Anda di halaman 1dari 13

Analisis Agroindustri Peternakan Sapi Perah sebagai Bagian Dari Strategi

Pengembangan Area Wisata Rembangan Dairy Farm Di Kabupaten Jember

Analysis of the Dairy Farming Agroindustry as Part of the Rembangan Dairy Farm Tourism Area
Development Strategy in Jember Regency

Wiwin Setiowati, Inas Aulia Majid, Imam Mudakir, Iis Nur Aisyah
Magister Pendidika IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37, Kab. Jember-68121, Jawa Timur, Indonesia
*Korespondensi email: inas.aulia2.official@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi agroindustri peternakan sapi saat ini
di kabupaten jember dan sejauh mana peranannya dalam mendukung pengembangan area
wisata Rembangan Dairy Farm dan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
agroindustri peternakan sapi sebagai bagian dari upaya pengembangan area wisata
Rembangan Dairy Farm. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada Rembangan
Dairy Farm di Desa Kemuning Lor Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik observasi
dan wawancara terhadap pengelola, tenaga kerja dan konsumen. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa referensi jurnal, buku, serta data-data dari pihak
pengelola. Data primer dan sekunder dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength
Weakness Opportunities Threats). Dari hasil analisis SWOT, diperoleh empat strategi utama
yang dapat dilakukan, antara lain: adalah (1) menciptakan varian baru bagi produk susu dan
turunannya menjadi produk ciri khas, (2) membangun kemitraan dengan kafe, restoran, dan
toko lokal untuk memperluas pemasaran, (3) menggunakan teknologi terkini pada proses
pemeliharaan dan pemantauan kesehatan hewan, dan (4) melakukan inovasi pada pakan
ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengatasai kelangkaan pakan pada musim
kemarau.
Kata kunci: agroindustri, peternakan sapi perah, strategi pengembangan, area wisata

ABSTRACT

This research aims to determine the current condition of the cattle farming agro-industry
in Jember Regency and the extent of its role in supporting the development of the Rembangan
Dairy Farm tourist area and strategies to increase the efficiency and productivity of the cattle
farming agro-industry as part of efforts to develop the Rembangan Dairy Farm tourist area.
This research is case study research on the Rembangan Dairy Farm in Kemuning Lor Village,
Patrang District, Jember Regency. This research uses primary data and secondary data.
Primary data was obtained using observation and interview techniques with managers,
workers and consumers. Meanwhile, secondary data was obtained through a literature review
in the form of references to journals, books, and data from the management. Primary and
secondary data were analyzed using SWOT (Strength Weakness Opportunities Threats)
analysis. From the results of the SWOT analysis, four main strategies that can be implemented
include: (1) creating new variants of dairy products and their derivatives to become distinctive
products, (2) building partnerships with cafes, restaurants and local shops to expand
marketing, (3) using the latest technology in the process of maintaining and monitoring animal
health, and (4) making innovations in animal feed to increase feed efficiency and overcome
feed scarcity in the dry season.
Keywords: agroindustry, dairy farm, development strategy, tourist area

PENDAHULUAN
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya banyak
mengusahakan dibidang pertanian. Subsektor pangan, perkebunan, perikanan, peternakan
dan kehutanan semuanya terdapat di Kabupaten Jember. Wilayah yang mendukung dan
iklim yang baik menjadikan kawasan Jember sangat baik untuk budidaya tanaman maupun
lainnya. Beberapa kawasan saat ini mulai mengusakan peternakan salah satunya sapi perah.
Desa Rembangan Kabupaten Jember merupakan salah satu kawasan pembibitan dan
peternakan sapi perah di Kabupaten Jember. Kawasan peternakan tersebut terdiri dari
peternakan rakyat dan peternakan milik Dinas Peternakan Kabupaten Jember. Permintaan
akan susu sapi di Kabupaten Jember dan sekitarnya sangat tinggi, akan tetapi tidak semuanya
terpenuhi. Beberapa tahun terakhir Dinas Peternakan Kabupaten Jember bersama Pemkab
Jember terus melakukan pengembangan ternak sapi perah guna memenuhi kebutuhan susu
sapi. Minimnya modal dan sarana prasarana menjadi hambatan dalam perkembangan
peternakan di Kabupaten Jember.
Menilik sejarahnya, Peternakan Sapi Perah Rembangan dibangun tahun 1937, pada saat
pemerintah Hindia Belanda dengan pimpinan Mr. Hofside bersamaan dengan berdirinya
Wisata Puncak Rembangan. Kemudian pada masa kemerdekaan, Peternakan Sapi Perah
beralih pengelolaan dibawah kendali pemerintah yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Jember.
Kawasan wisata di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa merupakan salah satu
unggulan wisata di Kabupaten Jember. Desa Kemuning Lor secara topografi terletak pada
terletak pada wilayah dataran tinggi dan sedang yang terdiri dari persawahan dan tanah
tegalan. Desa Kemuning Lor memiliki luas wilayah 1087,68 Ha dan berada di ketinggian 150
– 750 di atas pernukaan laut (dpl) dengan suhu antara 180C – 290C. Letak geografis Desa
Kemuning Lor berada pada bagian utara Wilayah Kabupaten Jember yang merupakan daerah
pertanian yang pada umumnya tidak terlalu subur untuk pengembangan tanaman
pangan”Rembangan” adalah nama kawasan wisata yang popular di desa ini. Secara historis
kawasan ini merupakan salah satu peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1937.
Berada tepat di lereng Pegunungan Argopuro pada ketinggian 600 mdpl dengan suhu udara
180C. Rembangan banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.(Kurnia et al.,
n.d. 2020).
Rembangan Dairy Farm terletak di area menuju pintu masuk area Wisata Puncak
Rembangan dan berfungsi sebagai salah satu wahana wisata edukasi yang ditawarkan.
Beberapa hal yang ditawarkan di sini antara lain (1) Wisata menyusui anak sapi, (2) Wisata
berkuda, (3) Pusat oleh-oleh susu sapi segar.
Rembangan menjadi kawasan sentra sapi perah di Jember. Kawasan ini dinilai sangat
baik untuk pengembangan peternakan sapi perah karena temperature dan ketersediaan bahan
pangan yang melimpah untuk sapi perah. Ada 40 ekor sapi yang kini dipelihara dan
menghasilkan susu dalam dua kali perahan. Sapi perah dapat memproduksi susu perahan
sebanyak 160 liter perhari. Susu sapi kemudian akan di cek kadar lemaknya melalui alat
tertentu. Apabila kandunngan lemak dalam susu sapi lebih dari 4% maka susu sapi dapat
dikatakan baik dan didistribusikan pada pasar. Setidaknya terdapat 3 kandang sapi perah
yang berada di Rembangan , Jember. Hasil perahan susu sapi diolah oleh industri rumahan
kemudian didistribusikan dalam bentuk susu beraneka rasa. Adapun ketika sapi perah
mampu memproduksi lebih dari 160 liter perhari dan kandungan lemak di dalamnya tinggi,
maka akan disetor pada pengepul industry susu sapi Nestle di pusat Kota Jember.
Terdapat spesifikasi dalam mengkategorikan suatu pertanian sebagai pertanian
industrial yaitu antara lain penyediaan bahan mentah, proses pengolahan, peralatan yang
dipergunakan, sanitasi industri pertanian, spesifikasi produk yang diinginkan, pasar, dan
kapasitas produksi. Dalam penyediaan bahan mentah, Peternakan Sapi Perah Rembangan
menyediakan bahan mentah berupa kawasan rumput gajahan sebagai bahan utama pakan
sapi perah. Proses pengolahan yang terjadi juga berada di Rembangan yaitu proses
pengolahan di lab Susu sapi perah milik dinas. Sanitasi industry pertanian juga telah
dilakukan dengan baik oleh adanya pemanfaatan feses sapi perah sebagai bahan kompos
tanaman buah naga sehingga hasil eksresi dapat digunakan secara baik. Adapun peralatan
yang dipakai berupa alat pengukur kadar lemak dalam susu. Selama ini untuk jenis produk
yang dihasilkan dari industry peternakan sapi perah adalah susu sapi mentah, susu dengan
beraneka macam rasa yang dijual dalam kemasan botol, dan keju. Pasar yang disasar oleh
industry ini masih terbatas akibat kurangnya jumlah sapi yang memproduksi sapi sehingga
masih dipasarkan secara manual di tempat olahan susu, puncak rembangan, dan pedagang
susu keliling.
Pengembangan area wisata Rembangan Dairy Farm tidak dapat terlepas dari upaya
pengembangan agroindustri sapi perah yang ada. Untuk menentukan strategi pengembangan
yang efektif dan efisien maka sangat perlu untuk menganalisis tantangan dan peluang yang
ada. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman untuk bisnis atau bahkan proyek tertentu. Sederhananya,
SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities
(peluang), dan threats (ancaman). Masing-masing faktor ini penting untuk diperiksa agar
dapat merencanakan pertumbuhan usaha dengan baik.(Alicia Raeburn,2023).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (oppurtunities) dan
ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan(strength) dan kelemahan (weakness). Faktor
eksternal meliputi kondisi-kondisi yang terjadi di luar lingkungan usaha yang mempengaruhi
dalam pembuatan keputusan. Faktor ini mencakup lingkungan bisnis makro, ekonnomi,
politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. Sedangkan faktor eksternal
merupakan kondisi yang terjadi di dalam lingkungan usaha meliputi pemasaran, keuangan,
operasi, sumberdaya manudia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen
dan budaya.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis.
Gambar diagram matrik SWOT dapat disusun sebagai berikut:
STRENGHT (S) WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal kelemahan internal
OPPURTINITIES (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Strategi yang meminimalkan
peluang eksternal menggunakan kekutan kelemahan untuk
untuk memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalakan kelemahan
untuk mengatasi ancaman untuk menghindari
ancaman

Strategi SO dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan


seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ST
adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman. Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT dibuat berdasarkan pada kegiatan yang
bersifat defensive dan berusaha meminimlkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.(Freddy Rangkuti,2004)
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari reorientasi kebijakan pertanian yang
memiliki paradigma baru, yakni: secara makro berpihak kepada rakyat, adanya
pendelegasian tanggung jawab, perubahan struktur, dan pemberdayaan masyarakat melalui
pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern, serta profesional dengan memanfaatkan
inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha (Mayulu et al.,2010; Mayulu, 2012;
Mulyo et al., 2012). Pengembangan peternakan memerlukan sinergitas yang erat antara
pemerintah, swasta dan masyarakat (peternak skala kecil). Menetapkan aturan,
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
ketersediaan produk peternakan yang cukup, jumlah maupun mutunya agar memenuhi
persyaratan halal, aman, bergizi, beragam, serta merata merupakan peran pemerintah,
sedangkan swasta dan masyarakat berperan dalam mewujudkan kecukupan produk
peternakan, berupa pelaksanaan kegiatan produksi, perdagangan, serta distribusi produk
ternak (Talib et al., 2007; Mayulu et al.,2010). Pengembangan usaha peternakan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya 1) dukungan aturan, kebijakan (rules and policies)
pemerintah yang berkaitan dengan kemauan pemerintah (govermental will), dan legislatif;
serta 2) lembaga penelitian yakni perguruan tinggi (Mayulu et al., 2010).
Tantangan utama negara berkembang adalah meningkatnya permintaan produk
peternakan yang didorong oleh peningkatan populasi penduduk dan peningkatan
pendapatan rata-rata per kapita masyarakat, hal tersebut memiliki potensi signifikan bagi
pertumbuhan peternakan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat (Ates et al., 2018).
Pengembangan peternakan yang terintegrasi merupakan pilar pembangunan social ekonomi.
Keberhasilan pengembangan usaha peternakan ditentukan oleh dukungan kebijakan yang
strategis yang mencakup tiga dimensi utama agribisnis, yaitu kebijakan pasar input, budi
daya, dan pemasaran dengan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat peternak
(Mayulu et al.,2010).
Kebijakan merupakan instrumen pemerintah yang berbentuk aturan – aturan dalam
program yang hendak dilakukan dalam melakukan perubahan, sehingga berdampak pada
perekonomian melalui efisiensi, ekuitas dan stabilitas harga jual. Sasaran kebijakan bertujuan
meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan usaha. Membangun sistem agribisnis
peternakan yang berkelanjutan dilaksanakan melalui usaha peternakan dari hulu ke hilir serta
layanan pendukung lainnya. Pengembangan kebijakan sistem berorientasi pada aturan yang
telah disepakati bersama dari berbagai kebijakan yang telah ada (Yusdja dan Ilham, 2016;
Isbandi, 2017). Pembangunan peternakan tidak hanya terfokus pada upaya untuk mendorong
konsumsi protein hewani, peningkatan produktivitas, dan mewujudkan swasembada, namun
revitalisasi peternakan harus lebih ditekankan pada upaya untuk mewujudkan kemandirian,
ketahanan pangan hewani, kesejahteraan peternak, dan keberlanjutan usaha (Diwyanto dan
Priyanti, 2009). Pengembangan suatu jenis usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah dukungan aturan dan kebijakan (rules and policies) pemerintah, dimana
keseriusan pemerintah (govermental will) dan legislative berperan penting, selain lembaga
penelitian dan perguruan tinggi (Mayulu et al.,2010).
Pemerintah merupakan penentu terkuat hasil produksi yang menyebabkan tinggi
rendahnya harga dan merangsang produksi lebih besar (Pradere, 2014). Pembuat kebijakan
perlu menginformasikan dan mendukung pilihan konsumen terhadap produk yang berasal
dari ternak melalui penyediaan layanan di unit produksi berbasis digital, sehingga
peningkatan kapasitas di berbagai bidang dapat ditingkatkan, sehingga hal tersebut
dibutuhkan peran pemangku kepentingan untuk mensosialisasikan pada seluruh lini mulai
dari tingkat lokal, nasional, regional, dan global yang mencakup peternak, swasta serta
masyarakat sebagai konsumen. Pembuatan keputusan perlu memprioritaskan investasi yang
merespons untuk permintaan ternak spesifik, sementara secara bersamaan memperbaiki
pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan (International Livestock Research Institute,
2019).
Kendala produsen ternak, dan atau usaha peternakan adalah ketersediaan pakan yang
berfluktuasi sehingga kurangnya pasokan hijauan, penguasaan lahan komunal, akses sumber
daya lahan, air yang terbatas, lemahnya institusi, serta kurangnya infrastruktur. Hal tersebut
dapat diatasi melalui perbaikan basis pakan yakni meningkatkan ketersediaan pakan namun
upaya tersebut membutuhkan pengetahuan, pemahaman tentang prilaku peternak setempat
dan kemampuan untuk komunikasi. Perhatian lebih difokuskan pada pengetahuan, layanan
publik dan swasta dalam pengembangan peternakan yang berkelanjutan. Berusaha
menerapkan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian dan memahami aplikasi teknologi
yang disarankan (Ates et al. 2018). Daya dukung pakan yang terus menurun akibat
perkembangan populasi ternak serta persaingan dalam pemanfaatan lahan untuk usaha
ternak (padang penggembalaan) dengan tanaman pangan, perkebunan, dan perumahan
(Priyanto, 2011; Mayulu, 2012). Usaha peternakan cenderung melakukan produksi masih
bersifat subsisten dengan input yang terbatas serta belum mengarah kepada tujuan bisnis,
kepemilikan ternak hanya untuk tabungan dan menentukan status sosial, serta tujuan spesifik
dalam usahanya tersebut.
Hambatan pengembangan usaha peternakan antara lain sulitnya kelembagaan di
tingkat peternak maupun di tingkat institusi (koordinasi program) selain permodalan yang
mendukung usaha tersebut. Pengembangan lingkungan kelembagaan sebagai upaya untuk
mentransformasikan sektor peternakan (International Livestock Research Institute, 2019).
Rendahnya minat swasta yang terlibat dalam usaha peternakan, sehingga Pemerintah harus
bersedia menciptakan iklim yang lebih kondusif untuk menarik minat swasta agar dapat lebih
banyak terlibat dalam pengembangan usaha peternakan (Talib,2001). Pengembangan
kelembagaan dilakukan melalui pembinaan peternak dalam pengembangan inovasi dan
teknologi, penyediaan sarana dan prasaran pendukung (mesin) pengolahan pakan dan
kotoran ternak, serta menentukan target produksi yang terkait dengan pemasaran hasil secara
kontinu sehingga akan terbentuk usaha agribisnis berbasis peternakan yang berorientasi
bisnis, dimana hal tersebut mampu meningkatkan posisi tawar produk yang dihasilkan
(Priyanto, 2011). Memaksimalkan fungsi kelompok sebagai tempat belajar mengajar bagi
peternak dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap madiri dalam
meningkatkan produktivitas serta pendapatan yang berdampak pada kesejahteraan peternak
(Guntoro et al., 2016).

MATERI DAN METODE


Materi
Materi penelitian ini meliputi semua hal yang terdapat di lokasi area Rembangan Dairy
Farm antara lain hewan ternak berupa sapi, pakan ternak, gedung, semua produk olahan, dan
sarana yang ada.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada Rembangan Dairy Farm di Desa
Kemuning Lor Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Penentuan lokasi dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan kedekatan lokasinya dengan area wisata Puncak
Rembangan. Metode penentuan responden penelitian purposive sampling di mana anggota
sampel dipilih secara sengaja dan terbatas pada pemberi informasi relevan.(Putri et al.,2022).
Adapun responden terdiri dari pihak internal yaitu 3 orang tenaga kerja dan1 orang pengelola.
Adapun responden dari pihak eksternal yaitu konsumen berjumlah 2 orang untuk
memperoleh data penguta bagi data utama.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan teknik observasi dan wawancara terhadap pengelola, tenaga kerja dan konsumen.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa referensi jurnal, buku,
serta data-data dari pihak pengelola.
Variabel Penelitian
Variabel yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah strategi yang tepat untuk
pengembangan usaha agroindustri peternakan sebagai bagian usaha pengembangan area
wisata.
Analisis Data
Data primer dan sekunder dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength
Weakness Opportunities Threats).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Agroindustri Peternakan Sapi Saat Ini di Kabupaten Jember dan Sejauh Mana
Peranannya dalam Mendukung Pengembangan Area Wisata Rembangan Dairy Farm

Rembangan Dairy Farm adalah salah satu peternakan Agroindustri yang berada di
bidang peternakan khusus sapi perah yang berlokasi di Rembangan. Rembangan terletak di
kaki Gunung Argopuro, kurang lebih 13 kilometer di sebelah utara kota Jember. Tempat ini
berdiri di lahan seluas 1.345 hektare di ketinggian 650 meter (2.130 ft) di atas permukaan laut.
Suhu rata-ratanya berkisar antara 18°C (64°F) dan 25°C (77 °F). Secara administratif,
Rembangan adalah bagian dari Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur.
Tempat ini dikelola oleh pemerintah daerah Jember. Jalan menuju Rembangan dijajari banyak
kebun buah naga. Ada pula beberapa perkebunan kopi di daerah ini yang dibuka untuk
umum pada hari kerja (Wikipedia, 2023). Untuk menuju puncak, pengunjung dapat
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil.
Di Rembangan Daily Farm terdapat 45 ekor sapi yang terdiri atas 4 jenis sapi, antara
lain: Simental, Limousine, Friesian Holstein dan peranakan unggul. Jenis sapi peranakan
unggul merupakan hasil persilangan sapi lokal, misalnya sapi jawa dan Limousine. Sapi
Simmental (Bos taurus) merupakan bangsa sapi yang banyak diminati karena memiliki
banyak kelebihan, di antaranya mampu membentuk perdagingan yang baik dan kompak
dengan perlemakan yang tidak begitu banyak, berat badan untuk jantan dewasa bisa
mencapai 1000 sampai 1200 kg dan betina 550 sampai 800 kg, memiliki temperamen jinak,
adaptable terhadap lingkungan Indonesia, menjadikan jenis ini salah satu pilihan untuk tetap
didatangkan dari luar negeri (Rouse, 1972 dan Pane, 1986 dalam Suhada dan Ngadiyono,
2009). Sapi Simental merupakan ternak sapi yang memiliki keunggulan dengan tingkat
pertumbuhan dan harga jual yang tinggi (Khairi, 2016). Sedangkan sapi Limousin
dikembangkan di Prancis. Sapi Limousin memiliki perorotan yang lebih baik dari Simental.
Warna bulunya cokelat tua, kecuali di sekitar ambing berwarna putih serta lutut ke bawah
dan sekitar mata berwarna lebih muda. Di Indonesia, sapi Limousin dapat disilangkan dengan
berbagai bangsa sapi lain, misalnya dengan sapi peranakan ongole, sapi Brahman atau sapi
Hereford. Keistimewaan sapi Limousin antara lain mempunyai masa kebuntingan lebih
pendek, yaitu 280 hari. Serta sifat reproduksi yang tinggi sehingga mampu beranak setiap
tahun setelah mencapai umur 3 tahun (Yulianto & Saparinto, 2014). Jenis sapi ketiga yakni
Friesian Holstein (FH), yang merupakan salah satu sapi perah yang umum diternakkan
di Indonesia (Putri, Gunawan & Kaiin, 2015). Sapi perah FH merupakan jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia (Nur, 2013). Sapi FH
merupakan tipe sapi perah dengan produksi susu yang tinggi mencapai 5982 kg per laktasi
dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7% dan memiliki kelebihan lain yaitu mampu
beradaptasi dengan baik di daerah tropis maupun sub tropis (Syarief dan Sumoprastowo,1985
dalam Putri, Gunawan & Kaiin, 2015).
Proses pemerahan susu merupakan tahapan yang penting dalam memperoleh produk
susu yang berkualitas. Langkah pertama adalah memastikan lingkungan pemerahan bersih
dan steril agar dapat mencegah kontaminasi pada susu. Sapi sebaiknya berada dalam
lingkungan yang nyaman untuk mendukung produksi susu yang optimal. Sebelum memulai
pemerahan, peralatan yang digunakan harus diperiksa dan dipastikan dalam keadaan bersih
serta steril. Proses stimulasi kelenjar susu dilakukan dengan merangsang puting sapi,
membantu memicu pelepasan hormon oksitosin yang diperlukan untuk kontraksi otot
kelenjar susu dan aliran susu yang baik.
Proses pemerahan susu dimulai dengan melakukan sanitasi sapi dan kendang
kemudian memberikan stimulasi yakni puting sapi dibersihkan dengan larutan antiseptik
atau air hangat dan sabun untuk menghindari kontaminasi bakteri. Pemerahan dilakukan
dengan menggunakan mesin pemerahan. Pemerahan dilakukan dua kali sehari, yakni pada
pukul 1 dini hari dan 1 siang. Setelah selesai, susu dapat langsung disimpan atau diolah lebih
lanjut sesuai dengan kebutuhan. Peralatan pemerahan harus segera dibersihkan dan
disterilkan untuk mencegah kontaminasi pada sesi pemerahan berikutnya. Selain itu,
pemantauan kesehatan sapi secara berkala sangat penting, dan jika terdapat tanda-tanda
masalah kesehatan, segera diberikan perhatian oleh ahli veterinari.
Produk yang dihasilkan peternakan tersebut berupa susu original dan susu dengan
beberapa varian rasa buah, yaitu rasa melon, vanilla dan stroberry. Penjualan perhari
peternakan tersebut bisa mencapai 800L atau 160 kemasan yang apabila dirupiahkan menjadi
Rp. 960.000. Mutu susu dari peternakan ini terjamin karena proses yang dikerjakan secara
langsung dan jangka waktu kadaluarsa yang pendek (tidak sampai 24 jam jika tanpa
didinginkan/dibekukan). Tidak ada proses distribusi pada peternakan ini karena penjualan
langsung dilakukan di pelataran tempat pengemasan produk. Konsumen yang ingin
mndapatkan produk susu sapi dari peternakan Rembangan ini harus datang langsung ke
tempat pengemasan dengan harga jual per kemasan seharga Rp. 6.000.
SDM di peternakan ini yang mengolah hanya empat orang. Dua orang sebagai pemerah
susu sapi sekaligus pengurus kandang, satu orang penjaga loper, dan satu orang merangkap
sebagai penanggung jawab dan pengemasan produk. Ruang administrasi dan ruang
pengemasan produk dilakukan dalam satu ruangan yang sama. Akses ke jalan raya tidak
susah karena tempat pengemasan dan kandang ternak terletak dipinggir jalan raya. Listrik
dikawasan Rembangan terbilang baik, tetapi jaringan internet tidak terlalu mendukung,
karena posisi peternakan yang bisa dibilang terletak di jalan menanjak menuju puncak.

Strategi untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Agroindustri Peternakan Sapi


sebagai Bagian dari Upaya Pengembangan Area Wisata Rembangan Dairy Farm

Berdasarkan observasi lapangan dilakukan pada Oktober 2023 dapat diorganisasikan


beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Rembangan Dairy Farm, antara lain yaitu (1)
memberikan sumber pendapatan yang relatif stabil.(2) produk bernilai tinggi dengan
permintaan yang konsisten.(3) kemampuan untuk diserfikasi produk susu dan menghasikan
produk turunan. (4) lokasi berada di area wisata Rembangan.(5) Penerapan inovasi dan
teknologi dalam manajemen peternakan, pemerahan susu otomatis, dan pemantauan
kesehatan hewan dapat meningkatkan efisiensi.(6) Pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang
baik.
Adapun kelemahan yang tampak antara lain (1) Pengembangan dan operasional dairy
farm memerlukan investasi awal yang besar untuk infrastruktur, peralatan, dan perawatan
hewan. (2) Cuaca dan perubahan musim dapat memengaruhi ketersediaan pakan dan
produksi susu, meningkatkan risiko.(3) Kesehatan sapi perah dapat mempengaruhi
produktivitas dan keberlanjutan operasi.(4) Persaingan di industri produk susu dapat menjadi
tinggi, dan perlu usaha ekstra untuk membedakan produk dan menciptakan nilai tambah.
Peluang pengembangan Rembangan Dairy Farm antara lain (1) Membangun kafe atau
restoran di peternakan dengan tema pertanian dan produk susu. Menyajikan produk susu
segar dan makanan lokal.(2) Menyelenggarakan pameran dan kegiatan edukatif tentang
proses produksi susu, perawatan hewan, dan pertanian organik.(3)Menyediakan kelas
memasak atau kelas pemrosesan susu untuk pengunjung yang ingin belajar membuat produk
susu sendiri, seperti keju atau yogurt.(4) Membangun area khusus untuk anak-anak yang
berisi peternakan mini dengan hewan-hewan kecil seperti kambing atau
kelinci.(5)Membangun toko suvenir yang menjual produk-produk terkait peternakan, seperti
susu segar, keju, dan produk turunan susu.(6) Menyelenggarakan program kunjungan dan
kegiatan pendidikan lapangan untuk sekolah dan institusi pendidikan.(7)Membangun
kemitraan dengan restoran, kafe, dan toko lokal untuk memasarkan produk susu dan produk
turunan susu.
Pengembangan dairy farm dapat menghadapi beberapa ancaman yang perlu
dipertimbangkan dan diatasi agar usaha tetap berkelanjutan. Beberapa ancaman tersebut
melibatkan faktor-faktor berikut: (1) Wabah penyakit seperti flu sapi atau penyakit kaki mulut
dapat menyebabkan kematian massal hewan dan merugikan operasional peternakan.(2)
Perubahan iklim dapat memengaruhi ketersediaan pakan dan air, serta meningkatkan risiko
penyakit tertentu.(3) Fluktuasi harga susu di pasar global dapat mempengaruhi pendapatan
peternakan. (4) Perubahan regulasi terkait kesehatan hewan, keberlanjutan, atau keamanan
pangan dapat mempengaruhi operasional dan kepatuhan hukum.(5) Persaingan dengan
produk susu alternatif, seperti susu nabati, dapat memengaruhi pangsa pasar produk susu
tradisional. (6) Perubahan preferensi konsumen terhadap produk susu atau tren diet tertentu
dapat mempengaruhi permintaan produk.
Matrik analisis SWOT yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
STRENGHT WEAKNESS
(1) memberikan sumber pendapatan (1) Pengembangan dan operasional
yang relatif stabil. dairy farm memerlukan investasi awal
(2) produk bernilai tinggi dengan yang besar untuk infrastruktur,
permintaan yang konsisten. peralatan, dan perawatan hewan. (2)
(3) kemampuan untuk diserfikasi Cuaca dan perubahan musim dapat
produk susu dan menghasikan produk memengaruhi ketersediaan pakan dan
turunan. produksi susu, meningkatkan risiko.(3)
(4) lokasi berada di area wisata Kesehatan sapi perah dapat
Rembangan. mempengaruhi produktivitas dan
(5) Penerapan inovasi dan teknologi keberlanjutan operasi.(4) Persaingan di
dalam manajemen peternakan, industri produk susu dapat menjadi
pemerahan susu otomatis, dan tinggi, dan perlu usaha ekstra untuk
pemantauan kesehatan hewan dapat membedakan produk dan menciptakan
meningkatkan efisiensi. nilai tambah.
(6) Pengelolaan dan pemanfaatan
limbah yang baik.
OPPORTUNITIES Strategi SO Strategi WO
(1) Membangun kafe atau 1. Membangun kafe atau restoran 1. Menambah varian produk olahan susu
restoran di peternakan dengan tema dengan tema peternakan dan yang dipasarkan di outlet.
pertanian dan produk susu. produk susu. 2. Bekerjasama dengan kafe dan resto
Menyajikan produk susu segar dan 2. Membangun area khusus anak- yang ada di sekitar Jember untuk
makanan lokal.(2) Menyelenggarakan anak yang berisi peternakan mini memperluas pemasaran
pameran dan kegiatan edukatif tentang 3. Menyelenggarakan program wisata
proses produksi susu, perawatan edukasi bagi lembaga pendidikan
hewan, dan pertanian 4. Menambah varian produk olahan
organik.(3)Menyediakan kelas susu yang dijual di outlet oleh-oleh
memasak atau kelas pemrosesan susu 5. Membangun kemitraan dengan
untuk pengunjung yang ingin belajar restoran, kafe, dan toko lokal
membuat produk susu sendiri, seperti sebagai perluasan pemasaran
keju atau yogurt.(4) Membangun area produk
khusus untuk anak-anak yang berisi
peternakan mini dengan hewan-hewan
kecil seperti kambing atau
kelinci.(5)Membangun toko suvenir
yang menjual produk-produk terkait
peternakan, seperti susu segar, keju,
dan produk turunan susu.(6)
Menyelenggarakan program
kunjungan dan kegiatan pendidikan
lapangan untuk sekolah dan institusi
pendidikan.(7)Membangun kemitraan
dengan restoran, kafe, dan toko lokal
untuk memasarkan produk susu dan
produk turunan susu.

THREATS Strategi ST Strategi WT


(1) Wabah penyakit seperti flu 1. Menerapkan teknologi terkini untuk 1. Menentukan SOP bagi penggunaan
sapi atau penyakit kaki mulut dapat proses pemerahan susu dan alat dan teknologi peternakan yang
menyebabkan kematian massal hewan pemantauan kesehatan hewan digunakan
dan merugikan operasional 2. Melakukan inovasi pada pakan 2. Menerapkan teknologi terkini untuk
peternakan.(2) Perubahan iklim dapat ternak sebagai langkah efisiensi pemantauan kesehatan hewan
memengaruhi ketersediaan pakan dan pakan 3. Melakukan inovasi pada pakan
air, serta meningkatkan risiko penyakit 3. Memproduksi varian produk susu ternak sebagai meningkatkan
tertentu.(3) Fluktuasi harga susu di baru sebagai produk unggulan efisiensi pakan
pasar global dapat mempengaruhi dengan ciri khusus 4. Inovasi pada produk susu untuk
pendapatan peternakan. (4) Perubahan menghasilkan produk unggulan
regulasi terkait kesehatan hewan,
keberlanjutan, atau keamanan pangan
dapat mempengaruhi operasional dan
kepatuhan hukum.(5) Persaingan
dengan produk susu alternatif, seperti
susu nabati, dapat memengaruhi
pangsa pasar produk susu tradisional.
(6) Perubahan preferensi konsumen
terhadap produk susu atau tren diet
tertentu dapat mempengaruhi
permintaan produk.

Berdasarkan matrik analisis SWOT di atas diperoleh beberapa strategi yang dapat
diambil sebagai langkah pengembangan unit usaha Rembangan Dairy Farm. Strategi yang
paling sesuai dengan pemanfaatan kekuatan, menimalisir kelemahan untuk menangkap
peluang dan mengatasi ancaman yang ada adalah (1) menciptakan varian baru bagi produk
susu dan turunannya menjadi produk ciri khas, (2) membangun kemitraan dengan kafe,
restoran, dan toko lokal untuk memperluas pemasaran,(3) menggunakan teknologi terkini
pada proses pemeliharaan dan pemantauan kesehatan hewan,(4) melakukan inovasi pada
pakan ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengatasai kelangkaan pakan pada
musim kemarau.
KESIMPULAN

Pengembangan agroindustri peternakan khususnya Rembangan Dairy Farm dapat


dilakukan sebagai upaya memberikan daya dukung bagi area wisata Puncak Rembangan.
Melalui analisis kekuatan, kelemahan,peluang, dan ancaman(SWOT) diperoleh strategi utama
yang dapat dilakukan sebagai langkah pengembangan antara lain:
1. menciptakan varian baru bagi produk susu dan turunannya menjadi produk ciri khas.
2. membangun kemitraan dengan kafe, restoran, dan toko lokal untuk memperluas
pemasaran,
3. menggunakan teknologi terkini pada proses pemeliharaan dan pemantauan kesehatan
hewan
4. melakukan inovasi pada pakan ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan dan
mengatasai kelangkaan pakan pada musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Khairi, F. (2016). Evaluasi produksi dan kualitas semen sapi simmental terhadap tingkat bobot
badan berbeda. Jurnal Peternakan, 13(2), 54-58.
Kurnia,W., et al.,(2020), Penerapan Teknologi Higienitas Pengolalahan Susu Pada Peternakan
Sapi Perah Rembangan Desa Kemuning Lor, Seminar Nasional Hasil Pengabdian
Masyarakat.
Nur A. 2013. Laporan Praktek Lapang: Ilmu Ternak Perah. Universita Hasanuddin, Makassar
Putri, R. D. A., Gunawan, M., & Kaiin, E. M. (2015). Evaluation of quality sexing sperm Friesian
Holstein (FH) post thawing. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia (Vol. 1, No. 8, pp. 2057-2061).
Raeburn, Alicia.,(2023),SWOT Analysis: Examples and Templates, Asana.com
Rangkuti,F.,(2004), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia, Jakarta
Suhada, H., & Ngadiyono, N. (2009). Estimasi Parameter Genetik Sifat Produksi Sapi
Simmental di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong Padang Mengatas, Sumatera
Barat (Estimation of Genetic Parameters of Production Characteristics on Simmental
Cattle at Balai Pembibitan Ternak Unggulan. Buletin Peternakan, 33(1), 1-7.
Wikipedia. 2023. Rembangan. https://id.wikipedia.org/wiki/Rembangan
Yulianto, P., & Saparinto, C. (2014). Beternak Sapi Limousin. Penebar Swadaya Grup

Anda mungkin juga menyukai