Anda di halaman 1dari 7

Laporan hasil penelitian

Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh Ibu Bekerja di


Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Haryani1, LP Lila Wulandari1,2, Mangku Karmaya1,3
1 2
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Program Studi Ilmu Kesehatan
3
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana
Korespondensi penulis: haryani444gmail.com
Abstrak
Latar belakang dan tujuan: Mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif pada
bayinya dan faktor-faktor yang menghambat pemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data
dengan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan pada 11 informan
kunci yaitu ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif. FGD dilakukan sebanyak dua kali, pada 21 informan lain
yaitu suami, metua, keluarga, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pimpinan dari informan kunci.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI eksklusif oleh ibu yang bekerja antara lain karena
adanya rasa repot dari ibu, beban kerja yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang seperti tidak
ada tempat penitipan anak (TPA) dan pengantar ASI (kurir ASI) dan tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan
faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu: faktor ekonomi,
faktor fisik ibu yaitu rasa lelah dan sakit yang diderita, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana
pendukung.
Simpulan: Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena rasa repot, beban kerja, waktu cuti
terbatas, sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan faktor yang menghambat pemberian ASI
adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu, psikologis dan kurangnya sarana prasarana pendukung.
Kata kunci: ASI eksklusif, kualitatif, Nusa Tenggara Barat

Reason Behind Non-Exclusive Breasfeeding by Working


Women in Mataram City West Nusa Tenggara
Haryani1, LP Lila Wulandari1,2, Nyoman Mangku Karmaya1,3
1 2
Public Health Postgraduate Program, Universitas Udayana, School of Public Health Faculty of Medicine Udayana
3
University, Anatomy Department Faculty of Medicine Udayana University
Corresponding author: haryani444gmail.com
Abstract
Background and purpose: The purpose of this study was to determine why working mothers choose to not
exclusively breast feed their infants in Mataram, West Nusa Tenggara.
Methods: The study used a qualitative design with a phenomenological approach. Data collection in this study
involved focus group discussions and in-depth interviews. In-depth interviews with 9 working women not exclusively
breastfeeding. Focus group discussions two comprising of 21 respondents were husbands, in-o Á•U u}šZ Œ[• ( u]oÇU
healthcare provider, workplace representatives, religious and community leaders.
Result: Study findings indicated that the primary reason for working women to not exclusively breastfeed, because of
a lack of individual motivation, pressures of a high workload, lack of permitted time off, lack of infrastructure and
concerns about losing employment due to time off. Obstacles included fear of losing employment, maternal physical
factors (low/no milk production), psychological factors (stress/anxiety/frustration), lack of facilities and supporting
infrastructure.
Conclusion: The predominant reasons behind non-exclusive breastfeeding were lack of personal motivation, high
workload, lack of permitted time off, lack of supporting infrastructure and fear of losing employment. The external
obstacles for providing exclusive breastfeeding were e }v}u] ( š}Œ•U šZ u}šZ Œ[• ]o]šÇ š} ‰Œ} µ u]olU
psychological factors, lack of supporting infrastructure.
Keywords: exclusive breastfeeding, qualitative, West Nusa Tenggara

Public Health and Preventive Medicine Archive 162 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
Pendahuluan dengan ibu yang tidak bekerja.6 Namun
penelitian tersebut adalah penelitian
Air susu ibu (ASI) adalah sesuatu yang sangat
kuantitatif dan tidak menggali secara
vital untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi
mendalam alasan dan hambatan kegagalan
yang sama sekali tidak bisa digantikan oleh
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang
susu atau makanan buatan. Namun pada
bekerja.
kenyataannya tidak semua ibu memberikan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
ASI sesuai dengan anjuran. Pemberian ASI
mengetahui secara lebih mendalam alasan
eksklusif yaitu memberikan air susu ibu saja
dan hambatan untuk pemberian ASI
tanpa pemberian makanan/minuman
eksklusif khusus pada ibu-ibu yang bekerja
apapun sejak bayi lahir sampai dengan bayi
di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara
umur enam bulan secara penuh terbukti bisa
Barat. Penelitian dilakukan di Wilayah
menurunkan angka kesakitan dan kematian
Puskesmas Dasan Agung dan Pagesangan
pada anak.1,2 Data Survei Demografi dan
dari bulan Maret sampai April 2014. Alasan
Kesehatan Indonesia (SDKI 2012)
pemilihan tempat ini karena puskesmas
menunjukkan bahwa proporsi pemberian
tersebut merupakan mitra kerja dalam
ASI dan susu lain pada bayi umur 0-1 bulan
praktek komunitas bagi mahasiswa Sekolah
sebesar 31,5%, umur 2t3 bulan 18% dan
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yarsi
umur 4t5 bulan 7,6%. Cakupan ASI eksklusif
Mataram sehingga lebih memudahkan untuk
pada tahun 2008 di Provinsi Nusa Tenggara
mendapatkan akses tentang data pemberian
Barat (NTB) adalah sebesar 28%, pada tahun
ASI eksklusif dan pemilihan informan.
2009 sebesar 35,8% dan pada tahun 2010
sebesar 49,86%. Pemberian ASI eksklusif di
Kota Mataram telah mengalami Metode
peningkatan, yaitu 19,1 % pada tahun 2009 Jenis penelitian adalah kualitatif dengan
menjadi 39% tahun 2010 dan 50,7% pada pendekatan fenomenologi dimana data
tahun 2011, namun pencapaian tersebut dikumpulkan dengan cara FGD dan
masih dibawah target nasional yaitu sebesar wawancara mendalam. Wawancara
80% pada tahun.3,4 mendalam dilakukan pada sembilan
Berdasarkan beberapa laporan informan kunci yaitu ibu bekerja yang tidak
penelitian mengemukakan bahwa faktor- memberikan ASI eksklusif. Jumlah informan
faktor yang menjadi penyebab tidak kunci ditetapkan berdasarkan tersaturasinya
diberikannya ASI ekslusif pada bayi adalah data atau informasi. Informan dipilih secara
karena ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu purposive dari 267 orang ibu yang
yang rendah, gencarnya periklanan tentang berdasarkan catatan puskesmas tidak
penggunaan susu formula, ASI yang tidak memberikan ASI eksklusif. FGD dilakukan
keluar, adanya persepsi bahwa bayi tanpa sebanyak dua kali, dengan empat orang
diberi makanan tambahan akan menjadi suami, tiga orang metua, lima orang
lapar dan pengetahuan ibu tentang ASI yang keluarga, tiga orang kader, dua orang tokoh
kurang.5 Berdasarkan hasil penelitian yang agama, dua orang tokoh masyarakat dan
dilaporkan oleh Rohani tahun 2010 di Kota dua orang pimpinan dari informan kunci
Mataram mengemukakan bahwa ibu yang yang semuanya bekerja dan berdomisili di
bekerja memiliki risiko kegagalan pemberian wilayah penelitian. Instrumen penelitian
ASI eksklusif 10 kali lebih besar dibandingkan adalah pedoman FGD dan pedoman

Public Health and Preventive Medicine Archive 163 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
wawancara mendalam. FGD dan wawancara meninggalkan bayinya pada usia dini dalam
mendalam direkam dengan menggunakan jangka waktu yang cukup lama setiap
alat perekam dan kemudian dibuatkan harinya.7 Temuan diatas juga sesuai dengan
transkripnya serta digabungkan dengan teori Lawrence Green yang menyatakan
catatan peneliti selama pengumpulan data bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
di lapangan dalam satu dokumen di dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
komputer. Analisis data dimulai dari (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
pengolahan transkrip hasil FGD dan hasil (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri
wawancara mendalam yaitu dengan terbentuk dari tiga faktor, dimana salah satu
memberikan kode (coding) terhadap kata faktornya adalah faktor predisposisi
kunci untuk memudahkan analisis informasi (predisposing factors) yang mencakup
yang diperoleh dari informan satu dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan,
informan lainnya. Hasil analisis data keyakinan, kebiasaan, norma sosial, budaya
disajikan dengan cara formal dan informal dan sebagainya.8 Temuan ini juga sejalan
serta pengecekan keabsahannya dilakukan dengan penelitian yang dilaporkan oleh
dengan teknik triangulasi. Penelitian ini telah Rahmawati (2009) di Kota Semarang yang
mendapatkan kelaikan etik dari Komisi Etik menyatakan bahwa faktor yang sangat
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif adalah status pekerjaan ibu dimana
Hasil dan Diskusi responden yang tidak bekerja berpeluang
untuk memberikan ASI eksklusif kepada
Secara umum informan kunci telah
bayinya 4 kali lebih besar dibanding
mengetahui pentingnya pemberian ASI
responden yang bekerja.9
eksklusif tetapi karena mereka harus
Ibu yang bekerja mengemukakan
bekerja, maka hal ini menyebabkan ibu
bahwa mereka tidak bisa meninggalkan
memilih tidak memberikan ASI eksklusif
pekerjaannya untuk menyusui bayinya
pada bayinya dengan alasan ibu merasa
karena tuntutan tanggung jawab
repot untuk memberikan ASI eksklusif
pekerjaannya, seperti kutipan pernyataan
karena harus bekerja seperti kutipan
informan di bawah ini.
pernyataan informan di bawah ini.
^Pekerjaan penting tapi anak juga
^Ya saya sebenarnya tahu ASI eksklusif
penting, saya bingung juga ini, cuman
penting, tapi kita kan bekerja dari pagi
kita butuh mempersiapkan masa depan
sampai siang kadang sore, capek, jadi
untuk anak, terpaksa ada yang
malas kita nyusuin dan anak saya
dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga
sudah biasa minum susu dot, jadi ndak
kan ini_ (IDI, P1)
mau nyusu disaya_ (IDI, P2)
^Sebagai pegawai kita kan harus
^Kalau ASI terus sepertinya susah mbak,
disiplin dan tanggung jawab, jadi tidak
karena saya kan repot dan sibuk, harus
bisa juga sering izin atau tidak masuk
kerja, jadi pilih yang praktis dan mudah
kerja_ (IDI, P3)
saja gitu, supaya semua bisa jalan
^Kalau saya tidak masuk kerja,
maksudnya_ (IDI, P4)
pekerjaan saya semakin menumpuk
Temuan ini sejalan dengan hasil jadinya dan bisa stress nanti, jadi harus
penelitian yang dilaporkan oleh Ibrahim diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu_ (IDI, P5)
(2000) di Aceh, yang mendapatkan bahwa
lama waktu pisah dengan bayi memiliki Ketika wanita sudah memutuskan
pengaruh negatif terhadap kelangsungan untuk bekerja, wanita harus siap
pemberian ASI. Bekerja menuntut ibu untuk

Public Health and Preventive Medicine Archive 164 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
menjalankan peran ganda yang 1951, dan diperkuat dengan Keputusan
disandangnya. Peran ganda seperti ini sering Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984
menjadi permasalahan,10 dimana adanya Ps.10.12 Kesimpulan ini sesuai dengan
tuntutan tanggung jawab dan beban kerja temuan yang dilaporkan Arifah (1996) di
yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan Semarang, yang menunjukkan hasil bahwa
menjadi salah satu masalah bagi ibu bekerja tidak semua pengusaha memberikan
untuk dapat membagi waktu dan diri dalam perlindungan kesehatan reproduksi bagi
mengurus kebutuhan keluarga dan karyawannya, terutama para pekerja
pekerjaaanya. Temuan ini sejalan dengan wanita.13
penelitian kualitatif yang dilaporkan Agus Penelitian lain mengemukakan bahwa
(2008) di Kabupaten Sukoharjo yang meningkatnya ibu yang bekerja di sektor
menyimpulkan ada perbedaan yang formal juga menjadi salah satu kendala
bermakna dalam hal eksklusifitas menyusui dalam mensukseskan program ASI eksklusif.
antara kelompok ibu bekerja di pabrik Hal ini berkaitan dengan cuti melahirkan
dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. hanya 12 minggu, dimana empat minggu
Pada kelompok pekerja, faktor yang harus diambil sebelum melahirkan sehingga
berhubungan dengan eksklusifitas menyusui ibu yang bekerja hanya dapat mendampingi
adalah tingkat pendidikan dan kesempatan bayinya secara intensif selama dua bulan
menyusui pada saaat bekerja, yang didukung dan setelah itu ibu harus kembali bekerja
oleh jarak tempat tinggal, kepemilikan dan terpaksa berhenti menyusui.5 Cuti
sarana transportas serta belum dikenalnya hamil yang berlaku di Indonesia saat ini
ASI perahan. 11 belum menopang pemberian ASI eksklusif
Sehubungan dengan singkatnya cuti pada bayi, yaitu sesuai kebijakan pemerintah
hamil atau melahirkan mengakibatkan bahwa cuti melahirkan hanya tiga bulan.
sebelum masa pemberian ASI eksklusif Karena itu, kendati kampanye nasional
berakhir ibu sudah harus kembali bekerja. pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
Hal ini seperti diungkapkan informan, dicanangkan, kenyataanya hal ini sulit
kutipan pernyataan seperti di bawah ini. diimplementasikan bagi ibu yang bekerja
^Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 diluar rumah.9
bulan dan itu sudah aturan, jadi ya mau Kebutuhan ekonomi yang meningkat,
tidak mau harus masuk kembali kalau
udah habis cutinya. Jadi ya terpaksa sering menjadi faktor utama ibu harus
anak saya tinggal dirumah, ASI ndak bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif
full diberikan 6 bulan_ (IDI, P7) tidak dapat sepenuhnya dilakukan. Hal ini
^Kalau kita di toko itu dikasi izin atau menjadi alasan lain yang diungkapkan
cuti istilahnya 1 bulan saja, gaji dikasi
sekedarnya tidak seperti biasa, informan dan menjadi hambatan pemberian
makanya saya berusaha cepet masuk ASI eksklusif, kutipan pernyataan informan
kerja supaya gaji dapat penuh_ ~/ /, P8) seperti di bawah ini.
^Gimana ya, kita kan butuh uang untuk
Temuan ini sejalan dengan penelitian
makan, sepertinya serba susah
yang dilaporkan Istiarti (2012) didapatkan milihnya, karena penghasilan suami
bahwa hanya 25% pengusaha yang telah saya tidak cukup, jadi saya juga bantu-
memberlakukan hak tenaga kerja bantu seperti itu dengan ikut bekerja
juga_ (IDI, P9)
perempuan dalam mendapatkan ^Pekerjaan penting tapi anak juga
kesempatan memberikan ASI kepada penting, saya bingung juga ini, cuman
anaknya seperti diatur oleh PP No.4 Tahun kita butuh mempersiapkan masa depan

Public Health and Preventive Medicine Archive 165 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
untuk anak, terpaksa ada yang akan menghadapi dua tugas, disamping
dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga bekerja diluar rumah mencari nafkah,
kan ini_ (IDI, P1)
^Ini juga seperti buah simalakama, tanggung jawab urusan rumah tangga pun
karena kita harus memenuhi kebutuhan tetap harus dilaksanakan. Beban berat yang
keluarga, tapi kita tidak mampu kalau ditanggung wanita berperan ganda dapat
dari hasil saya saja jadi ibunya bantu- menimbulkan konflik, kelelahan secara fisik
bantu sedikit dengan bekerja, sehingga
menyusui bayinya kurang_ (RFB 2) dan mental hingga dapat mengakibatkan
stress.15 Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Temuan ini sejalan dengan hasil Judarwono dalam Rahmawati (2010)
penelitian yang dilaporkan oleh Qin et al bahwa kondisi fisik dan mental ibu yang
(2009) di China didapatkan kesimpulan pulang dari bekerja sepanjang hari telah
bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi menghambat kelancaran produksi ASI. Hal
oleh tempat tinggal dari keluarga tersebut, ini mengurangi niat ibu bekerja untuk
rendahnya pendidikan, usia dan pendapatan memberikan ASI eksklusif.9
dari keluarga.14 Keberadaan fasilitas dan sarana
Keadaan dan kondisi fisik ibu bekerja prasarana pendukung sangat mempengaruhi
sering menjadi penghambat dalam dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu
pemberian ASI eksklusif secara maksimal, bekerja, kutipan pernyataan informan
seperti ibu yang sakit, lelah dan produksi ASI seperti di bawah ini.
yang kurang, kutipan pernyataan informan ^Di tempat kerja saya tidak ada TPA,
seperti di bawah ini. untuk pojok ASI saja yang khusus belum
^Hambatannya itu ya karena pekerjaan ada, jadi kita kadang-kadang pakai
itu, pada saat itu juga sedang sakit, ruangan yang kebetulan kosong saja,
saat anak saya umur 2 bulan saya ini bikin susah_ (IDI, P3)
opname karena saya kekurangan ^Pojok ASI disini tidak disediakan, tadi
kalium, kalau memberikan ASI kan untuk kurir ASI di Lombok ini belum ada
harus membutuhkan nutrisi yang sama sekali, paling kita bisa minta
banyak sementara saya mengalami keluarga yang ambil ASInya, cuman
kekuranga kalium, jalan satu-satunya kadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan
ya dengan memberikan susu formula_ juga akhirnya_ (IDI, P9)
(IDI, P1)
^Ya karena ASInya yang sedikit, saya Di daerah perkotaan dimana relatif
juga tidak tahu kenapa keluarnya lebih banyak ibu yang bekerja untuk mencari
sedikit, sementara anak saya nangis
nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat
terus, jadi saya tambahin dengan susu
botol_ (IDI, P8) menyusui bayinya dengan baik dan teratur.
^, u š v ‰ u Œ] v • o Z • šµvÇ Hal ini menjadi signifikan karena situasi
karena pengaturan waktu yang tidak tempat kerja belum mendukung praktik
efektif, yang seharusnya kita mengurus
bayi tapi kita harus bekerja diluar,
pemberian ASI, misalnya tidak tersedianya
pulang kerja kita capek dan lelah, ya tempat memerah dan menyimpan ASI,
ASI tidak diberikan dengan cukup_ (IDI, belum banyak tersedia atau tidak adanya
P3) tempat penitipan bayi agar ibu pekerja
Temuan ini sesuai dengan pendapat dapat menyusui bayinya pada saat-saat
yang dinyatakan oleh Barnadib dalam Izzati, tertentu.16
bahwa wanita yang berperan ganda sebagai Temuan ini sejalan dengan penelitian
ibu dan bekerja akan mempunyai yang dilaporkan Aisyah tahun 2009 di Jawa
konsekwensi dari peran tersebut. Wanita Tengah, menyatakan bahwa kegagalan

Public Health and Preventive Medicine Archive 166 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
praktik pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh kepercayaan diri ibu, pikiran positif,
karena belum adanya praktik pemberian ASI mampu mengatasi masalah, pencapaian
pada satu jam pertama setelah melahirkan, tujuan dan keberhasilan dalam
20
adanya pemberian susu formula oleh tenaga pelaksanaannya.
kesehatan di rumah bersalin, di TPA ibu
meninggalkan susu formula, kurangnya Simpulan
motivasi ibu, kepercayaan/mitos, kurang
Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
adanya realisasi PP-ASI bagi pekerja wanita,
tidak eksklusif pada bayinya di Kota
kurang dukungan dokter anak di TPA, serta
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat
adanya masalah produksi ASI.17
disebabkan karena adanya rasa repot dari
Faktor psikologis juga menjadi hal
ibu, karena tuntutan beban kerja yang tinggi,
yang mempengaruhi ibu bekerja untuk
waktu cuti yang sedikit, sarana prasarana
dapat memberikan ASI eksklusif, dimana
yang kurang seperti belum tersedianya TPA
adanya rasa bersalah dan tidak adanya ijin
dan kurir ASI dan adannya tuntutan
dari atasan menjadi penghambat dalam
kebutuhan ekonomi keluarga. Faktor-faktor
memberikan ASI eksklusif, kutipan
yang menghambat dalam pemberiannya
pernyataan informan seperti di bawah ini.
adalah faktor ekonomi, faktor fisik ibu,
^Karena ini anak pertama mungkin
masalah psikologisnya dari yang tidak faktor psikologis dan kurangnya sarana dan
punya anak menjadi punya anak dan prasarana pendukung.
yang kedua adalah masalah pekerjaan
karena jaraknya lumayan jauh antara
rumah dan tempat kerja, mau izin ndak Ucapan Terima Kasih
mungkin setiap hari, malu sama atasan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
mbak_ (IDI, P5)
^^ ‰ Œš]vÇ l o µ }Œ vP l Œi ]šµ Kepala Puskesmas dan seluruh staf
waktunya sama anak sedikit, ini kadang Puskesmas Dasan Agung dan Pagesangan
buat rasa sedih juga. Tapi kalau tidak serta kepada seluruh informan yang
kerja ya tidak dapat makan. Saya kan
membantu terlaksananya proses penelitian
dagang, jadi mau ndak mau tetap
harus jualan di pasar_ ~/ /, P6) khususnya dalam pengambilan data pada
penelitian ini.
Temuan ini sejalan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Daftar Pustaka
Soetjiningsih (2004), bahwa salah satu faktor
yang menyebabkan masih rendahnya 1. Roesli U. Mengenai ASI Eklusif. Trubus
cakupan ASI eksklusif adalah faktor Agriwidya.Jakarta: 2005.
2. Purwati. Konsep penerapan ASI ekslusif, EGC.
psikologis.18 Hal ini didukung juga oleh Jakarta; 2008
pernyataan dari UNICEF, WHO dan IDAI 3. Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, Jakarta; 2012.
(2005) yang menyatakan bahwa adanya 4. Depkes R.I. Indikator Indonesia sehat 2010 dan
mitos tentang menyusui dapat mengurangi pedoman penetapan indikator provinsi sehat
Kepmenkes nomor: 1202/Menkes/SK/VIII/2003.
rasa percaya diri ibu dalam memberikan ASI
Jakarta; 2003
disamping dukungan yang diterimanya.19 5. Suradi, R. Peranan Lingkungan untuk Menunjang
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang Keberhasilan Laktasi, Bunga Rampai Menyusui dan
Rawat Gabung. Jakarta; 2003.
]o ‰}Œl v }o Z K[ Œ] v et. al tahun 2008, 6. Rohani. Faktor yang meningkatkan risiko
dikatakan bahwa strategi keberhasilan kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi
usia 6-9 bulan di Kota Mataram-Nusa Tenggara
dalam pemberian ASI eksklusif dipengaruhi
Barat.Tesis. Universitas Udayana. Bali; 2010.

Public Health and Preventive Medicine Archive 167 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _
7. Ibrahim, Tilaili. Analisis Pola Menyusui Bayi di 14. Qin, L., Zhao Y., Binns W. C., Lee H. A. And Xie X.,
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar Iniation of breasfeeding and prevalence of
Propinsi DI Aceh. Tesis. Fakultas Kesehatan exclusive breasfeeding at hospital discharge in
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta; urban. Suburban and rural arens of Zhejiang,
2000.Tidak Dipublikasikan. China. International Breasfeeding Journal,
8. Green, L. W. Kreutter, M. W. Health Promoting Australia; 2009.
Planning An Educational And Environmental 15. Izzati, R.E. Penerimaan diri dan toleransi stress
Approach, Second Edition Mayfield Publishing pada wanita berperan ganda. Skripsi. Fakultas
Company, London, p. 142-147; 1991. Psikologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta;
9. Rahmawati, M. D. Faktor-faktor yang 1996
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu 16. Diharjo, K, Riyadi, S., dan Media, Y. Masalah di
menyusui di kelurahan Pedalangan Kecamatan seputar pemberian ASI secara eksklusif, Majalah
Banyumanik Kota Semarang. Skripsi. STIKES Kesehatan Masyarakat Indonesia. XXVI, April No.3;
Kusuma Husada Surakarta; 2010. 1998.
10. Jatman, D. Psikologi Perkembangan. Bidang 17. Aisyah, Dewi. penelitian Faktor-faktor yang
Peneliti Universitas Diponegoro. Semarang; 2002. mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif
11. Sartono, Agus. Praktek menyusui ibu pekerja pada ibu bekerja (studi kualitatif di tempat
pabrik dan ibu tidak bekerja di Kecamatan penitipan anak (TPA) Dian Dharma Putra Provinsi
Sukoharjo Kota Kabupaten Sukoharjo.Skripsi. Jawa Tengah). Skripsi. Undip Semarang; 2009
Program studi gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan 18. Soetjiningsih. ASI petunjuk untuk tenaga
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang; Kesehatan, EGC.Jakarta; 2004.
2008. 19. UNICEF, WHO, dan IDAI, Rekomendasi tentang
12. Istiarti, T. VG. Penerapan hak cuti melahirkan bagi pemberian makanan bayi pada situasi darurat :
pekerja perempuan di sektor formal. Jurnal Pernyataan bersama pada tanggal 7 Januari 2005.
Kesehatan Lingkungan Vol.11 No.2; 2012. Jakarta; 2005
13. Afifah, D. N. Faktor yang berperan dalam 20. K[ Œ] vU >X DXU µ]l•šŒ XU & oo}v dX v , Pv Ç
Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif D., Stategies for success : a toolbox of coping
(tesis).Universitas Dipenogoro. Semarang; 2009. stategies used by breastfeeding women. Journal of
Clinical Nursing. Blackwell Publishing, Ltd.
Australia; 2008.

Public Health and Preventive Medicine Archive 168 _ Desember 2014 _ Volume 2 _ Nomor 2 _

Anda mungkin juga menyukai