Anda di halaman 1dari 3

CONTOH ARTIKEL DAN BERBAGAI TEMA

Pasca Covid-19, Indonesia kembali menjadi sorotan

dunia internasional. UNESCO mendesak pemerintah

menghentikan proyek infrastruktur pariwisata Taman

Nasional Komodo. Pembangunan tersebut berpotensi

merusak lingkungan dan mengganggu habitat komodo.

Bahkan tidak ada studi dampak lingkungan yang

dilakukan. Permintaan UNESCO dijawab di rumah

dengan plus dan minus. Para pegiat lingkungan merasa

mendapat angin segar, sementara Gubernur NTT

menjelaskan bahwa semua aspek, termasuk lingkungan,

diperhatikan dalam pembangunan.

Pemerintah harus mengubah peringatan UNESCO

menjadi peringatan pengelolaan wisata alam.

Pengelolaan wisata alam harus fokus pada kelestarian

ekosistem daripada tujuan finansial semata.

Keberlanjutan melestarikan kelestarian situs alam

sehingga manfaat ekonomi terus berlanjut. Namun, jika

pembangunan dilakukan tanpa mempertimbangkan

lingkungan, maka manfaatnya hanya akan terlihat dalam

jangka pendek

Indonesia juga dikenal sebagai zamrud khatulistiwa

karena keindahan alam dan keanekaragaman hayatinya.

Julukan ini membuat beberapa destinasi wisata menjadi

tujuan wisatawan mancanegara. Bali, Wakatobi, Raja

Ampat, Lombok, Labuan Bajo atau Bunaken adalah

contoh tujuan wisata yang populer. Modal ini harus


dikelola sebagai sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui. Pengelola pariwisata harus

mempertimbangkan daya dukung dalam mendukung

wisatawan. Yang dimaksud dengan daya dukung adalah

kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

kehidupan manusia, makhluk hidup lain dan

keseimbangan di antara mereka (UU nomor 32 tahun

2009 tentang perlindungan dan pemeliharaan lingkungan

hidup).

Ekosistem yang menjadi tujuan wisata alam memiliki

keterbatasan tertentu untuk mendukung kegiatan wisata.

Jika batas tersebut terlampaui, maka dapat merusak dan

mengganggu ekosistecontoh artikel dan berbagai tema

Pembangunan infrastruktur wisata bertujuan untuk menarik minat untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Dikhawatirkan kenaikan

tersebut akan meningkatkan pencemaran lingkungan. Selain itu, konstruksi

mengubah fungsi tanah yang seharusnya memiliki fungsi pelindung,

seperti B. penyerapan air atau pencegahan longsor. Pembangunan

infrastruktur pariwisata, terutama dampaknya terhadap lingkungan, harus

ditelaah lebih dalam.

Pemerintah jangan hanya melihat jumlah pengunjung sebagai indikator

keberhasilan pengelolaan industri pariwisata. Terlalu banyak wisatawan

dapat menimbulkan akibat negatif, seperti kerusakan alam, pencemaran

flora dan fauna atau timbulan sampah. Jika kondisi ini tidak ditegakkan

maka akan mengurangi kenyamanan dan mengecewakan wisatawan yang

berkunjung.
Jumlah wisatawan yang tidak terkendali yang terlalu berimbang juga

berdampak negatif. Pengawasan yang lemah dapat menyebabkan perilaku

wisatawan yang tidak bertanggung jawab. Tempat wisata sering dirusak

atau melanggar aturan. Apalagi setelah media sosial, banyak wisatawan

yang hanya mengikuti tren tanpa memikirkan dampaknya.

Anda mungkin juga menyukai