Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (2015:144-146) kebudayaan merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Demikianlah “budaya” adalah
“daya” dan “budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil
dari cipta, karsa dan rasa itu. Segala tindakan yang harus dibiasakan oleh mausia dengan cara
belajar (learned behavior).
7 Unsur Kebudayaan:
1. Bahasa.
2. Sistem Pengetahuan.
3. Organisasi Sosial
4. Teknologi dan Sistem Peralatan Hidup.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup.
6. Sistem Religi.
7. Kesenian.
Kemudian J.J Honigmann (dalam Koentjaraningrat, 2015:150-152) dalam buku pelajaran
antropologinya, berjudul The World of Man membedakan adanya 3 wujud dari kebudayaan
yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide (ideas), gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas (activities) serta tindakan
berpola pada masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifacts).
2. Peran
Robert Linton (dalam Yare, 2021:21) mengembangkan teori Peran. Teori Peran
menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan
apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan peran merupakan
pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai mahasiswa,
orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai
dengan peran tersebut.
2.2. Perilaku Dalam Peran
Biddle dan Thomas (dalam Yare, 2021:20-21) membagi beberapa indikator tentang
perilaku dalam kaitanya dengan peran sebagai berikut:
a. Harapan tentang peran (expectation), harapan tentang peran adalah harapan-harapan
orang lain tentang perilaku yang pantas, yang seharusnya ditunjukkan oleh seseorang
yang mempunyai peran tertentu. Harapan tentang perilaku ini bisa berlaku umum,
bisa merupakan harapan dari segolongan orang saja, dan bisa juga merupakan harapan
dari satu orang tertentu.
b. Norma (norm), Secord dan Backman berpendapat bahwa, norma hanya merupakan
salah satu bentuk harapan. Secord dan Backman membagi jenis-jenis harapan sebagai
berikut:
1) Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu
perilaku yang akan terjadi.
2) Harapan normatif (role expectation), yaitu keharusan yang menyertai suatu
peran. Harapan normatif ini dibagi lagi ke dalam dua jenis:
1. Harapan yang terselubung (convert), yaitu harapan itu tetap ada
walaupun tidak diucapkan.
2. Harapan yang terbuka (overt), yaitu harapan yang diucapkan. Harapan
jenis ini dinamai tuntutan peran (role demand). Tuntutan peran melalui
proses internalisasi dapat menjadi norma bagi peran yang
bersangkutan.
c. Wujud perilaku dalam peran (performance), peran diwujudkan dalam perilaku oleh
aktor. Wujud perilaku dalam peran ini nyata dan bervariasi, berbeda-beda dari satu
aktor ke aktor yang lain.
3. Pemberdayaan
Kemudian pemberdayaan menurut Kindervatter (Patria, A. S. dan Mutmainah
2018:18) pemberdayaan adalah suatu upaya peningkatan daya-daya dan penyadaran pada diri
seseorang atau kelompok untuk memahami dan mengontrol dimensi-dimensi kekuatan yang
dimiliki (religi, fisik, psikis, sosial, ekonomi, politik dan budaya) dalam upaya peningkatan
kedudukan mereka di dalam masyarakat.
4. Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan bersumber dari Koentjaraningrat
(dalam Ismail, 2015:88) informan dibagi ke dalam dua jenis yaitu:
a. Informan pangkal.
b. Informan pokok (key informant).
Informan pangkal harus memiliki dua syarat yaitu mempunyai pengetahuan meluas
mengenai berbagai bidang atau pegetahuan yang bersifat umum (general) tentang lembaga,
sekolah, komunitas atau masyarakatnya, dan punya kemampuan untuk memberikan
rekomendasi dan informasi bagi peneliti kepada orang-orang yang mengetahui lebih rinci dan
mendalam serta sesuai keahliannya (key informants).
No Lansia
Nama Kecamatan
.
1. Medan Amplas
Kegiatan:
Hari Kartini tanggal 21 April, Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) tanggal 29 Mei
Hari Ibu pada tanggal 22 Desember, Bulan Suci Ramadhan.
Berbagi BANSOS (Bantuan Sosial) kepada warga yang kurang mampu.
Kegiatan:
Pelatihan Membatik
Kerajinan Kreatif (Kotak Tisu, Pot Bunga, dll)
Ekonomi Kreatif
Kegiatan:
5. Successful Aging
Adapaun beberapa faktor yang dapat menentukan lansia apakah successful aging atau
tidak. menurut Budiarti (dalam Rahmawati dan Saidiyah, 2016:56-57) terjadinya penuaan
yang sukses (successful aging) karena terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan, antara
lain: