Analysis of the Dairy Farming Agroindustry as Part of the Rembangan Dairy Farm Tourism Area
Development Strategy in Jember Regency
Wiwin Setiowati, Inas Aulia Majid, Imam Mudakir, Iis Nur Aisyah
Magister Pendidika IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37, Kab. Jember-68121, Jawa Timur, Indonesia
*Korespondensi email: inas.aulia2.official@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi agroindustri peternakan sapi saat ini
di kabupaten jember dan sejauh mana peranannya dalam mendukung pengembangan area
wisata Rembangan Dairy Farm dan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
agroindustri peternakan sapi sebagai bagian dari upaya pengembangan area wisata
Rembangan Dairy Farm. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada Rembangan
Dairy Farm di Desa Kemuning Lor Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik observasi
dan wawancara terhadap pengelola, tenaga kerja dan konsumen. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa referensi jurnal, buku, serta data-data dari pihak
pengelola. Data primer dan sekunder dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength
Weakness Opportunities Threats). Dari hasil analisis SWOT, diperoleh empat strategi utama
yang dapat dilakukan, antara lain: adalah (1) menciptakan varian baru bagi produk susu dan
turunannya menjadi produk ciri khas, (2) membangun kemitraan dengan kafe, restoran, dan
toko lokal untuk memperluas pemasaran, (3) menggunakan teknologi terkini pada proses
pemeliharaan dan pemantauan kesehatan hewan, dan (4) melakukan inovasi pada pakan
ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengatasai kelangkaan pakan pada musim
kemarau.
Kata kunci: agroindustri, peternakan sapi perah, strategi pengembangan, area wisata
ABSTRACT
This research aims to determine the current condition of the cattle farming agro-industry
in Jember Regency and the extent of its role in supporting the development of the Rembangan
Dairy Farm tourist area and strategies to increase the efficiency and productivity of the cattle
farming agro-industry as part of efforts to develop the Rembangan Dairy Farm tourist area.
This research is case study research on the Rembangan Dairy Farm in Kemuning Lor Village,
Patrang District, Jember Regency. This research uses primary data and secondary data.
Primary data was obtained using observation and interview techniques with managers,
workers and consumers. Meanwhile, secondary data was obtained through a literature review
in the form of references to journals, books, and data from the management. Primary and
secondary data were analyzed using SWOT (Strength Weakness Opportunities Threats)
analysis. From the results of the SWOT analysis, four main strategies that can be implemented
include: (1) creating new variants of dairy products and their derivatives to become distinctive
products, (2) building partnerships with cafes, restaurants and local shops to expand
marketing, (3) using the latest technology in the process of maintaining and monitoring animal
health, and (4) making innovations in animal feed to increase feed efficiency and overcome
feed scarcity in the dry season.
Keywords: agroindustry, dairy farm, development strategy, tourist area
PENDAHULUAN
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya banyak
mengusahakan dibidang pertanian. Subsektor pangan, perkebunan, perikanan, peternakan
dan kehutanan semuanya terdapat di Kabupaten Jember. Wilayah yang mendukung dan
iklim yang baik menjadikan kawasan Jember sangat baik untuk budidaya tanaman maupun
lainnya. Beberapa kawasan saat ini mulai mengusakan peternakan salah satunya sapi perah.
Desa Rembangan Kabupaten Jember merupakan salah satu kawasan pembibitan dan
peternakan sapi perah di Kabupaten Jember. Kawasan peternakan tersebut terdiri dari
peternakan rakyat dan peternakan milik Dinas Peternakan Kabupaten Jember. Permintaan
akan susu sapi di Kabupaten Jember dan sekitarnya sangat tinggi, akan tetapi tidak semuanya
terpenuhi. Beberapa tahun terakhir Dinas Peternakan Kabupaten Jember bersama Pemkab
Jember terus melakukan pengembangan ternak sapi perah guna memenuhi kebutuhan susu
sapi. Minimnya modal dan sarana prasarana menjadi hambatan dalam perkembangan
peternakan di Kabupaten Jember.
Menilik sejarahnya, Peternakan Sapi Perah Rembangan dibangun tahun 1937, pada saat
pemerintah Hindia Belanda dengan pimpinan Mr. Hofside bersamaan dengan berdirinya
Wisata Puncak Rembangan. Kemudian pada masa kemerdekaan, Peternakan Sapi Perah
beralih pengelolaan dibawah kendali pemerintah yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Jember.
Kawasan wisata di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa merupakan salah satu
unggulan wisata di Kabupaten Jember. Desa Kemuning Lor secara topografi terletak pada
terletak pada wilayah dataran tinggi dan sedang yang terdiri dari persawahan dan tanah
tegalan. Desa Kemuning Lor memiliki luas wilayah 1087,68 Ha dan berada di ketinggian 150
– 750 di atas pernukaan laut (dpl) dengan suhu antara 180C – 290C. Letak geografis Desa
Kemuning Lor berada pada bagian utara Wilayah Kabupaten Jember yang merupakan daerah
pertanian yang pada umumnya tidak terlalu subur untuk pengembangan tanaman
pangan”Rembangan” adalah nama kawasan wisata yang popular di desa ini. Secara historis
kawasan ini merupakan salah satu peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1937.
Berada tepat di lereng Pegunungan Argopuro pada ketinggian 600 mdpl dengan suhu udara
180C. Rembangan banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.(Kurnia et al.,
n.d. 2020).
Rembangan Dairy Farm terletak di area menuju pintu masuk area Wisata Puncak
Rembangan dan berfungsi sebagai salah satu wahana wisata edukasi yang ditawarkan.
Beberapa hal yang ditawarkan di sini antara lain (1) Wisata menyusui anak sapi, (2) Wisata
berkuda, (3) Pusat oleh-oleh susu sapi segar.
Rembangan menjadi kawasan sentra sapi perah di Jember. Kawasan ini dinilai sangat
baik untuk pengembangan peternakan sapi perah karena temperature dan ketersediaan bahan
pangan yang melimpah untuk sapi perah. Ada 40 ekor sapi yang kini dipelihara dan
menghasilkan susu dalam dua kali perahan. Sapi perah dapat memproduksi susu perahan
sebanyak 160 liter perhari. Susu sapi kemudian akan di cek kadar lemaknya melalui alat
tertentu. Apabila kandunngan lemak dalam susu sapi lebih dari 4% maka susu sapi dapat
dikatakan baik dan didistribusikan pada pasar. Setidaknya terdapat 3 kandang sapi perah
yang berada di Rembangan , Jember. Hasil perahan susu sapi diolah oleh industri rumahan
kemudian didistribusikan dalam bentuk susu beraneka rasa. Adapun ketika sapi perah
mampu memproduksi lebih dari 160 liter perhari dan kandungan lemak di dalamnya tinggi,
maka akan disetor pada pengepul industry susu sapi Nestle di pusat Kota Jember.
Terdapat spesifikasi dalam mengkategorikan suatu pertanian sebagai pertanian
industrial yaitu antara lain penyediaan bahan mentah, proses pengolahan, peralatan yang
dipergunakan, sanitasi industri pertanian, spesifikasi produk yang diinginkan, pasar, dan
kapasitas produksi. Dalam penyediaan bahan mentah, Peternakan Sapi Perah Rembangan
menyediakan bahan mentah berupa kawasan rumput gajahan sebagai bahan utama pakan
sapi perah. Proses pengolahan yang terjadi juga berada di Rembangan yaitu proses
pengolahan di lab Susu sapi perah milik dinas. Sanitasi industry pertanian juga telah
dilakukan dengan baik oleh adanya pemanfaatan feses sapi perah sebagai bahan kompos
tanaman buah naga sehingga hasil eksresi dapat digunakan secara baik. Adapun peralatan
yang dipakai berupa alat pengukur kadar lemak dalam susu. Selama ini untuk jenis produk
yang dihasilkan dari industry peternakan sapi perah adalah susu sapi mentah, susu dengan
beraneka macam rasa yang dijual dalam kemasan botol, dan keju. Pasar yang disasar oleh
industry ini masih terbatas akibat kurangnya jumlah sapi yang memproduksi sapi sehingga
masih dipasarkan secara manual di tempat olahan susu, puncak rembangan, dan pedagang
susu keliling.
Pengembangan area wisata Rembangan Dairy Farm tidak dapat terlepas dari upaya
pengembangan agroindustri sapi perah yang ada. Untuk menentukan strategi pengembangan
yang efektif dan efisien maka sangat perlu untuk menganalisis tantangan dan peluang yang
ada. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman untuk bisnis atau bahkan proyek tertentu. Sederhananya,
SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities
(peluang), dan threats (ancaman). Masing-masing faktor ini penting untuk diperiksa agar
dapat merencanakan pertumbuhan usaha dengan baik.(Alicia Raeburn,2023).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (oppurtunities) dan
ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan(strength) dan kelemahan (weakness). Faktor
eksternal meliputi kondisi-kondisi yang terjadi di luar lingkungan usaha yang mempengaruhi
dalam pembuatan keputusan. Faktor ini mencakup lingkungan bisnis makro, ekonnomi,
politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. Sedangkan faktor eksternal
merupakan kondisi yang terjadi di dalam lingkungan usaha meliputi pemasaran, keuangan,
operasi, sumberdaya manudia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen
dan budaya.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis.
Gambar diagram matrik SWOT dapat disusun sebagai berikut:
STRENGHT (S) WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal kelemahan internal
OPPURTINITIES (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Strategi yang meminimalkan
peluang eksternal menggunakan kekutan kelemahan untuk
untuk memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalakan kelemahan
untuk mengatasi ancaman untuk menghindari
ancaman
Kondisi Agroindustri Peternakan Sapi Saat Ini di Kabupaten Jember dan Sejauh Mana
Peranannya dalam Mendukung Pengembangan Area Wisata Rembangan Dairy Farm
Rembangan Dairy Farm adalah salah satu peternakan Agroindustri yang berada di
bidang peternakan khusus sapi perah yang berlokasi di Rembangan. Rembangan terletak di
kaki Gunung Argopuro, kurang lebih 13 kilometer di sebelah utara kota Jember. Tempat ini
berdiri di lahan seluas 1.345 hektare di ketinggian 650 meter (2.130 ft) di atas permukaan laut.
Suhu rata-ratanya berkisar antara 18°C (64°F) dan 25°C (77 °F). Secara administratif,
Rembangan adalah bagian dari Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur.
Tempat ini dikelola oleh pemerintah daerah Jember. Jalan menuju Rembangan dijajari banyak
kebun buah naga. Ada pula beberapa perkebunan kopi di daerah ini yang dibuka untuk
umum pada hari kerja (Wikipedia, 2023). Untuk menuju puncak, pengunjung dapat
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil.
Di Rembangan Daily Farm terdapat 45 ekor sapi yang terdiri atas 4 jenis sapi, antara
lain: Simental, Limousine, Friesian Holstein dan peranakan unggul. Jenis sapi peranakan
unggul merupakan hasil persilangan sapi lokal, misalnya sapi jawa dan Limousine. Sapi
Simmental (Bos taurus) merupakan bangsa sapi yang banyak diminati karena memiliki
banyak kelebihan, di antaranya mampu membentuk perdagingan yang baik dan kompak
dengan perlemakan yang tidak begitu banyak, berat badan untuk jantan dewasa bisa
mencapai 1000 sampai 1200 kg dan betina 550 sampai 800 kg, memiliki temperamen jinak,
adaptable terhadap lingkungan Indonesia, menjadikan jenis ini salah satu pilihan untuk tetap
didatangkan dari luar negeri (Rouse, 1972 dan Pane, 1986 dalam Suhada dan Ngadiyono,
2009). Sapi Simental merupakan ternak sapi yang memiliki keunggulan dengan tingkat
pertumbuhan dan harga jual yang tinggi (Khairi, 2016). Sedangkan sapi Limousin
dikembangkan di Prancis. Sapi Limousin memiliki perorotan yang lebih baik dari Simental.
Warna bulunya cokelat tua, kecuali di sekitar ambing berwarna putih serta lutut ke bawah
dan sekitar mata berwarna lebih muda. Di Indonesia, sapi Limousin dapat disilangkan dengan
berbagai bangsa sapi lain, misalnya dengan sapi peranakan ongole, sapi Brahman atau sapi
Hereford. Keistimewaan sapi Limousin antara lain mempunyai masa kebuntingan lebih
pendek, yaitu 280 hari. Serta sifat reproduksi yang tinggi sehingga mampu beranak setiap
tahun setelah mencapai umur 3 tahun (Yulianto & Saparinto, 2014). Jenis sapi ketiga yakni
Friesian Holstein (FH), yang merupakan salah satu sapi perah yang umum diternakkan
di Indonesia (Putri, Gunawan & Kaiin, 2015). Sapi perah FH merupakan jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia (Nur, 2013). Sapi FH
merupakan tipe sapi perah dengan produksi susu yang tinggi mencapai 5982 kg per laktasi
dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7% dan memiliki kelebihan lain yaitu mampu
beradaptasi dengan baik di daerah tropis maupun sub tropis (Syarief dan Sumoprastowo,1985
dalam Putri, Gunawan & Kaiin, 2015).
Proses pemerahan susu merupakan tahapan yang penting dalam memperoleh produk
susu yang berkualitas. Langkah pertama adalah memastikan lingkungan pemerahan bersih
dan steril agar dapat mencegah kontaminasi pada susu. Sapi sebaiknya berada dalam
lingkungan yang nyaman untuk mendukung produksi susu yang optimal. Sebelum memulai
pemerahan, peralatan yang digunakan harus diperiksa dan dipastikan dalam keadaan bersih
serta steril. Proses stimulasi kelenjar susu dilakukan dengan merangsang puting sapi,
membantu memicu pelepasan hormon oksitosin yang diperlukan untuk kontraksi otot
kelenjar susu dan aliran susu yang baik.
Proses pemerahan susu dimulai dengan melakukan sanitasi sapi dan kendang
kemudian memberikan stimulasi yakni puting sapi dibersihkan dengan larutan antiseptik
atau air hangat dan sabun untuk menghindari kontaminasi bakteri. Pemerahan dilakukan
dengan menggunakan mesin pemerahan. Pemerahan dilakukan dua kali sehari, yakni pada
pukul 1 dini hari dan 1 siang. Setelah selesai, susu dapat langsung disimpan atau diolah lebih
lanjut sesuai dengan kebutuhan. Peralatan pemerahan harus segera dibersihkan dan
disterilkan untuk mencegah kontaminasi pada sesi pemerahan berikutnya. Selain itu,
pemantauan kesehatan sapi secara berkala sangat penting, dan jika terdapat tanda-tanda
masalah kesehatan, segera diberikan perhatian oleh ahli veterinari.
Produk yang dihasilkan peternakan tersebut berupa susu original dan susu dengan
beberapa varian rasa buah, yaitu rasa melon, vanilla dan stroberry. Penjualan perhari
peternakan tersebut bisa mencapai 800L atau 160 kemasan yang apabila dirupiahkan menjadi
Rp. 960.000. Mutu susu dari peternakan ini terjamin karena proses yang dikerjakan secara
langsung dan jangka waktu kadaluarsa yang pendek (tidak sampai 24 jam jika tanpa
didinginkan/dibekukan). Tidak ada proses distribusi pada peternakan ini karena penjualan
langsung dilakukan di pelataran tempat pengemasan produk. Konsumen yang ingin
mndapatkan produk susu sapi dari peternakan Rembangan ini harus datang langsung ke
tempat pengemasan dengan harga jual per kemasan seharga Rp. 6.000.
SDM di peternakan ini yang mengolah hanya empat orang. Dua orang sebagai pemerah
susu sapi sekaligus pengurus kandang, satu orang penjaga loper, dan satu orang merangkap
sebagai penanggung jawab dan pengemasan produk. Ruang administrasi dan ruang
pengemasan produk dilakukan dalam satu ruangan yang sama. Akses ke jalan raya tidak
susah karena tempat pengemasan dan kandang ternak terletak dipinggir jalan raya. Listrik
dikawasan Rembangan terbilang baik, tetapi jaringan internet tidak terlalu mendukung,
karena posisi peternakan yang bisa dibilang terletak di jalan menanjak menuju puncak.
Berdasarkan matrik analisis SWOT di atas diperoleh beberapa strategi yang dapat
diambil sebagai langkah pengembangan unit usaha Rembangan Dairy Farm. Strategi yang
paling sesuai dengan pemanfaatan kekuatan, menimalisir kelemahan untuk menangkap
peluang dan mengatasi ancaman yang ada adalah (1) menciptakan varian baru bagi produk
susu dan turunannya menjadi produk ciri khas, (2) membangun kemitraan dengan kafe,
restoran, dan toko lokal untuk memperluas pemasaran,(3) menggunakan teknologi terkini
pada proses pemeliharaan dan pemantauan kesehatan hewan,(4) melakukan inovasi pada
pakan ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengatasai kelangkaan pakan pada
musim kemarau.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Khairi, F. (2016). Evaluasi produksi dan kualitas semen sapi simmental terhadap tingkat bobot
badan berbeda. Jurnal Peternakan, 13(2), 54-58.
Kurnia,W., et al.,(2020), Penerapan Teknologi Higienitas Pengolalahan Susu Pada Peternakan
Sapi Perah Rembangan Desa Kemuning Lor, Seminar Nasional Hasil Pengabdian
Masyarakat.
Nur A. 2013. Laporan Praktek Lapang: Ilmu Ternak Perah. Universita Hasanuddin, Makassar
Putri, R. D. A., Gunawan, M., & Kaiin, E. M. (2015). Evaluation of quality sexing sperm Friesian
Holstein (FH) post thawing. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia (Vol. 1, No. 8, pp. 2057-2061).
Raeburn, Alicia.,(2023),SWOT Analysis: Examples and Templates, Asana.com
Rangkuti,F.,(2004), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia, Jakarta
Suhada, H., & Ngadiyono, N. (2009). Estimasi Parameter Genetik Sifat Produksi Sapi
Simmental di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong Padang Mengatas, Sumatera
Barat (Estimation of Genetic Parameters of Production Characteristics on Simmental
Cattle at Balai Pembibitan Ternak Unggulan. Buletin Peternakan, 33(1), 1-7.
Wikipedia. 2023. Rembangan. https://id.wikipedia.org/wiki/Rembangan
Yulianto, P., & Saparinto, C. (2014). Beternak Sapi Limousin. Penebar Swadaya Grup