Skripsi Jilid Iyo Fix
Skripsi Jilid Iyo Fix
Oleh:
ALFRED SETYAWAN PRATAMA
NIM: 1802010310
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar karya
saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penulisan skripsi ini, maka saya bersedia untuk mematuhi peraturan yang
berlaku di UniversitasNusa Cendana.
Demikian pernyataan ini saya buat sebagai tanggung jawab formal agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
iv
MOTO:
(Alfred Pratama)
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkati tiap langkah
dalam hidupku.
saat.
3. Kakak dan Adik tersayang, Kakak Wiwin, Adik Albert, Agung, Yuyun
dan Adik Kristian yang selalu mendoakan dan mendukung saya dalam
Kupang.
vi
ABSTRAK
Alfred Setyawan Pratama: Kajian Hukum Pidana Atas Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Terhadap Perempuan. Dibimbing oleh: Nikolas Manu sebagai Pembimbing I dan Rosalind
Angel Fanggi sebagai Pembimbing II.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan kekerasan berbasis gender yang
terjadi di ranah personal. Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi di Kabupaten
Flores Timur dengan kebanyakan kasus dikarenakan permasalahan ekonomi di lingkup
rumah tangga, dan ada juga faktor selingkuh dikarenakan pilihan pasangan masing-masing
sehingga keharmonisan rumah tangga menjadi luntur. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah bentuk-bentuk kekerasan
terhadap perempuan dalam rumah tangga di Kabupaten Flores Timur terkait Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga? (2)
Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap korban kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga?
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Flores Timur tepatnya di Kepolisian
Resor Flores Timur. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris, yaitu dilakukan
dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktik lapangan. Pendekatan ini dikenal juga
dengan pendekatan secara sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan. Data
dianalisis secara deskriptif-kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa: (1) Bentuk-
bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kabupaten Flores Timur yakni antara
lain: (a) kekerasan fisik: kekerasan fisik yang terjadi seperti suami aniaya istri dengan cara
dipukul dengan menggunakan tangan kosong maupun menggunakan benda tumpul. (b)
kekerasan psikis: berupa perkataan kasar dari suami terhadap istri seperti cacian maki,
hinaan, hingga ancaman akan membunuh korban. (c) kekerasan seksual: berupa korban
dipaksa berhubungan intim tetapi korban menolak, akhirnya pelaku emosi dan meremas
serta memukul alat vital korban hingga pendarahan. (d) penelantaran rumah tangga: berupa
tidak diberikan biaya yang seharunya ditanggung oleh pelaku demi kelangsungan hidup
korban atau dan pembatasan atau larangan yang menyebabkan ketergantungan ekonomi. (2)
Perlindungan hukum terhadap korban kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, antara lain: (a) perlindungan sementara, (b) penetapan perintah perlindungan oleh
pengadilan, (c) penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor Kepolisian, (d) penyediaan
rumah aman atau tempat tinggal alternatif, (e) pemberian konsultasi hukum oleh advokat
mengenai informasi hak-hak korban dan proses peradilan, (f) pendampingan advokat pada
tingkat penyidik, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan. Saran dari penulis
ialah mengingat kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan kejahatan melanggar
hak asai manusia khusunya perempuan sebagai korban, maka diharapkan bagi pemerintah
dan aparat penegak hukum setempat agar melakukan sosialisasi hukum bagi masyarakat
dan upaya pendampingan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-
Nya sehingga penulis berhasil manyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul
“Kajian Hukum Pidana Atas Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (Studi Kasus Kabupaten Flores Timur)”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana
diselesaikan tepat pada waktunya berkat bantuan serta dukungan dari berbagai piahk
oleh karena itu pada kesempatan ini dari lubuk hati yang paling dalam penulis
menyampaikan terima kasih dan secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Nusa Cendana, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc.
menyekesaikan studi.
menyelesaikan studi.
10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana, Kupang, yang
11. Para Staf Kependidikan yang telah melayani penulis selama mengikuti
12. Kapolres Kepolisian Resor Flores Timur, AKBP I Gede Ngurah Joni
x
13. Almamater tercinta, FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS NUSA
yang sudah menolong saya secara moril sehingga saya boleh menyelesaikan
15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-per-satu, dalam mendoakan dan
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih, atas kekurangan dan kelebihannya
Penulis
xi
DAFTAR ISI
xii
2.2 Tinjauan tentang perlindungan hukum Kekerasan dalam Rumah Tangga ........... 27
2.2.1 Pengertian Perindungan Hukum .......................................................... 27
2.2.2 Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum ................................................... 27
2.2.3 Unsur-unsur Perlindungan Hukum ...................................................... 28
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 29
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem hukum nasional belumlah tertata secara menyeluruh dan terpadu dengan
mengakui dan menghormati budaya, norma agama dan hukum adat yang hidup dan
keterbukaan seperti sekarang ini. Khusus dalam persoalan ideologi gender dan
budaya patriarki, cenderung terjadi pembedaan peran sosial di antara laki-laki dan
perempuan.
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tenteram, dan
damai merupakan dambaan setiap orang dalam rumah tangga. Kekerasan dalam
rumah tangga sebagian masyarakat menganggap sebagai masalah privat karena hal
itu merupakan persoalan pribadi. Hal ini perlu terus ditumbuh kembangkan dalam
rangka membangun keutuhan rumah tangga. Akibat dari patriarki ini, laki-laki
perempuan dan anak sebagai yang lemah. Disini kita melihat bahwa pihak yang
mendapat kekerasan adalah anak dan perempuan, namun dalam penelitian ini lebih
kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Kekerasan ini sering terjadi
dalam hubungan relasi personal, dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan
1
dekat oleh korban.1 Keluarga dan kekerasan sekilas seperti sebuah paradox.
kekerasan dalam rumah tangga tidak saja bersifat material, tetapi juga immaterial
antara lain berupa goncangan emosional dan psikologis, yang langsung atau tidak
oleh beberapa faktor, faktor pembelaan atas kekuasaan laki-laki, dalam halaman ini
dan pembatasan di bidang ekonomi, dalam hal ini diskriminasi dan pembatasan
Alasan mendasar yang biasa dikemukakan oleh pelaku kekerasan dalam rumah
tangga adalah kekerasan tersebut dilakukan dengan tujuan agar istri atau anaknya
menjadi tertib atau sebagai suatu pembelajaran kepada keluarganya. Faktor terakhir
adalah peradilan pidana pada laki-laki, dalam hal ini posisi wanita sebagai istri dalam
1
Komnas Perempuan, Menemukenali Kekerasan Dakam Rumah Tangga (KDRT),
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-kekerasan-dalam-
rumah-tangga-kdrt, diakses pada tanggal 21 Juni 2021
2
pelanggaran hukum sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup dan
Dengan semakin banyaknya kasus dan menjadi korban kebanyakan adalah kaum
Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga ini
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam lingkup rumah tangganya sesuai dengan
kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2020. Jumlah kasus yang tercatat ini
sebanyak 431.471 kasus. Menurunnya jumlah kasus dalam CATAHU 2021 lebih
Komnas Perempuan pada tahun 2020 meningkat drastis sebesar 60%, yaitu dari
1.413 kasus di tahun 2019 menjadi 2.389 kasus di tahun 2020. Bertambahnya jumlah
2
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Perempuan Rentan Jadi Korban KDRT Kenali
Faktor Penyebabnya, https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1742/perempuan-rentan-jadi-korban-
kdrt-kenali-faktor-penyebabnya, diakses pada tanggal 25 Juni 2021.
3
pengaduan ke Komnas Perempuan juga menunjukkan kerentanan terjadinya
Timur cukup tinggi. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan kasus
kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak dan perempuan mengalami
peningkatan hingga menembus 564 kasus pada tahun 2020. Kasus kekerasan
terhadap anak dan perempuan yang terjadi di tahun 2019 jumlahnya di bawah 564
kasus. Sedangkan khusus untuk kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) di NTT
sendiri ada 31 kasus, Januari-Agustus 2020, didominasi orang dekat yang memiliki
hubungan keluarga dengan para korban. Hal ini terjadi karena budaya patriarki yang
tidak biasa digeneralisir karena setiap daerah memiliki adat dan budaya yang
kajian ini akan memulai dengan daerah yang paling luas di Provinsi NTT yaitu pulau
Flores, khusunya di Kabupaten Flores Timur yang terkenal akan adat istiadatnya,
suku, dan keindahan alamnya. Kabupaten Flores Timur memiliki keberagaman suku
dan agama serta tingkat toleransi yang tinggi dimana hal tersebut merupakan ciri
khas bangsa Indonesia. Terlepas dari penjelasan di atas, Kabupaten Flores Timur
3
CATAHU 2021 Komnas Perempuan, Kekerasan Terhadap Perempuan dan Dispensasi Perkawinan Melonjak
Selama Pandemi,https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/catahu-2021-komnas-perempuan-kekerasan-
terhadap-perempuan-dan-dispensasi-perkawinan-melonjak-selama-pandemi, diakses pada tanggal 5 November 2021
4
Tabel 1. Jumlah KDRT Tahun 2018-2021
di Wilayah Kabupaten Flores Timur
1. 2018 4 kasus
2. 2019 6 kasus
3. 2020 11 kasus
4. 2021 8 kasus
5. 2022 8 kasus
Total 37 kasus
Dari Tabel 1, berdasarkan data yang diterima dari Unit Perlindungan Anak dan
Perempuan atau Unit PPA Sat Reskrim Kepolisian Resort Flores Timur dari tahun
2018 hingga 2022 ada sekitar 37 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi
ekonomi dilingkup rumah tangga, dan ada juga faktor selingkuh dikarenakan pilihan
Dalam penelitian ini, kekerasan yang menjadi kajian utama akan dikhususkan
pada kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan, karena kekerasan dalam
rumah tangga merupakan fenomena global yang terjadi sepanjang abad kehidupan
5
dalam semua aspek kehidupan, baik di bidang sosial budaya, politik, ekonomi,
yang memilki relevansi atau keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Indah Susanty dan Nur Julqurniati
yang terjadi pada masyarakat di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur? (2)
4
Susanti Dewi, Julqurniati Nur, “Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga ( Studi Kasus Di Kota
Larantuka Kabupaten Flores Timur)”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 8 NO. 2, (
2019).
6
dalam rumah tangga yang terjadi pada masyarakat di Kota Larantuka
Larantuka Kabupaten Flores Timur? Jurnal Sosio Konsepsia Vol. 8, No. 02,
Kupang, 2019.
Rumah Tangga Terhadap Perempuan”. Rumusan Masalah: (1) Apa saja faktor
Apa saja bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga? (4) Bagaimana upaya
hukum terhadap istri korban kekerasan dalam rumah tangga? (2) Bagaimana
5
Alimi Rosma, Nurwati Nunung, “Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap
Perempuan”, Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat, Vol. 2 No. 1, (2021).
7
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
pembaca dan calon peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut tentang
ataupun saran yang berfungsi sebagai masukan baik bagi masyarakat luas
8
1.5 Metode Penelitian
usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau
a. Kekerasan fisik,
b. Kekerasan psikis,
c. Kekerasan seksual,
9
1.5.3 Metode Pendekatan
1. Populasi
menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu Kajian hukum pidana atas
rumah Tangga.
2. Pendekatan Sampel
Rumah tangga.
mengambil beberapa sampel dari beberapa titik yang strategis terkait dengan
10
1. Data Primer
peneliti. Data yang berasal dari sumber data yang utama yang berwujud
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada atau data yang
data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu studi kepustakaan atau
digolongkan kedalam:
1945;
11
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
laporan ilmiah dan artikel ilmiah yang bersangkut paut dengan isu
digunakan meliputi:
penulisan ini.
1. Studi Kepustakaan
7
Ibid, hlm 32.
12
2. Wawancara
dengan bertatap muka secara fisik dan bertanya jawab dengan korban,
3. Dokumentasi
sumber data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau gambar berbentuk
dokumen resmi, buku, majalah, arsip, dokumen pribadi dan foto yang
13
1.5.7 Responden
Penelitian dengan judul kajian hukum pidana atas kekerasan dalam rumah
2) Pelaku : 3 orang
Jumlah : 12 orang
1. Teknik Data
berikut:
responden.
8
Ibid, hlm 34.
14
2. Teknik Data
penelitian.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tangga merupakan salah satu bentuk kekerasan yang sering kali terjadi pada
korban kekerasan rumah tangga dan tindakan ini seringkali dikaitkan dengan
penyiksaan baik fisik psikis yang dilakukan oleh pelaku dimana yang menjadi
delik biasa. KDRT yang merupakan delik aduan diatur dalam Pasal 51, Pasal
9
Aroma Elminta Marta, Perempuan, Kekerasan dan Hukum, UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 21.
16
Dalam Rumah Tangga.10 Menurut pasal-pasal ini, tindak pidana KDRT yang
termasuk delik aduan meliputi: Tindak pidana kekerasan fisik yang dilakukan
oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
hubungan seksual yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya.
Selain ketiganya, tindak KDRT yang lain termasuk dalam delik biasa.
Istilah delik memiliki makna yang sama dengan tindak pidana. Dalam
dibedakan menjadi delik aduan dan delik biasa. Delik aduan adalah tindak
pidana yang penuntutannya hanya dapat dilakukan jika ada pengaduan dari
korban atau orang yang dirugikan. Sementara itu, delik biasa adalah delik yang
untuk penuntutannya. Didalam delik aduan terbagi dalam dua jenis yaitu delik
aduan absolut (absolute klacht delict) dan delik aduan relatif (relative klacht
delict). Delik aduan absolut adalah tiap-tiap kejahatan yang dilakukan, yang
hanya akan dapat diadukan penuntutan oleh penuntut umum apabila telah
termasuk dalam jenis delik aduan absolut seperti: kejahatan penghinaan (Pasal
10
Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
17
310 s/d 319 KUHP), kejahatan susila (Pasal 284, Pasal 287, Pasal 293 dan
delik aduan relatif adalah delik dimana adanya suatu pengaduan itu hanyalah
dapat menuntut pelakunya, yaitu bilamana antara orang yang bersalah dengan
orang yang dirugikan itu terdapat suatu hubungan yang bersifat khusus.
motif utama munculnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga ini
(empat) bentuk, yaitu; kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan
11
Saptosih Ismiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) & Hak Asasi Manusia (HAM) (Sebuah Kajian
Yuridis), CV Budi Utama, Yogyakarta, 2020, hlm. 4.
12
Nur Iman Subono, Negara dan Kekerasan Terhadap Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, 2000, hlm.
102.
18
penelantaran rumah tangga. Adapun bentuk-bentuk kekerasan tersebut dapat
1. Kekerasan Fisik
untuk menimbulkan rasa sakit kepada korban. Kekerasan fisik ini dapat
siraman dengan zat kimia atau air panas, menenggelamkan dan tembakan.
Kekerasan fisik ini kadang diikuti oleh kekerasan seksual, baik itu berupa
perkosaan. Akibat dari kekerasan fisik dapat berupa luka ringan, luka
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.”
2. Kekerasan Psikis
ditujukan kepada psikis (mental atau kejiwaan) seseorang, baik itu berupa
13
Susanti Dewi, Julqurniati Nur, “Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga ( Studi Kasus Di Kota
Larantuka Kabupaten Flores Timur)”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 8 NO. 2, (
2019).
19
psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan
3. Kekerasan Seksual
baik itu telah terjadi persetubuhan atau tidak, dan tanpa memperdulikan
meliputi :
adalah :
20
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
Penelantaran rumah tangga ini erat kaitannya dengan ekonomi, baik itu
kategori KDRT sebagai bentuk diskriminasi, hal ini secara khusus dapat
dikaitkan dengan posisi rentan perempuan baik dewasa maupun anak, dalam
21
Pasal 44 Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
memuat ketentuan pidana berupa sanksi antara lain:14 (1) “Setiap orang yang
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah”. (2) “Dalam hal ini perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling
banyak Rp. 45.000.000,00 (empat puluh juta rupiah)”. (4) Dalam hal perbuatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap istri atau
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
penganiayaan pasal 44 ayat (4) diatas merupakan tindak pidana aduan. Jadi
penyidik tidak dapat menahan pelaku kekerasan dalam rumah tangga tanpa
adanya pengaduan.
14
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
22
Pasal 26 Undang-Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
perkara. Korban juga dapat memberikan kuasa kepada orang lain untuk
korban tidak selalu harus pergi ke kantor polisi untuk melakukan pelaporan
membuktikan cukup dengan keterangan saksi korban dan 1 alat bukti yang sah.
tangga. Pada umunya pihak pelaku telah mengantisipasi proses hukum dengan
(PKDRT) ini diatur mengenai hak-hak korban, yaitu terdapat dalam Pasal 10 di
“Menolak restitusi untuk kepentingan pelaku (tidak mau diberi restitusi karena
warisnya bila pihak korban meninggal dunia karena tindakan tersebut”. (4)
15
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
16
Arif Gosita, Kedudukan Korban di Dalam Tindak Pidana, dalam Masalah Korban Kejahatan, CV Akademika
Pressindo, Jakarta, 1993, hal 63.
23
melapor dan menjadi saksi”. (7) “Mendapatkan bantuan penasihat hukum”. (8)
Dengan adanya pasal yang memuat tentang hak-hak korban ini maka
17).
Setiap saksi dan korban dalam tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah
Korban. Selain itu saksi dan korban tentunya juga berhak mendapat
saksi dan korban KDRT yang menghadapi situasi yang sangat mengancam
jiwanya karena pelaku adalah orang terdekatnya. Hak yang diperoleh korban
24
KDRT sesuai dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang
d. mendapat penerjemah;
i. dirahasiakan identitasnya;
kebutuhan;
25
o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
p. mendapat pendampingan.
Keputusan LPSK.
3. Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus
Saksi Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang dapat
26
1.2 Tinjauan tentang perlindungan hukum KDRT
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya
hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai
hukum pidana tidak dapat dilepaskan dari peran negara sebagai institusi yang
masyarakat.17
17
Barda Nawawi Arief. Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy), bahan Penataran Nasional Hukum Pidana dan
Kriminologi, Fakultas Hukum Universitas Dipanegoro, Semarang, 1998. Hal 73.
27
1.2.3 Unsur-unsur Perlindungan Hukum
warga negara. Unsur keempat perlindungan hukum yaitu adanya sanksi hukum
28
1.3 Kerangka Berpikir
Kekerasan Penelantaran
Perspektif Undang-Undang
Seksual Rumah Tangga
Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Perspektif Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban
Dalam rumah tangga terdapat bentuk kejahatan Yaitu kejahatan fisik, psikis, kekerasan
seksual dan penenlantaran rumah tangga jika dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kekerasan dalam rumah. Perlu ada upaya penanggulangan yaitu bentuk:
29
a. Represif
b. Preventif
c. koersif
Upaya ini memiliki peran yang sangat penting terlebih kepada korban,
30
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
fisik, seksual, psikologis, dan/ atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan ini sering terjadi pada
tangga untuk melakukan tindak kekerasan, termasuk juga adanya skala perbedaan
dalam kekuatan fisik dan kemampuan antara suami-istri dan tingkat keseriusan dalam
menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berhubungan dekat
dengan mereka. Kekerasan dalam rumah tangga umumnya dilakukan oleh laki-laki
masyarakat, rata-rata yang menjadi korbannya adalah perempuan (istri). Para korban
yang mengalami kekerasan pun dituntut agar mampu memperjuangkan haknya. Istri
sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga harus mengetahui dan memahami
31
betul tentang undang-undang kekerasan dalam rumah tangga sehingga jika istri
yang berwajib dan mendapat perlindungan dari aparat yang berwajib, jika istri tidak
memahami sama sekali tentang adanya undang-undang ini maka sangat fatal
akibtnya, istri akan secara terus menerus mengalami kekerasan dalam rumah tangga
2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, dalam Pasal 1 angka
tersebut dikatakan bahwa kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah
tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga harus didasarkan pada adanya aduan
terlebih dahulu yang dibuat oleh korban atau berdasarkan laporan yang diberikan
18
Kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga merupakan delik aduan yang mana ketentuannya
terdapat dalam Pasal 51, 52, 53 UU PKDRT.
32
oleh keluarga atau orang lain yang mendapat kuasa dari korban yang ditujukan
yang perlu diselesaikan secara hukum melalui sistem peradilan pidana dalam
mekanisme sistem peradilan pidana sebagaimana diatur dalam KUHP sebagai Lex
Kekerasan Dalam Rumah Tangga sebagai Lex Specialist penegakan hukum yang
Tabel 2. Penanganan Kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Sat
Reskrim Polres Flores Timur dari Tahun 2018-2022
Tahun
1 Kekerasan Fisik 4 5 9 6 8
2 Kekerasan Psikis - - 2 - -
3 Kekerasan Seksual - - - 1 -
4 Penelantaran Rumah 0 1 - 1 -
Tangga
Jumlah 4 6 11 8 8
Sumber Data: Unit PPA Sat Reskrim Polres Flores Timur, tanggal 16 Agustus 2022
Dari data di atas menunjukkan beragam jenis kasus KDRT yang terjadi di
Kabupaten Flores Timur. Di mana kasus KDRT pada tahun 2018 dengan angka 4
19
Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang-Undang PKDRT.
33
kasus. Pada tahun 2019 mengalami peningkatan dengan total angka 6 kasus
KDRT diantaranya kasus kekerasan fisik dan kasus penelantaran rumah tangga.
Sedangkan pada tahun 2020 KDRT mengalami peningkatan drastis dengan angka
Peningkatan kasus pada tahun 2020 ini tidak terlepas dari dampak pandemi virus
ekonomi. Terlepas dari itu, kasus KDRT di kabupaten Flores Timur mengalami
sedikit penurunan pada tahun 2021 dan 2022 dengan total angka 8 kasus, dimana
terdapat kekerasan fisik, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. Data
di atas tersebut kembali dipertegas oleh Bapak Gabriel MD Boli selaku Kanit IV
Satreskrim Polres Flores Timur bahwa terdapat beberapa jenis kasus yang secara
tidak langsung membawa dampak buruk bagi para korban (istri). Adapun kasus
KDRT seperti kekerasan fisik yang tercatat dari tahun 2018 sampai dengan 2022
dengan jumlah 32 kasus. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang
dilakukan pada informan bahwa yang paling menonjol untuk kasus KDRT di
Kabupaten Flores Timur yaitu kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang dialami oleh
tangan maupun benda tumpul lain seperti batu, helm, kayu, gagang sapu,
berulang kali terjadi sehingga korban akhirnya memberanikan diri untuk melapor
kepada pihak kepolisian. Kekerasan psikis tercatat dari tahun 2018 sampai dengan
34
tahun 2022 dengan 2 kasus. Kekerasan psikis yang dialami korban (istri) tersebut
Penelantaran rumah tangga tercatat dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022
dengan 2 kasus. Penelantaran rumah tangga yang dialami korban (istri) berupa
tidak dinafkahi seperti tidak diberikan uang belanja, jarang pulang ke rumah,
hingga tidak memberikan pendidikan kepada anak. Dan jenis kasus kekerasan
seksual yang tercatat jarang bahkan hampir tidak sering ditemukan dari tahun
2018 sampai dengan tahun 2022 hanya 1 kasus. Kekerasan seksual yang ditemui
Jumlah kasus KDRT yang ditangani oleh Polres Flores Timur selama
kurun waktu 5 tahun terakhir menjadi pusat perhatian yang serius bagi Polres
Flores Timur khsusnya Unit PPA Satreskrim Polres Flores Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja dari Unit PPA Sat Reskrim Polres Flores Timur ini
menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab dengan baik dilihat dari
perbandingan kasus yang mulai sedikit berkurang pada kurun waktu dua tahun
terakhir walaupun kasus KDRT di Kabupaten Flores Timur belum teratasi dengan
baik.
Flores Timur Bapak Gabriel Md Boli mengatakan bahwa kasus KDRT berada dalam
Unit PPA yang kasusnya semakin marak, maka dari itu kepolisian khususnya di
Unit PPA bekerja maksimal sesuai dengan Undang-Undang agar masalah tersebut
bisa di atasi. Akan tetapi sebenarnya banyak kasus kekerasan yang terjadi, namun
35
para korban tidak berani mereka laporkan, disebabkan masih terikat dengan
budaya dan adat istiadat setempat dan tidak mau menyebarkan aib keluarga
karena efeknya akan diceraika. Para perempuan tersebut melapor hanya untuk
efek jera saja untuk pelaku/suami tetapi pada akhirnya laporan tersebut akan
Flores Timur. Kanit Satreskrim Polres Flores Timur Bapak Gabriel Md Boli
Flores Timur ini cukup banyak dan menjadi perhatian utama bagi Polres kita,
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu kekerasan yang terjadi secara nyata atau
dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh langsung. Kekerasan fisik perbuatan
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit dan luka berat dan ini seringkali
wenang dalam rangka menyiksa atau menindas orang lain. Penganiayaan yang
mendatangkan rasa sakit atau luka pada badan atau anggota badan orang lain
merupakan tindakan melawan hukum. Luka berat berarti jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
20
Pasal 6 Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
36
yang menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus-menerus untuk
daya pikir selama empat minggu lebih, gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan. 21
berdasarakan laporan yang sering diterima oleh Unit PPA Satreskrim Polres
Flores Timur, kekerasan fisik yang terjadi dalam kasus KDRT tersebut
contohnya seperti suami aniaya istri dengan cara dipukul, ada yang dipukul
dengan tangan kosong dan ada juga yang dipukul dengan menggunakan benda
tumpul seperti helem, kayu, ember, selang air, gagang sapu, hingga korban
mengalami luka berat dan ada juga korban yang mengalami luka ringan.
KDRT dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang pertama adanya usia
pernikahan dalam artian bahwa usia mereka yang belum matang dan
emosional atau ego satu sama lain masih tinggi. Yang kedua adanya
menikah dan dipaksakan oleh kedua keluarga untuk menutupi rasa malu yang
akibatnya pengenalan diri satu sama lain belum terlalu dekat atau belum
21
Pasal 90 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).
22
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
37
terlalu dalam. Faktor yang ketiga yakni mengkonsumsi minuman keras, dalam
artian suami yang selalu konsumsi minuman keras di luar rumah sehingga
ketika berada dalam rumah ada kesalahpahaman sedikit dan dalam kedaan
mabuk tidak bisa mengontrol diri, akibanya terjadi kekerasan fisik hingga
yang sering dilaporkan oleh korban (istri) kepada pihak berwajib yang
ditangani oleh Unit PPA Polres Flores Timur, yakni adanya orang ketiga
dalam hubungan rumah tangga mereka dan kurangnya komunikasi yang baik
antara suami dan istri serta adanya sikap tertutup yang memicu terjadinya
suami kepada istri. Faktor yang terakhir yakni faktor ekonomi, yakni istri
mecukupi ditambah suami yang seringkali memakai uang untuk bermain judi
yang membuat istri marah dan menegur, akan tetapi hal itu ditanggapi dengan
kekerasan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya karena suami merasa
(istri) dan keluarga korban, korban mengatakan bahwa “suami saya biasanya
memukul saya dengan cara ditampar, reste rambo (bahasa daerah larantuka
dan yang paling parah karena saya bertubuh kecil dia (pelaku/suami) angka
banti (bahasa daerah larantuka yang artinya angkat banting) saya sampai
38
badan saya sakit-sakitan”. 23 Kekerasan yang dialami korban terkadang
efek jerah pelaku sempat ditahan di Polres Flores Timur hingga laporan
tersebut dicabut oleh korban (istri). Sedangkan dari pihak keluarga korban
yakni Ibu korban saat wawancara mengatakan bahwa “saya sebagai Ibu yang
melahirkan dia (korban/istri) dan membesarkan dia rasanya sakit hati bila
anak saya diperlakukan seperti itu. Saya dan keluarga merasa geram dengan
tindakan dia (pelaku/suami) yang sangat biadab, dan terkadang adik dia (adik
mulut/ribut) dengan suami dia sampai hampir berkelahi dengan pelaku karena
dengan dia lebih baik dia menceraikan suaminya itu (pelaku) demi kebaikan
bersama karena merasa rumah tangga dia sudah berantakan dan kami kasihan
karena dia sering mengalami KDRT”.24 Tetapi korban sendiri tidak ingin
bercerai karena mereka mempunyai 2 orang anak yang umurnya pun masih
kecil dan belum pantas melihat kedua orangtuanya bercerai dan juga korban
mendidik/ membina istri saya agar lain kali tidak berani membantah omongan
saya. Saya juga melakukan ini karena saya merasa emosi tiap apa yang saya
23
Hasil Wawancara bersama korban KDRT, pada tanggal 16/08/2022.
24
Hasil Wawancara bersama keluarga korban KDRT, pada tanggal 16/08/2022.
39
bilang, dia selalu menyao (bahasa daerah larantuka yang artinya
saya pun tidak segan-segan memukul dia denagn barang-barang rumah yang
keluarga pelaku yakni kakak pelaku mengatakan bahwa “kami pihak keluarga
tidak mau ikut campur dalam rumah tangga mereka. Dia (pelaku) adik saya
memang punya watak yang suka kepala batu (bahasa daerah larantuka yang
artinya keras kepala). Saya pun sempat beberapa kali menegur dia agar
semuanya bisa bicara dengan baik-baik karena tidak enak dengan tetangga
sekitar apabila kalian ribut bertengkar. Tetapi dia tidak mendengar nasehat
saya bahkan kata dia untuk tidak ikut campur urusan rumah tangga dia. Untuk
itu kami lebih memilih diam dan masa bodoh dengan rumah tangga dia dan
saya merasa sebenarnya kami juga tidak punya hak untuk ikut campur dengan
keluarga mereka”.26
2. Kekerasan Psikis
hilangnya rasa percaya diri atau kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
psikis juga dapat dikatakan bentuk kekerasan yang bisa menyerang atau
25
Hasil Wawancara bersama pelaku KDRT, pada tanggal 17/08/2022.
26
Hasil Wawancara bersama keluarga pelaku KDRT, pada tanggal 17/08/2022.
27
Pasal 7 Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
40
larangan, maupun ancaman. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti
bersama Bapak Gabriel MD Boli selaku Kanit Satreskrim Polres Flores Timur
yang mengatakan bahwa “untuk jenis kasus kekerasan psikis kalau tidak salah
hanya ada dua laporan yang diterima dan itupun terjadi pada beberapa tahun
lalu”. 28 Kekerasan psikis jarang sekali terjadi atau jarang diterima laporan
oleh Unit PPA Satreskrim Polres Flores Timur. Beliau menuturkan hal ini
mental atau kejiwaan korban (istri). Laporan mengenai kekerasan psikis yang
diterima oleh Unit PPA Satreskrim Polres Flores Timur beberapa tahun lalu
yakni berupa perkataan kasar dari suami terhadap istri seperti cacian maki,
tajam (parang). Hal ini juga juga merupakan faktor yang membuat ketegangan
terus memuncak dimana istri yang tidak terima begitu saja mencoba
melawannya tetapi posisi istri yang lemah membuat dirinya tidak berbuat
banyak yang membuat korban ketakutan dan pada akhirnya korban melapor
merasa malu dengan tetangga sekitar, merasa takut kadang saya dimaki
28
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
41
dengan kata-kata kasar dengan sebutan perempuan begawa, lonte, sundal,
perempuan sial hingga kadang memaki saya pukimai dengan keras (bahasa
mendengar, dan saya pun merasa sangat malu dengan tetangga karena sudah
pasti menjadi bahan omongan tetangga yang membuat saya tidak percaya diri
untuk keluar rumah. Saya juga merasa kasihan dengan anak-anak saya masih
kecil sudah mendengar kata-kata kasar/kotor terhadap ibu mereka. Yang lebih
parah pernah kami berdua saya dan suami saya ribut, tiba-tiba dia mengancam
akan memotong saya dengan kalewang (bahasa daerah larantuka yang artinya
parang) dan itu membuat saya terdiam dan saya betul-betul merasa ketakutan
hingga saya pulang ke rumah orangtua saya. Saya kalau malam mau tidur
suka melamun saya menangis dan betul-betul hati saya terpukul kenapa suami
bahwa “saya mengakui mengakui kesalahan saya karena kadang saya tidak
bisa mengontrol emsoi hingga keluarlah kata-kata memakian dari mulut saya
kepada istri saya. Tetapi bagi saya kata-kata makian itu hal biasa yang terjadi
bukan hanya saya, pasti suami mana saja juga sering memaki istrinya ketika
lagi bertengkar. Kata-kata makian seperti pukimai, lonte, sundal, begawa dan
lain-lain itu pasti dengan spontan akan keluar dari mulut pada saat sedang
bertengkar. Jadi bagi saya ini hal yg biasa terjadi, walaupun yah bagi saya itu
salah”. Hal lain yang mengejutkan dari wawancara peneliti terhadap pelaku
29
Hasil Wawancara bersama korban KDRT, pada tanggal 18/08/2022.
42
yang sangat disayangkan yakni pelaku mengatakan bahwa “lebih baik saya
memaki istri saya dengan kata-kata kotor dibandingkan saya memukul istri
saya sampai mati. Saya tidak peduli apa tanggapan tetangga sekitar rumah atas
tindakan saya terhadap istri saya dan saya merasa setiap rumah tangga
tangga saya”.30
3. Kekerasan Seksual
kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan
kekerasak fisik karena kekerasan seksual tidak sekadar melalui perilaku fisik.
selaku Kanit Satreskrim Polres Flores Timur, mengatakan bahwa “hanya ada
satu kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam lima tahun terakhir yakni
pada tahun lalu tahun 2021”. 32 Kekerasan seksual tersebut dilaporkan oleh
30
Hasil Wawancara bersama pelaku KDRT, pada tanggal 19/08/2022.
31
Pasal 8 Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
32
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
43
beberapa kali dengan korban dipaksa berhubungan intim oleh
merasa emosi karena nafsunya tidak dipenuhi oleh korban ini sehingga pelaku
ini memukul serta meramas alat vital koban hingga sempat mengalami
sakit untuk diperiksa. Akibat dari kejadian itu korban yang merasa emosi
berwajib. Saat dimintai keterangan korban sempat merasa malu bercerita atas
kejadian yang menimpanya, akan tetapi mungkin dia masih merasa emosi
hukuman efek jerah terhadap si pelaku yang tak lain adalah suaminya”. 33
Unit PPA Polres Flores Timur jarang mendapat laporan mengenai kasus
kekerasan seksual yang ada dalam lingkup rumah tangga. Beliau beranggapan
para korban malu dan enggan untuk melaporkan hal tersebut kepada pihak
33
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
44
4. Penelantaran Rumah Tangga
menjadi penanggung jawab atas kehidupan orang yang berada pada lingkup
Kabupaten Flores Timur ini erat kaitannya dengan masalah ekonomi, baik itu
berupa tidak diberikan biaya yang seharunya ditanggung oleh pelaku demi
belanja. Hal ini juga dapat memicu terjadinya KDRT dimana istri yang merasa
kebutuhan pribadinya, dia mungkin marah atau protes dengan suaminya dan
merekapun ribut cek cok dalam rumah tangga, saling adu mulut dan akhirnya
34
Pasal 9 Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
35
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
45
Berdasarkan hasil wawancara bersama korban/istri dan keluarga korban
saya karena dia sering bermain judi online, akibatnya dia jarang memberikan
uang belanja yang seharusnya bisa saya pakai untuk beli makan minum dalam
rumah dan kebutuhan yang lain-lain dan juga untuk uang sekolah anak-anak,
yah walaupun pekerjaanya hanya sebagai sopir bemo tetapi setidaknya pasti
punya sedikit uang untuk kebutuhan sehari-hari karena setiap malam habis
mengantarkan bemo ke rumah pemilik bemo itu, dia selalu memberikan uang
untuk saya sisihkan belanja makan minum sehari-hari dan kebutuhan lainnya.
Tapi semakin kesini dia tidak pernah memberikan uang untuk belanja ataupun
keperluan lainnya. Akhirnya saya sendiri harus buka usaha kecil-kecilan untuk
tambahan uang makan ataupun untuk anak-anak. Dia juga seringkali jarang
pulang rumah dengan beralasan menginap di rumah keluarganya. Hal ini yang
membuat saya menaruh kecurigaan kalau dia sudah punya perempuan lain di
belakang saya dan saya juga merasa sangat terabaikan, tidak diperhatikan dan
korban mengatakan hal yang sama bahwa “anak serta cucu saya jarang dia
berikan uang belanja untuk makan minum sehari-hari ataupun uang jajan dan
uang sekolah untuk cucu saya. Terkadang saya kasih uang untuk anak saya
untuk kebutuhannya, untuk modal usahanya, karena saya merasa kasihan anak
36
Hasil Wawancara bersama korban KDRT, pada tanggal 25/08/2022.
46
Berdasarkan hasil wawancara bersama pelaku/suami, pelaku mengatakan
bahwa “saya tidak merasa mengabaikan keluarga saya, saya Cuma capek
dengan ekonomi keluarga karena saya merasa terbebebani dengan istri saya
yang selalu mengandalkan gaji dari pekerjaan saya yang hanya seorang sopir
bemo. Ditambah lagi bemo yang semakin hari semakin sepi dan juga harga
bahan bakar yang semakin mahal membuat saya semakin frustasi menjalani
kesadaran hukum para suami di Kabupaten Flores Timur masih sangat rendah.
Akibatnya sering terjadi KDRT dengan berbagai macam bentuk kekerasan seperti
tangga. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
KDRT yang dilakukan oleh para suami terhadap istri di Kabupaten Flores Timur
perselingkuhan/atau orang ketiga dalam hubungan rumah tangga, faktor suami yang
selalu mengkonsumsi minuman keras, faktor perjudian dan lain sebagainya. Hal ini
luasnya kekerasan terhadap perempuan terkhusus terhadap istri, karena ini berarti
harus memasuki wilayah kehidupan istri tersebut, yang mana si istri sendiri enggan
pelapor dalam hal ini yaitu istri sangat dirahasiakan. Kekerasan terhadap istri adalah
37
Hasil Wawancara bersama pelaku KDRT, pada tanggal 26/08/2022.
47
perwujudan dari ketimpangan hubungan kekerasan antara suami dan istri sepanjang
hukum, sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat, antara lain karena
a) Permasalahan Ekonomi
maupun suami tidak dapat bekerja (akibat disabilitas atau terjerat kasus
adanya pemenuhan nafkah oleh suami), ada pula rumah tangga yang
b) Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri
yang lebih tinggi daripada istri, sehingga istri tidak jarang ketika sudah
38
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
48
ketimpangan dalam hubungan karena suami memiliki kuasa lebih
c) Frustasi
kenyataan yang dirasakan oleh suami. Hal ini biasa terjadi pada pasangan
serba terbatas dalam kebebasan. Dalam kasus ini biasanya suami mencari
yang menjadi penghantar, yaitu komunikasi yang buruk diantara istri dan
suami, sikap tertutup dari salah satu pihak atau karena perilaku
49
dipastikan kurang memiliki ikatan yang kuat terhadap nilai agama dan
norma-norma yang ada, baik itu nilai-nilai moral dari norma-norma dan
salah satu dasar budaya dalam masyarakat bahwa jika perempuan istri
penurut.
setidaknya dapat membuat khususnya para laki-laki tidak lagi harus bersusah
harus selalu di atas perempuan. Padahal dengan budaya kesetaran, laki-laki dan
keinginan sesuai dengan kapasitas diri masing-masing tanpa harus merasa bahwa
kebutuhan tersebut.
50
Adapun faktor-faktor utama lainnya yang menurut peneliti dapat
pelayanan. Artinya tidak semua institusi dan lembaga itu dapat memberikan
dalam upaya mencegah dan menghapus tindak KDRT. Selain itu, Undang-
39
Mohammad Taufik Makarao, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Rineke Cipta, Jakarta, hlm. 181.
51
bersifat sementara dan perlindungan dengan penetapan pengadilan serta
pelayanan diberikan oleh institusi dan lembaga sesuai tugas dan fungsinya
hukum tidak hanya difungsikan untuk memproses suatu perkara dengan cepat,
biaya murah, serta transparan tetapi juga memikirkan hak-hak asasi manusia,
segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban
52
maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan;
a. Perlindungan sementara
(1) Dalam waktu 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat) jam terhitung
ditangani.
53
(3) Dalam waktu 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat) jam terhitung
pengadilan. 40
bagi korban dan anggota keluarga lain, kecuali ada alasan yang patut”.
pengadilan.
54
c. Penyediaan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di kantor Kepolisian
55
Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut: “Dalam hal memberikan
proses peradilan”.
(PKDRT) ini diatur mengenai hak-hak korban, yaitu terdapat dalam Pasal 10
(2) “Menolak restitusi untuk kepentingan pelaku (tidak mau diberi restitusi
41
Arif Gosita, Kedudukan Korban di Dalam Tindak Pidana, dalam Masalah Korban Kejahatan, CV Akademika
Pressindo, Jakarta, 1993, hal 63.
56
ahli warisnya bila pihak korban meninggal dunia karena tindakan tersebut”.
dapat memberikan rasa adil bagi korban. Kekerasan dalam rumah tangga
yang mayoritas korbannya adalah perempuan dalam hal ini yaitu istri pada
tentunya mengenal hal yang disebut sanksi dan perlindungan terhadap korban
57
kekerasan tersebut dan upaya penegakkan hukum berupa perlindungan
sarat dengan nilai nilai yang dipengaruhi oleh pemahaman tentang hak asasi
manusia dan kesetaraan gender, yang intinya memberlakukan kesetaraan laki laki
mampu menekan tingkat kekerasan dalam rumah tangga dinegara ini. Disejumlah
daerah yang nilai nilai budaya patriarkhi masih tinggi, tingkat kekerasan dalam
bahwa pemerintah berkeinginan memberikan rasa aman dan bebas dari segala
kekerasan dalam rumah tangga adalah pelanggaran hak asasi manusia serta
kejahatan bagi martabat manusia. Hak untuk rasa aman dan bebas dari ketakutan
adalah salah satu bentuk dari hak asasi individual yang melekat pada pribadi
58
perempuan, menunjukkan bahwa peraturan tersebut dipengaruhi paham
feminisme.
lebih bersifat represif dan Kedua, pendekatan non penal (bukan hukum pidana)
dengan mengajukan laporan di Unit PPA Polres Flores Timur yang berada
yang memuat tentang hak-hak korban ini maka diharapkan korban kekerasan
terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang
rumah tangga dapat melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga
59
kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian
perkara atau dapat juga memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk
rumah tangga dilaporkan kepada pihak yang berwajib maka dalam waktu 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima
7 hari sejak korban diterima atau ditangani dan kepolisian wajib meminta surat
tersebut dapat diajukan baik secara lisan maupun tulisan. Perintah perlindungan
yang dikeluarkan oleh ketua Pengadilan Negeri dapat diberikan dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atas penetapan pengadilan.
normatif sudah memenuhi, tetapi perlu pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan
Rumah Tangga harus dipenuhi 4 (empat) syarat sebagaimana dalam teori keadilan
yang digagas oleh Plato, yaitu equality atau kesamaan, certainty atau kepastian
perceraian adalah harus menyentuh 3 (tiga) indikator, yaitu secara hukum dengan
60
dengan dinas kependudukan dan Kantor Urusan Agama. Selain dari itu, adanya
kesadaran dan kepatuhan hukum serta perilaku masyarakat melalui peran aktif
tokoh masyarakat.
Berdasarkan alur proses penegakan hukum yang ada bahwa terdapat para
61
melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau menerima laporan tentang
melindungi korban.”
selaku Kasat Binmas Polres Flores Timur dan Bapak Gabriel MD Boli selaku
rohani. Perlindungan hukum bagi istri yang menjadi korban KDRT menurut
hukum oleh advokat terhadap korban pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan
rumah tangga, definisi kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan
42
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak HERONO BUDIONO KASAT BINMAS
POLRES FLORES TIMUR dan BAPAK GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM POLRES FLORES
TIMUR .
62
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
hukum dalam hal ini perlindungan hukum yang diberikan oleh kepolisian
terhadap korban KDRT yaitu pada pasal 1 ayat (5): Perlindungan Sementara
yang memang harus dilindungi. Kasus KDRT yang masuk di Kepolisian Flores
korban. Semua jenis laporan KDRT yang ada di Kepolisian Resor Flores Timur
juga di dominasi oleh kekerasan terhadap istri. Bapak Gabriel MD Boli selaku
43
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak HERONO BUDIONO KASAT BINMAS
POLRES FLORES TIMUR .
63
Kanit IV Satreskrim Polres Flores Timur menegaskan bahwa: “Jumlah kasus
Flores Timur ini cukup banyak dan di dominasi oleh kekerasan terhadap istri
bukan kekerasan terhadap suami. Bahkan bisa dikatakan tidak ada laporan yang
masuk untuk tindak kekerasan yang suami tersebut menjadi korban.”.44 Adapun
korban istri kepada Unit PPA Kepolisian Resor Flores Timur berdasarkan
“Semua korban yang melapor pasti meminta agar di pelaku dihukum dan
diadili”.45
2. Penyelidikan perkara
44
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
45
Ibid.
64
pengenalan kepada korban; b. kekerasan dalam rumah tangga adalah
3. Memintakan visum
terdapat bekas luka biasanya polisi meminta agar korban harus periksa
periksa maka polisi akan meminta alamat klinik dan nama dokter yang
sesuai dengan apa yang sudah disampaikan oleh Kanit Binmas Polres
kekerasan yang berupa fisik maka akan lebih di visum mudah untuk
dijadikan alat bukti. Bukti dari kekerasan fisik tersebut berupa luka,
lebam atau luka berat seperti cacat fisik dan masih terlihat bekasnya.
Jadi untuk kasus yang sampai pada proses pengadilan didominasi oleh
46
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber BapakHERONO BUDONO KASAT BINMAS POLRES
FLORES TIMUR .
65
kekerasan fisik yang biasanya bukti luka pada anggota tubuhnya
hilang”. 47
diperoleh
47
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
66
IV Satreskrim Polres Flores Timur Bapak Gabriel MD Boli yang
korban KDRT”.48
hukum, dan juga penerimaan secara terbuka dan ramah dari lingkungan
kepolisian pada saat pengaduan diberikan dan terlebih penting lagi adalah
Polres Flores Timur terhadap korban KDRT yaitu tersedianya rumah aman
istri kepada Unit PPA Polres Flores Timur yaitu sebatas hanya korban istri
kepolisian, pelaku (suami) bisa saja melakukan tindak kekerasan yang lebih
48
Ibid.
67
keselamatan korban kekerasan dalam rumah tangga yang kasusnya sementara
disidik pihak kepolisian, dan/atau dalam proses hukum, baik pada tingkat
secara terbuka dan ramah dari lingkungan kepolisian pada saat pengaduan
diberikan dan terlebih penting lagi adalah pemberian keadilan yang hak-haknya
yang diberikan Unit PPA Kepolisian Resor Flores Timur terhadap korban
KDRT yaitu tersedianya rumah aman untuk korban, adanya psikologi untuk
perlindungan hukum yang diminta korban istri kepada Unit PPA Kepolisian
Resor Flores Timur yaitu sebatas hanya korban istri meminta agar pelaku
Polres Flores Timur khususnya Unit PPA Polres Flores Timur juga mempunyai
hambatan dalam menangai kasus KDRT. Dari hasil wawancara bersama Bapak
bahwa, “Ada beberapa hambatan yang terjadi dalam menangani kasus KDRT
68
korban merasa takut jangan sampai pelaku (suami) tidak mau menerimanya
korban melapor sehingga bukti fisik sudah hilang.”. Hambatan yang lain yakni
Polres Flores Timur Bapak Gabriel MD Boli mengatakan bahwa “Saksi yang
juga terkadang saat diminta keterangan merasa takut. Ada juga yang merasa
terancam dan ada juga yang merasa kalau mereka tidak mau ikut campur dalam
peristiwa ini, sehingga saat diminta keterangan banyak yang menghindar dan
tidak mau memberikan keterangan mereka. Hal ini yang membuat pihak
intern keluarga yang dianggap sebagai aib keluarga sehinga sulit untuk
Resor Flores Timur khusunya Unit PPA Polres Flores Timur. Maka dari itu
Polres Flores Timur terus melakukan berbagai cara dan upaya untuk
49
Hasil Wawancara pada tanggal 15/08/2022. Narasumber Bapak GABRIEL MD BOLI KANIT IV SATRESKRIM
POLRES FLORES TIMUR .
69
Flores Timur Bapak Gabriel MD Boli mengatakan bahwa “Tim Unit PPA
korban KDRT. Maka dari itu Polres Flores Timur melakukan upaya-upaya
Flores Timur tentang KDRT, hukum KDRT dan lain sebagainya, melakukan
tangga mereka.
Timur selama ini dilakukan oleh Polres Flores Timur. Untuk melaksanakan
bersumber dari dalam maupun dari luar keluarga; informatif yaitu memberikan
yaitu menerima keluarga-keluarga yang dirujuk oleh pihak lain (mitra kerja)
70
pendampingan yaitu memberikan pelayanan lanjutan kepada klien. Sedangkan
Polres Flores Timur dalam menangani kasus KDRT juga memberikan upaya
hukumnya.
yang lebih berorientasi pada aspek sosial atau aspek kemasyarakatan (yang
bersifat pelayanan dan pengabdian) sebenarnya lebih banyak dari pada tugas
hukum warga masyarakat tentunya merupakan tugas yang lebih luas dari yang
penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga, namun juga
71
rumah tangga. Dengan demikian undang-undang ini mengatur lex specialis
tentang perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam kaitan ini
proses perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga tahap awal berupa
sementara ini diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang ini, bahwa (1) dalam
waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak
korban diterima atau ditangani; dan (3) dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua
dimaksud pada ayat (1), kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah
diberikan langsung oleh kepolisian dan atau lembaga sosial, atau pihak lain,
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga karena jika korban harus
dalam waktu relatif cepat. Urgensi perlindungan sementara ini terutama bagi
72
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
adalah:
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik yang terjadi dalam kasus KDRT tersebut seperti suami
aniaya istri dengan cara dipukul baik menggunakan tangan kosong dan
b. Kekerasan Psikis
Polres Flores Timur beberapa tahun lalu yakni berupa perkataan kasar
dari suami terhadap istri seperti cacian maki, hinaan, hingga ancaman
c. Kekerasan Seksual
karena nafsunya tidak dipenuhi oleh korban ini sehingga pelaku ini
73
memukul serta meramas alat vital koban hingga sempat mengalami
pendarahan.
Flores Timur ini erat kaitannya dengan masalah ekonomi, baik itu
Rumah Tangga
a. Perlindungan sementara
74
4.2 SARAN
berikut:
kepolisian atas kasus yang menimpanya, maka akan sangat berguna bagi
umumnya yang sasarannya adalah keluarga. Untuk para penegak hukum dan
istri. Seperti diadakannya kursus pra nikah bagi calon pengantin sangat
disarankan untuk mengikuti kursus pra nikah karena dengan mengikuti kursus
pra nikah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga setidaknya sudah
diminimalisir.
tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, harus ditingkatkan agar selalu
sehingga apabila menjadi korban atau melihat ada korban kekerasan dalam
75
rumah tangga diharapkan berani melaporkan kepada pihak kepolisian agar
76
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Chazawi, Adami. 2005. Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa. Jakarta: Rajawali Pers.
Ch, Mufidah, dkk. 2006. Haruskah Perempuan dan Anak Dikorbankan? Malang: Pilar
Media.
Djannah, F., Rustam, Nuraisah, Sitorus, M., dan Batubara, C. 2002. Kekerasan Terhadap
Istri. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.
Gosita, Arif. 1993. Kedudukan Korban Di Dalam Tindak Pidana. Jakarta: CV.
Akademika Pressindo.
Harkrisnowo, Harkristuti. 2000. Hukum Pidana dan Kekerasan terhadap Permpuan dan
Alternatif Pemecahannya, penyunting Achie Sudiarti Luhulima. Jakarta: PT
Alumni.
Ismiati, Saptosih. 2020. Kekerasan Rumah Tangga (KDRT) & Hak Asasi Manusia
(HAM). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Luhulima, Achie. Sudiarti. 2007. Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan: UU No. 7 Tahun
1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Martha, E. Aroma. 2003. Perempuan, Kekerasan Dan Hukum, Yogyakarta: UII Pers.
Nebi, Oktir dan Rikmadani, Y. Anton. 2021. Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Perpektif Teori Perlindungan Hukum. Sumatera Barat: CV. Azka Pustaka.
77
Poerwandari, E. Kristi. 2000. Kekerasan Terhadap Perempuan : Tinjauan Psikologi
Feministik. Jakarta: PT Alumni.
Rape, Marital. 2007. Kekerasan Seksual Terhadap Istri. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara.
Soeroso, H. Moerti. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Victimologis. Yogyakarta: Sinar Grafika.
Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan & Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
JURNAL
Julqurniati, Nur dan Susanty D. Indah. 2019. “Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam
Rumah Tangga di Flores Timur”. Sosio Konsepsia. 8(02).
Nurwati, Nunung dan Alimi, Rosma. 2021. “Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan”. Jurnal Pengabdian dan
Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM). 2(1).
Rena, Yulia. 2004. “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Dalam Penegakan Hukum”. Jurnal Dosen Fakultas Hukum Unisba.
20(3).
Rochmat, Wahab. 2006. “Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Perspektif Psikologis Dan
Edukatif.” Unisia 61(3).
78
Santoso, Agung Budi. 2019. “Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Terhadap
Perempuan: Perspektif Pekerjaan Sosial”. Jurnal Pengembangan Masyarakat
Islam. 10(1).
Susiana, Sali. 2020. “Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Masa Pandemi Covid-19.”
Info Singkat 12(24).
Suteja Jaja dan Muzaki. 2020. “Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Melalui Kegiatan Konseling Keluarga”. Jurnal Equalita. 2(1).
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Lembaran Negara
RI Tahun 1999 Nomor 165 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3886.
DOKUMEN LAINNYA
Catahu.2021.https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/catahu-2021-komnas-
perempuan-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-dispensasi-perkawinan-
melonjak-selama-pandemi, diakses pada tanggal 5 November 2021.
79
Kemenppa. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1742/perempuan-rentan-
jadi-korban-kdrt-kenali-faktor-penyebabnya, diakses pada tanggal 25 Juni 2021.
Alodokter. Kenali Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Cara Menyikapinya
https://www.alodokter.com/melindungi-diri-dari-kekerasan-dalam-rumah-tangga, diakses
pada tanggal 16 januari 2022.
https://rsupsoeradji.id/dampak-dan-pencegahan-kekerasan-dalam-rumah-tangga/, diakses
pada tanggal 5 Februari 2022.
80
LAMPIRAN
81
82
83
84
85
86
DOKUMENTASI
Wawancara secara langsung bersama Kanit IV Satreskrim Polres Flores Timur Bapak
Gabriel MD Boli dan Kasat Binmas Polres Flores Timur Bapak Herono Budiono.
87
Wawancara secara langsung bersama korban dan pelaku KDRT
Wawancara secara langsung bersama keluarga korban KDRT dan keluarga pelaku KDRT
88
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Alfred Setyawan Pratama
NIM : 1802010310
Tempat, Tanggal Lahir : Larantuka, 16 Maret 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Status : Belum Menikah
Alamat : Kel. Oesapa Selatan RT 005/RW 002 Kec. Kelapa Lima
No. Tlp/HP : 082247586744
Email : pratamalokea@gmail.com
II. Pendidikan Formal
1) SD : SD Negeri Sananwetan 02 Kota Blitar (2004-2008),
SDK Larantuka II (2009)
2) SMP : SMP PGRI Larantuka (2010-2012)
3) SMA : SMA Negeri 1 Larantuka (2013), SMA PGRI Larantuka
(2014-2015)
4) SI : Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana Kupang
(2018-2023)
III. Keluarga
1) Ayah : Herono Budiono
2) Ibu : Maria Andriani Leimena
3) Kakak : Aplonia A. Pratiwi, S.Pd.
4) Adik : Albert D. Cahyono, Agung Prabowo, Yuyun Ratnawati,
Wahyu Dicky Kristianto
89