A. Tujuan Pembelajaran
a. Setelah mengamati materi teks berita melalui powerpoin peserta didik dapat menetukan
(unsur, struktur, dan kaidah kebahsaan teks berita secara tepat, lengkap, dan runtut.
b. Setelah mengamati materi teks berita melalaui powerpoin peserta didik dapat
menetukan langkah-langkah menulis teks berita.
c. Setelah menonton sebuah video informasi sebuah berita peserta didik mampu
menemukan data objek dari berbagai sumber tentag berita, bahan, dan cara/langkah-
langkah kegiatan yang disusun menjadi teks berita.
d. Seteleh melaui observasi, wawancara, dan diskusi peserta didik mampu memproduksi
teks berita sesuai tema atau topik dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan secara
lengkap dan berurutan.
e. Setelah memproduksi teks berita peserta didik mampu mendemostrasikan cara
membaca teks berita dengan memperhatikan lafal, intonasi,mimik, kinesik dengan
tepat.
f. Setelah mendemostrasikan cara membaca teks berita, peserta didik menilai
kelengkapan isi teks berita dan cara membaca teks berita dari segi lafal,intonasi, mimic,
dan kinestik secara objektif.
B. Uraian Materi
1. Pengertian Berita
Teks berita adalah teks yang melaporkan kejadian, peristiwa atau informasi mengenai sesuatu yang
telah atau sedang terjadi. Penyampaian berita ini bias dilakukan secara lisan yang sering kita
dnegar dan lihat di televisi, dan secara tulisan yang dapat kit abaca di media cetak.
2. Unsur-Unsur Berita
Keenam unsur berita itu dapat disingkat dengan ADIKSIMBA untuk memudahkan di dalam
mengingatnya: Apa, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana. Berikut penjelasan yang lebih
lengkap dari unsur-unsur berita
a. What, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat
menjawab pertanyaan apa.
b. Who, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu disertai keterangan tentang
orang – orang yang terlibat dalam peristiwa.
c. Where, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap
tentang tempat kejadian.
d. When, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadia
peristiwa.
e. Why, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang
terjadinya peristiwa.
f. How, suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian
suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan
3. Struktur berita
a. Kepala Berita Merupakan bagian paling atas. Pada urutan ini terdapat informasi utama. Pada bagian
ini, sebagian besar unsur 5 W+ 1 H harus ada. Biasanya pada bagian ini juga terjadi peralihan
alur atau penyambung ide berita yang sudah ada untuk melanjutkan gagasan-gagasan yang
tertuang pada bagian berikutnya.
b. Tubuh Berita Pada bagian ini, umunya merupakan penjabaran dari gagasan berita yang tertulis
dalam kepala berita. Penjabaran itu bias merupakan jawaban mengapa (why) dan bagaimana
(how).
c. Ekor Berita Di bagian ini, berbagai data yang tidak terlalu penting ditempatkan. Misalnya daftar
nama orang-orang yang mengalami kecelakaan atau hal-hal lain yang jika dihilangkan tidak terlalu
berpengaruh terhadap substansi atau pokok bahasan berita tersebut
4. Kaidah kebahasaan berita
a. Penggunaan Bahasa bersifat standar (baku). Penggunaan Bahasa baku pada beirta merupakan
hal penting agar berita mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Penggunaan Bahasa baku
untuk menjembatani pemahaman banyak kalangan. Bahasa baku lebih mudah dipahami oleh
umum. Bahasa-bahasa yang bersifat popular dan kedaerahan akan dihindari oleh media-media
nasional.
b. Penggunaan kalimat langsung Merupakan kalimat yang berupa hasil kutipan langsung dari
pembicara atau narasumber dengan cara menulis apapun yang dikatakan oleh narasumber
tanpa ada moengubah. Kalimat langsung ditandai oleh dua tanda petik ganda (“…”) dan
disertai keterangan penyertanya.
Contoh:
”Kami bekerja keras siang-malam agar proses evakuasi para korban cepat selesai,” ujar
Rio` Kepala Berita Tubuh Berita Ekor
”masyarakat, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas
dalam radius 2 km dari kawah Gunung Slamet,” paparnya.
c. Penggunaan konjungsi bahwa yang berfungsi sebagai kata yang diikutinya. Hal itu terkait
dengan pengubahan bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.
Contoh:
Sejumlah staf Adpel Manado mengatakan bahwa Kepala Adpel Manado sudah pulang.
Aini mengatakan bahwa produknya mampu bersaing dengan produk-produk impor.
d. Penggunaan kata kerja mental atau kata kerja yang terkait dengan kegiatan hasil pemikiran.
kata-kata yang dimaksud, antara lain, memikirkan, membayangkan, berasumsi,
berpraduga, berkesimpulan, dan beranalogi.
Contoh:
Mereka memikirkan solusi untuk bisa keluar dari peristiwa-peristiwa yang memilukan
itu.
Pemerintah berencana membangun bendungan di beberapa daerah.
d. Penggunaan fungsi keterangan waktu dan tempat merupakan kelengkapan suatu berita yang
berhubungan dengan waktu dan tempat terjadinya peristiwa.
Contoh:
Sekitar pukul 12.45 WIB, langit Riau tampak mendung.
Sebulan menjelang lebaran, tiket kereta api daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
telah terjual habis.
e. Penggunaan konjungsi (kata hubung) temporal atau penjumlahan, seperti kemudian, sejak,
setelah, awalnya, akhirnya. Hal ini terkait dengan pola penyajian berita yang umumnya mengikuti
pola kronologis (urutan waktu)
Contoh:
Hujan yang turun sejak pukul 06.00 pagi hari tadi telah menimbulkan banjir yang
cukup besar di daerah Tanah Grogot.
”Itu lokasinya masuk perkampungan. Jadi, kita melalui jalan Fatmawati Raya,
kemudian Jalan Cipete, dan masuk Jalan Hajin Jian,” kata petugas Pemadam
Kebakaran Sudin Jakarta Selatan, Dendi
5. Cara menulis berita dengan baik
A. Menemukan Peristiwa Untuk Dijadikan Berita
Berita berisi peristiwa yang sifatnya aktual dan penting untuk disebarluaskan. Contoh
mudahnya misalnya peristiwa kebakaran, bencana alam, dan kejadian mendadak lainnya yang
menarik perhatian umum. Jika tidak ada, maka perlu dilakukan pencarian kegiatan-kegiatan
atau peristiwa unik yang muncul di masyarakat. Misalnya berita mengenai pejabat pemerintah
yang masuk ke pasar tradisional. Orang biasa yang naik angkutan umum tidak menarik untuk
dijadikan berita, tapi jika hal tersebut dilakukan oleh publik figure tentu layak menjadi sebuah
berita. Contoh lain misalnya berita mengenai adat istiadat di suatu daerah, dsb.
B. Pencarian sumber berita
Ketika peristiwa yang akan dijadikan sebagai berita telah ditemukan, maka penulis berita perlu
mencari sumber irformasi yang yang tepat, agar isi berita akurat. Misalnya berita tentang
perampokan, maka informasi bisa didapatkan dengan melakukan wawancara dengan pihak
kepolisian terkait, saksi mata perampokan, atau warga sekitar.
C. Wawancara , Observasi, dan Dokumentasi
Seperti dicontohkan sebelumnya, melakukan wawancara perlu dilakukan untuk mendapatkan
fakta mengenai peristiwa perampokan yang terjadi, data korban serta proses kejadian.
Wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan sumber informasi. Observasi dilakukan
dengan mengamati gejala yang tampak di lokasi kejadian. Sedangkan dokumentasi dilakukan
dengan mencari dan mengumpulkan data yang bersumber dari buku, majalah, arsip, atau
dokumen lainnya.
D. Mencatat Hal-Hal Penting
Dalam proses pencarian informasi, perlu dilakukan pencatatan hal-hal penting berkenaan
dengan berita yang akan ditulis. Pencatatan dapat dipandu dengan pertanyaan 5W1H yaitu: •
What : peristiwa apa yang terjadi, • Who: siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, • Where:
di mana peristiwa tersebut terjadi • When: kapan peristiwa tersebut terjadi, • Why: mengapa
peristiwa tersebut terjadi, dan • How: bagaimana proses terjadinya peristiwa.
E. Membuat kerangka berita
Kerangka berita merupakan gambaran kasar bagaimana informasi yang telah dikumpulkan
tersebut akan diramu dalam sebuah laporan berita. Berita terdiri dari 3 unsur yaitu judul,
teras, serta kelengkapan atau penjelasan berita. Model berita yang ditulis juga bisa berupa
berita langsung, yang mengemukakan unsur 5W + 1H pada awal paragraf (biasanya alinea kesatu
dan kedua); atau juga berita tidak langsung yang mengemukakan unsur 5W + 1H pada
pertengahan hingga akhir paragraf.
F. Menulis Teras Berita
Teras berita merupakan alenia pertama sebuah berita. Teras berita sebaiknya ringkas (maks 35
kata), dan sebaiknya diawali dengan unsur “who” (siapa) dan “what” (apa). Sesuaikan
struktur penulisan dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu SPOK: Subjek, Predikat, Objek, dan
Keterangan. Untuk berita mengenai peristiwa yang akan terjadi, unsur waktu dan tempat
biasanya ditempatkan di bagian akhir paragraf. Gunakan seminim mungkin kutipan atau
pertanyaan pada teras berita.
G. Menulis Isi Berita
Isi berita merupakan detail informasi yang ingin disampaikan dalam sebuah berita. Isi berita
ditulis setelah teras berita. Dalam menulis isi berita, sebaiknya susun dalam paragraf – paragraf
pendek yang berisi 3 hingga 5 kalimat saja. Usahakan pula agar setiap paragraf hanya berisi
satu ide. Paragraf yang pendek dan hanya berisi satu ide akan mendorong pembaca untuk
melanjutkan membaca serta memudahkan pembaca untuk melakukan pemindaian.
H. Penyuntingan berita
Penyuntingan berita dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan penulisan informasi
yang mungkin terjadi. Misalnya penulisan ejaan (nama, lokasi, dkk); tata bahasa; makna
kalimat; pembedaan opini dengan fakta, dkk. Berita yang di publish juga harus diperhatikan
agar tidak melangar kode etik jurnalistik. Setelah melakukan revisi, sebaiknya baca kembali
berita yang anda buat, kemudian revisi lagi, baca lagi, dan revisi lagi berulang kali hingga benar-
benar yakin bahwa berita yang anda tulis tidak memiliki kesalahan.
I. Tidak Mengandung Fitnah, Hasutan, dan Kebohongan
Sesuai dengan kaidah P3SPS, konten berita yang disiarkan harus memberikan kemanfaatan dan
perlindungan terhadap publik. Konten berita dilarang mengandung hal-hal yang bersifat
fitnahan, hasutan, menyesatkan dan berisi kebohongan atau hoax. Dalam membuat dan
menyebarkan berita, harus diperhatikan agar isi berita tidak merugikan dan menimbulkan
dampak negatif di masyarakat.
J. Tidak Mempertentangkan Suku, Agama, Ras atau Golongan
Dalam P3SPS program siaran, termasuk berita diwajibkan menghormati perbedaan suku,
agama, ras dan golongan. Baik itu kelompok golongan berdasarkan perbedaan budaya, usia,
gender, maupun sosial ekonomi. Dalam mewujudkan penghormatan tersebut, berita dilarang
mengandung konten yang sifatnya merendahkan, mempertentangkan atau melecehkan suku,
agama, ras dan golongan tertentu. Ketika menyiarkan berita mengenai peristiwa konflik
sekalipun, penulis berita diwajibkan untuk menjaga independensi dan netralitas dirinya.
K. Tidak Merendahkan Nilai – Nilai Yang Berlaku Dalam Masyarakat
Seperti dijelaskan sebelumnya, P3SPS mengharuskan berita yang dibuat dan disiarkan kepada
publik untuk mempertimbangkan munculnya kemungkinan ketidaknyamanan publik. Oleh
karena itu dalam pembuatannya, sebuah berita yang akan disiarkan kepada publik perlu
menjukkan sikap menghormati nilai dan norma, kesopanan, serta kesusilaan yang berlaku
dalam masyarakat. Penulis berita harus menunjukkan sikap penghormatan terhadap
perbedaan nilai yang ada dalam berita yang dibuatnya.
L. Tata Bahasa dan Kosakata
Dalam penyusunan kalimat, gunakan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
(SPOK). Gunakan kata ganti orang ketiga dalam menggambarkan peristiwa. Dalam
penyusunannya, lebih baik menggunakan kalimat aktif dibanding kalimat pasif. Gunakan pula
kata berpasangan yang sesuai seperti: ‘baik vs maupun’, ‘jika vs maka’, dkk. Perhatikan
penggunaan kata yang sesuai, misalnya kata ‘dia’ untuk orang biasa sedangkan untuk orang
yang dihormati gunakan kata ‘beliau’. Gunakan kata yang umum digunakan agar mudah
dipahami, dan hindari penggunaan jargon atau istilah teknis. Periksa kembali ejaan kata, bila
perlu cek kamus untuk memastikan kebenarannya.
M. Tanda Baca dan Struktur Kalimat
Tanda baca diperlukan untuk melakukan pemenggalan kalimat. Pastikan meletakkan tanda
baca dengan baik, yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia dan tidak merusak makna
kalimat. Hindari kalimat panjang (maks 16 kata), sebab susunan kalimat yang pendek akan
lebih mudah dimengerti dan enak dibaca dibanding kalimat yang panjang. Hindari
penggunaan dua kata yang sama dalam satu kalimat, dan jangan memulai kalimat dengan
kata sambung seperti ‘namun’, ‘sehingga’, dkk.