DS:
Tidak ada
DO:
Sputum berlebih
Tubuh manusia memproduksi lendir (mukus) untuk menjaga
saluran pernapasan tetap lembab sehingga benda asing yang
dapat menimbulkan ancaman dapat terperangkap dan dipaksa
keluar dengan batuk.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan status kesehatan.
Merokok
Infeksi
Faktor patogen (penyakit)
Stres oksidatif
Sekresi yang berlebihan menyebabkan mukus atau sputum
menumpuk pada jalan napas.
Disfungsi neuromuskuler
Kondisi disfungsi neuromuskular mengurangi Gerakan paru
saat pasien menarik dan menghembuskan napas, mengurangi
kekuatan, dan kemampuan batuk (Morrow, Zampoli, van
Aswegen, & Argent, 2013).
Respon alergi
Sistem kekebalan tubuh biasanya merespon zat berbahaya
seperti bakteri, virus dan racun dengan menghasilkan gejala
seperti pilek dan hidung tersumbat, dan radang tenggorokan,
serta telinga dan mata yang gatal.
Terpajan polutan
Polutan seperti sulfur dioksida dan ozon bereaksi secara kimia
dengan permukaan paru-paru, menyebabkan peradangan yang
menghasilkan mukus, batuk, dan masalah pernapasan yang
serius (Hendrick, 2009).
Sklerosis multiple
Sklerosis multiple atau multiple sclerosis (MS) adalah penyakit
autoimun pada sistem saraf pusat (SSP) yang ditandai dengan
peradangan kronis, demielinasi, gliosis, dan kehilangan fungsi
saraf (Tafti, Ehsan, & Xixis, 2022).
Myasthenia gravis
Myasthenia gravis adalah gangguan autoimun yang
mempengaruhi sambungan neuromuskular.
Bicara cadel
Refleks melambat
Toleransi rasa sakit yang lebih tinggi
Mengantuk
Sakit kepala
Kepala terasa ringan.
Dalam situasi di mana kondisinya pasien semakin parah, gejala
yang muncul dapat berupa (Ohwovoriole, 2021):
Kebingungan
Kelelahan yang ekstrem
Kesulitan bernapas
Kesulitan untuk tetap terjaga
Jari dan bibir yang mulai membiru (sianosis)
Tekanan darah rendah
Masalah memori
Depresi SSP dapat menyebabkan masalah bersihan jalan napas
tidak efektif karena tertahannya sekresi pada jalan napas efek
dari ketidakmampuan mengeluarkan sekret.
Cidera Kepala
Cidera kepala atau traumatic brain injury (TBI) adalah
presentasi umum di unit gawat darurat, yang menyumbang
lebih dari satu juta kunjungan setiap tahun (Shaikh & Waseem,
2021).
Stroke
Stroke, atau cerebrovascular disease, adalah kondisi medis
darurat yang ditandai dengan gangguan perfusi akut atau
pecahnya pembuluh darah otak (Khaku & Tadi, 2021).
Kuadriplegia
Kuadriplegia (Quadriplegia, juga dikenal sebagai tetraplegia),
adalah bentuk kelumpuhan yang mempengaruhi keempat
anggota badan, ditambah batang tubuh (Kuriakose, 2020).
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif
adalah: “Bersihan Jalan Napas Meningkat.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Observasi
Baca seluruh artikel atau cari bagian yang anda inginkan pada
Daftar Isi berikut:
DS:
Tidak ada
DO:
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab Fisiologis
1. Kecemasan
2. Perasaan tidak berdaya
3. Kurang terpapar informasi tentang proses penyapihan
4. Penurunan motivasi
Penyebab Situasional
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis gangguan penyapihan ventilator
adalah: “Penyapihan ventilator meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis
dan subkategori respirasi adalah:
DS:
DO:
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
Contoh:
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis
dan subkategori respirasi adalah:
DS:
DO:
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
1. Gangguan metabolisme
2. Kelelahan otot pernapasan
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis gangguan ventilasi spontan
adalah: “ventilasi spontan meningkat.”
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Volume tidak membaik
4. PCO2 membaik
5. PO2 membaik
6. SaO2 membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
Contoh:
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Volume tidak membaik
4. PCO2 membaik
5. PO2 membaik
6. SaO2 membaik
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi,
maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih
dapat mengatasi tanda/gejala.
