikum.

3. Elektroda perangsang:
Alat ini berupa sebuah pegangan dengan dua buah ujung logam. Jangan
sekali-kali mengubah jarak antara kedua ujung logam tersebut. Elektroda
perangsang sesudah dihubungkan dengan stimulator induksi dapat digunakan
untuk merangsang jaringan tertentu sesuai dengan percobaan/ latihannya.

MEMBUAT SEDIAAN OTOT DAN SEDIAAN OTOT-SARAF


Sediaan otot dan/ atau otot saraf yang masih hidup diperoleh dari jaringan katak
hidup yang di-deserebrasi.

CARA DESEREBRASI KATAK.


1. Tentukan lokasi foramen magnum.
2. Katak digenggam dengan tangan kiri dengan posisi katak pronasi (punggung
menghadap ke atas), kalau perlu dengan sepotong kain.
3. Dengan alat penusuk, tusuklah di garis median ke arah kranial di antara tulang
belakang kepala dan tulang atlas ke dalam sumsum dengan menembus kulit dan
lapisan-lapisan jaringan lainnya.
4. Tusuklah memasuki foramen magnum hingga masuk ke dalam ruang kepala kemudian
gerakkan penusuk ke segala arah agar otak rusak.
5. Tariklah penusuk dari otak, lalu tusukkan ke bawah ke dalam kanalis vertebralis.
6. Dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang telah dirusak. Kerusakan
susunan saraf pusat ditandai dengan keadaan lemas (pengurangan tonus otot) dan
hilangnya refleks tubuh, misalnya refleks kornea di mana jika kornea disentuh mata
tidak mengedip, dan jika kaki dicubit tidak akan timbul gerakan.
7. Setelah selesai, sediaan otot atau otot saraf dapat mulai dibuat.

MEMBUAT SEDIAAN OTOT.


Otot yang digunakan dalam percobaan ini adalah otot Gastroknemius katak.
Caranya:
- Sematkanlah dengan jarum-jarum bundel pada kaki-kaki katak yang di-deserebrasi, di
atas papan lilin dengan punggung menghadap ke atas.
- Buat irisan kulit melingkar sepanjang pergelangan kaki katak. Hati-hati jangan sampai
memotong otot/ tendon yang ada di bawahnya.
- Pegang erat-erat tepi kulit yang telah dipotong dan singkap ke atas hingga kulit
terbuka sampai lutut.

12
- Pisahkan otot Gastroknemius dari otot lain di tungkai bawah secara tumpul. Hati-hati
jangan sampai merusak otot Gastroknemius.
- Lepaskan Tendo Achilles dengan gunting. Ikatlah tendo ini dengan benang yang cukup
panjang dan kuat.
- Potonglah tendo Achilles di bawah tempat ikatan.
- Potong secara hati-hati tulang tibia dan fibula beserta otot-otot yang melekat, hingga
kira-kira 5 mm di bawah sendi lutut.
- Hati-hati jangan mengganggu/ melukai otot Gastroknemius.
- Otot Gastroknemius ini harus selalu ditetesi larutan Ringer, dan kulit diselubungkan
kembali sampai ke pergelangan kaki untuk menghindari otot menjadi kering.
- Pasanglah sediaan ini pada papan fiksasi katak.

MEMBUAT SEDIAAN OTOT SARAF


Sediaan otot saraf yang dimaksud adalah otot Gastroknemius yang masih
mempunyai hubungan utuh dengan saraf Ishiadikus.
Caranya:
- Tahap pertama buatlah sediaan otot Gastroknemius seperti di atas.
- Tahap kedua buatlah sediaan saraf Ishiadikus yang mensarafi otot Gastroknemius
- Masukkan gunting untuk membelah kulit paha bagian belakang sepanjang paha kira-
kira di atas jalannya saraf Ishiadikus.
- Carilah saraf Ishiadikus, dari pangkalnya yaitu mulai keluar dari medula spinalis
(tempat potongan tulang Koksigeus). Pisahkan saraf Ishiadikus dari jaringan
sekitarnya secara tumpul, dan jangan sampai melukai pembuluh-pembuluh darah yang
berjalan menyertai saraf tersebut. Usahakan membebaskan saraf tersebut sampai
pada otot Gastroknemius. Waktu mengerjakan hal ini perlu diingat bahwa saraf
tersebut sama sekali tidak boleh terjepit, tertarik, atau tergunting.
- Sesudah saraf Ishiadikus dapat diangkat, masukkan seutas benang dan diikat longgar
(sekedar berfungsi untuk pegangan) sewaktu akan merangsang saraf. Kembalikanlah
saraf itu pada kedudukan semula. Jagalah agar jaringan yang terbuka ini selalu basah
dengan meneteskan larutan Ringer pada jaringan tersebut.
- Pasanglah sediaan saraf otot ini pada papan fiksasi katak.

13
PRAKTIKUM 1
FISIOLOGI SARAF

LATIHAN 1

KEPEKAAN BERTINGKAT PADA SARAF

MACAM-MACAM BESARNYA RANGSANG (LISTRIK)

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Setelah selesai melakukan praktikum pada latihan ini, mahasiswa mampu menjelaskan
fungsi sel peka rangsang dan dapat menjelaskan beda sel otot rangka, otot polos dan otot
jantung

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat jaringan saraf terhadap rangsang listrik


dengan intensitas berbeda
2. Mahasiswa mampu membuktikan hukum “All or None”
3. Mahasiswa mampu menyebutkan definisi jenis-jenis intensitas rangsang

14
4. Mahasiswa mampu melakukan spinal shock dan menyebutkan akibatnya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan dan sifat larutan Tirode, NaCl, Ringer
6. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas saraf
7. Mahasiswa mampu membuat arus make dan break

Maksud dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan beberapa sifat dari jaringan saraf
(excitability dan conductivity) terhadap rangsang (listrik) yang intensitasnya/ besarnya
berbeda-beda. Dalam hal ini kontraksi otot yang terjadi dipakai sebagai ukuran (indikator)
dari aktifitas saraf. Alat-alat yang diperlukan :

1. Kimograf + kertas + perekat

2. Statif dan klem.

3. Pencatat otot.

4. 2 buah sinyal magnet : 1. untuk mencatat waktu.

2. untuk mencatat tanda rangsangan.

5. Kumparan Rhumkorf + elektroda perangsang.

6. Sakelar + kawat-kawat listrik.

7. Papan fiksasi katak, bak malam, jarum bundeL, penusuk katak.

8. Katak.

9. Benang, untuk mengikat sediaan.

10. Botol bersih berisi larutan Ringer + pipet.

15
Cara kerja :

1. Buat sediaan otot saraf dan dipasang pada papan fiksasi katak.

2. Atur sedemikian sehingga ujung penulis, pengungkit otot, magnit tanda rangsangan
dan magnit tanda waktu terletak pada satu garis vertikal.
3. Pada setiap percobaan, antara satu rangsang dengan rangsang berikutnya diberi interval
waktu 15-20 detik. Untuk menjaga agar sediaan otot-saraf tidak kering maka sering
ditetesi larutan Ringer.
4. Pasang elektroda perangsang pada saraf Isiadikus.

5. Dengan mengatur posisi kumparan sekunder (kumparan Rhumkorf), yaitu mengatur


jarak dan sudutnya terhadap kumparan primer, maka dapat dibuat rangsang putus
tunggal (break) pada saraf tersebut dengan intensitas rangsang yang berbeda :
1. Subliminal

2. Liminal

3. Submaksimal

4. Maksimal

5. Supra maksimal

6. Perhatikan :

- Pada percobaan ini dipakai silinder yang tidak digerakkan.

Jawaban dari masing-masing rangsang (yang mempunyai kekuatan berbeda) tersebut,


semuanya harus dicatat untuk dilaporkan.
- Tiap kali akan merangsang, silinder harus diputar (dipindahkan dengan tangan)
sejauh 0,5 cm dari percobaan sebelumnya.

DASAR-DASAR YANG HARUS DIMENGERTI SEBELUM PRAKTIKUM :

1. Cara melakukan spinal shock dan akibat-akibatnya


2. Sifat dan kegunaan dari Larutan Tirode, NaCl fisiologik, Ringer, dll
3. Sifat-sifat saraf dan otot, khususnya excitability,conductivity dan contractility
4. Apa saja yang mempengaruhi sifat konduktivitas saraf?
5. Proses yang terjadi pada neuromuscular junction
6. Beda saraf bermyelin dan tidak bermyelin

16
7. Jenis-jenis intensitas rangsang mulai yang paling kecil sampai yang paling besar
dan definisinya masing-masing.
8. Mengapa bisa terjadi respons yang berbeda seperti itu?
9. Beda arus make dan break dan teknik pembuatan arus tersebut.

