Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 11

Syarah Sunan An-Nasa’i Li Al-Suyuthi


(Bab “Kitab Al-Mawaqit)
Ramdhan Zakaria (11210360000156)
Muhammad Gibran Bintang Gemilang (11210360000126)
Udin Saputra (11210360000086)
Muttaqin (11210360000152)
Kurniawan Dwi Sunaryo. (11220360000005)
Biografi Imam Syuyuthi
Imam Jalaluddin al-Suyuthi, atau lebih dikenal sebagai al-Suyuti, lahir pada awal bulan Rajab tahun 849 H atau 1445 M di
Mesir. Setelah kehilangan ibu dan ayahnya pada usia muda, dia tumbuh menjadi seorang ulama yang sangat
berprestasi. Gelar "Jalaluddin" diberikan kepadanya oleh salah satu gurunya, sementara "al-Suyuthi" diambil dari nama
daerah kelahirannya, yaitu Suyuth, sebuah daerah di pedalaman Mesir.

Imam al-Suyuthi menempuh perjalanan pendidikan di berbagai negara, seperti Syam (Suriah), Hijaz, Yaman, India, dan
Maroko, menunjukkan keinginannya untuk mendalami ilmu pengetahuan dari berbagai sumber. Dengan memulai
aktivitas menulis dan merangkum kitab-kitab pada usia 17 tahun, Imam al-Suyuthi kemudian mengakui bahwa jumlah
tulisannya mencapai 300 buku dari berbagai disiplin ilmu. Namun, muridnya, Ad-Daudi, menyebutkan bahwa jumlahnya
melebihi 500 buku, dan menurut Ibnu Iyyas bahkan mencapai 600 buku setelah menyusun kitab "Husn al-Muhadarah".

Imam al-Suyuthi wafat pada malam Jumat, 19 Jumadil awal tahun 911 H atau 1505 M, pada usia 61 tahun. Dia
dimakamkan di Husy Qushun, Kairo. Imam Jalaluddin al-Suyuthi terkenal sebagai ulama serba bisa dengan keahlian di
bidang tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, sejarah, dan sastra Arab. Karyanya memiliki dampak yang besar dalam dunia
keilmuan Islam dan tetap dihormati hingga saat ini.
Sistematika Penulisan Kitab Syarah Sunan An-Nasa’i Li
Al-Suyuthi (Bab Kitab Al-Mawaqit)
Dalam penyusunan karyanya, al-Suyuthi menerapkan metode ijmali, yang merinci konsep secara menyeluruh dalam
tulisan yang ringkas dan menggunakan bahasa yang sederhana untuk mempermudah pemahaman. Dalam syarah karya
imam al-Suyuhi, didalamnya mencakup beberapa aspek esensial. Pertama, beliau memberikan penjelasan mendalam
mengenai perawi hadis untuk memahamkan kredibilitasnya. Selanjutnya, terdapat pemaparan rinci mengenai I’rab
Hadits, membantu para pelajar memahami struktur dan tata bahasa hadis dengan lebih baik.

Dalam penyajian tafsir atau syarah, terdapat kecenderungan untuk mengikuti pandangan Imam Syafi’i, mencerminkan
pengaruh dan keyakinan beliau terhadap pemikiran tersebut. Sementara itu, beliau juga berdedikasi menjelaskan makna
dan hubungan antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadis, memberikan konteks yang lebih luas dan pemahaman yang
lebih mendalam bagi para pelajar. Pendekatan ini menciptakan suatu kerangka pemahaman yang utuh dalam
mempelajari materi hadis dan tafsir.
Kelebihan dan Kekurangan Kitab Syarah Sunan An-
Nasa’i Li Al-Suyuthi (Bab Kitab Al-Mawaqit)
Keunggulan dari kitab syarah ini mencakup penjelasan yang singkat dan mudah dipahami, memberikan aksesibilitas
tinggi bagi pembaca. Kitab ini juga fokus pada aspek penting seperti nama-nama perawi, penjelasan lafazh hadis, serta
mencakup sebagian hukum dan etika yang terkait dengan berbagai hadis Nabi. Namun, terdapat beberapa kelemahan
yang perlu diperhatikan. Kadang-kadang, konsistensi dalam mencantumkan ayat Al-Qur'an tidak selalu dijaga, terutama
terlihat pada bab-bab tertentu seperti thaharah dan air. Selain itu, cenderung adanya kecenderungan untuk lebih banyak
mengambil pendapat dari Imam Syafi'i, yang dapat memengaruhi keragaman perspektif.

Dalam penjelasan syarahnya, terdapat kekurangan dalam memberikan batasan yang jelas antara penjelasan bab satu
dengan penjelasan bab lainnya. Ini dapat mengakibatkan pemahaman yang kurang terstruktur dan terkadang
membingungkan bagi pembaca yang berusaha mengikuti alur kajian.
Kitab Syarah Sunan An-Nasa’i Li Al-Suyuthi (Bab Kitab
Al-Mawaqit)
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai