TK5031 - Tubes 2 - 23023010
TK5031 - Tubes 2 - 23023010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kita nikmat sehat dan kesempatan untuk belajar serta berkarya. Dalam dunia yang begitu
dinamis seperti saat ini, pembelajaran dan pertukaran pengetahuan merupakan aset berharga
yang membentuk fondasi kemajuan kita. Dalam tulisan ini, saya berusaha untuk menyusunnya
sebaik dan seinteraktif mungkin. Semoga karya ini bisa menjadi kontribusi kecil namun berarti
dalam memahami topik yang dibahas.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, inspirasi, dan bantuan selama proses penyusunan karya ini. Saya juga ingin
berterima kasih kepada keluarga, teman-teman program magister Institut Teknologi Bandung
angkatan 2023, dan Dr. Ir. Tri Partono Adhi selaku pengampu mata kuliah topik-topik
pemodelan sistem proses yang telah mengarahkan sehingga laporan ini dapat disusun.
Tidak lupa, apresiasi khusus saya sampaikan kepada pembaca yang telah meluangkan
waktu untuk membaca karya ini. Semoga tulisan ini bisa memberikan wawasan baru dan
inspirasi bagi kita semua.
Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat dan menjadi titik awal untuk lebih banyak
pembelajaran di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
INTISARI
1. Pendahuluan
Saat ini, proses produksi pada sektor industri pengolahan di Indonesia merupakan salah
satu pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat beberapa subsektor industri
pengolahan, salah satunya adalah industri kimia. Keberadaan industri kimia yang masih
terbatas menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya permintaan impor untuk bahan-bahan kimia dan intermediate product, yang
mencapai pengeluaran sekitar 275 triliun rupiah (BPS 2013-2017).
Mono-Klorobenzena (MCB) merupakan salah satu produk dengan permintaan dalam
negeri yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (BPS 2013-2017) walaupun
datanya hanya didapatkan sampai tahun 2017 saja atau saja update data impornya tidak
dilaporkan lagi sejak 2017. Mono-Klorobenzena (MCB) adalah senyawa organik aromatik
dengan rumus kimia C6H5Cl. Cairan tidak berwarna dan mudah terbakar ini merupakan
pelarut umum dan zat antara yang banyak digunakan dalam pembuatan bahan kimia
lainnya. MCB digunakan sebagai pelarut dengan tingkat didih yang tinggi dalam aplikasi
industri maupun dalam skala laboratorium. Dulu, Monoklorobenzena dinitrasi dalam
jumlah besar, dengan produk kemudian diubah melalui perantara seperti nitrofenol,
nitroanisol, nitrofenetol, kloroanilin, dan fenilendiamina menjadi pewarna, produk
perlindungan tanaman, obat-obatan, bahan kimia karet, dll. Produksi fenol, anilin, dan DDT
dari monoklorobenzena, yang dulunya dilakukan dalam skala besar, hampir seluruhnya
dihentikan karena diperkenalkannya proses baru dan peraturan yang melarang penggunaan
DDT (Beck and Löser, 2011). Meskipun penggunaannya dikurangi akan tetapi dari sisi
MCB sebagai pelarut masih banyak digunakan dalam pabrik kimia.
Tabel 1.1 Data Impor MCB
Tahun Kapasitas (ton/tahun)
2013 4490.29
2014 4777.10
2015 5505.81
2016 5839.97
2017 5514.86
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2023)
Dengan semakin berkembangnya industri saat ini dimungkinkan permintaan akan MCB
juga akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pendirian pabrik yang memproduksi
MCB dalam negeri perlu untuk dipertimbangkan. Hal ini juga dapat memberikan
kemudahan bagi kemajuan industri kimia yang lain, jikalau bahan baku seperti MCB telah
diproduksi di dalam negeri sehingga dapat membantu dalam menghemat bahkan
meningkatkan devisa negara karena impor produk dapat diminimalisir. Pada kesempatan
kali ini akan dikaji proses pemurnian MCB karena kualitas dan kemurnian MCB sangat
penting dalam industri, karena MCB yang lebih murni memungkinkan produk akhir yang
lebih berkualitas dan proses produksi yang lebih efisien.
Kajian ini secara umum ditujukan untuk mempelajari kondisi operasi dan konfigurasi
peralatan proses yang perlu diterapkan agar tercapai aliran outlet yang diinginkan
berdasarkan rumusan masalah di atas.
Kajian ini dilakukan dengan bantuan software berupa Aspen Hysys dimana kajiannya
bersifat prediktif dengan bertumpu pada evaluasi berdasarkan hasil simulasi proses dan
evaluasi proses dilakukan berdasarkan dengan pengetahuan proses Teknik Kimia, serta
basis komposisi dan kondisi umpan masuk merupakan parameter yang telah ditentukan dan
tidak dapat di ubah-ubah.
Gambar 3.1 menunjukkan flowsheet proses pemisahan MCB. Dalam proses ini, bahan
baku yang mengandung hidrogen klorida (HCl), benzena (C6H6), dan monoklorobenzena
(MCB, C6H5Cl) dipisahkan dan diperoleh produk benzena dan MCB.
Gambar 3.1 Diagram alir proses pemurnian MCB (Chen et al., 2015).
Simulasi pemurnian MCB dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ASPEN HYSYS
V12.1. Spesifikasi komponen yang terkandung pada umpan proses ditunjukkan pada tabel
3.1, berdasarkan komposisi tersebut didapatkan kurva Vapour-Liquid Equilibrium (VLE)
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2. dimana kurva VLE ini nantinya akan dijadikan
sebagai rujukan untuk kemungkinan dapat dilakukannya flash calculation. VLE ini perlu
ditinjau karena untuk melakukan flash calculation, dibutuhkan aliran umpan dalam
keadaan kesetimbangan uap-cair yang artinya kondisi umpan yang akan dimurnikan harus
berada di antara bubble (titik pertama kalinya terdapat uap) dan dew point (titik pertama
kali terdapat embun) dari campuran. Pada kasus ini ditinjau kesetimbangan uap cair dari
komponen benzena dan asam klorida dasar peninjauan dikarenakan kedua komponen
tersebut merupakan komponen yang paling ringan dalam campuran (Smith, 1950). Untuk
mendapatkan kurva T-x,y dimanfaatkan fitur equilibrium unit yang terdapat pada hysys.
menuju kolom distilasi untuk melakukan pemisahan MCB dari campuran. Proses
pemisahan didasarkan oleh perbedaan titik didih masing-masing komponen, dan kolom
distilasi berlangsung secara parsial. Proses pemisahan tahap ini dijalankan hingga target
keluaran benzena pada distilat mencapai kemurnian 99.5% begitupula kemurnian MCB
pada bottom sama dengan 99.5%.
Hasil bawah dari destilasi yang berupa MCB kemudian dialirkan menuju cooler untuk
didinginkan dari temperatur 151.6 oC hingga 60 oC. Setelah didinginkan MCB dibagi
menjadi dua aliran menggunakan splitter berupa tee, dimana sebagian MCB disimpan
sebagai produk sebagian lagi di alirkan menggunakan pompa menuju kolom absorpsi untuk
dimanfaatkan kembali sebagai absorben sebelum sampai ke kolom absorpsi terlebih dahulu
melewati Joule-Thompson Valve untuk diturunkan tekanannya hingga menyerupai tekanan
pada kolom absorpsi.
Model pemisahan di atas dibangun dengan memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan berikut :
a. Setelah mengevaluasi kesesuaian dengan melihat komponen aliran maka paket
perhitungan dan sifat fisik dan termodinamika yang cocok adalah NRTL-SRK.
Pemilihan paket tersebut didasarkan oleh dibutuhkannya data kesetimbangan uap-cair
komponen untuk proses pemisahannya sehingga digunakan penentuan koefisien
aktifitas dengan metode NRTL untuk komponen berupa cairan dan penentuan fugasitas
dengan metode SRK untuk komponen gas atau uap. Disamping itu di pilih juga paket
perhitungan NBS Steam dikarekan pada heat exchanger menggunakan media pemanas
berupa medium pressure steam.
b. Perhitungan Heat Exchanger masih didasarkan model termodinamika dimana untuk
menguapkan 40% aliran dari total aliran masuk dibutuhkan temperatur keluaran
exchanger sebesar 152.2 oC pemanas digunakan steam pada tekanan 10 bar.
c. Heat Exchanger dimodelkan dengan exchanger design (simple weighted).
d. Untuk menentukan kondisi operasi tiap-tiap unit operasi mempertimbangkan beda
tekan karena alirannya berupa gas maka tekanan aliran sumber harus lebih besar dari
unit operasi yang dituju.
e. Unit penghilangan HCl dimodelkan dengan modul absorption column dengan jumlah
tray 8 dipilih jenis tray berupa bubble cap dimana terdapat 2 tray ideal pada puncak
dan dasar kolom serta 6 tray aktual dengan efisiensi 80%. Harga efisiensi dianggap
tetap dalam rentang tray aktual yang dipilih.
Basis simulasi pada Aspen Hysys V12. terdapat pada point ketiga metodologi simulasi
proses dimana target capaian simulasi ditampilkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Target luaran simulasi
Aliran Spesifikasi Nilai
HCl Fraksi mol min 97%
Purge Fraksi mol min 90%
Benzena Fraksi mol min 99.5%
MCB Fraksi mol min 99.5%
Informasi terperinci untuk proses pemisahan MCB diberikan pada tabel 4.4 berupa
variabel-variabel keputusan yang diambil selama melakukan simulasi. Adapun Gambar 4.2
menyajikan model konfigurasi yang dijalankan pada Aspen Hysys.
Dilihat dari gambar 4.1 pada simulasi ini terdapat 5 aliran utama yang meliputi 1 aliran
input dan 4 aliran input dalam melakukan simulasi proses variabel yang paling mudah di
tinjau untuk menentukan apakah simulasi yang dilakukan sudah mencapai konvergen atau
belum yaitu dengan meninjau neraca massa yang didasari oleh hukum kekekalan massa.
Jadi massa pada aliran input harus sama dengan massa aliran pada output diketahui aliran
input merupakan aliran 1 dan output meliputi aliran HCl, Purge, Benzena dan MCB. Pada
simulasi ini ditinjau massa dalam satuan mol pada dasarnya mol tidaklah kekal akan tetapi
pada proses ini tidak terdapat reaksi sehingga mol dapat dianggap kekal. Disajikan dalam
tabel neraca mol dan energi sebagai berikut :
(a) (b)
Gambar 4.3 Penggunaan fitur set
Pada fitur set dipilih target variabel pada stream 6 yang merupakan aliran masuk pada
atas kolom yang berupa MCB pada fasa liquid, sedangkan yang dijadikan acuan adalah
stream 3 yang merupakan aliran campuran masuk kolom dalam fasa gas. Dipilih L/G
ratio 1.7 : 1 manfaat dari fitur ini yaitu rasio stream 6 tidak perlu didefinisikan lagi
sehingga jika suatu saat laju aliran masuk berubah rasionya akan sama seperti yang
ditetapkan tanpa perlu mendefinisikannya terlebih dahulu.
c. Penggunaan fitur adjust untuk menentukan efisiensi kolom absorpsi tujuan
penggunaannya untuk mengarahkan jumlah fraksi HCl pada keluaran atas kolom
sampai mencapai 97% dengan menentukan efisiensi aktual kolom.
(a) (b)
Pada fitur adjust dimasukkan parameter minimum efisiensi 10% dan maksimum pada
100% diketahui bahwa efisiensi sama dengan 100% sulit untuk ditemukan pada kondisi
nyata sehingga diharapkan efisiensi pada keadaan aktual kurang dari 100% setelah
menerapkan hal tersebut didapatkan efisiensi sebesar 80%.
d. Temperatur masuk liquid ternyata mempengaruhi proses penghilangan HCl setelah
melakukan sensitivitas analisis dengan memanfaatkan fitur case studies seperti yang
dapat dilihat pada gambar 4.5 dapat dilihat temperatur optimum untuk mendapatkan
HCl sesuai spesifikasi keluaran yang ditetapkan sebesar 60 oC.
Gambar 4.5 Perubahan fraksi HCl terhadap perubahan temperatur liquid masuk
Dengan semua variabel tersebut dimasukkan kedalam konfigurasi peralatan pada
simulasi sehingga didapatkan spesifikasi peralatan yang dapat dijalankan disajikan dalam
tabel 4.4, Adapun untuk melihat kinerja peralatan absorpsi kolom dan distilasi kolom
terdapat pada laman lampiran.
Tabel 4.4 Spesifikasi Peralatan Proses
1. Heat Exchanger
- Orientation Horizontal
- Diameter 0.739 m
- OD 0.02 m
- ID 0.016 m
- Tube length 6 m
2. Flash Drum
- Volume 7.828 m3
- Diameter 1.219 m
- Height 6.706 m
3. Absorption Column
- Diameter 1.5 m
4. Distillation Column
- Diameter 2.073 m
5. Pump
- NPSH 14.81 m
- Duty 6.14 kW
- Adiabatic Efficiency 75 %
Setelah simulasi dijalankan dan memenuhi capaian target yang ditetapkan dilakukan
analisis sensitivitas dengan mengubah kapasitas dari rentang 60% sampai dengan 110%
dari kapasitas awal guna mengetahui perubahan-perubahan pada aspek termodinamika
kesetimbangan uap cair serta terdapat pula perubahan pada koefisien perpindahan kalor
alat penukar panas.
(a) (b)
Gambar 4.6 Pengaruh perubahan kapasitas terhadap (a) jumlah steam yang
dibutuhkan, (b) koefisien perpindahan panas pada Heat Exchanger
- Dengan mengubah jenis tray pada kolom absorpsi dari bubble cap menjadi sieve
kondisi dalam kolom menjadi error dan disarankan untuk menurunkan jumlah lubang
pada tray akan tetapi setelah diturunkan yang beroperasi dengan baik hanya tray yang
dekat dengan dasar kolom seperti yang ditampilkan pada gambar yang terdapat pada
lampiran.
- Sedangkan pada kolom distilasi mengubah jenis sieve tray menjadi packed PALL tidak
mempengaruhi kinerja kolom hanya saja mempengaruhi distribusi aliran di dalam
kolom saja pada lampiran disajikan pula perbedaan distribusi aliran dari kedua jenis
kolom distilasi ini.
- Dengan memasukkan data fouling factor untuk komponen organic yang didapatkan dari
(Kern, 1950) sebesar 0.0002 didapatkan spesifikasi dari heat exchanger dengan
menggunakan metode rigorous shell and tube (EDR) secara auto sizing dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.7 (a) Tube Layout, (b) setting plan, dan (c) Konfigurasi Heat Exchanger
5. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Y. et al. (2015) ‘Simultaneous process optimization and heat integration based on
rigorous process simulations’, Computers and Chemical Engineering, 81, pp. 180–199.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.compchemeng.2015.04.033.
Hamid, A.K. (2007) ‘HYSYS: An introduction to chemical engineering simulation’,
Simulation, pp. 4–5. Available at: http://eprints.utm.my/3030/.
Kern, D.Q. (1950) ‘Process Heat Transfer (1950).pdf’.
McCabe, W.L., Smith, J.C. and Harriot, P. (1993) Unit Operations of Chemical Engineering,
McGraw-Hill International Editions. McGraw-Hill International Editions.
Smith, J.M. (1950) Introduction to chemical engineering thermodynamics, Journal of Chemical
Education. Available at: https://doi.org/10.1021/ed027p584.3.
U. Beck, E. Löser "Chlorinated Benzenes and other Nucleus-Chlorinated Aromatic
Hydrocarbons" Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, 2012, Wiley-VCH,
Weinheim.
Lampiran
1. Workbook
(a)
(b) (c)
Gambar L.3 (a) Plot hydraulic dalam stage, (b) aliran vapor dalam stage, dan (c)
aliran liquid dalam stage.