1. Dukungan ventilasi
2. Pemantauan respirasi
Observasi
Observasi
DS:
Mengeluh sesak
DO:
1. PCO2 meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. pH arteri meningkat/menurun
4. Takikardia
5. Adanya bunyi napas tambahan (mis. wheezing, rales)
Bila data diatas tidak muncul, atau yang muncul hanya satu
atau dua saja (kurang dari 80%), maka Perawat harus
mempertimbangkan adanya masalah lain, misalnya “pola
napas tidak efektif” atau “bersihan jalan napas tidak efektif,”
yang sama-sama masalah keperawatan pada sub
kategori respirasi dalam SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis gangguan pertukaran gas
adalah: “pertukaran gas meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Pemantauan respirasi
2. Terapi oksigen.
Observasi
Observasi
DS:
DO:
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
Contoh:
1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Manajemen Jalan Napas (I.01011)
o Pencegahan Aspirasi (I.01018)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko aspirasi, Perawat
harus memastikan bahwa salah satu dari risiko dibawah ini
muncul pada pasien, yaitu:
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis Risiko aspirasi adalah: “tingkat
aspirasi menurun.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
wheezing, ronchi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
Observasi
1. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan kemampuan
menelan
2. Monitor status pernapasan
3. Monitor bunyi napas, terutama setelah makan/minum
4. Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
5. Periksa kepatenan selang nasogastric sebelum memberi
asupan oral
Terapeutik
DS:
DO:
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis gangguan sirkulasi spontan
adalah: “sirkulasi spontan meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi,
maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih
dapat mengatasi tanda/gejala.
1. Manajemen defibrilasi
2. Resusitasi cairan
3. Resusitasi jantung paru
Observasi
Observasi
Observasi
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Perubahan Preload
Preload, atau disebut juga dengan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressure/LVEDP),
adalah jumlah peregangan ventrikel pada akhir diastol.
Perubahan Afterload
Afterload, atau disebut juga dengan resistensi vaskular
sistemik (systemic vascular resistance/SVR), adalah jumlah
resistensi yang harus diatasi jantung untuk membuka katup
aorta dan mendorong volume darah keluar ke sirkulasi
sistemik.
Perubahan Kontraktilitas
Kontraktilitas adalah kemampuan intrinsik otot jantung untuk
menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung
kepada preload maupun after load.
DO:
1. Bradikardia/takikardia
2. Gambaran EKG Aritmia atau gangguan konduksi
Lelah
DO:
1. Edema
2. Distensi vena jugularis
3. Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
4. Hepatomegali
DO:
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis penurunan curah jantung
adalah: “curah jantung meningkat.”
Contoh:
1. Palpitasi menurun
2. Takikardia menurun
3. Gambaran EKG aritmia menurun
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu
dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan
frekuensi)
Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia
(mis: kalium, magnesium serum)
Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin
I)
Monitor saturasi oksigen
Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis: skor
TIMI, Killip, Crusade)
Terapeutik
Penyebab (Etiologi)
Tanda dan Gejala
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Perawatan Sirkulasi (I.02079)
o Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)
Diagnosis Terkait
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
1. Hiperglikemia
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Peningkatan tekanan darah
4. Kekurangan volume cairan
5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis.
diabetes melitus, hiperlipidemia)
8. Kurang aktivitas fisik
DS:
Tidak ada
DO:
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang
berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis perfusi perifer tidak efektif
adalah: “perfusi perifer meningkat.”
Perfusi perifer meningkat diberi kode L.02011 dalam SLKI.
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Perawatan sirkulasi
2. Manajemen sensasi perifer
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Perawatan Jantung Akut (I.02076)
o Pertolongan Pertama (I.02080)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko gangguan sirkulasi
spontan, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari
risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko gangguan sirkulasi spontan
adalah: “sirkulasi spontan meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Perawatan Jantung (I.02075)
o Perawatan Jantung Akut (I.02076)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko penurunan curah
jantung, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari
risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
1. Perubahan afterload
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan irama jantung
4. Perubahan kontraktilitas
5. Perubahan preload
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko penurunan curah jantung
adalah: “curah jantung meningkat.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Perawatan jantung
2. Perawatan jantung akut
Perawatan Jantung (I.02075)
Intervensi perawatan jantung dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.02075).
Observasi
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu
dan Pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan
frekuensi)
Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia
(mis: kalium, magnesium serum)
Monitor enzim jantung (mis: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin
I)
Monitor saturasi oksigen
Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis: skor
TIMI, Killip, Crusade)
Terapeutik
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perdarahan, Perawat
harus memastikan bahwa salah satu dari risiko dibawah ini
muncul pada pasien, yaitu:
1. Aneurisma
2. Gangguan gastrointestinal (misalnya ulkus lambung, polip,
varises)
3. Gangguan fungsi hati (misalnya sirosis hepatis)
4. Komplikasi kehamilan (misalnya ketuban pecah sebelum
waktunya)
5. Komplikasi pasca partum (misalnya atoni uterus, retensi
plasenta)
6. Gangguan koagulasi (misalnya trombositopenia)
7. Efek agen farmakologis
8. Tindakan pembedahan
9. Trauma
10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
perdarahan
11. Proses keganasan
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
[masalah] + [faktor risiko]
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko perdarahan adalah: “tingkat
perdarahan menurun.”
Contoh:
1. Kognitif meningkat
2. Hemoglobin membaik
3. Hematokrit membaik
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Observasi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perfusi
gastrointestinal tidak efektif, Perawat harus memastikan
bahwa salah satu dari risiko dibawah ini muncul pada pasien,
yaitu:
1. Varises gastroesofagus
2. Aneurisma aorta abdomen
3. Diabetes melitus
4. Sirosis hepatis
5. Perdarahan gastrointestinal akut
6. Gagal jantung kongestif
7. Koagulasi intravaskuler diseminata
8. Ulkus duodenum atau ulkus lambung
9. Kolitis iskemik
10. Pankreatitis iskemik
11. Ginjal polikistik
12. Stenosis arteri ginjal
13. Gagal ginjal
14. Sindroma kompartemen abdomen
15. Trauma abdomen
16. Anemia
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko perfusi gastrointestinal tidak
efektif adalah: “perfusi gastrointestinal meningkat.”
1. Mual menurun
2. Muntah menurun
3. Bising usus membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Mual menurun
2. Muntah menurun
3. Bising usus membaik
Perhatikan:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Pengontrolan perdarahan
2. Konseling nutrisi
Dalam buku SIKI Edisi 1, Cetakan II (2018), intervensi
pengontrolan perdarahan tidak ada, baik di daftar isi maupun
di isinya.
Observasi
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Manajemen Aritmia (I.02035)
o Manajemen Syok Kardiogenik (I.02051)
o Pencegahan Emboli (I.02066)
o Perawatan Jantung (I.02075)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perfusi miokard
tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa salah satu
dari risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperglikemia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan
7. Pembedahan jantung
8. Penyalahgunaan zat
9. Spasme arteri koroner
10. Peningkatan protein C-reaktif
11. Tamponade jantung
12. Efek agen farmakologis
13. Riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga
14. Kurang terpapar informasi tentang faktor risiko yang
dapat diubah (misalnya merokok, gaya hidup kurang gerak,
obesitas)
Diagnosis ini ditegakkan pada pasien yang belum beresiko
mengalami gangguan pompa jantung. Jika pasien telah
berisiko mengalami gangguan pompa jantung maka lebih tepat
menggunakan diagnosis penurunan curah jantung atau risiko
penurunan curah jantung.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko perfusi gastrointestinal tidak
efektif adalah: “perfusi miokard meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi,
maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih
dapat mengatasi tanda/gejala.
1. Manajemen aritmia
2. Manajemen syok kardiogenik
3. Pencegahan emboli
4. Perawatan jantung
Observasi
Observasi
Observasi
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Pencegahan Syok (I.02068)
o Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Diagnosis Terkait
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perfusi perifer tidak
efektif, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari
risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
1. Hiperglikemia
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapat informasi tentang faktor pemberat (misalnya
merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas, imobilitas)
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko perfusi gastrointestinal tidak
efektif adalah: “perfusi perifer meningkat.”
Contoh:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Pencegahan syok
2. Perawatan sirkulasi
Observasi
Faktor Risiko
Penulisan Diagnosis
Luaran (HYD)
Intervensi
o Pencegahan Syok (I.02068)
o Manajemen Perdarahan (I.02040)
Diagnosis Terkait
Referensi
Faktor Risiko
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perfusi renal tidak
efektif, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari
risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang
berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
Perhatikan:
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran
utama untuk diagnosis risiko perfusi gastrointestinal tidak
efektif adalah: “perfusi renal meningkat.”
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka perfusi renal meningkat, dengan kriteria hasil:
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada
pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengatasi penyebab.
1. Pencegahan syok
2. Pengontrolan perdarahan
Dalam buku SIKI Edisi 1, Cetakan II (2018), intervensi
pengontrolan perdarahan tidak ada, baik di daftar isi maupun
di isinya.
Observasi
Observasi
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis
dan subkategori sirkulasi adalah: