Anda di halaman 1dari 11

KARYA ILMIAH

Penegakan Hukum Islam dan Positif dalam Pencemaran Nama Baik


Melalui Media Sosial

Nama Anggota Kelompok :


Nadya Aisya Intan Soraya ( A.111.21.0153)
Amalia Zulfa Chasanah ( A.111.21.0157)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
NOVEMBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENEGAKAN HUKUM ISLAM DAN POSITIF DALAM PENCEMARAN NAMA BAIK


MELALUI MEDIA SOSIAL

KARYA ILMIAH

OLEH:

NADYA AISYA INTAN SORAYA

A.111.21.0153

AMALIA ZULFA CHASANAH

A.111.21.0157

Semarang, 09 November 2022


MENGETAHUI,
PEMBIMBING

Dr. DIAN SEPTIANDANI, SH, MH


KATA PENGANTAR

Dipanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab berkat campur tangan
Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kekuatan dan hikmat kebijaksanaan kepada
kami untuk dapat menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini.

Karya Ilmiah berjudul : “Penegakan Hukum Islam dan Positif dalam Pencemaran
Nama Baik Melalui Media Sosial”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang
telah membantu kami dalam penulisan karya ilmiah ini, khususnya kepada Panitia Penilai
Karya Tulis Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Semarang, lebih khusus lagi kepada Dekan /
Ketua Tim Penilai Karya Tulis Ilmiah dan dosen pembimbing yang telah memberikan koreksi
dan masukan-masukan terhadap karya ilmiah ini.

Sebagai manusia biasa tentu saja dalam usaha penulisan karya ilmiah ini terdapat
kekurangan dan kelemahan, baik itu materi maupun teknik penulisannya, untuk itu maka segala
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif amat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
ini

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa, selalu menyertai segala usaha dan tugas
kita.

Semarang, 09 November 2022

Penulis Pertama
Nadya Aisya Intan Soraya

Penulis Kedua
Amalia Zulfa Chasanah
DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................................i


Pengesahan ..............................................................................................................................ii
Kata Pengantar ........................................................................................................................iii
Daftar isi ..................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan Komunikasi..................................................................................2
2.2 Tipe Perencanaan Komunikasi ...........................................................................................3
2.3 Pendekatan dalam perencanaan komunikasi........................................................................4

BAB III SIMPULAN


3.1 Simpulan ............................................................................................................................16
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk membandingkan penerapan norma pidana pencemaran nama baik media
sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normative, deskriptif dan komperatif
dengan pendekatan perbandingan hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuduhan pencemaran
nama baik berdasarkan UU ITE membawa hukuman penjara empat tahun. Di era globalisasi saat ini,
informasi dan transaksi elektronik semakin berkembang seiring dengan tuntutan zaman. Dengan
munculnya situs-situs media sosial di dunia maya yang memudahkan komunikasi, memperoleh
informasi, atau mengirim pesan, perkembangan teknologi ini dapat membawa akibat negatif dan jika
disalahgunakan dapat mengakibatkan penghinaan atau fitnah yang dapat berujung pada tindak pidana
pencemaran nama baik. Dalam Hukum Islam pencemaran nama baik lebih dikenal dengan istilah
perbuatan akhlak tercela, menuduh seperti halnya quadzf. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperjelas pandangan hukum Islam dan hukum positif tentang pencemaran nama baik,
dan untuk memperjelas perbandingan pencemaran nama baik antara hukum Islam dan hukum positif.

Kata kunci : Hukum Islam, Media Sosial, Penegakan Hukum, Pencemaran nama baik, Positif.

A. Pendahuluan
Menurut Kominfo dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, masyarakat
awam dihadapkan dengan informasi yang sangat membantu meringankan pekerjaan
manusia. Di zaman modern yang serba canggih ini, aparat penegak hukum harus berhati-
hati dan bijaksana dalam menangani kasus, termasuk kejahatan di dunia maya.1 Ada banyak
berbagai media di dunia ini salah satunya media internet. Internet merupakan sebuah
jaringan komunikasi dan informasi global, disini ada banyak manfaat dengan leluasa bisa
kita dapatkan baik data atau informasi untuk membantu tugas kuliah atau pekerjaan,
membaca berita nasional maupun manca negara, mencari lowongan pekerjaan ataupun
beasiswa, bahkan termasuk sumber berbagai ilmu.

Ada berbagai macam media di dunia, salah satunya adalah media internet. Internet adalah
jaringan komunikasi dan informasi global. Ada banyak keuntungan di sini yang
memungkinkan Anda untuk mendapatkan data dan informasi secara bebas, membantu studi
dan tugas kerja Anda, membaca berita nasional dan internasional, mencari pekerjaan dan
beasiswa. berbagai sumber pengetahuan.

1
Kominfo, 101 Tanya Jawab seputar UU ITE,2010.
Hukum Islam sebagai hukum tidak tertulis Indonesia merupakan sumber bahan
perumusan hukum positif sehingga menjadi pembahasan penting, demikian penelitian ini
mengkaji hubungan antara hukum Islam dan hukum positif terkait dengan penerapan hukum
pidana. hukum pencemaran nama baik melalui media sosial, dimana hukum Islam memiliki
perangkat teknologi informasi sebagai bagian dari kasus baru atau tidak ada pada masa Nabi
Muhammad. Pada saat yang sama, penelitian ini juga merupakan proses mengevaluasi standar
berbeda yang digunakan dalam proses meyakinkan.

Al-Qur'an yang merupakan salah satu dasar hukum Islam, menyatakan bahwa Qozf /
Tasyhir atau fitnah adalah salah satu dari jarimah atau nama pidana dalam hukum pidana,
sehingga Islam mengatur hukuman bagi orang yang memfitnah orang lainnya. Secara jelas
dinyatakan dalam Al-Qur'an bahwa hukumannya adalah 80 cambukan. Hal ini tertulis dalam
Surah An Nur ayat 6. Dan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW tahun, Qazf adalah salah satu
dari tujuh dosa besar yang harus dihindari, seperti yang dilakukan Abu Hurairah pada tahun
r.a. hadits yang diriwayatkan.

B. Metode Penelitian
Metodelogi yakni cara untuk berbuat satu hal dengan tepat, kemudian penelitian punya arti
kerjaan yang mencari-cari, melakukan perumusan, menganalisa mencatat, dan penyusunan
laporan. Suatu pegamatan atau penelitian ialah upaya dari pengembangan, pengujian adalah
usaha untuk mengembangkan, menguji menemukan suatu kebenenaran metode ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang disebut dan studi pustaka dengan
yurisprudensi normatif. Mengenai, untuk menginformasikan perdebatan ini, peneliti
menggunakan bahan hukum yang mengikat, yaitu undang-undang dan keputusan pengadilan.
Menganalisis data menggunakan analisis hukum, yaitu metode analisis yang berasal dari
undang-undang, keputusan pengadilan, perintah dan undang-undang. Pengumpulan data
dilakukan melalui studi pustaka, mengkaji literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan adalah. analisis kualitatif berupa pengungkapan, deskripsi
dan deskripsi hasil penelitian.

C. Hasil dan Pembahasan

Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial menurut Hukum Positif.
Tindak pidana pencemaran nama baik adalah perbuatan pidana yang menyerang nama
baik, berupa ucapan, kalimat dan media yang menyerang kehormatan orang lain dan dapat
menurunkan harga diri serta martabat pihak yang dicemarkan. Atau penuduhan terhadap
seseorang bahwa telah melakukan sesuatu dan disebarkan ke masyarakat luas2. Gangguan atau
pelanggaran yang mengarah terhadap reputasi seseorang yang berupa pernyataan yang salah,
fitnah, pencemaran nama baik, mengejek dan penghinaan3. Sedangkan di Indonesia ada
beberapa tindak pidana yang dikategorikan sebagai tindak pidana pencemaran nama baik,
yaitu:
a) menuduh sesuatu hal secara lisan pasal 310 ayat 1 KUHP,
b) menuduh sesuatu hal dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan pasal 310 ayat KUHP,
c) fitnah pasal 311 KUHP dan pasal 36 ayat 5 UU. No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran,
d) pengaduan fitnah pasal 317 KUHP,
e) Mendistribusikan dan /atau mantrasmisikan dan /atau membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan/ atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau
pencemaran nama baik pasal 27 ayat 3 UU ITE.
Pencemaran nama baik merupakan perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
telah diatur dalam hukum positif melalui KUHP dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam hukum positif pencemaran nama baik juga
dikenal dengan istilah kejahatan terhadap kehormatan, Sedangkan dalam hukum Islam
mengenai delik-delik pencemaran nama baik dapat dikatakan perbuatan tersebut melanggar
seperti menuduh perbuatan baik-baik berzina atau Qadzf.
Dalam hukum positif delik pencemaran nama baik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
KUHP dan UU ITE.

Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Dalam Media Sosial Menurut Hukum Pidana
Islam
Menurut hukum pidana Islam mencemarkan nama baik, menuduh dan mengolok-olok
seseorang ataupun suatu golongan sungguh dilarang perbuatan tersebut dikategorikan sama
dengan Jarimah Qadzf (Tuduhan Zina). Menurut Abdul Qadir Audah, Jarimah Qadzf terbagi
menjadi 2 (dua) macam yaitu, Qadzf yang dihukum dengan had dan Qadzf yang dihukum
dengan pengasingan (ta’zir). Qadzf yang dihukum dengan had adalah menuduh seorang yang

Shah Rangga Wira Prastya, “Tinjauan Yuridis Mengenai Sanksi Pidana Terhadap Tindak
2

Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial”, E-Journal Kertha Wicara Fakultas Hukum
Universitas Udayana Fakultas Hukum, Vol. 05, No. 02, Juni 2015, hlm.2.
3
Nudirman Munir, Pengantar Hukum Siber Indonesia, Edisi 3, Depok: Rajawali Pers, 2017,
hlm. 292.
baik-baik berzina dan mengingkari nasabnya. Sedangkan Qadzf atau Tasyhir yang dihukum
dengan ta’zir adalah menuduh seseorang dengan tuduhan selain zina dan tidak mengingkari
nasabnya, yang dimaksud adalah perbuatan mencaci dan memaki orang lain.4
Tindak pidana pencemaran nama baik adalah Qadzaf, diancam dengan ta'zir dan
keputusan ada di tangan hakim dan penguasa. Kejahatan ini sangat merugikan korban dan
memenuhi 3 (tiga) unsur pencemaran nama baik yaitu kesengajaan, unsur publisitas dan
penghinaan terhadap kehormatan atau martabat manusia. Hal demikian juga masuk dalam salah
satu aspek maqoshid syariah, yaitu pennjagaan pada jiwa, penjagaan pada jiwa dimaksudkan
agar seseorang tidak minciderai, melukai, menyakiti dan membunuh karakter orang lain, serta
menciptakan rasa aman dalam diri seseorang.5 Dan menurut hemat penulis bahwa hal ini bisa
saja menjadi dasar hukum pidana Islam atas pencemaran nama baik.

Syariat Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk melindungi manusia termasuk
martabatnya. Perilaku yang melanggar harkat dan martabat manusia, baik secara individu
maupun sebagai anggota masyarakat, tentunya dilarang oleh Sang Pencipta manusia yaitu
Allah SWT. Menuduh orang lain berzina adalah tindakan yang keji dan tercela. Merusak
reputasi seseorang Menuduh seseorang secara lisan atau tertulis tentang perzinahan .Dengan
demikian, hukum Islam melarang perbuatan keji dan dilarang menurut hukum Islam. Dari
sudut pandang hukum Islam, fitnah digambarkan sebagai salah satu tindakan tercela atau
perilaku buruk.

Madzhab yang menentukan masa tahanan ta’zir adalah madzhab Syafi’i, yaitu tidak lebih
dari satu tahun. Imam Syafi’i mengqiyaskan tindak pidana ini dengan hukuman pengasingan
pada hukuman zina. Sementara madzhab lain tidak mengqiyaskannya dengan hukuman
pengasingan juga membolehkan menggabungkan hukuman penjara dengan hukuman pukulan,
apabila dinilai hukuman belum cukup, madzhab Syafi’i menyaratkan agar diterapkan dengan
sesuai yaitu sebagai hukuman penyempurna. Apabila memukul pelaku setengah pukulan yang
ditetapkan oleh hukuman ta’zir, maka mendapat setengah hukuman penjara dan apabila
mendapat seperempat cambukan, maka mendapat hukuman penjara tiga perempat masa
tahanan.6

4
M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, Cetakan Pertama, Jakarta: Amzah, 2019, hlm. 42
5
Mulyono Jamal, Haerul Akmal dkk, Implementasi Wisata Syariah Lombok dalm Perspektif
Maqoshid Syariah, Al Istinbath: Jurnal Hukum Islam, Vol 4 No 2, November 2019, Hlm 143- 160.
6
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islami Muqarinan bi Al-Qanun Al-Wad’i, Jilid
Kedua, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1992, hlm. 430.
Hukuman penjara adalah hukuman kedua bagi pelaku yang diputuskan berdasarkan
kebebasan hakim atau merupakan pilihan bagi para hakim. Tujuan hukuman penjara dalam
Islam dimaksudkan untuk mendidik (ta’dib) atau perbaikan bagi pelaku, tidak hanya bertujuan
untuk mencapai kepastian hukum semata. Implikasi penerapan dua model penyelesaian perkara
ini memungkinkan adanya proses mediasi bagi pelaku dan korban. Model penyelesaian perkara
dalam pidana Islam terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

(1) Model Penyelesaian Diskresif (istihsan) yang diperkenalkan oleh madzhab Hanafi. Model
ini adalah penetapan hukum dari seorang hakim (qadhi) terhadap suatu masalah yang
menyimpang dari ketentuan hukum yang diterapkan pada 15 Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain,
Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010, hlm. 428. 16 Mulyono Jamal, Haerul Akmal dkk,
Implementasi Wisata Syariah Lombok dalm Perspektif Maqoshid Syariah, Al Istinbath: Jurnal
Hukum Islam, Vol 4 No 2, November 2019, Hlm 143- 160. 17 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’
Al-Jinaiy Al-Islami Muqarinan bi Al-Qanun Al-Wad’i, Jilid Kedua, Beirut: Muassasah ar-
Risalah, 1992, hlm. 430. 40 DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum Volum 19 Nomor 1 Juli
2021.

(2) Model Penyelesaian Benefical (istihlah) yang diperkenalkan oleh Madzhab Maliki dan
Syafi’i. Model ini adalah menetapkan hukum yang tidak ada nashnya dan mashlahah yang
dianggap sah untuk ditentukan menjadi hukum syar’i adalah mashlahat yang tidak mempunyai
ketentuan syara.7

D. Kesimpulan

Pencemaran nama baik adalah tindakan yang mengancam reputasi orang lain dengan
memberikan informasi palsu tentang orang ketiga. Kejahatan yang menyerang nama baik
dalam bentuk kata-kata, kalimat dan media yang menyerang kehormatan orang lain dan dapat
merusak harga diri dan martabat orang yang difitnah. Tuduhan terhadap seseorang yang
melakukan sesuatu dan menyebar. Tempat bertemunya hukum positif dan hukum Islam adalah

Nur Asiah, “Istishlah Dan Aplikasinya Dalam Penetapan Hukum Islam”, Jurnal Hukum
7

Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 152.


bahwa pencemaran nama baik dihukum berdasarkan keputusan hakim dan penguasa atau
mereka menerima hukuman ta'zir.
E. Daftar Pustaka

Kominfo, 101 Tanya Jawab seputar UU ITE,2010.

Rangga Shah, “Tinjauan Yuridis Mengenai Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencemaran Nama
Baik Melalui Media Sosial”, E-Journal Kertha Wicara Fakultas Hukum Universitas Udayana Fakultas
Hukum, Vol. 05, No. 02, Juni 2015, hlm.2.

Nudirman Munir, Pengantar Hukum Siber Indonesia, Edisi 3, Depok: Rajawali Pers, 2017, hlm. 292.

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, Cetakan Pertama, Jakarta: Amzah, 2019, hlm. 42

Mulyono Jamal, Haerul Akmal dkk, Implementasi Wisata Syariah Lombok dalm Perspektif Maqoshid
Syariah, Al Istinbath: Jurnal Hukum Islam, Vol 4 No 2, November 2019, Hlm 143- 160.

Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islami Muqarinan bi Al-Qanun Al-Wad’i, Jilid Kedua,
Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1992, hlm. 430.

Nur Asiah, “Istishlah Dan Aplikasinya Dalam Penetapan Hukum Islam”, Jurnal Hukum Diktum,
Volume 14, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 152.

Anda mungkin juga menyukai