Anda di halaman 1dari 4

Analisis Rasio Laporan Keuangan PT Ace Hardware Indonesia Tbk tahun 2021

1. Return on Asset (RoA) atau pengembalian atas aset, menurut Kasmir, adalah
suatu rasio yang menilai hasil atas suatu jumlah aktiva yang digunakan dalam
suatu perusahaan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto, RoA adalah
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam nlai aktiva secara keseluruhan
untuk bisa menghasilkan keuntungan neto sesudah pajak. Lalu, menurut
Eduardus Tandelilin, RoA adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai sejauh
mana kemampuan berbagai aset yang dimiliki perusahaan untuk bisa
menghasilkan laba. Jadi kesimpulannya, pengembalian atas aset adalah rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh laba. Ada beberapa fungsi RoA yang perlu diketahui, di antaranya:
a. RoA berfungsi mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan yang
berkaitan dengan efisiensi proses produksi maupun penjualan.
b. Sebagai patokan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas pada setiap
divisi dalam perusahaan. Jadi, RoA dapat menjadi bahan evaluasi untuk
meningkatkan produktivitas serta kinerja tiap divisi.
c. Mengukur tingkat profatibilitas untuk setiap produk yang diproduksi oleh
perusahaan. Jika tingkat profatibilitas menurun, perusahaan dapat
mengetahui penyebabnya dan melakukan evaluasi.
d. Alat untuk menentukan posisi antar perusahaan pada sektor industri yang
sama dalam menghasilkan laba bersih dan cara memanfaatkan aset yang
dimiliki.
e. RoA dapat membantu manajemen dalam hal pengambilan keputusan untuk
mengembangkan bisnis. Semakin tinggi tingkat RoA, semakin tinggi potensi
perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.
RoA dapat dirumuskan dengan:
Return on Assets = Net Income / Total Assets
Hasilnya kemudian dikali dengan 100%, karena akan menjadi angka
persentase. Kemudian, nilai dari net income-nya adalah laba bersih setelah pajak
penghasilan (pada laporan keuangan PT Ace Hardware Indonesia, terdapat pada
halaman 6 tentang ikhtisar data keuangan). Semakin tinggi nilai RoA suatu
perusahaan, itu tandanya perusahaan sudah baik dalam mengelola aset-asetnya
agar perusahaan memperoleh laba yang tinggi, demikian juga sebaliknya.
Sekarang, mari kita lihat nilai RoA pada PT Ace Hardware Indonesia Tbk.
Nilai RoA perusahaan pada tiga tahun terakhir sudah tercantum dalam laporan
keuangan perusahaan. Nilai RoA PT Ace Hardware Indonesia Tbk adalah:
RoA 2019 = 15,4%
RoA 2020 = 10,1%
RoA 2021 = 10,0%
Hasil perhitungan RoA perusahaan selama tiga tahun terakhir
menunjukkan terjadi penurunan di setiap tahunnya. Awalnya, nilai RoA tahun
2019 adalah sebesar 15,4%, kemudian turun menjadi 10,1% di tahun 2020.
Dilihat dari laporan keuangannya, nilai net income tahun 2019, yaitu Rp1.023,6
miliar turun cukup signifikan pada tahun 2020, yaitu sebesar Rp731,3 miliar.
Untuk nilai total asetnya, justru terjadi peningkatan yang tadinya berjumlah
sebesar Rp6.641,8 miliar di tahun 2019, menjadi Rp7.247,1 miliar di tahun 2020.
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun perusahaan meningkatkan sejumlah aktiva
di tahun 2020, tetapi aktiva tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik untuk
menunjang proses produksi perusahaan, yang mengakibatkan penurunan net
income dan juga nilai RoA-nya. Aset-aset yang dimiliki perusahaan di tahun
2020 tidak bisa membuat perusahaan semakin produktif, malah justru laba
perusahaan menjadi turun.
Lalu, pada tahun 2021, nilai RoA tidaklah berbeda dengan nilai RoA pada
tahun 2020. Laba pada tahun 2021 kembali mengalami penurunan, walaupun
tidak begitu jauh dari tahun 2020. Pada tahun 2021, laba yang dihasilkan
perusahaan adalah sebesar Rp718,8 miliar, turun Rp12,5 miliar dibanding tahun
2020. Walaupun nilai total aset perusahaan tahun 2021 mengalami penurunan
(meskipun tidak jauh juga), tetapi ini pun tidak dimanfaatkan dengan baik agar
efisiensi produksi perusahaan semakin meningkat. Nilai total aset yang sudah
turun sebesar Rp57,3 miliar pada tahun 2021 ini tetap saja tidak dapat
meningkatkan nilai RoA perusahaan, malah tetap stagnan di persentase yang
sama. Hal ini harus lebih diperhatikan perusahaan, bagaimana caranya supaya
aset-aset yang dimiliki bisa membantu perusahaan semakin efisien dalam
berproduksi, sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih dan meningkatkan
nilai RoA perusahaan.
2. Net Profit Margin (NPM) atau margin laba bersih adalah rasio untuk mengukur
besaran persentase sisa pendapatan. Pengukuran ini akan menghasilkan jumlah
keuntungan bersih yang diperoleh dari total pendapatan dikurangi seluruh biaya
terkait, seperti seperti tunjangan penjualan, bahan baku, upah, dan lainnya.
Kendati tergantung struktur bisnis dan jenis industri, marjin laba bersih lebih dari
sepuluh persen dinilai sangat baik. Jika perhitungan ini digunakan bersama gross
profit margin, maka kita bisa menganalisis total biaya terkait penjualan,
administrasi, dan biaya umum yang terdapat di dalam laporan laba rugi. Net profit
margin juga dapat didefinisikan sebagai sebuah rasio yang digunakan perusahaan
untuk membandingkan keuntungan dengan total seluruh uang yang dihasilkan
perusahaan. Selain itu, NPM ini juga digunakan untuk menganalisis stabilitas
keuangan perusahaan. Dengan mengetahui NPM suatu perusahaan, maka kita
bisa mengukur nilai efektivitas perusahaan tersebut selama beroperasi. Semakin
besar rasionya pada laporan maka kinerja perusahaan menjadi lebih produktif.
Rasio net profit margin dirumuskan dengan:
Net Profit Margin = Net Income / Sales
Hasilnya kemudian dikali dengan 100%, karena akan menjadi angka
persentase. Kemudian, nilai dari net income-nya adalah laba bersih setelah pajak
penghasilan. Semakin tinggi nilai NPM suatu perusahaan, maka berarti kinerja
perusahaan menjadi lebih produktif sehingga kepercayaan investor menjadi
meningkat untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Suatu
perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih besar per nilai dari penjualan
berarti perusahaan tersebut lebih efisien. Efisiensi ini akan membuat perusahaan
lebih mungkin bisa bertahan ketika lini angka penjualan produk sedang tidak
baik. Dengan kata lain, rasio NPM mencerminkan apakah perusahaan sudah baik
dalam memaksimalkan laba bersih dan mampu meminimalkan beban.
Selanjutnya, mari lihat data NPM PT Ace Hardware Indonesia Tbk (data
dapat dilihat pada halaman 6 laporan keuangan perusahaan). Di sana terdapat
ikhtisar data keuangan perusahaan. Nilai NPM perusahaan pada tiga tahun
terakhir adalah sebagai berikut:
NPM 2019 = 12,0%
NPM 2020 = 9,4%
NPM 2021 = 10,4%
Keterangan: Data ini menggunakan nilai penjualan bersih yang sudah dikurangi
dengan penjualan konsinyasi (dapat dilihat pada halaman 94) karena penjualan
konsinyasi adalah bukan hak perusahaan, melainkan hak orang lain yang
menitipkan barangnya untuk dijual perusahaan (consignor).
Berdasarkan data NPM di atas, nilai NPM pada tahun 2020 mengalami
penurunan yang cukup jauh dibandingkan tahun 2019. Hal ini menunjukkan
perusahaan tidak efisien dalam memaksimalkan laba bersih pada penjualan. Nilai
penjualan bersih perusahaan pada tahun 2019 adalah sebesar Rp8.142,7 miliar.
Pada tahun 2020, nilai penjualan bersih mengalami penurunan menjadi Rp7.412,8
miliar. Sedangkan untuk nilai net income (laba tahun berjalan) perusahaan juga
mengalami penurunan dari Rp1.023,6 miliar di tahun 2019 menjadi Rp731,3
miliar. Selisih penjualan antara tahun 2019 dan 2020 lebih besar dibandingkan
selisih net income perusahaan. Berarti, terdapat penurunan pada penjualan yang
cukup besar, namun beban-beban yang harus dibayar perusahaan tetap tinggi,
sehingga laba bersih tidak dapat dimaksimalkan. Penurunan penjualan bersih ini
bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, utamanya adalah pandemi Covid-19 yang
cukup mengganggu kinerja perusahaan. Nilai NPM ini pun berada di bawah batas
nilai NPM yang sangat baik (batas NPM = 10%). Namun, nilai NPM di tahun
2020 tetap dapat dinilai baik, karena tidak berada di bawah 5%, yang kalau di
bawah 5% atau bahkan minus, berarti kinerja perusahaan dalam memaksimalkan
laba dinilai kurang baik. Pada tahun 2021, perusahaan kembali meningkatkan
nilai NPM-nya menjadi 10,9%. Walaupun, baik pada penjualan bersih ataupun
laba bersih perusahaan sama-sama mengalami penurunan, kalau dilihat pada
laporan keuangan perusahaan yang utuh (halaman 94), perusahaan mampu
mengurangi beban-beban perusahaan selama satu tahun, mulai dari beban pokok
penjualan, beban usaha, dan beban lain-lain. Hal itulah yang membuat NPM
perusahaan di tahun 2021 mengalami peningkatan. Beban-beban yang ada pada
perusahaan dapat diminimalkan dan membuat efisiensi perusahaan dalam
memaksimalkan laba tahun berjalan menjadi besar dan meningkatkan nilai NPM
perusahaan menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai