Anda di halaman 1dari 3

Menghadiri Tahlilan Kematian

almanhaj.or.id/4743-menghadiri-tahlilan-kematian-2.html

MENGHADIRI TAHLILAN KEMATIAN

Pertanyaan.

Assalamu’alaikum. Ada hadits yang menerangkan bahwa Nabi pernah akan mendoa’akan
ayahnya yang sudah meninggal, tapi dilarang oleh Allâh Azza wa Jalla . Kenapa Banyak
orang-orang mengadakan yasinan, tahlilan dengan alasan mendo’akan orang tua yang
sudah meninggal. Mereka juga mengatakan bahwa ini merupakan sebentuk perwujudan
anak shaleh mendo’akan orang tua. Dan kyainya menyebutkan bahwa ini acara tradisi.
Bolehkah menghadiri acara tersebut ? Kalau tidak, dimana kemungkarannya ? Bagaimana
cara mendo’akan yang sesuai sunnah. Terima kasih, wasalam.

Jawaban.

Wa’alaikumussalam. Yang kami ketahui, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan


memohonkan ampun untuk ibunya tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
diidzinkan. Sebagaimana hadits di bawah ini:

‫ َﻗْﺒَﺮ ُأﱢﻣِﻪ َﻓَﺒَﻜﻰ َوَأْﺑَﻜﻰ َﻣْﻦ َﺣْﻮَﻟُﻪ َﻓَﻘﺎَل اْﺳَﺘْﺄَذْﻧُﺖ َرﱢﺑﻰ ِﻓﻰ َأْن َأْﺳَﺘْﻐِﻔَﺮ َﻟَﻬﺎ َﻓَﻠْﻢ‬-‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫َﻋْﻦ َأِﺑﻰ ُﻫَﺮْﯾَﺮَة َﻗﺎَل َزاَر اﻟﱠﻨِﺒﱡﻰ‬
‫ُﯾْﺆَذْن ِﻟﻰ َواْﺳَﺘْﺄَذْﻧُﺘُﻪ ِﻓﻰ َأْن َأُزوَر َﻗْﺒَﺮَﻫﺎ َﻓُﺄِذَن ِﻟﻰ َﻓُﺰوُروا اْﻟُﻘُﺒﻮَر َﻓِﺈﱠﻧَﻬﺎ ُﺗَﺬﱢﻛُﺮ اْﻟَﻤْﻮَت‬.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menziarahi kubur ibunya, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis dan membuat
orang-orang di sekitarnya menangis juga. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Aku meminta idzin kepada Rabbku untuk memohonkan ampun bagi ibuku,
tetapi aku tidak diberi idzin. Dan aku meminta idzin kepadaNya untuk menziarahi kuburnya,
maka aku diberi idzin. Maka hendaklah kamu berziarah kubur, karena ziarah kubur itu
bisa mengingatkan kepada kematian.[HR. Muslim]

Adapun tentang ayah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadits sebagai berikut :
‫ﱠ‬
‫ َﻓَﻠﱠﻤﺎ َﻗﱠﻔﻰ َدَﻋﺎُه َﻓَﻘﺎَل ِإﱠن َأِﺑﻰ َوَأَﺑﺎَك ِﻓﻰ اﻟﱠﻨﺎِر‬.‫َﻋْﻦ َأَﻧٍﺲ َأﱠن َرُﺟًﻼ َﻗﺎَل َﯾﺎ َرُﺳﻮَل ا ِﷲ َأْﯾَﻦ َأِﺑﻰ َﻗﺎَل ِﻓﻰ اﻟﱠﻨﺎِر‬

Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah,
dimanakah ayahku?”, beliau menjawab, “Di dalam neraka”. Ketika dia berpaling, beliau
memanggilnya lalu bersabda, “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di dalam neraka”. [HR.
Muslim]

Untuk menjawab pertanyaan saudara, kami akan membaginya dalam tiga point yaitu :

Bolehkah Menghadiri Acara Yasinan Atau Tahlilan Untuk Mendoakan Orang Yang
Telah Mati ?

1/3
Jawaban kami untuk pertanyaan ini adalah tidak boleh menghadirinya. Karena hal ini tidak
dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Kecuali jika dia
hadir dalam rangka menjelaskan kemungkarannya, lalu meninggalkannya. Anggapan
bahwa itu sebagai aktualisasi dari kebaikan anak yang shalih untuk orang tua, tidak lantas
bisa dijadikan legitimasi bagi amalan ini. Karena cara mewujudkan bakti kepada orang tua
yang sudah meninggal telah dijelaskan caranya-caranya dalam Islam seperti memohon
ampun atau menyambung tali silaturrahim dengan teman dekatnya. Begitu juga klaim,
acara ini sebagai tradisi semata, tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk
memperbolehkan amalan ini. Karena faktanya mereka yang melakukan itu berharap pahala
dari Allah Azza wa Jalla ketika melaksanakannya bahkan disebagian tempat orang yang
tidak melaksanakannya dianggap tidak mau melaksanakan sunnah. Bukankah ini berarti
ibadah ? Sementara yang namanya ibadah harus berlandaskan dalil. Kalaupun dianggap
sebagai tradisi, maka dalam Islam, tradisi itu boleh dipertahankan selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Sementara yasinan yang mereka klaim sebagai tradisi
ini ternyata menyelisihi agama Islam yang telah sempurna yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:

‫َﻣْﻦ َأْﺣَﺪَث ِﻓﻲ َأْﻣِﺮَﻧﺎ َﻫَﺬا َﻣﺎ َﻟْﯿَﺲ ِﻓﯿِﻪ َﻓُﻬَﻮ َرﱞد‬

Barangsiapa yang membuat suatu yang baru dalam ajaran kami yang tidak berasal
darinya, maka perkara itu tertolak[1]

Dimanakah Letak Kemungkarannya ?

Kemungkaran-kemungkaran amalan ini banyak, diantaranya :

Yasinan atau tahlilan merupakan bentuk ibadah yang tidak dituntunkan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Berkumpul di rumah orang yang kena musibah kematian dan apalagi disertai dengan
penghidangan makanan dari tuan rumah setelah penguburan merupakan bentuk
niyâhah (meratap) yang dilarang oleh agama.
Jamuan yang diberikan tuan rumah kepada tetamu bertentangan dengan Sunnah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan para tetangga untuk memberi
makan kepada keluarga mayit, bukan keluarga mayit yang menghidangkan makanan
kepada tetangga.
Bertentangan dengan akal. Karena orang yang sedang didera kesusahan dengan
sebab kematian anggota keluarganya sepantasnya dihibur. Bukan ditambahi beban
dengan menghidangkan jamuan buat para tamu, baik tetangga maupun kerabat atau
dengan membayar orang yang membacakan al-Qur’ân, tahlil atau doa.
Mengadakan perayaan untuk kematian, seperti perayaan pada hari ketiga,
kesembilan dan seterusnya adalah kebiasaan yang berasal dari ajaran agama Hindu.
Oleh karena itu, selayaknya umat Islam meninggalkannya.

Dan berbagai kemungkaran lainnya yang tidak mungkin disebutkan di sini, karena
terkadang jenis kemungkaran ini berbeda-beda sesuai dengan daerahnya.

Bagaimana Cara Yang Benar Dalam Mendo’akan Mayit ?

2/3
Sebatas yang kami tahu, cara mendo’akan mayit menurut Sunnah adalah sebagai berikut :

Mendo’akan dan memohonkan ampunan ketika mendengar berita atau mengetahui


kematian seorang muslim.
Mendo’akan dan memohonkan ampunan saat shalat jenazah.
Mendo’akan dan memohonkan ampunan ketika ziarah kubur
Mendoakan dan memohonkan ampunan di setiap ada waktu dan kesempatan,
dengan tanpa menentukan waktu, tempat dan tata-cara khusus yang tidak diajarkan
oleh Allâh dan RasulNya.

Inilah jawaban kami secara ringkas. Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan
penjelasan secara rinci bisa meruju’ ke kitab-kita Ulama yang membahas masalah hukum-
hukum jenazah, seperti kitab Ahkâmul Janâ‘iz karya syaikh al-Albâni rahimahullah , dan
kitab-kitab yang lain.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan


Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792,
08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
________
Footnote

[1] HR Bukhâri dan Muslim

3/3

Anda mungkin juga menyukai