Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Biodata Klien
Asuhan keperawatan keluarga pada Tn S, yang berusia 75 tahun

beralamat di wilayah kerja Puskesmas Magelang Utara beragama Islam

dan sudah tidak bekerja.

2. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Jumat 21 Mei 2021 pukul 14.00

WIB dirumah keluarga Tn.S diwilayah kerja Puskesmas Magelang Utara.

Tipe keluarga extended family adalah keluarga yang beranggotakan keluarga

inti ditambah beberapa saudaranya, misalnya bibi, paman, kakek, nenek,

keponakan, sepupu dan yang lainnya. Dengan jumlah anggota keluarga 7

orang sebagai berikut

Tabel 4.1 Komposis keluarga Tn.S

No Nama JK Umur Hub Agama Pend. Ket.


dgn.KK

1 Tn. S L 75 th KK Islam SMP Tidak Bekerja

2 Ny. M P 56 th Istri Islam SD IRT

3 Sdr. S L 46 th Anak Islam SMK Karyawan

4 Tn. N L 47 th Menantu Islam SMA Karyawan

5 Ny. M P 45 th Anak Islam SD IRT

6 An. A P 17 th Cucu Islam SMA Pelajar

7 An. W L 14 th Cucu Islam SMP Pelajar

57
58

KeluarKeluarga klien bersuku jawa, dalam kehidupan sehari-hari

menggunakan bahasa jawa dan indonesia (campuran), keluarga klien sering

mengikuti kegiatan dimasyarakat seperti arisan, yasianan dan tahlilan.

Pengkajian hari kedua dilakukan pada tanggal 22 Mei 2021 pukul 14.00

WIB dan memperoleh genogram sampai pemeriksaan fisik

Gambar 4.1 Genogram Keluarga Tn.S

2.1 Contoh Genogram keluarga

Penghasilan keluarga diperoleh dari Sdr. M yang bekerja sebagai

karyawan dan dibantu menantu Tn. N yang bekerja sebagai buruh, dan

berpenghasilan kurang lebih Rp 1.500.000 setiap bulan. Keluarga klien


59

menggunakan penghasilan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keluraga mengatakan jarang pergi berekreasi terkadang bepergian sekitar

magelang, aktivitas dilakukan seperti menonton televisi dan berkumpul

dengan anak serta cucu.

Tahap perkembangan keluarga klien adalah tahap perkembangan

usia lanjut , tugas perkembangan yaitu mempertahankan hubungan

perkawinan tentang pengaturan kehidupan yang memuaskan yang

disesuaikan dengan pendapatan, penyesuaikan terhadap kehilangan

pasangan serta merencanakan aktivitas masa tua seperti mempertahankan

ikatan kelurga, mengurus kebun dan mengurus cucu.

Riwayat kesehatan Tn. S memiliki riwayat penyakit hipertensi

namun klien jarang kontrol kepelayanan kesehatan, Tn. S mengalami

penyakit stroke sudah sejak 3 tahun. Sebelum sakit stroke klien seorang

perokok. Riwayat kesehatan saat ini klien hanya berbaring lemas di tempat

tidur dan mengalami kesulitan berbicara. Kekuatan otot tangan dan kaki

kiri 3 dan otot tanagn dan kaki kanan 5. Dalam keluarga klien tidak

memiliki penyakit yang menular yang membahayakan kesehatan. Bila sakit

keluarga klien akan membawa kepelayanan kesehatan terdekat.

Karakteristik tempat tinggal rumah milik keluarga Tn.S sendiri.

Konstruksi banguanan semi permananen tembok dan kayu dengan luas

60 . Lantai rumah ubin yang terdiri dari 8 ruangan yaitu 1 ruang tamu, 3

kamar, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 kamar mandi dan 1 dapur .

Penerangan menggunakan listrik,pembagian ruangan sesuai fungsi serta


60

venyilasi cukup. Sumber Air yang digunakan adalah air PDAM. Dipakai

untuk mencuci, mandi , minum dan masak serta keperluan lainnya. Air

yang digunakan bersih tidak berbau dan tidak berwarna. Pembuangan

sampah ada dibelakang rumah yang diambil petugas kebersihan setiap 2 hari

sekali.

Tn. S sejak lahir sudah hidup menetap dipemukinan padat penduduk,

jarak antar rumah begitu dekat. Alat transportasi yang dimiliki motor dan

sepeda. Sebelum sakit interaksi sosial klien baik saling bertegur sapa dengan

masyarakat dan mengikuti kegiatan sosial seperti kerja bakti, dan yasinan,

namun saat ini karena sakit stroke klien hanya berbaring ditempat tidur dan

terkadang berinteraksi dengan cucu.

Gambar 4.2 Denah Rumah Tn.S

Keterangan

1. Ruang Tamu 5. kamar Tidur


2. Ruang Kamar 6. Kamar Tidur
3. Ruang Keluarga 7. Dapur
4. Ruang Makan 8. Kamar Mandi
61

Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka

dimana dalam pengambilan keputusan Ny. M sering memberi nasihat agar

tercipta keharmonisan. Bila ada masalah keluarga klien akan bermusyawarah

untuk mencari jalan keluar dengan tetap menjalankan peran masing-masing

disertai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga saling menyayangi,

mendukung dan tolong menolong satu sama lain. Keluarga membiasakan

berbuat baik dan sopan santun sesuai nilai dan norma yang berlaku di

masyarakat.

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, sudah cukup baik

terbukti ketika ditanya mengenai tanda dan gejala, penyebab, perawatan,

pencegahan dan pengobatan stroke, keluarga sedikit paham dikarenakan klien

sudah menderita stroke sudah 3 tahun.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan saat

ini cukup baik terbukti bila ada anggota keluarga yang sakit segera di bawa

ke pelayanan kesehatan serta Ny. M sering mengikuti posbindu lansia yang

diadakan 3 bulan sekali. Kemmapuan dalam merawat Tn.S yang sakit

stroke dirasa masih kurang karena terganjal kondisi ekonomi dan faktor

Tn.S Yang mengalami kesulitan berjalan yang mengakibatkan perawatan

diri dan perawatan mobilitas fisik kurang diperhatikan. Hal ini terbukti dari

hasil pengkajian klien sehari mandi satu kali serta jarang memakai baju

hanya mengenakan sarung dan selimut. Selain itu keluarga jarang melatih

ROM ( Range of Motion ) dikarenakan tidak mengerti manfaat dan

mengalami kesulitan dalam meluangkan waktu. Tn. S mengonsumsi obat


62

vitamin C yang diberikan oleh anaknya. Kemampuan pemanfaat pelayanan

kesehatan cukup baik karena jarak antara rumah klien dengan pelayanan

kesehatan tidak terlalu jauh dapat ditempuh menggunakan sepeda motor

namun keluarga klien sering berobat ke bidan yang berada disamping rumah

atau mengikuti posbindu lansia.

Kemampuan dalam memelihara lingkungan cukup baik terlihat dari

keadaan barang-barang dirumah yang tidak tertata rapi serta terkait

kebersihan cukup baik dan penerangan yang memadai.

Stressor jangka pendek kondisi kesehatan klien yang tak kunjung

sembuh dan stressor jangka panjang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keluarga menganggap sakit yang dialami klien merupakan ujian yang

diberikan oleh Allah SWT. Pemenuhan nutrisi klien tercukupi dengan baik.

Klien makan kurang lebih 3xsehari, minum air putih 4-5 sehari. Pola

eliminasi klien BAB 1xsehari dan BAK 3-4 kali sehari kegiatan sehari-hari

hanya berbaring ditempat tidur. Klien sebelum sakit seorang perokok berat

dan setelah sakit sudah berhenti merokok.

Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Anggota Keluarga


fisik
Tn. S Ny. M Sdr. M Tn. N Ny. M An. A An. W
Keadaan Composmentis Composmentis Tidak Tidak Tidak Composmentis Tidak
Umum Terkaji Terkaji Terkaji Terkaji

TTV TD : 140/90 TD: 160/80 Tidak Tidak Tidak TD : 120/80 Tidak


mmHg mmHg Terkaji Terkaji terkaji mmHg terkaji
N: 76x/mnt N: 74 x/mnt N : 80x/menit
RR: 20x/mnt RR: 20 x/mnt RR: 20 x/mnt
S:36,5°C S: 36,5°C S: 36°C
63

Rambut beruban, lurus, beruban, lurus, Tidak Tidak Tidak Lurus, bersih Tidak
bersih bersih terkaji Terkaji Terkaji terkaji

Mata konjungtiva konjungtiva Tidak Tidak Tidak konjungtiva Tidak


tidak anemis, tidak anemis, terkaji terkaji terkaji tidak anemis, terkaji
sklera tidak sklera tidak sklera tidak
ikterik ikterik ikterik

Hidung bersih, tidak bersih, tidak ada Tidak Tidak Tidak bersih, tidak ada Tidak
ada pembesaran terkaji terkaji terkaji pembesaran terkaji
pembesaran polip polip
polip
Telinga simetris, simetris, Tidak Tidak Tidak simetris, Tidak
pendengaran pendengaran terkaji terkaji terkaji pendengaran terkaji
berkurang baik baik

Mulut mukosa bibir mukosa bibir Tidak Tidak Tidak mukosa bibir Tidak
lembab tidak lembab terkaji terkaji terkaji lembab tidak terkaji
ada sianosis tidak ada ada sianosis
sianosis
Leher tidak ada tidak ada Tidak Tidak Tidak tidak ada Tidak
pembesaran pembesaran terkaji terkaji terkaji pembesaran terkaji
tiroid, tiroid tiroid

Dada : I: simetris I: simetris Tidak Tidak Tidak I: simetris Tidak


Paru-paru P: teraba sama P: teraba sama terkaji terkaji terkaji P: teraba sama terkaji
P: sonor P: sonor P: sonor
A: vesikuler A: vesikuler A: vesikuler
Jantung I: ictus cordis I: ictus cordis Tidak Tidak Tidak I: ictus cordis Tidak
tidak tampak tidak tampak terkaji terkaji terkaji tidak tampak terkaji
P : ictus cordis P: ictus cordis P : ictus cordis
teraba teraba teraba
P: pekak P: pekak P: pekak
A: reguler A: reguler A: reguler
Abdomen I: datar, tidak I: datar, tidak Tidak Tidak Tidak I: datar, tidak Tidak
ada lesi ada lesi terkaji terkaji terkaji ada lesi terkaji
A: bising usus A: bising usus A: bising usus
12x/mnt 10x/mnt 12x/mnt
P: tidak ada P: tidak ada P: tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
P: Tympani P: Tympani P: Tympani
Ekstremitas Ada gangguan tidak ada lesi, Tidak Tidak Tidak tidak ada lesi, Tidak
pergerakan tidak ada edema terkaji terkaji terkaji tidak ada edema terkaji
(Tangan dan pada tubuh
kaki) sebelah kiri,
tidak ada
64

edema ka/ki,
tubuh bagian
kiri tidak
mengenali
rangsangan
sentuhan,
suhu, tekanan,
tonus otot
kurang baik,
kekuatan otot
tubuh bagian
kiri 3, bagian
kanan 5

Integumen warna kulit warna kulit Tidak Tidak Tidak warna kulit Tidak
sawo matang, kuning langsat, terkaji terkaji terkaji kuning langsat, terkaji
turgor kulit turgor kulit baik turgor kulit baik
baik

3. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data salah satu anggota

keluarga yaitu Tn. S yang mengalami masalah kesehatan yaitu Stroke yang

berakibat klien tidak dapat melakukan perawatan diri dan aktivitas secara

mandiri. Dalam mengambil keputusan, keluarga belum dapat membawa

klien ke pelayanan kesehatan terdekat. Namun klien sudah pernah

dilakukan fisioterapi sebanyak 3x pada tahun 2018. Dikarenakan faktor

ekonomi keluarga memutuskan untuk tidak melanjutkan terapi latihan

mobilitas fisik dan membiarkan klien dirawat dirumah dengan bantuan

anggota keluarga yang lain serta selama pandemi pihak puskesmas pernah

beberapa kali membagikan vitamin C kepada masyarakat sehingga keluarga

dan klien ikut mengonsumsi obat vitamin yang diberikan. Ketika keluarga

dan klien diajarkan latihan mobilitas fisik tampak keluarga ingin


65

mengetahui tentang ROM (Range of Motion) diharapan keluarga Tn. S

dapat beraktivitas seperti dulu diusia senja. Sehingga dari data tersebut

dapat diangkat masalah keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas

fisik berhubungan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.

Dalam kemampuan perawatan penyakit stroke keluarga masih

kurang terbukti keluarga tidak mengajarkan latihan mobilitas fisik sehingga

klien hanya berbaring di tempat tidur dan tidak mampu melakukan aktivitas

sehingga memerlukan bantuan dalam perawatan diri yang mengakibatkan

keluarga mengalami kesulitan dalam merawat

Kemampuan mengenal masalah anggota keluaraga Tn. S sudah

cukup baik terbukti ketika ditanya terkait penyakit stroke keluarga dapat

menjawab dengan tepat, dikarenakan klien sudah menderita penyakit stroke

sejak 3 tahun yang lalu. Sehingga dari data ini tidak diangkat menjadi

masalah keperawatan.

4. Skoring prioritas masalah

Hasil pengkajian dari proses skoring terhadap keluarga Tn. S yang


mengalami penyakit stroke diambil dari :
Skor untuk hambatan mobilitas fisik pada Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan.

No Kriteria Score Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x 1 = 1 Keluarga belum bisa mengambil


keputusan yang tepat untuk
Skala kurang sehat membawa Tn. S melakukan
fisioterapi karena factor ekonomi
seperti yang pernah dilakukan
pada tahun 2018
66

2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Masalah dapat diubah dengan


di ubah mudah karena keluarga berminat
untuk diajarkan ROM dan mampu
Skala : Cukup mempraktikkan ulang.

3 Potensial masalah bila 2/3 x 1 = Masalah hambatan mobilitas fisik


dicegah 2/3 dapat dicegah melalui latihan
ROM
Skala : Cukup

4 Menonjonya masalah ½x1=½ Keluarga menganggap penangan


Skala : ada masalah hambatan mobilitas fisik tidak
namun harus segera memberikan pengaruh bagi klien
ditangani

Total Score : 4 1/6


Skor untuk defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Skoring Pembenaran


1 Sifat masalah 2/3 x 1 = Keluarga mengatakan sulit
Skala : ancaman 2/3 membagi waktu baik istri
kesehatan maupun anaknya
dikarenakan urusan
pekerjaan masing-masing.
2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Masalah defisit perawatan
masalah dapat diri dapat diatasi melalui
diubah pola hidup bersih.
Skala : mudah
3 Potensial masalah 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
bila dicegah belum memperoleh
Skala : tinggi informasi yang cukup
terkait masalah defisit
perawatan diri sejak klien
sakit .
4 Menonjolnya 0x1=0 Tn. S tampak tidak terjaga
masalah penampilannya, sehari
Skala : masalah mandi satu kali, terkadang
tidak dirasakan tidak memakai baju hanya
berselimut atau bersarung.
Total 3 1/3
67

Dari hasil skoring diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa utama

yang dapat diangkat yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Dan untuk

diagnosa yang kedua defisit perawatan diri berhubungan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit Stroke.

5. Diagnosa Keperawatan

a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengambil keputusan.

b. Defisit perawaaan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

6. Intervensi

a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengambil keputusan

Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 21 Mei 2021

diharapkan masalah hambatan mobilitas fisik dapat teratasi.

Kriteria hasil :

1) Tidak terjadi kontraktur sendi

2) Bertambahnya kekuatan otot

3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

4) Klien berpartisipasi dalam program latihan.

Intervensi :
68

1) Ganti posisi klien setiap 2 jam sekali, menggunakan teknik log roll.

2) Ajarkan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien saat

melakukan ROM (Range Of Motion) pasien secara tepat.

3) Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya.

4) Tinggikan kepala dan tangan.

5) Atur posisi tangan dan jari.

b. Defisit perawaaan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Definisi : ketidakmampuan melakukan pembersihan diri saksama secara

mandiri Herdman

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 22 Mei 2021

diharapkan masalah defisit perawatan diri dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Mendemonstrasikan perubahan dalam merawat diri : mandi, BAB,

BAK, berpakaian, makan

2) Menampilkan aktivitas perawatan secara mandiri

3) Pasien dapat merawat diri sendiri

Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien ADL (Activity Daily Living) pasien

2) Anjurkan pasien untuk melakukan sendiri perawatan dirinya jika

mampu.

3) Berikan umpan balik positif atas usaha klien.


69

4) Pertahankan dukungan, sikap tegas, beri cukup waktu untuk

menyelesaikan tugas pada klien.

5) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien jika klien

tidak mampu.

a. Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan pada hari Jumat, 21 Mei 2021

pukul 14.00 WIB terkait diagnosa hambatan mobilitas fisik mengajarkan

teknik latiahan mobilitas fisik dengan ROM ( Range Of Motion )

memotivasi dan memberikan pujian positif kepada keluarga dan klien untuk

dapat melakukan secara mandiri latihan yang sudah diajarkan.

Implementasi untuk diagnosa kedua yang dilakukan pada tanggal 22 Mei

2021 pukul 14.00 WIB yaitu menanyakan ulang latihan hambatan mobilitas

fisik yang sudah diajarkan sehingga keluarga mampu melakukan secara baik

dan mandiri. Selanjutnay terkait diagnosa defisit perawatan diri

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Tindakan ini dilakukan melalui penyuluhan media

cetak leaflet, sasaran keluarga dan klien yang bertujuan untuk meningkatkan

perawatan diri indikasi yang disampaikan terdapat 4 kompenen dalam

penyuluhan yaitu berpakaian, mandi, toileting, makan/minum, BAB/BAK

yang membahas tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengertian

kebersihan, pentingnya kebersihan, akibat, serta cara merawat kebersihan

diri. Setelah diberi penjelasan keluarga dapat menyebutkan kembali apa


70

yang sudah dijelaskan sesuai materi yang diberikan. Oleh karena itu diberi

pujian positif karena telah berhasil menjelaskan kembali materi penyuluhan.

b. Evaluasi

Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 21 Mei 2021

pukul 14.00 WIB yang mengangkat diagnosa keperawatan Hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengambil keputusan adalah sebagai berikut :

S : klien dan keluarga mengatakan sudah dapat mengambil keputusan

untuk menangani masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dengan

latihan ROM (Ran Of Motion ) dan Tn S serta keluarga mengatakan merasa

terbantu untuk mengatasi kesehatann klien dengan melatih dan diajarkan

ROM.

O : klien tampak menikmati latihan yang diajarkan

TD : 140/90 mmHg

N: 76x/mnt

RR: 20x/mnt

S:36,5°C

A : masalah hambataan mobilitas fisik teratasi sebagian

P : memotiasi keluarga dan klien untuk mengambil keputusan yang tepat

terkai mengajarkan latihan ROM

Evaluasi berikutnya yaitu masalah defisit perawatan diri berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

sakit. Keluarga mengatakan sudah mengerti mengenai pengertian,


71

penyebab, tanda dan gejala, serta akibat defisit perawatan diri setelah

diberikan penjelasan dan diberi media berupa leaflet. Keluarga mengatakan

merasa terbantu terkait penyuluhan yang diberikan untuk menjaga

kebersihan klien dan memberikan motivasi tentang perawatan diri dan

menanyakan ulang pemahaman keluarga terkait penjelasan penyuluhan dan

jangan lupa memberi pujian positif terhadap keluarga dan klien. Sehingga

masalah keperawatan defisit perawatan diri dapat teratasi . Selanjutnya

mengevaluasi masalah keperawatan pada hari pertama untuk mengulang

dan mempraktikan secara mandiri latihan ROM.

B. Pembahasan

Pada tahap ini akan membahas tentang Asuhan keperawatan

keluarga dengan Stroke di Wilayah Puskesmas Magelang Utara. Pada

pembahasan kasus penulis akan membahas Keperawatan keluarga (dalam

(Riasmini et al., 2017) dengan proses pemberian pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan yang terdiri

atas pengkajian, diagnosa, implementasi tindakan keperawatan dan

evaluasi.

Menurut teori Achar, (2012, p.23-26) keluaraga Tn. S berada dalam tugas

tahap perkembangan VIII yaitu keluarga dalam masa pensiun dan lansia

dimana peran dan fungsi berupa mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, mempertahankan ikatan keluaraga

antar generasi dan memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan.


72

1. Pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data tipe keluarga besar

(Exteneded Family). Hal ini sesuai teori menurut Carter & McGoldrick

2005 (Ratnawati, 2017, p. 195) keluarga besar adalah keluarag inti yang

ditambah sanak saudara, nenek,kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.s Berdasarkan data yang diperoleh klien sudah menderita

penyakit stroke sudah 3 tahun dengan riwayat penyakit hipertensi. Hal ini

sesuai teori menurut (Sari, Indrawati, & Dewi, 2016) hipertensi

merupakan penyebab stroke yang termasuk faktor resiko yang dapat

dimodifikasi. Hal itu didukung pernyataan keluarga yang mengatakan klien

selalu dalam tensi tinggi dan saat dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil

tekanan darah klien 140/90 mmHg.

Pada saat pemeriksaan fisik klien mengalami mati rasa kelemahan

ekstremitas bagian kiri yaitu tangan dan kaki dengan kekuatan otot tangan

dan kaki 3. Hal ini sesuai manifesi klinis dari penyakit stroke yang

dikemukan oleh Pudiastuti (2019, p. 161) yaitu Kelumpuhan wajah atau

anggota badan sebelah (hemiparesis) atau hemiplegia (paralisi) yang

timbul secara mendadak. Pada bagain mata klien tidak tidak ditemukan

kehilangan penglihatan secara tiba-tiba. Hal ini sesuai tanda-tanda dari

penyakit stroke menurut American Stroke Association (ASA) pada tahun

2018. Namun klien sebelum sakit mengalami gangguan pada panca indra

yang lain yaitu penurunan pendengaran yang disebabkan faktor lanjut usia

sehingga klien terlihat bingung ketika diajak berbicara.


73

Perawatan klien terkait penyakit stroke yang dilakukan keluarga

Tn. S dirasa masih kurang, terbukti ketika dilakukan kunjungan rumah,

klien berpenampilan tidak rapi serta keluarga mengatakan melakukan

perawatan mandi 1 kali sehari. Hal tersebut sesuai dengan jurnal penelitian

dan pengembangan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Liza Puspa

Dewi,, Maria Astrid , Sudibyo Supardi salah satu dampak stroke

menimbulkan gangguan fungsi motorik yang mengakibatkan pasien stroke

memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan

fungsi motorik mengakibatkan perubahan mobilisasi dan mengganggu

fungsi tubuh. Disabilitas akibat stroke menyebabkan perubahan pada status

kesehatan fungsional (Lemone, Burke, Bauldoff, 2017).

Diagnosa

Dari data pengkajian yang didapatkan penulis, dilanjutkan

perumasan masalah dengan ditentukan prioritas masalah sesuai skoring

menurut teori Bailon dan Maglaya (1978) dalam bakri, (2017) yang

digunakan untuk menentukan skor setiap kriteria kemudian dibagi skor

tertinggi dikali bobot.

Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan NANDA (2018) dan

Achar 2012 ada 5 masalah. Pada kasus ini, ditemukan 2 masalah

keperawatan yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan dan defisit

perawatan diri berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.


74

Penulis menentukan diagnosa keperawatan utama yaitu hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengambil keputusan. Berdasarkan pengkajian dari data subyektif yang

didapat bahwa keluarga mengalami masalah ketidakmampuan mengambil

keputusan terkait hambatan mobilitas fisik karena factor ekonomi. Keluarga

beranggapan bila melakukan fisioterapi secara rutin membutuhkan biaya

yang cukup banyak serta klien yang sudah lanjut usia. Hal ini sesuai teori

menurut Achar 2012 yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Tugas

ketidakmampuan mengambil keputusan karena keluarga menyerah akan

masalah kesehatan yang dialami Tn. S yang sudah lanjut usia dan tidak

kunjung membaik serta kendala faktor ekonomi.

Masalah keperawatan kedua yang ditegakkan yaitu defisit

perawatan diri berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit. Didasarkan pada bukti keluarga yang tidak

begitu mengetahui dan memperhatikan akan pentingnya perawatan diri

ketika ditanya mengenai manfaat dan pentingnya melakukan perawatan diri

pasien penyakit stroke. Sehingga penulis berpendapat dalam menjalankan

aktivitas perawatan diri klien memperlukan bantuan. Di dukung teori yang

dikemukan oleh Achjar (2012) tentang sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan.

Untuk diagnosa ketidakmampuan keluarga dalam mengenal

masalah kesehatan tidak diangkat. Dalam hal ini keluarga klien sudah cukup
75

paham terkait pengetahuan penyakit stroke dikarenakan klien sudah

mengalami sakit sejak 3 tahun yang lalu. Selanjutnya untuk diagnosa

ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan tidak ditemukan

karena tidak mempengaruhi kesehatan keluarga klien dibuktikan pernyataan

keluarga yang sering membersihkan rumah bersama-sama setidaknya satu

minggu sekali dan terlihat keadaan rumah yang tidak begitu rapi namun

terlihat bersih, memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup. Kemudian

untuk diagnosa ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas

kesehatan tidak muncul sebab sudah cukup baik. Bila ada anggota keluarga

yang sakit akan dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat dan setiap 3 bulan

sekali disekitar tempat tinggal diadakan posbindu lansia.

Intervensi keperawatan terkait masalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil

keputusan menurut (Herdman, 2018, p.217) yaitu latihan ROM (Range Of

Motion ) serta memotivasi dan memberi pujian positif terhadap keluarga

agar mengulangi kembali latihan yang telah diajarkan.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa kedua yang dilakukan

untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri berhubungan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu

memberikan pengetahuan penyuluhan terkait pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, komponen kebersihn, pentingnya kebersihan, akibat, serta cara

merawat perawatan diri. Yang didukung teori Herdman (2018, p.241) untuk
76

membantu dalam memenuhi ADL sehari-hari. Sehingga dapat membantu

klien dalam masalah defisit perawatan diri.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 21 Mei

2021 sesuai dengan perencanaan. Diagosa pertama hambatan mobilitas fisik

berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

dengan mengajarkan teknik latihan ROM ( Range Of Motion )

Implementasi keperawatn yang dilakukan pada tanggal 22 Mei

2021 untuk diagnosa defisit perawatan diri berhubungan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan

pemberian penyuluhan informasi terkait pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, komponen kebersihn, pentingnya kebersihan, akibat, serta cara

merawat perawatan diri. Setelah itu diadakan sesi tanya jawab terkait

penjelasan yang diberikan. Menanyakan pemahaman keluarga tentang

informasi yang disampaikan serta memberikan reinforcement atau pujian

positif untuk menumbuhkan motivasi.

Evaluasi hari pertama pada tanggal 21 Mei 2021 untuk diagnosa

keperawatan utama hambatan mobilitas fisik berhubungan ketidakmampuan

keluarga dalam mengambil keputusan, keluarga mengatakan sudah cukup

paham setelah diajarkan teknik latihan ROM ( Range Of Motion ). Dengan

harapan keluarga paham manfaat dari diajarkan latihan ROM ( Range Of

Motion ) untuk mencegah kekakuan dan kelemahan otot serta mempu

melakukan secara mandiri.


77

Evaluasi hari kedua pada tanggal 22 Mei 2021 keluarga

mempraktiakan kembali latiahan ROM yang disudah diajarkan secara

mandiri. Didukung teori menurut Suprajitno, (2014) bahwa evaluasi

merupakan kegiatan membandingkan antara kriteria hasil dan standar yang

telah ditetapkan untuk mengetahui keberhasilannya. Dari diagnosa

hambatan mobilitas fisik berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam

mengambil keputusan teratasi.

Evaluasi untuk diagnosa yang terakhir yaitu defisit perawatan diri

berhubungan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit teratasi, saat diberikan motivasi dan dijelaskan ulang untuk

melakukan perawatan kebersihan diri klien, keluarga terlihat antusias

C Keterbatasan

Keterbatasan dalam menyusun laporan karya tulis in yang dialami

penulis terkait musibah pandemic covid 19 serta faktor anggota keluraga

yang tidak lengkap saat dilakukan praktik keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai