Anda di halaman 1dari 28

Sakramen Perkawinan 3

PERKAWINAN
beda Agama & Beda Gereja

“Matrimonia Mixta”
Sakramen Perkawinan

Pertemuan 1 Paham Dasar Perkawinan Katolik

Pertemuan 2 Keabsahan (validitas) Perkawinan Katolik

Pertemuan 3 Perkawinan Campur dan Beda Gereja

Pertemuan 4 Tribunal Perkawinan


Agenda
• 01 Pemahaman tentang Kawin Campur

• 02 Dispensasi dan Ijin

• 03 Syarat untuk mendapatkan Dispensasi dan Ijin

• 04 Tata Peneguhan perkawinan campur dan perkawinan Ekumenis

• 05 Pastoral Kawin Campur

10/26/2022 3
Konteks sosial kita
• Gereja menyadari komplesitas dan pluralitas
situasi masyarakat, di mana orang-orang Katolik
hidup berdampingan dengan non-Katolik.
• semangat ekumenis Gereja Katolik untuk
merangkul dan bekerjasama dengan pihak-pihak
Kristen lainnya,
• serta kesadaran akan hak kebebasan beragama,
telah mendorong Gereja Katolik sampai pada
pemahaman akan realita terjadinya perkawinan
campur
10/26/2022 4
Pemahaman tentang

01
Kawin Campur

menurut UU di Indonesia dan


Hukum Katolik
UU RI no. 1 Tahun 1974 Pasal 57
Regeling op de Gemengde Huwelijk; staat blad tahun 1898 nomor 158

tentang perkawinan campur: “perkawinan


antara dua orang yang di Indonesia tunduk
pada hukum yang berlainan”
• karena perbedaan kewarganegaraan dan
salah satu pihak berkewarganegaraan
Indonesia.
• Perbedaan keyakinan
UU RI no. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1

Di Indonesia, secara yuridis formal, perkawinan di Indonesia diatur dalam:


a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
b) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam.

Kedua produk perundang-undangan ini mengatur masalah-masalah yang


berkaitan dengan perkawinan termasuk perkawinan antar agama. Dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
pasal 2 ayat (1) disebutkan: "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu".
UU Nomor 23 tahun 2006 membuka celah hukum terjadinya pernikahan
beda agama.
putusan pengadilan 2014 -2018: 196 kasus putusan MA ttg beda agama

Putusan Mahkamah Agung reg. 1400 K/Pdt/1989 Mengenai Pencatatan


Perkawinan Beda Agama ditinjau Dari Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan adalah tidaklah dibenarkan sebab, menurut UU No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan, sistemnya tidak mengatur secara tegas bahkan
tidak ada hukum yang mengatur mengenai adanya pencatatan perkawinan beda
agama.

Dan apabila ditinjau dari KHI mengenai Pencatatan Perkawinan beda Agama
sama sekali tidak memberi Peluang untuk mencatatkan perkawinan yang
berbeda agama, sebab hukum perkawinan beda agama adalah dilarang kawin
(haram).
Dasar putusan hakim (tidak semua pengadilan)

Dasar Hakim membolehkan Perkawinan Beda Agama di Indonesia


berdasarkan pada:
1. tujuan Perkawinan yang saling mencintai, bahwa Undang-undang
No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terjadi kekosongan hukum,
2. didasarkan Hak Asasi untuk kawin Pasal 27 dan Pasal 29 UUD
1945,
3. serta para hakim melandaskan keputusan mereka pada prinsip
“penerimaan suka rela”
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
Pasal 4 :
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1Tahun 1974 tentang Perkawinan".

Pasal 40 :
Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena
keadaan tertentu;
• Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain;
• Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
• seorang wanita yang tidak beragam Islam.
perkawinan yang dilakukan diwilayah hukum
Indonesia harus dilakukan dengan satu jalur
agama artinya perkawinan beda agama tidak
di perbolehkan untuk dilaksanakan
dan jika tetap dipaksakan untuk
melangsungkan pernikahan beda agama
berarti pernikahan itu tidak sah dan
melanggar undang-undang.
Kitab Hukum Kanonik

Perkawinan campur, yaitu perkawinan antara seorang baptis Katolik dan pasangan yang
bukan Katolik (bisa baptis dalam gereja lain, maupun tidak dibaptis).

Gereja memberi kemungkinan untuk perkawinan campur karena membela dua hak asasi,
yaitu hak untuk menikah dan hak untuk memilih pegangan hidup (agama) sesuai dengan
hati nuraninya.

Perkawinan yang sudah diteguhkan secara sah dan dimohonkan berkat dari Tuhan
apapun jenisnya, semuanya berkenan di hadapan Tuhan. Semuanya dipanggil untuk
memberi kesaksian akan kasih Kristus kepada manusia.
Mixta Religio
Katolik + gereja lain = tidak layak, tidak licit

Perlu IJIN
Matrimonia Mixta

Disparitas Cultus
Katolik + agama lain = tidak sah, tidak valid
HALANGAN yang menggagalkan perkawinan

Perlu DISPENSASI
“Perkawinan yang dirayakan
antara dua orang, satu di
antaranya telah di Baptis,
tidaklah sah tanpa pemberian
dispensasi sebelumnya oleh
ordinaris wilayah”

Paus Paulus VI, Matrimonia Mixta no. 2


KHK 1983 no. 1086

Paus Paulus VI
Menghadapi fakta hukum sipil di Indonesia

• Berlakunya UU Perkawinan RI 1974 mengakibatkan


tidak mudahnya mereka yang menikah dalam
perkawinan campur untuk mendapatkan pengesahan
sipil.
• Sering dijumpai tidak konsistennya petugas pencatatan
sipil. Beda daerah beda kebijakan.
• Pasangan perkawinan campur tidak boleh menyerah
dalam mengusahakan pengesahan secara sipil, apapun
caranya.
02 Dispensasi dan Ijin
Perkawinan beda agama dianggap oleh Gereja sebagai halangan yang
menggagalkan (impedimentum dirimens). Karena itu, perkawinan itu
tidak sah. Kitab Hukum Kanonik 1983 kan. 1086 berbunyi:
1. Perkawinan antara dua orang, yang diantaranya satu telah dibaptis
dalam Gereja katolik atau diterima didalamnya,
sedangkan yang lain tidak dibaptis.
2. Dari halangan itu janganlah diberikan dispensasi, kecuali telah
dipenuhi syarat-syarat yang disebut dalam kan. 1125 dan 1126
3. Jika satu pihak pada waktu menikah oleh umum dianggap sebagai
sudah dibaptis atau baptisnya diragukan, sesuai norma kan. 1060
haruslah diandaikan sahnya perkawinan, sampai terbukti dengan pasti
bahwa satu pihak telah dibaptis, sedangkan pihak yang lain tidak
dibaptis.
Kan. 1125 : IJIN
Izin semacam itu dapat diberikan oleh Ordinaris wilayah, jika terdapat
alasan yang wajar dan masuk akal; izin itu jangan diberikan jika belum
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. pihak katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya


meninggalkan iman serta memberikan janji yang jujur bahwa ia akan
berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua anaknya
dibaptis dan dididik dalam Gereja katolik;
2. mengenai janji-janji yang harus dibuat oleh pihak katolik itu pihak
yang lain hendaknya diberitahu pada waktunya, sedemikian sehingga
jelas bahwa ia sungguh sadar akan janji dan kewajiban pihak katolik;
3. kedua pihak hendaknya diajar mengenai tujuan-tujuan dan ciri-ciri
hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun
dari keduanya.
Syarat untuk
03 mendapatkan
Dispensasi dan Ijin
Persyaratan mendapatkan
Ijin atau Dispensasi (KHK 1125)
a. Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya meninggalkan
iman serta memberikan janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala
sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua anaknya dididik dalam Gereja
Katolik.
b. Pihak yang non-Katolik diberitahu pada waktunya mengenai janji-janji yang
harus dibuat pihak Katolik, sedemikian sehingga jelas bahwa ia sadar akan
janji dan kewajiban pihak Katolik.
c. Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan-tujuan serta
sifat-sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun
dari keduanya