17
LATIHAN 2

A. KONTRAKSI TUNGGAL, FASE-FASE KONTRAKSI

B. KECEPATAN PENGHANTARAN DALAM SERABUT SARAF

C. PENGARUH BLOK PADA SARAF

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Setelah selesai melakukan praktikum pada latihan ini,

▪ mahasiswa mampu menjelaskan proses mekanik sesudah proses elektrik, kontraksi


otot, kontraksi tunggal dan fase-fase kontraksi
▪ mahasiswa mampu menyebutkan kecepatan penghantaran dalam serabut saraf,
pengaruh blok pada saraf dan menyebutkan aplikasi kliniknya

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1. Mahasiswa mampu menunjukan adanya fase-fase kontraksi otot dan menyebutkan


pengertian masing-masing fase tersebut
2. Mahasiswa mampu membuktikan perbedaan kontraksi pada satu sel otot dan
segelondong otot
3. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
konduktivitas dalam saraf dan dalam otot
4. Mahasiswa mampu melakukan blok pada saraf dengan pendinginan, KCl, dan
mekanik dn menerangkan proses blok masing-masing
5. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan 2 perbedaan antara blok dan kelelahan

ALAT YANG DIPERLUKAN :

1. Kimograf + kertas + perekat.


2. Statif + klem-klem + garpu tala.
3. Pencatat otot.
4. 2 buah sinyal magnit : 1. untuk mencatat waktu.
2. untuk mencatat tanda rangsangan.

5. Kumparan Rhumkorf + elektroda perangsang.

18
6. Sakelar + kawat-kawat listrik.
7. Papan fiksasi katak + bak malam + jarum bundel + penusuk katak.
8. Katak.
9. Benang + kapas + kertas saring.
10. Botol bersih berisi larutan Ringer + pipet.
11. Waskom + gelas beker + es.

Cara kerja :

1. Buat sediaan otot saraf, dan pasang pada papan fiksasi katak.
2. Aturlah demikian rupa sehingga ujung penulis, pengungkit otot, magnit tanda waktu
dan magnit tanda rangsangan terletak dalam satu garis vertikal.
3. Rangsanglah otot satu kali saja, dengan silinder dalam keadaan diam. Tanda-tanda

yang dituliskan oleh pengungkit otot dan magnit-magnit tanda waktu dan tanda
rangsangan pada permulaan kontraksi diberi tanda (huruf atau lingkaran).

Tanda-tanda ini kalau dihubungkan harus dapat suatu garis yang sinkron.

Garis sinkron ini amat penting dan harus dibuat terlebih dahulu sebelum
mengerjakan sesuatu percobaan dalam latihan ini. Maksudnya ialah supaya kita dapat
mengetahui dari kurva yang diperoleh itu :

- titik pemberian rangsangan.

- permulaan timbul kontraksi otot.

- beberapa lama interval antara rangsangan dan kontraksi otot.

A. Kontraksi tunggal dan fase-fase kontraksi.

Untuk percobaan A ini, maka buat pencatatan kurva kontraksi otot, dengan petunjuk
sebagai berikut :

1. Ikat satu ujung garpu tala dengan tali (untuk pencatatan waktu).

2. Pada sediaan otot saraf, disiapkan untuk pemberian rangsang putus tunggal
maksimal, dengan elektroda perangsang langsung pada otot

19
3. Segera sesudah ikatan tali garpu tala diputus, silinder diputar dengan kecepatan
sedang dan tombol dilepaskan dalam waktu serentak, maka otot tersebut akan
terangsang.

4. Hentikan silinder sebelum berputar dua kali.

5. Silinder jangan dipindah dulu; lakukan pencatatan sebagai berikut :

Putar silinder sampai pada tanda rangsangan yaitu pada titik tempat merangsang
tadi.

Rangsang pada tempat tersebut satu kali lagi seperti tadi tanpa memutar silinder.

Angkat pengungkit otot hingga tidak melekat pada silinder, lalu putar silinder
dengan tangan. Kemudian tempelkan ujung pengungkit (pencatat otot) pada puncak
kurve, lalu jatuhkan pengungkit hingga terjadi busur yang memotong garis alas.

Jauhkan alat pencatat secara hati-hati dari silinder.

Akhirnya beri tanda-tanda, lalu difiksasi dan diamati :

- fase laten

- fase kontraksi

- fase relaksasi

- hitunglah waktunya masing-masing.

B. Mengukur Kecepatan Penghantaran dalam Serabut Saraf.

Salah satu sifat dari serabut saraf adalah mampu menghantarkan impuls (conductivity).
Dalam percobaan ini, disamping untuk membuktikan sifat saraf juga untuk
mengetahui berapa kecepatan rangsang listrik yang melaluinya.

Untuk keperluan percobaan A ini, kerjakan sebagai berikut :

Rangsang saraf Isiadikus pada suatu jarak tertentu dari otot Gastroknemius (misalnya
pada jarak 2 cm dari otot) dengan rangsang putus tunggal (break) maksimal, dengan
silinder diputar dengan kecepatan sedang sedemikian sehingga diperoleh kurve
kontraksi yang jelas.
20
Sesudah diberi istirahat (sekitar 20 detik) otot dirangsang langsung pada otot
Gastroknemius (sekali saja) dengan intensitas rangsang yang sama dan kecepatan
putar silinder yang sama pula.

Dengan membandingkan 2 buah kurve tersebut dan dengan mengetahui waktu yang
dicatat oleh magnit pencatat waktu (atau oleh seorang pengamat dengan Stop watch),
maka dapat dihitung kecepatan penghantaran impuls listrik pada saraf tersebut. Bila
dengan cara ini sulit, maka hitunglah dengan cara lain.

C. Pengaruh Blok pada Saraf

Penghantaran impuls oleh serat saraf dapat untuk sementara waktu dihambat oleh
pengaruh pendinginan, zat kimia dan tekanan atau arus listrik yang langsung. Disini
dicoba pengaruh pendinginan, blok oleh tekanan dan zat kimia terhadap serabut saraf.

1. Pengaruh pendinginan.

Lakukanlah percobaan seperti pada percobaan B.1, dengan sediaan otot saraf yang
sama, tetapi pada sebelah distal dari elektroda perangsang sebelumnya ditetesi
beberapa kali dengan larutan Ringer yang telah didinginkan dalam air es.
Bandingkanlah hasil pencatatan kurva kontraksi yang terjadi dengan kurva yang
terjai pada percobaan B.1 tersebut diatas, apakah terdapat perbedaan? Saraf yang
sudah ditetesi dengan larutan Ringer dingin ini ditetesi dulu dengan larutan Ringer
yang mempunyai suhu kamar, supaya keadaan pulih kembali seperti keadaan
semula.

2. Blok karena zat kimia.

Dalam percobaan ini akan diselidiki pengaruh larutan KCl 2%. Kalium dalam
jumlah yang berlebihan dalam cairan yang membasahi otot serta saraf, akan
menghambat penghantaran impuls.

a. Sesudah selesai mengadakan percobaan C.1, dengan sediaan yang sama,


teteskan dengan hati-hati setetes larutan KCl 2% pada sebelah distal dari
elektroda perangsang. Sesudah ditunggu kira-kira satu menit, buatlah kurva
kontraksi yang ditimbulkan oleh rangsangan putus tunggal maksimal. Periksalah
perubahan yang terjadi.
21
b. Sesudah serabut saraf dicuci lagi dengan larutan Ringer, ulangi percobaan diatas
dengan meneteskan larutan KCL 4% . Bandingkan kurva kontraksi yang terjadi
dengan hasil percobaan C.2.a.

3. Pengaruh blok mekanik (dengan tekanan)

Sesudah percobaan nomor C.2.b. selesai, cuci serabut saraf dengan meneteskan
larutan Ringer beberapa kali untuk menghilangkan pengaruh larutan KCl yang dipakai
sebelumnya. Buat ikatan dengan benang pada bagian distal dari elektroda perangsang,
mula-mula dengan ikatan longgar (jangan sampai sarafnya putus) dan kemudian
dirangsang dengan rangsang putus tunggal maksimal. Amati dan laporkan bagaimana
hasil pencatatan kurva kontraksi. Terakhir, ikatan lebih diperkuat lagi tetapi sarafnya
jangan sampai putus dan dibuat rangsangan yang sama sekali lagi, maka amati dan
laporkan perubahan yang terjadi (pada hasil pencatatan kurva kontraksi).

22
DASAR-DASAR YANG HARUS DIMENGERTI SEBELUM PRAKTIKUM :

1. Fase-fase kontraksi otot


2. Pengertian fase laten, fase kontraksi dan relaksasi
3. Perbedaan kontraksi satu sel/serabut otot dan satu gelondong otot
4. Faktor yang mempengaruhi kecepatan konduktivitas di dalam saraf dan di dalam
otot.
5. Pengertian blok pada saraf
6. Mekanisme blok saraf akibat didinginkan, diberi KCl dan diikat
7. Pengaruh pemanasan thd saraf dan Pengaruh NaCl terhadap saraf
8. Dalam aplikasi kliniknya, kapan terjadi blok pada saraf manusia?
9. Hukum All or Nothing dan aplikasinya.
10. Hubungan dan perbedaan antara blok saraf dengan otot yang lelah
11. Sifat eksitabilitas dan konduktivitas saraf akibat blok-blok tersebut.
12. Faktor yang mempengaruhi konduktivitas saraf

23
LATIHAN 3
SUMASI DAN TETANUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Setelah selesai melakukan praktikum pada latihan ini,

▪ Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian sumasi rangsang, sumasi kontraksi otot,


kontraksi otot yang dipertahankan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1. Mahasiswa mampu membuktikan adanya sumasi spasial dan sumasi temporal


2. Mahasiswa mampu membuktikan dengan membangkitkan sumasi otot dengan
multiple motor units summation
3. Mahasiswa mampu membuktikan sumasi kontraksi otot dengan wave summation
4. Mahasiswa mampu membuktikan adanya kontraksi yang dipertahankan

Dalam latihan ini akan dipelajari :

A. Sumasi rangsang.

B. Sumasi Kontraksi otot, kontraksi otot yang dipertahankan ( tetanus ).

Alat-alat yang diperlukan :

1. Kimograf + kertas + perekat.

2. Statif + klem-klem

3. Pencatat otot.

4. Dua buah sinyal magnit : 1 untuk mencatat waktu dan 1 untuk mencatat tanda

24
rangsang.

5. Kumparan Rhumkorf + elektroda perangsang.

6. Saklar + kabel listrik.

7. Papan fiksasi katak + bak malam + jarum bundel + penusuk katak.

8. Katak.

9. Benang + kapas + kertas saring.

10. Botol bersih berisi larutan Ringer + pipet.

Cara kerja:

1. Siapkanlah alat-alat yang diperlukan.

2. Buat sediaan otot saraf.

3. Pasang sediaan otot saraf pada papan fiksasi katak, dan dipersiapkan untuk

melakukan percobaan.

Ingat : selama percobaan, otot selalu ditetesi denga larutan Ringer agar tidak cepat
kering.

A. Sumasi rangsang.

Beberapa sifat serabut saraf terutama excitability maupun conductivity, telah


diketahui dan dibuktikan bersama. Maka dapat dikatakan bahwa fungsi serabut saraf
antara lain adalah membuat dan menjaga hubungan baik antara fungsi organ tubuh
satu dengan yang lain. Oleh karenanya serabut saraf harus dapat menghantarkan
rangsang yang bermacam-macam intensitasnya.

Pelaksanaan fungsi tersebut, dilakukan dengan 2 cara yaitu :

I. Sumasi spasial ( spatial summation atau multi fibre summation ).

II. Sumasi temporal = waktu ( temporal summation ).

25
Pada sumasi spasial, rangsang dikenakan pada beberapa serabut saraf sekaligus.
Maka pada serabut saraf tersebut akan berjalan potensial aksi secara bersama-sama,
bahkan mengadakan sumasi (penjumlahan), untuk memperoleh intensitas dengan
efek yang lebih besar. Makin banyak serabut saraf yang terkena rangsang, maka akan
terjadi sumasi sehingga didapat potensial aksi yang lebih besar. Selain itu rangsang
dengan intensitas yang berbeda yang berjalan melalui sebuah serabut saraf dapat
terlaksana dengan cara mengadakan sumasi temporal.

Dalam keadaan normal, fungsi dari susunan saraf berlangsung dengan cara terjadinya
kedua macam sumasi tersebut pada saat yang bersamaan walaupun ada banyak
rangsang dengan intensitas yang berbeda-beda.

Percobaan

1. Ditentukan tebih dahulu nilai ambang untuk rangsang putus tunggal dari serabut
saraf, yaitu saat mulai memberikan kontraksi otot.
2. Kemudian intensitas rangsang putus tunggal tersebut diturunkan sehingga tidak
menimbulkan jawaban.
3. Sekarang diberikan 2 rangsang ( rangsang hubung diikuti oleh rangsang putus dengan
interval 1/4 - 1/2 detik. Kalau tidak terjadi kontraksi, interval antar rangsang
diperpendek.
Kalau masih belum terjadi kontraksi, ditentukan lagi ambang untuk rangsang putus
dan ulangi prosedur tersebut.

Rangsang hubung dan putus intensitasnya tidak sama.

Perhatikan : Bagaimana hubungan ini dengan interpretasi peristiwa sumasi rangsang?

4. Terangkan, bagaimana rangsang-rangsang dibawah nilai ambang dapat bersumasi


dan dapat menimbulkan kontraksi otot.

B. Sumasi kontraksi otot, tetanus

Sumasi kontraksi otot yaitu peristiwa penjumlahan bersama dari masing-masing


kontraksi serabut otot untuk memperoleh gerakan otot yang lebih besar (kuat).

26
Dikenal 2 macam sumasi kontraksi otot :

a. Multiple motor units summation, terjadi karena bertambah besar jumlah motor unit
yang mengadakan kontraksi. Bila lebih banyak serabut otot yang terangsang dengan
adekuat, maka kekuatan kontraksi juga akan makin bertambah besar.

b. Wave summation : terjadi karena naiknya kecepatan (frekwensi) kontraksi dari


masing-masing motor unit. Disini bentuk kurva kontraksi otot tergantung pada
frekwensi rangsang.

Rangsang tunggal pada otot akan menimbulkan suatu kontraksi otot yang mempunyai
fase latent, fase kontraksi dan fase relaksasi. Bila otot dirangsang dengan rangsang
yang berturut-turut maka akan dihasilkan kontraksi yang dipertahankan yang disebut
tetanus.

Untuk terjadi tetanus lurus (rata), maka f = 1/T (f = frekwensi, T = waktu kontraksi).

Amplitudo dan ratanya (lurusnya) suatu tetanus otot tergantung dari banyaknya motor
unit yang turut berkontraksi dan frekwensi rangsang. Perubahan dari kedua faktor itu
akan menghasilkan perubahan kualitas kontraksi otot tersebut.

Percobaan
- Pakai sediaan yang telah dipakai pada percobaan A. Sediaan otot-saraf tersebut
sudah diberikan istirahat yang cukup.
- Kimograf diputar dengan kecepatan sedang dan otot dirangsang dengan rangsang
putus tunggal sub maksimal, kemudian silinder dihentikan.
- Diberikan rangsang beruntun pada sediaan otot-saraf tersebut. Dengan demikian
hanya kekuatan rangsang saja yang dapat diubah-ubah.
- Rangsang diberikan langsung pada otot, selama 3 detik, silinder diputar dengan
kecepatan sedang.
- Perhatikan benar apa yang terjadi dengan cara tersebut.

DASAR-DASAR YANG HARUS DIMENGERTI SEBELUM PRAKTIKUM :

27
1. Pengertian Sumasi; Sumasi rangsang, sumasi kontraksi.

2. Rangsang beruntun, sumasi spatial dan sumasi temporal, klonus dan tetanus (tetanus

bergerigi dan tetanus lurus).

3. Multiple motor units summation dan wave summation.

4. Pengertian Kelelahan, kelelahan transmisi dan kelelahan kontraksi

5. Pengertian Neuromuscular junction dan kelelahan pada Neuromuscular junction

6. Rheobase, motor unit, tetanus, hipokalsemi

7. Perbedaan respon otot bila diberi rangsang pada fase laten, fase kontraksi dan fase

relaksasi.

28
PRAKTIKUM 2

FISIOLOGI OTOT

LATIHAN 1

PHYSIO EX 9.1 EXERCISE 2: SKELETAL MUSCLE PHYSIOLOGY

TUJUAN INSTRUKSIONAL:

Setelah selesai melakukan praktikum pada latihan ini,

▪ Mahasiswa mampu menjelaskan muscle twitch dan periode laten


▪ Mahasiswa mampu menjelaskan proses kontraksi otot
▪ Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh besar dan frekuensi stimulus terhadap
kekuatan kontraksi otot
▪ Mahasiswa mampu menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan otot
▪ Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hukum Starling
▪ Mahasiswa mampu membuktikan pengaruh panjang permulaan (initial length)
terhadap kontraksi otot
▪ Mahasiswa mampu membedakan kontraksi isotonik dan isometrik

YANG DIPRAKTIKUMKAN:

Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period

Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle Contraction

Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle Contraction

Activity 4: Tetanus in Isolated Skeletal Muscle

Activity 5: Fatigue in Isolated Skeletal Muscle

Activity 6: The Skeletal Muscle Length- Tension Relationship

29
Activity 7: Isotonic Contraction and the Load-Velocity Relationship

30
LATIHAN 2

KEKUATAN OTOT

KONTRAKSI ISOTONIK DAN ISOMETRIK

Akan dipelajari :

A. Pengukuran kekuatan otot dengan dinamometer


B. Perbedaan kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik

Alat-alat yang diperlukan :

1. Shoulder and arm dynamometer

2. Beban seberat 5 kg sejumlah 2 buah

A. Pengukuran Kekuatan Otot Bahu dan Lengan


Cara Kerja :

Pengukuran kekuatan menarik otot bahu dan lengan:

a. Probandus diminta berdiri tegak dengan posisi kaki terbuka selebar bahu
b. Probandus diminta memegang shoulder and arm dynamometer dengan kedua tangan,
diletakkan di depan dada; skala pada dinamometer menghadap keluar
c. Probandus diminta menekuk lengan dan siku diangkat sejajar dengan bahu. Jarum
penunjuk dipastikan berada di angka nol.
d. Probandus diminta melakukan gerakan menarik oleh kedua tangan dengan sekuat-
kuatnya ke arah yang berlawanan dengan gerakan perlahan-lahan dan badan tetap
tegak
e. Pengukuran dianggap gagal apabila dynamometer menyentuh dada, posisi kedua
lengan tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentakan
f. Catat hasil dan kategorikan kriteria pada tabel

Pengukuran kekuatan mendorong otot bahu dan lengan:

a. Probandus diminta berdiri tegak, posisi kaki terbuka selebar bahu


b. Probandus diminta memegang expanding dynamometer dengan kedua tangan
diletakkan di depan dada; skala pada dynamometer menghadap keluar.

31
c. Probandus diminta menekuk lengan dengan siku diangkat sejajar bahu. Jarum
penunjuk dipastikan berada di angka nol.
d. Probandus diminta melakukan gerakan menekan dan mendorong oleh kedua tangan
dengan sekuat-kuatnya ke arah yang berlawanan.
e. Gerakan dianggap gagal apabila dynamometer menyentuh dada, posisi kedua lengan
tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentakan.
f. Catat hasil dan kategorikan kriteria pada tabel

Tabel 2. Kriteria Kekuatan Otot

Kriteria kekuatan menarik otot bahu dan lengan

Kriteria Pria Wanita

Baik sekali ≥ 60.00 ≥24.00

Baik 44.00-59.50 20.00-23.50

Sedang 21.00-43.50 14.00-19.50

Kurang 5.00-20.50 11.00-13.50

Kurang sekali ≤ 4.50 ≤ 10.50

Kriteria kekuatan mendorong otot bahu dan lengan

Kriteria Pria Wanita

Baik sekali ≥ 49.00 ≥ 28.00

32
Baik 44.00-48.50 23.00-27.50

Sedang 21.00-43.50 15.00-22.50

Kurang 5.00-20.50 10.00-14.00

Kurang sekali ≤ 9.50 ≤ 9.50

B. Perbedaan kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik


Cara Kerja :

1. Tangan kanan probandus mengangkat beban seberat 5 kg


2. Tangan kiri probandus menahan beban seberat 5 kg
3. Raba dan bandingkan tonus otot biceps brachii kanan dan kiri
4. Catat hasilnya

33

Anda mungkin juga menyukai