→ Janji ini acapkali menjadi salah satu permasalahan. Maka sangat dianjurkan
untuk dibereskan dahulu, sehingga bisa diantisipasi.
Tata Peneguhan
04 perkawinan campur dan
perkawinan Ekumenis
Larangan Nikah Ganda (Kan 1127 $ 3)

Kita berhadapan dengan kenyataan: dalam perkawinan campur,


tata peneguhan kanonik diwajibkan, sedangkan nikah ganda
(peneguhan sebelum atau sesudah peneguhan Katolik masih
diadakan peneguhan menurut agama lain) dilarang.

Kesan yang sering timbul dari pihak non-Katolik: Gereja Katolik


mau menangnya sendiri, mengapa tidak “fifty-fifty”: baik menurut
hukum agama Katolik di Gereja Katolik, maupun menurut agama
yang lain. Tetapi justru ini dilarang kan. 1127 $ 3 yang sering sulit
dipahami pihak non-Katolik.
TATA PENEGUHAN
a. Semua orang Katolik yang melangsungkan perkawinan
campur dan perkawinan beda agama terikat oleh forma
canonica atau tata peneguhan kanonik, sebagaimana
diatur dalam norma kan. 1108), dengan mengindahkan
ritus liturgi perkawinan yang telah ditentukan oleh
otoritas gerejawi yang berwenang.

b. Perjanjian nikah (FORMA CANONICA) mesti diyatakan


dalam konteks upacara liturgis, meskipun tidak dalam
suatu perayaan Ekaristi
Perkawinan ekumenis
Terbuka perkawinan ekumenis di hadapan pendeta dan
pelayan Katolik, kalau perlu bahkan dengan dispensasi dari
tata peneguhan kanonik (bila pernyataan konsensus tidak
diterimakan oleh pelayan Katolik).

Maka perlu disepakati pembagian tugas yang jelas antara


pendeta dan pelayan Katolik, misalnya firman dan berkat
diserahkan kepada pendeta, sedangkan pelaksanaan tata
peneguhan kanonik dipercayakan kepada pelayan Katolik,
demi sahnya perkawinan.
04 Pastoral Kawin Campur
preventif
Kiranya perlu suatu gerakan bersama. Kesulitan banyak kaum muda untuk menemukan pasangan
hidup yang seiman.

Salah satu usaha pastoral tradisional untuk mengurangi kawin campur adalah menggalakkan
aktivitas Mudika dan pembinaan remaja/ OMK mengenai memilih pasangan.

Peran para orangtua untuk mendorong kaum muda untuk lebih banyak berinteraksi dengan teman
mudika (seiman) perlu kembali ditingkatkan. Orangtua tidak cukup kalau hanya mengharapkan atau
bahkan menuntut agar anaknya tidak melakukan kawin campur.

usaha mudika sendiri untuk mengembangkan diri dan menyiapkan diri sedini mungkin untuk
memasuki kehidupan keluarga dan perkawinan. Perlu memahami apa itu tujuan perkawinan, sifat-
sifat hakiki perkawinan Katolik. Perlu juga mengetahui halangan-halangan perkawinan, dan
sebagainya.
Pastoral bagi pasangan campur

Hendaknya Komisi/seksi keluarga memiliki program/


kegiatan pendampingan / konsultasi :

1.Bagi Keluarga dengan perkawinan campur


2.Penyusunan Modul khusus pembinaan pranikah
bagi calon pasangan beda agama dan beda gereja
3.Call center / Biro konsultasi keluarga perkawinan
campur
10/26/2022 28

Anda mungkin juga menyukai