Anda di halaman 1dari 104

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab.

Magetan
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan Singolangu terletak di Kelurahan Sarangan, Kec. Plaosan, Kabupaten

Magetan Provinsi Jawa Timur. Lingkungan ini berada pada ketinggian rata-rata 1.000

dpl yang kawasannya memanjang sampai ke kaki gunung Lawu. Kawasan ini memiliki

potensi lahan pertanian, peternakan, kehutanan dan potensi panorama/pemandangan alam

yang sangat indah. Apabila dimaksimalkan potensi tersebut, akan menjadi sebuah potensi

yang dapat memberikan keunggulan dan memberi nilai tambah khususnya bagi masyarakat

Lingkungan Singolangu dan tentunya memberi manfaat bagi Kabupaten Magetan.

Pengembangan wisata Lawu edukasi ternak melalui pembangunan Kampung susu

lawu disingkat KSL merupakan brand yang disematkan pada percontohan destinasi baru

wisata lawu berbasis edukasi ternak lingkungan Singolangu. Percontohan ini memadukan

penataan taman, kearifan lokal, heritage dan usaha edukasi peternakan sapi perah yang

dikonsepkan melalui pendekatan pariwisata pedesaan. Kesemuanya itu telah dibuatkan

laporan perencanaan konsep (concept plan) yang subtansinya dirancang secara terintegrasi

melalui perhitungan analisis lahan milik pemerintah dan analsis usaha yang mampu

mambangkitkan pendapatan ekonomi pedesaan. Salah satunya potensi indukan sapi dan

produksi susu segar yang merupakan potensi ekonomis penting. Selain itu juga perolehan

pendapatan lainnya dihasilkan dari produk olahan susu dan penjulan pedet serta sapi afkir di

lingkungan Singolangu Kabupaten Magetan. Sapi perah yang diternakan di Dusun

Singolangu Kabupaten Magetan di datangkan dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten

Malang (Pujon) hingga peternakan sapi perah ini berkembang sangat cepat dan menjadikan

dusun ini memberikan kontribusi terhadap usaha peternakan sapi perah di Kabupaten

Magetan. Dusun atau kampung Singolangu berada pada ketinggian 1000 di bawah

permukaan laut (dpl) yang sesuai untuk membesarkan sapi perah dan mudah diternakan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


1
sehingga mendukung pengembangan peternakan sapi perah di masyarakat Dusun Singolangu.

Jenis indukan sapi perah yang umum diternakan di Dusun Singolangu adalah sapi jenis

indukan Frisian Holstein (FH) (Gambar 1). Fase pemeliharaan indukan sapi perah juga

merupakan bagian penting dalam beternak sapi perah. Pembesaran sapi ini adalah untuk

menyiapkan calon induk yang mampu memproduksi susu segar dengan kualitas dan kuantitas

yang tinggi. Pemeliharaan yang tepat untuk indukan sapi perah akan mempengaruhi kualitas

sapi perah dewasa yang dalam masa produktif (menghasilkan susu) dan kualitas susu sapi itu

sendiri. Beberapa peternak di Dusun Singolangu sapi perah ada yang memelihara mulai dari

pedet hingga indukan, namun ada pula yang memulai langsung membeli indukan sapi perah

untuk diperah susunya.

Bagi peternak yang akan membeli indukan sapi perah atau yang ingin memelihara

untuk maksud dijual kembali, terdapat beberapa kriteria calon induk yang harus diperhatikan.

Kriteria tersebut antara lain: calon induk sebaiknya berasal dari turunan yang mempunyai

produksi susu yang tinggi, menunjukkan pertumbuhan yang baik dan normal, serta bebas dari

penyakit dan cacat tubuh. Pembesaran indukan sapi perah Friesian Holstein untuk dijadikan

calon induk ditujukan untuk mendapatkan pengganti induk dan untuk pengembangan usaha.

Untuk tujuan pengembangan usaha ini maksudnya adalah untuk menambah populasi induk.

Menambah populasi induk bisa dilakukan dengan cara membesarkan indukan sapi perah dari

turunan sapi perah sendiri atau membeli dari luar. Dalam upaya pembesaran indukan sapi

perah, peternak perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan

sapi perah. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Bangsa/Spesies sapi

b. Besar sapi saat lahir; berat sapi yang ideal akan memiliki daya lebih besar untuk

tumbuh.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 2


c. Pertumbuhan pada periode pedet sampai umur disapih; apakah baik atau cenderung

memburuk.

d. Pengaruh pakan; pakan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi akan

menghasilkan sapi dewasa yang baik kualitasnya.

Gambar 1. Sapi perah jenis Friestian Holstein (FH)

Indukan sapi perah Friesian Holstein berada pada fase pertumbuhan sapi perah yang

melalui proses penyapihan setelah usia pedet. Pada fase ini sapi perah dikenalkan dengan

sumber pakan dan pemberian air susu dihentikan secara perlahan-lahan. Pedet mulai disapih

pada usia 3-4 bulan dan bobot badannya sudah memenuhi kurang lebih 150 kg. Untuk

menghasilkan indukan sapi perah yang berkualitas baik, indukan sapi harus memiliki nafsu

makan hijauan yang kuat serta memiliki rumen yang sehat. Selain mempengaruhi kualitas

tubuh, pemberian pakan pada indukan sapi juga mempengaruhi berahi. Secara normal jika

pakan yang diberikan baik, indukan sapi akan menunjukkan berahi pertamanya pada usia 9-

10 bulan. Saat indukan sapi berusia 15 bulan dan beratnya sekitar 350 kg, artinya sudah siap

untuk dikawinkan. Indukan sapi siap dikawinkan akan menunjukkan tanda-tanda yaitu

kelaminnya merah, membengkak, mengeluarkan slem, gelisah, tidak mau makan, dan

menaiki temannya atau apabila dinaiki sapi tersebut akan diam. Perawatan kesehatan indukan

sapi perah Friesian Holstein juga harus diperhatikan agar menghasikan calon induk dewasa

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 3


yang sehat. Program kesehatan yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi, menjaga

kebersihan kandang, menjaga kebersihan pakan, pemotongan kuku, dan memandikan sapi.

Sapi perah juga harus mendapatkan latihan yang teratur agar menjadi jinak, sehingga saat

nanti sudah saatnya diperah, susunya tidak membahayakan para pemerah susu. Jika kualitas

perawatan sapi rendah, akan memunculkan beberapa risiko di kemudian hari seperti kesulitan

dalam melahirkan pertama kali, pedet yang dihasilkan kecil, atau produksi susu rendah.

Perkembangan peternakan sapi perah sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai

disadari dan mempunyai prospek yang besar untuk dikembangkan secara industri peternakan.

Percepatan industri peternakan sapi perah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat baik peternak, pelaku usaha, pengolah produk nilai tambah maupun pemasar

produk susu segar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan

daerah.

Selain industri peternakan sapi perah, kretivitas daerah atau negara

mengkombinasikan dengan wisata berbasis peternakan. Di beberapa negara seperti Belanda,

Selendia Baru, Jepang dan Prancis dalam meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah-

nya dibuatkan paket wisata yang di dalamnya mengunjungi peternakan sapi perah dengan

segala serba-serbi dalam memanjakan pengunjung/wisatawan dari mulai memberikan susu

kepada anak sapi (pedet) sampai menikmati segala kudapan berbasis olahan produk susu.

Kecenderungan atau trend yang melibatkan usaha kolektif komunitas (communitty enterprise)

merupakan potensi menggembirakan bagi suatu daerah yang mendayagunakan aset-aset milik

masyarakat seperti Dusun Singolangu untuk diupayakan menggerakan roda ekonomi

kawasan pedesaan.

Pengembangan wisata Lawu edukasi ternak ini direpresentasikan melalui

pembangunan kampung susu lawu atau disingkat KSL dengan memenuhi persyaratan-

persyaratan tertentu yaitu memenuhi kaidah-kaidah kelayakan teknis, ekonomis, dan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 4


finansial. Selain itu juga dukungan peraturan dan kebijakan Organisasi Pemerintah Daerah

(OPD) yang kondusif. Salah satu dukungan peraturan dan kebijakannya adalah diterbitkannya

surat keputusan Bupati menetapkan kampung susu lawu (KSL) melalui persiapan lahan milik

pemerintah yang lokasinya berdekatan dengan peternakan sapi perah milik masyarakat

sekitaran Dusun Singolangu. Kawasan ini diharapkan berkembang wisata ternak yang berada

di bawah kaki Gunung Lawu melalui pendekatan edukasi peternakan sapi sebagai destinasi

objek wisata baru untuk mendukung industri pariwisata di Kabupaten Magetan.

Keberhasilan KSL ini sangat bergantung pada kinerja hulu (produksi susu segar dan

peternakan) dan hilir (pasca panen dan pemasaran) serta tingkat penggunaan dalam

mengefisiensikan teknologi yang mendukung peternakan sapi perah. Terdapat empat faktor

utama dalam membangun KSL yaitu faktor kualitas lingkungan, faktor peternakan sapi perah,

faktor pengolahan produk, dan faktor pemasaran yang berkesinambungan. Keberadaan faktor

KSL beserta pendukungnya perlu dikaji dalam upaya pengembangan destinasi objek wisata

baru berbasis peternakan sapi perah.

1.2. Maksud

Penyusunan studi kelayakan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak Kampung

Susu Lawu (KSL) dimaksudkan untuk dijadikan salah satu pertimbangan Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Magetan, pelaku usaha dan pihak-pihak berkepentingan dalam

melaksanakan pembinaan dan pengembangan KSL, termasuk melihat peluang investasi di

bidang wisata di Kabupaten Magetan.

1.3. Tujuan

Tujuan disusunnya studi kelayakan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak

Kampung Susu Lawu adalah bahwa potensi sumberdaya peternakan sapi perah yang dimiliki

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 5


oleh masyarakat secara mandiri di sekitaran Dusun Singolangu mampu dikembangkan lebih

profesional sesuai dengan tata ruang, meminimalisasi dampak negatif dan menjalankan

keberlanjutan dampak positif terhadap lingkungan hidup, berdaya guna dan berhasil guna,

sehingga pada gilirannya mampu menarik peluang investasi wisata bagi pengembangan KSL

di Dusun Singolangu Kabupaten Magetan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 6


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 2. METODA INDEKS KOMPOSIT

2.1. Indikator Komposit

Secara umum, indikator merupakan ukuran kualitatif maupun kuantitatif yang

diperoleh dari pengukuran terhadap unit-unit observasi yang berada pada suatu area tertentu

seiring waktu berjalan. Indikator ini sering kali digunakan untuk melihat perubahan antara

unit-unit observasi dari waktu ke waktu sebagai dasar penentuan prioritas kebijakan ataupun

mengukur kemampuan unit-unit observasi dalam hal atau aspek tertentu. Indikator bisa

diukur dalam bentuk data absolut, proporsi atau persentase, rate atau tingkat, rasio atau

perbandingan, maupun indeks. Ditinjau dari aspek yang mampu diukur, indikator terdiri dari

indikator tunggal dan komposit. Indikator tunggal hanya mengukur satu aspek tertentu,

sedangkan indikator komposit mengukur berbagai aspek dan disusun dari indikator-indikator

tunggal yang dikombinasikan sedemikian rupa menjadi suatu indeks tunggal.

Indikator komposit ini biasanya digunakan untuk mengukur konsep-konsep yang

bersifat multidimensi, kompleks, dan terkadang mencakup berbagai bidang, seperti

pembangunan teknologi, sosial, ekonomi, dan sebagainya yang tidak dapat diperoleh dari

beberapa indikator tunggal. Tujuan metoda indikator komposit yang mengukur

pengembangan wisata Lawu edukasi ternak di Kabupaten Magetan adalah untuk lebih

memudahkan interpretasi beberapa varibel penentu jika dibandingkan menginterpretasikan

sebagai indikator secara terpisah. Selain itu, dengan menggunakan indikator komposit,

jumlah variabel yang digunakan dapat diubah menjadi lebih sedikit dari biasanya tanpa harus

kehilangan banyak informasi.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 7


2.2. Pengumpulan Data

Seluruh data dalam studi kelayakan ini menggunakan data hasil pendataan kuesioner

di lapangan. Pendataan responden peternak dan pengguna lainnya merupakan kegiatan yang

independen terlepas dari sensus. Data ini merupakan data seleksi silang yang ditujukan untuk

menghasilkan data secara rinci bagi keperluan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak

dalam pembangunan Kampung Susu Lawu dan memberikan informasi awal tentang fakta-

fakta potensi KSL, infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya di setiap

responden yang dalam hal ini adalah peternak sapi perah. Data responden dalam studi

kelayakan ini adalah data responden tahun 2019. Data ini sudah dapat menggambarkan

keadaan perkembangan potret peternakan sapi perah di Dusun Singolangu.

Kecenderungannya selama 3 tahun terakhir ini (2017 - 2019) tidak ada perubahan. Data

responden peternak indukan sapi merekam berbagai dimensi sumber daya dan indukan sapi

dan kuantitas serta kualitas susu segar. Kedua dimensi cukup mewakili sumber daya dalam

mendukung pembangunan KSL di Dusun Singolangu Kabupaten Magetan. Dalam

pengambilan data survei, data primer yang digunakan adalah perwakilan peternak yang

mempunya indukan sapi terendah adalah 1 (satu) ekor indukan dan indukan sapi tertinggi

mencapai 15 (lima belas) ekor indukan sapi. Data luasan yang akan di jadikan sebagai

percontohan taman Kampung Susu Lawu menjadi ikon destinasi wisata ternak mencapai

luasan 4500 m2 diperoleh dari data persil pertahanan Kabupaten Magetan. Tujuannya adalah

untuk memperoleh hasil analisis yang lebih baik dengan penimbang luas percontohan dalam

suatu Kabupaten.

Sedangkan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari refrensi Dinas Peternakan

dan Perikanan dan Bappeda Kabupaten Magetan pada tahun 2018-2019. Data yang

digunakan, yaitu 2 variabel yang digolongkan ke dalam dimensi sumber daya dan

infrastruktur di Kabupaten Magetan. Pemilihan 2 variabel didasarkan pada kondisi faktual

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


8
meliputi dimensi sumber daya dan infrastruktur. Dimensi ekonomi diwakili oleh 4 variabel,

yakni jumlah peternak indukan sapi, volume susu, lingkungan peternakan dan Koperasi Unit

Desa (KUD). Sementara dimensi infrastruktur diwakili oleh 10 variabel, yakni ketersediaan

kandang sapi, tempat pakan, pasar, SPBU-BBM, kantor inseminasi buatan (IB), pabrik

pakan, lokasi pakan, operator telekomunikasi, toko peternakan, dan instalasi air bersih. Empat

belas variabel ini dianggap cukup dalam menggambarkan kedua dimensi.

2.3. Penyusunan Indeks

Terdapat beragam metode dalam penyusunan indeks komposit. Suatu metode yang

dapat mempertimbangkan bobot jenis infrastruktur dalam setiap dimensi. Pembobotan ini

dinilai penting karena masing-masing jenis infrastruktur memiliki kekhasan tersendiri dalam

menjelaskan keberadaannya. Keberadaan entitas peternak tidak bisa disamakan dengan

keberadaan peternak lainnya. Pemilihan metode yang mampu mengakomodir ciri atau

kekhasan suatu variabel. Metode tersebut tepat digunakan dalam studi kelayakan ini karena

variabel studi yang berupa infrastruktur dapat dilakukan pembobotan. Secara garis besar,

metode pembobotan indeks yang digunakan menggunakan analisis faktor. Penggunaan

analisis faktor merupakan pendekatan yang terbaik dalam kasus ini.

2.4. Analisis Multivariat.

Studi kelayakan ini menggunakan beberapa variabel responden peternak yang ingin

digolongkan untuk menjadi satu skor yang mewakili. Keterlibatan banyak variabel ini

membuat analisis mengerucut pada metode pengelompokan dari beberapa variabel. Dalam

teori multivariat yang telah diampu oleh pengguna, terdapat tiga cara metode

pengelompokan, yakni Principal Component Analysis (PCA), analisis faktor, dan Cluster

Analysis (dendrogam). Dikarenakan yang akan dikelompokkan adalah variabel (kolom)

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 9


bukannya objek (row), maka metode analisis multivariat yang digunakan adalah PCA dan

analisis faktor. Matriks yang digunakan dalam proses penghitungan adalah matriks kovarian

sehingga dapat dikatakan bahwa metode tersebut dapat digolongkan kepada analisis faktor.

2.5. Data Kuantitatif

Dibatasinya konsep infrastruktur sebagai infrastruktur yang dapat dirasakan, diraba,

atau dilihat langsung dengan kasat mata (tangible) menuntut data yang diperoleh berjenis

data kuantitatif. Dikarenakan datanya adalah kuantitatif, maka analisis multivariat dengan

metode analisis faktor dirasa sudah cukup mumpuni dalam melakukan penyusunan indeks

komposit.

2.6. Kesesuaian Spasial Kampung Susu Lawu

Kesesuaian spasial kampung susu lawu adalah menganalisis potensi suatu ruang

dengan sumber daya yang dimilikinya mampu menghasilkan sumber-sumber penerimaan

dalam mendukung pengembangan wisata Lawu edukasi ternak. Terbagi atas 3 (tiga) analisis

spasial dalam pengembangan wisata lawu edukasi ternak terdiri atas :

1. Potensi spasial peternakan adalah sejumlah rumah tangga yang menduduki luasan

spasial atau ruang tertentu dengan sumber daya kepemilikan indukan sapi untuk

menghasilkan susu dan olahan produk susu. Setiap rumah tangga peternak sapi yang

mempunyai indukan sapi diprioritaskan usahanya untuk menghasilkan susu dan

produk olahan susu. Dusun Singolangu Kecamatan Plaosan yang terkonsentrasi

sebagai spasial peternakan yang sedang berproduksi laktasi dengan total populasinya

pada tahun 2019 mencapai 120 ekor. Secara umum di dusun ini produksi laktasinya

10-20 liter/ekor/hari dengan masa produksi 6-9 bulan. Posisi indukan sapi yang sudah

laktasi berada di dalam rumah tangga penduduk Dusun Singolangu. Tidak di lepas

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


10
liarkan (ranching) atau tidak terlokalisasi menjauh dari dusun tersebut. Aktivitas

keseluruhan dari mulai pemberikan pakan, produksi laktasi sampai dengan

pembuangan limbahnya berada pada spasial peternakan dusun tersebut.

2. Potensi wisata adalah sejumlah objek yang menjadi daya tarik pengunjung atau

wisatawan menduduki luasan spasial atau ruang tertentu dengan daya dukung yang

dimilikinya meliputi objek wisata Telaga Sarangan dan objek wisata Lawu. Objek

Telaga Sarangan merupakan potensi spasial yang mempu mendatangkan sejumlah

pengunjung wisatawan untuk menikmati panorama telaga, wahana air dan sarana

rekreasi keluarga lainnya. Sedangkan objek wisata Lawu merupakan objek rekreasi

alam akan keindahan pemandangan Gunung Lawu dan kaldera Lawu. Para

pengunjung yang mempunyai keinginan atau mempunyai hobi petualangan di antara

jalan setapak untuk mencapai Puncak Lawu merupakan destinasi wisata yang

dikategorikan sebagai jalur petualangan. Kedua spasial ini memberikan peranan

cukup penting untuk mendatangkan pengunjung wisatawan domestik maupun

wisatawan mancanegara. Objek Puncak Lawu mempunyai bentang spasial sangat luas

yang memungkinkan jalur masuk pengunjung wisatawan tersebar dan alternatif

pilihan jalur petualangan-nya pun juga tersebar di beberapa titik. Berbeda dengan

objek Telaga Sarangan yang terkonsentrasi pada luasan spasial terbatas yang

memungkinkan pengunjung wisatawan dapat diestimasikan jumlahnya.

3. Potensi spasial kampung susu lawu adalah sejumlah objek dari perencanaan konsep

yang menduduki luasan spasial atau ruang tertentu untuk diproyeksikan sebagai

entitas bisnis dalam pengembangan wisata Lawu edukasi ternak. Entitas bisnis ini

yang mampu mempunyai peluang usaha adalah : entitas kuliner, puncuk ringin,

entitas lembu pohan, lahan parkir dan taman KSL.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 11


Entitas kuliner adalah objek secara swadaya oleh masyarakat dan memiliki

badan hukum untuk mengelola kuliner untuk diperjual belikan kepada pengunjung di

KSL. Objek ini berupa bangunan permanen milik aset Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Magetan yang dikelola secara BOT (Bill Operated Transfer).

BOT ini ditawarkan kepada pihak korporasi, koperasi maupun perorangan melalui

ikatan kontrak perjanjian dalam kurun waktu tertentu yang disepakati antara dinas

sebagai pemilik aset dengan salah satu pihak-pihak di atas.

Entitas puncuk ringin adalah aset pemerintah daerah Kabupaten Magetan yang

memiliki badan hukum yang diperuntukan menumbuhkan rumput pakan untuk

indukan sapi dan pedet (anak sapi) yang dilepas liarkan (ranching) di KSL sebagai

objek wisata. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan menunjuk

langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal peremajaan,

pemeliharaan dan operasionalisasi pakan rumput untuk indukan sapi pedet.

Entitas lembu pohan adalah indukan sapi atau pedet milik aset Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan yang ditempatkan di KSL sebagai

objek wisata di KSL. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan menunjuk

langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal pembesaran,

pemeliharaan dan operasionalisasi indukan sapi saat laktasi dari 6 sampai dengan 9

bulan serta pembesaran pedet.

Entitas lahan parkir adalah aset pemerintah daerah Kabupaten Magetan untuk

memfasilitasi 3 taman meliputi taman Brawijaya, taman Loliop dan taman Sendang

Singolangu di dalam kompleks KSL. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Magetan menunjuk langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal

pengaturan, penataan dan operasionalisasi sebanyak 64 uit kendaraan roda empat dan

200 unit kendaraan roda dua.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 12


Entitas taman KSL adalah aset pemerintah daerah Kabupaten Magetan untuk

memfasilitasi sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua di KSL. Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Magetan menunjuk langsung manajemen entitas ini kepada

pengelola KSL dalam hal peremajaan, penataan, dan pemeliharaan taman tipe

hardscape dan tipe softscape.

Telaga
produk sarangan
olahan
Susu Potensi Potensi
Spasial Spasial Wisata
Peternakan Gunung
Lawu
Indukan
sapi
Potensi Lembu
Spasial KSLo pohan
Susu
segarn
Kuliner Taman
n n Lahan
parkir
Puncuk
ringin

Gambar 2. Diagram potensial spasial Kampung Susu Lawu

2.7. Spasial Overlay

Berdasarkan konsep perencanaan ruang (concept plan) pengembangan wisata Lawu

edukasi ternak, Kabupaten Magelang meliputi kesesuaian lingkungan peternakan dan daya

dukung lahan pemanfaatan. Tata guna lahan (landuse) yang berada berada di sekitaran

Kecamatan Plaosan meliputi lahan pertanian, lahan pemukiman, lahan pendidikan, lahan

peternakan, lahan konservasi hutan dan lahan pemerintah daerah. Dalam perkembangan

terakhir, lahan pemerintah ini telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan akibat

dari adanya aktivitas Kecamatan Plaosan tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi perubahan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 13


lahan pemerintah ini dilakukan optimalisasi pemanfaatan lahan melalui pembangunan taman

dan objek wisata ternak untuk pengembangan wisata Lawu. Optimalisasi lahan ini diberikan

ikon Kampung Susu Lawu (KSL) yang telah dirancang landscape melalui kegiatan konsep

perencanaan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 14


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 3. POTENSI KAMPUNG SUSU LAWU

3.1. Potensi Lawu

Potensi brand Kampung Susu Lawu (KSL) di Dusun Singolangu dapat dilihat

berdasarkan pada informasi tentang kelayakan secara umum dan kelayakan secara teknis.

Kelayakan umum suatu lokasi didasarkan atas beberapa kriteria atau dimensi yaitu

aksesibilitas, infrastruktur, masyarakat dan bisnis, sumberdaya, kelembagaan, teknologi,

kebijakan dan pemasaran. Ketujuh dimensi tersebut merupakan dimensi kunci dalam menilai

secara umum kelayakan lokasi yang tepat untuk kampung susu lawu. Sedangkan kelayakan

secara teknis berkaitan dengan aspek sosial ekonomi, teknologi dan sumberdaya yang

terdapat berbagai satuan usaha dalam peternakan sapi perah di antaranya usaha indukan sapi,

kuantitas dan kualitas susu segar dan teknologi pakan ternak serta pelepas liaran sapi perah

(ranching) sapi.

Tabel 1. Indikator dimensi kelayakan umum Pengembangn Wisata Lawu Edukasi Ternak

No Dimensi Jumlah Parameter


1 Infrastruktur 19
2 Masyarakat dan bisnis 13
3 Sumber daya 2
4 Kelembagaan 3
5 Teknologi 3
6 Kebijakan 8
7 Pemasaran 6

Data atau informasi dikumpulkan baik melalui metode survei maupun FGD (Focus

Group Discussion). Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode terpilih

(Purposive sampling) yang terdiri dari Dinas Peternakan dan Perikanan, koperasi peternak

sapi perah Dusun Singolangu, peternak sapi perah, pengolah produk susu segar, eksportir,

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 15


dan pedagang. Analisis untuk melihat gambaran aspek teknis, sosial ekonomi dan lingkungan

digunakan metode analisis deskriptif tabulatif. Penilaian studi kelayakan kampung susu lawu

yang berbasis komoditas menggunakan analisis nilai rentang/gap analysis berdasarkan nilai

indeks komposit (IK). Adapun kategori nilai indeks komposit adalah sebagai berikut : 0 - 0.3

termasuk kategori rendah, 0,31 - 0,6 kategori sedang dan 0,61-1 termasuk kategori tinggi

(Tabel 2).

Tabel 2. Rentang nilai indeks komposit kelayakan umum

No Rentang Indeks Komposit Keterangan


1 0 – 0,3 Rendah
2 0,31 – 0,6 Sedang
3 0,61 – 1 Tinggi

3.2. Dimensi Infrastruktur

Dimensi infrastruktur secara umum menggambarkan seberapa jauh kesiapan lokasi untuk

diklaim sebagai kampung susu lawu. Selain itu, pengetahuan terkait kondisi eksisting dimensi

ini juga dapat melihat rentang (gap) yang terjadi antara kondisi eksisting dengan kondisi ideal

seperti yang diharapkan. Dimensi infrastruktur tersusun dari parameter-parameter yang

mencakup beberapa hal terkait sarana dan prasarana yang saat ini tersedia.

Parameter yang dimaksud antara lain tentang kondisi umum jalan tingkat kabupaten,

jalan arteri, kandang sapi perah, lingkungan peternakan dan air bersih, kondisi saluran

drainase, sarana penyimpanan pakan, pabrik pakan, koperasi, pasokan listrik, saluran

komunikasi, BBM, penjual sarana produk (pedet, pakan dan obat-obatan), transportasi

pengiriman sapi perah, bangunan pasar dan sarana transportasi umum.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 16


Semakin tinggi nilai indeks komposit (IK) menunjukkan bahwa lokasi atau kampung

tersebut semakin siap secara infrastruktur untuk dijadikan kampung susu lawu dengan

beberapa penyesuaian atau perbaikan yang dibutuhkan.

Kampung susu lawu sebagai kandidat kampung susu lawu memiliki nilai komposit untuk
dimensi infrastruktur sebesar 0,65. Nilai komposit sebesar 0,65 masuk ke dalam kategori
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara umum kampung susu lawu sebagai
kandidat objek destinasi wisata cukup layak, namun masih perlu untuk ditingkatkan
beberapa hal terkait infrastruktur.

Tabel 3. Parameter-parameter kunci dimensi infrastruktur

No Parameter
1 Kondisi umum jalan kabupaten dan jalan arteri dari pusat objek wisata (Telaga
Sarangan, Pendakian Gunung Lawu) ke kampung susu lawu (KSL)
2 Ketersediaan, kecukupan dan kualitas lingkungan untuk indukan sapi perah
3 Ketersediaan, kecukupan dan kualitas air bersih (untuk konsumsi rumah tangga
sapi perah dan olahan produk susu)
4 Saluran drainase
5 Sarana penyimpanan susu segar
6 Indukan sapi
7 Koperasi dan Unit peternakan masyarakat (inseminasi buatan/IB)
8 Pabrik pakan
9 Unit Pengolahan produk susu
10 Pasokan listrik
11 Saluran komunikasi
12 BBM
13 Penjual sarana produksi (indukan sapi)
14 Penjual sarana produksi (pakan)
15 Penjual sarana produksi (Obat-obatan)
16 Fasilitas transportasi darat untuk Pengiriman susu segar

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


17
17 Bangunan pasar
18 Ketersediaan sarana transportasi

3.3.Dimensi Peternak dan Bisnis

Dimensi peternak dan bisnis menggambarkan seberapa jauh rentang (gap) antara

kondisi eksisting kesiapan peternak dan bisnis dengan kondisi ideal yang diharapkan.

Dimensi peternak dan bisnis tersusun dari parameter-parameter yang mencakup beberapa hal

terkait peternak dan bisnis yang ada di kampung susu lawu.

Parameter yang berkaitan dengan peternak dan bisnis antara lain adalah tentang

komposisi peternak di sekitar kampung susu lawu sampai tingkat kecamatan, peranan

perempuan pada usaha indukan sapi dan pemasaran, penduduk lokal yang berperan sebagai

peternakan, pedagang/pemasar susu dan produk susu, pengolah produk susu, teknisi peternak,

penyedia transportasi, penyedia peralatan dan obat-obatan, penyedia jasa penginapan

(homestay) dan investasi usaha peternakan, serta informasi tentang keuntungan usaha dan

prospek pasar.

Upaya untuk meningkatkan dimensi peternak dan bisnis dapat dilakukan dengan cara

memberikan akses terhadap permodalan yang lebih besar oleh Dinas Peternakan dan Perikan

Kabupaten Magetan terhadap peternak indukan sapi perah/dara. Stimulan ini berupa bantuan

usaha peternakan seperti bantuan indukan sapi berkualitas, bimbingan teknis tahunan,

bantuan peralatan dan obat-obat bagi ternak dan lain sebagainya. Upaya ini dapat dilakukan

dengan cara memanfaatkan dan mengintegrasikan program pemberdayaan ekonomi serta

kemitraan dengan pelaku usaha peternakan sapi perah. Kemitraan dan program

pemberdayaan ekonomi di tingkat desa dapat menggunakan anggaran yang dialokasikan dari

dana desa.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 18


Berdasarkan hasil analisis komposit diketahui bahwa nilai komposit dimensi peternak
dan bisnis di Dusun Singolangu sebesar 0,68 dan masuk dalam kategori TINGGI.
Nilai tertinggi dari komposit dimensi peternak dan bisnis adalah pada parameter
keuntungan usaha dan prospek pasar. Kedua nilai komposit tertinggi tersebut
memberikan gambaran bahwa secara bisnis Dusun Singolangu sangat berpotensi
menjadi kampung susu lawu.

Tabel 4. Parameter-parameter kunci dimensi peternak dan bisnis

No. Parameter
1 Komposisi peternak di sekitar Dusun Singolangu
2 Peran perempuan terhadap aktifitas usaha peternakan dan pemasarannya
3 Penduduk yang berperan sebagai peternak sapi perah
4 Penduduk yang berperan dalam pemasaran susu segar kampung susu lawu
5 Penduduk yang berperan sebagai pengusaha pengolah produk susu
6 Penduduk yang berperan sebagai buruh peternak pada KSL
Penduduk yang berperan sebagai penyedia jasa transportasi distribusi hasil
7
peternak sapi perah
8 Penduduk yang berperan sebagai penyedia (peralatan, pakan, obat-obatan)
9 Komposisi penduduk yang berperan sebagai penyedia jasa permodalan
10 Mata pencaharian penduduk sebagai peternak
11 Investasi usaha peternakan sapi perah
12 Keuntungan usaha
13 Prospek pasar

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 19


3.4. Dimensi Lingkungan peternakan

Gambaran terkait rentang (gap) antara kondisi eksisting lingkungan peternakan dengan

kondisi ideal terangkum di dalam dimensi lingkungan peternakan. Dimensi lingkungan

peternakan terdiri dari dua parameter, yaitu lingkungan peternakan dan kemampuan sumber

daya manusia (SDM). Semakin rendah nilai indeks komposit menunjukkan bahwa kesiapan

SDM yang kurang dalam menyongsong pengembangan kampung susu lawu serta makin

menurunnya kualitas lingkungan peternakan.

Nilai komposit dimensi sumber daya di Dusun Singolangu masuk dalam kategori
SEDANG, yaitu sebesar 0,59. Kemampuan SDM di Dusun Singolangu masuk dalam
kategori cukup untuk pengembangan kampung susu lawu, namun demikian masih
dapat ditingkatkan lebih jauh dengan dilakukan bimbingan teknis dari sumber-sumber
pengetahuan dan teknologi, terutama peternakan sapi perah. Sementara parameter
lingkungan peternakan masuk dalam kategori sedang, namun tercatat masalah utama
parameter lingkungan peternakan adalah terkait ketersediaan dan kualitas lingkungan
peternakan untuk usaha peternakan sapi perah.

Tabel 5. Parameter-parameter kunci dimensi sumberdaya

No Parameter
1 Ketersediaan lingkungan peternakan
2 Kemampuan sumber daya manusia (SDM) pengembangan kampung susu lawu

3.5. Dimensi Kelembagaan

Dimensi kelembagaan menggambarkan rentang (gap) yang terjadi antara kondisi

eksisting kelembagaan dengan kondisi yang ideal untuk kampung susu lawu. Dimensi ini

terdiri dari tiga parameter, yaitu kelembagaan dalam mendukung program kampung susu

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 20


lawu, kelembagaan sebagai resolusi konflik, dan kelembagaan pengelola lingkungan

peternakan sapi perah. Kelembagaan dalam hal ini dipahami bukan hanya sebatas pada

institusi ataupun organisasi seperti kelompok peternakan saja, namun juga termasuk aturan-

aturan yang tersedia diantaranya konsep perencanaan (concept plan) kampung susu lawu dan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Magetan. Semakin tinggi nilai indeks

komposit menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin siap secara kelembagaan dengan

kelengkapan berbagai aturan-aturan yang diperlukan untuk dijadikan kampung susu lawu

dengan beberapa penyesuaian atau perbaikan yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil analisis komposit diketahui bahwa nilai indeks komposit


dimensi kelembagaan di Dusun Singolangu sebesar 0,47, yaitu masuk dalam
kategori SEDANG. Nilai komposit tertinggi tercatat pada kelembagaan yang telah
ada dalam upaya mendukung program kampung susu lawu. Hal ini terlihat dari
telah tersedianya beberapa kebijakan dan regulasi yang telah disiapkan oleh Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan.

Tabel 6. Parameter-parameter kunci dimensi kelembagaan

No Parameter
1 Bentuk kelembagaan dalam mendukung program kampung susu lawu
2 Kelembagaan resolusi konflik
3 Bentuk kelembagaan dalam mengelola wisata kampung susu lawu

3.6. Dimensi Teknologi

Rentang (gap) antara kondisi eksisting teknologi dalam upaya mendukung

pengembangan wisata lawu edukasi ternak melalui penetapan brand kampung susu lawu

dengan kondisi ideal terangkum dalam dimensi teknologi. Dimensi teknologi ini terdiri dari

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 21


tiga parameter, yaitu teknologi peternakan, teknologi pengolahan produk susu dan pasca

panen, serta teknologi transportasi. Indeks komposit yang tinggi menunjukkan tingkat

efisiensi teknologi yang digunakan oleh masyarakat semakin baik. Dimensi teknologi sangat

terkait dengan keberhasilan suatu bisnis peternakan sapi.

Berdasarkan hasil analisis komposit diperoleh bahwa dimensi teknologi di Dusun


Singolangu masuk dalam kategori SEDANG, yaitu dengan nilai indeks komposit
sebesar 0,45. Pemahaman teknologi peternakan sapi perah tergolong tinggi,
sementara nilai indeks komposit terendah terlihat pada parameter teknologi
pengolahan produk susu dan pasca panen. Hal disebabkan karena orientasi usaha
peternakan sapi perah masih untuk memenuhi kebutuhan pasar susu segar yang
masih tinggi. Tingginya permintaan untuk susu segar menyebabkan usaha
pengolahan dan pasca panen menjadi kurang berkembang.

Tabel 7. Parameter-parameter kunci dimensi teknologi

No PARAMETER
1 Teknologi peternakan untuk mendukung kampung susu lawu
2 Teknologi pengolahan produk susu dan pasca panen
3 Teknologi transportasi

3.7. Dimensi Kebijakan


Dimensi kebijakan berperan untuk melihat rentang (gap) kondisi eksisting dengan ideal

di lokasi. Dimensi kebijakan terdiri dari delapan parameter antara lain terkait dengan

ketersediaan dokumen-dokumen legal yang telah tersedia serta persepsi atas dukungan

organsasi pemerintah daerah peternakan terhadap upaya pembangunan Dusun Singolangu

Kabupaten Magetan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 22


Adapun kedelapan parameter tersebut adalah : tata ruang kabupaten/kota, persil tanah

pemerintah kabupaten Magetan, keberadaan sosialisasi kampung susu lawu, dukungan

pemda, DPRD terhadap pengembangan kampung susu lawu, kebijakan pemda

Kabupaten/Kota, kebijakan Organisasi Pemerintah Daerah Peternakan dan Perikanan dan

kebijakan dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Sebagai gambaran nilai indeks komposit dimensi kebijakan di Dusun Singolangu.


Berdasarkan hasil analisis diketahui dimensi kebijakan di Dusun Singolangu masuk
dalam kategori sedang dengan nilai indeks komposit sebesar 0,42. Nilai indeks
komposit tertinggi disebabkan karena telah tersedianya tentang tata ruang wilayah
yang telah mempertimbangkan lokasi yang sesuai destinasi wisata peternakan sapi
perah. Kebijakan dan regulasi pemerintah daerah masih rendah diakibatkan karena
adanya kewenangan pengaturan yang telah ditarik ke pemerintah provinsi.

Tabel 8. Parameter-parameter kunci dimensi kebijakan

No Parameter
1 Dokumen tentang tata ruang di Kabupaten
2 Dokumen tentang persil tanah pemerintah daerah
3 Sosialisasi tentang kampung susu lawu
4 Dukungan OPD terhadap pengembangan kawasan kampung susu lawu
5 Dukungan DPRD terhadap pengembangan kawasan kampung susu lawu
6 Kebijakan Pemda Kabupaten
7 Kebijakan Dinas Dislaknak
8 Kebijakan dalam mengantisipasi perubahan iklim

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 23


3.8. Dimensi Pemasaran

Dimensi pemasaran memberikan gambaran seberapa jauh rentang (gap) kondisi

eksisting pemasaran dengan idealnya untuk upaya pengembangan kampung susu lawu.

Dimensi pemasaran ini terdiri atas enam parameter. Keenam parameter tersebut adalah satu

parameter terkait dengan kondisi pemasaran hasil produk susu, dan lima parameter terkait

kondisi transportasi pemasaran.

Sebagai misal, berdasarkan hasil analisis nilai komposit terhadap enam parameter,
diketahui nilai indeks komposit dimensi pemasaran di Dusun Singolangu sebesar 0,76.
Nilai indeks komposit dimensi ini masuk dalam kategori tinggi. Tercatat bahwa akses
transportasi dan jaringan pemasaran baik di dalam maupun luar kecamatan sudah
memadai. Satu-satunya akses dan jaringan pemasaran yang belum terbentuk adalah
akses pasar ekspor ke luar kabupaten Magetan. Dimensi pemasaran ini juga
memberikan gambaran potensi pasar untuk susu segar sangat tinggi.

Tabel 9. Parameter-parameter kunci dimensi pemasaran

No Parameter
1 Pemasaran hasil olaham produk susu
2 Akses transportasi pemasaran susu segar
3 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar kawasan kampung susu lawu
4 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar kabupaten
5 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar propinsi
6 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar negeri

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 24


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 4. KELAYAKAN TEKNIS PENGEMBANGAN
WISATA LAWU EDUKASI TERNAK

4.1. Dimensi Kelayakan

Kelayakan teknis kampung susu lawu dilihat dari tiga dimensi kelayakan, yaitu sosial

ekonomi, teknologi dan sumber daya. Sementara unit usaha yang diberikan penilaian dan

analisis kelayakan teknisnya meliputi unit usaha penjualan indukan bunting/dara bunting,

susu segar, dan pengolahan produk susu. Nilai komposit rata-rata dari semua aspek tersebut

merupakan indikator kelayakan secara teknis dari suatu lokasi. Adapun kisaran nilai dan

kategorinya adalah sebagai berikut: 0-0,3 (rendah), 0,31-0,6 (sedang), 0,61 – 1 (tinggi).

Tabel 10. Rentang nilai indeks komposit kelayakan teknis

No Rentang Indeks Komposit Keterangan


1 0 – 0,3 Rendah
2 0,31 – 0,6 Sedang
3 0,61 – 1 Tinggi

4.2. Kelayakan Unit Usaha Indukan Sapi

Pembesaran indukan sapi merupakan salah satu unit usaha utama di sisi hulu yang

akan menentukan seberapa besar sapi indukan sapi menghasilkan volume susu segar maupun

kualitas susu segar. Pemberian konsentrat sebagai pakan tambahan sangat mempengaruhi

produktivitas susu sapi. Produksi susu segar lebih banyak dengan menambahkan konsentrat

sebelum sapi diperah. Konsentrat yang diberikan berupa campuran dedak dan ampas tahu.

Salah satu produksi susu rendah (rata rata kurang dari 6 liter/ekor/hari) disebabkan pemberian

kosentrat yang tidak sesuai kebutuhan ternak. Pemberian konsentrat tanpa tambahan mineral

diduga menyebabkan banyak sapi lumpuh akibat kekurangan mineral.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 25


Dimensi sosial ekonomi terdiri atas dua parameter yaitu RC ratio (Revenue Cost) unit

usaha dan distribusi manfaat ekonomi. Sementara dimensi teknologi terdiri dari dua

parameter, yaitu efisiensi (volume susu segar yang dihasilkan per indukan sapi) dan skala

teknologi. Sedangkan dimensi peternakan sapi juga terdiri dari dua parameter, yaitu

lingkungan peternakan dan kualitas indukan sapi.

Dimensi ekonomi pada indukan sapi menggambarkan besaran keuntungan dan nilai

RC ratio dari usaha indukan sapi. Usaha indukan sapi akan semakin menarik jika mempunyai

nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat Dusun Singolangu.

Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi di

lokasi yang dinilai. Sedangkan kesiapan teknologi sapi perah tergambarkan dari volume susu

segar yang dihasilkan per sapi bunting (jumlah susu segar ukuran 1 ekor per induk betina

potensial masuk dalam kategori layak) serta tingkat skala teknologi indukan sapi yang

diterapkan yaitu kandang berlantai semen (intensif).

Hasil analisis komposit kelayakan teknis unit usaha indukan sapi perah di Dusun
Singolangu memiliki nilai komposit sebesar 0,55 atau masuk dalam kategori sedang.
Dimensi sosial ekonomi dan dimensi sumber daya memiliki nilai tinggi, sementara
dimensi teknologi memiliki nilai rendah. Berdasarkan hasil analisis, secara ekonomi unit
usaha indukan sapi memiliki keuntungan ekonomi besar. Nilai rata-rata RC ratio yang
diperoleh untuk usaha indukan sapi sebesar 4,27. Dimensi teknologi rendah disebabkan
teknologi indukan sapi yang digunakan masih bersifat intensif dengan tingkat efisiensi
dalam menghasilkan volume susu segar belum optimal. Hal ini disebabkan karena
jumlah dan kualitas induk sapi yang kurang mencukupi.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


26
Tabel 11. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi perah

No Dimensi Parameter
a. RC Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat

a. Efisiensi (volume susu segar per indukan sapi)


2 Teknologi
b. Skala teknologi

a.lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas induk

4.3. Kelayakan Peternakan Indukan Sapi

4.3.1. Indukan sapi rendah ( < 2 ekor sapi)

Indukan sapi dalam kandang dalam rumah umumnya menggunakan dasar semen.

Kelayakan teknis indukan sapi perah terdiri dari tiga dimensi, yaitu sosial ekonomi, teknologi

dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua parameter, yaitu RC ratio dan juga

distribusi manfaat. Dimensi teknologi terdiri dari dua parameter, yaitu nilai volume susu

segar per indukan sapi dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber daya juga terdiri atas

dua parameter yaitu volume/kuantitas dan kualitas susu sugar, serta kualitas indukan sapi

perah.

Dimensi ekonomi pada pembesaran indukan sapi menggambarkan besaran keuntungan

dan nilai RC ratio dari usaha pembesaran indukan sapi. Usaha pembesaran indukan sapi

hingga menghasilkan susu segar akan semakin menarik jika mempunyai nilai keuntungan >

Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat destinasi wisata di Dusun Singolangu.

Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.

Dimensi teknologi diwakili dengan nilai rasio susu < 1,2 sedangkan skala teknologi didekati

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 27


dengan kuantitas susu yaitu volume susu segar < 30 liter susu segar, 30-75 liter susu segar

dan > 75 liter susu segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta

kualitas indukan sapi menunjukkan tingkat kelayakan sumberdaya dari usaha indukan sapi.

Hasil analisis komposit diperoleh bahwa nilai kelayakan teknis pembesaran indukan
sapi (sapi bunting) di kandang berlantai semen di Dusun Singolangu sebesar 0,65
atau masuk dalam kategori sedang. Dimensi sosial ekonomi merupakan dimensi
yang tertinggi, sementara dimensi sumber daya adalah dimensi yang terendah. Usaha
indukan sapi di kandang berlantai semen memberikan keuntungan ekonomi yang
besar. Hal ini terlihat dari nilai RC ratio yang rata-rata sebesar 1,43. Nilai
keuntungan usaha di atas 75 liter susu segar sebesar Rp 153.900.000.

Tabel 12. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi rendah (< 2 ekor
sapi)

No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat

a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi

a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi

4.3.2. Indukan sapi sedang (2 < ekor sapi < 5)

Kelayakan teknis peternakan sapi perah pada kandang berlantai semen dilihat dari tiga

dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi sosial ekonomi, teknologi dan sumber daya.

Sama halnya dengan indukan sapi, dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua parameter yaitu

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 28


RC-ratio usaha dan distribusi manfaat. Dimensi teknologi terdiri dari dua parameter, yaitu

volume susu segar dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber daya terdiri dari dua

parameter yaitu volume/kuantitas dan kualitas susu segar, serta parameter kualitas indukan

sapi.

Dimensi ekonomi pada pembesaran menggambarkan besaran keuntungan dan nilai RC

ratio dari usaha indukan sapi. Usaha indukan sapi bunting akan semakin menarik jika

mempunyai nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat KSL.

Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.

Dimensi teknologi diwakili dengan nilai pakan 1,2-1,5 sedangkan skala teknologi didekati

dengan jumlah indukan sapi < 30 liter susu segar, 30-75 liter susu segar dan > 75 liter susu

segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta kualitas indukan

sapi menunjukkan tingkat kelayakan sumberdaya dari usaha indukan sapi.

Hasil analisis komposit diperoleh nilai indeks komposit kelayakan teknis usaha
indukan sapi perah di Dusun Singolangu sebesar 0,58 atau masuk dalam kategori
SEDANG. Nilai komposit tertinggi pada indeks dimensi teknologi dengan skala
teknologi bersifat intensif. Sementara nilai indeks dimensi sosial ekonomi dipengaruhi
dari nilai RC-ratio baik. Umumnya jenis kandang sapi perah berlantai semen
memerlukan investasi dan biaya operasional tinggi. Hal ini menyebabkan sebagian
kecil saja indukan sapi perah berlantai semen. Peternak sapi perah umumnya juga
memiliki usaha lain sebagai distributor pedet, pakan, dan sapi afkir atau sapi tua.
Sehingga distribusi manfaat ekonomi banyak terkonsentrasi pada satu pihak saja
karena seluruh simpul usaha dikuasai.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 29


Tabel 13. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi sedang (2<ekor
sapi<5)
No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat

a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi

a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi

4.3.3. Indukan sapi tinggi (> 15 ekor sapi)

Kelayakan indukan sapi perah pada kandang lantai bersemen dinilai dari tiga dimensi,

yaitu sosial ekonomi, teknologi dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua

parameter, yaitu RC ratio dan juga distribusi manfaat. Dimensi teknologi terdiri dari dua

parameter, yaitu volume susu segar per ekor dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber

daya juga terdiri atas dua parameter yaitu kuantitas dan kualitas susu segar, serta kualitas

indukan sapi.

Dimensi ekonomi pada indukan sapi menggambarkan besaran keuntungan dan nilai RC

ratio dari usaha indukan sapi bunting. Usaha indukan sapi bunting akan semakin menarik jika

mempunyai nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah KSL.

Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.

Dimensi teknologi diwakili dengan nilai rasio pakan 1,2 - 1,5 sedangkan skala teknologi

diwakili dengan kuantitas susu < 30 liter susu segar, 30-75 liter susu segar dan > 75 liter susu

segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta kualitas indukan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 30


sapi di dalam kandang berlantai semen menunjukkan tingkat kelayakan sumberdaya dari

usaha indukan sapi.

Tabel 14. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi tinggi (> 15 ekor
sapi)
No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat

a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi

a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi

4.4. Kelayakan Teknis Pengolahan Produk Susu

Kelayakan teknis pengolahan produk susu dinilai berdasarkan tiga dimensi, yaitu sosial

ekonomi, teknologi dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari parameter RC-ratio

dibandingkan produk susu yang sudah berkembang dan distribusi manfaat. Sementara

dimensi teknologi dilihat dari dua parameter yaitu efisiensi produksi yang ditunjukkan

dengan HPP (harga pokok produksi) dibandingkan produk susu yang sudah berkembang,

serta skala teknologi. Dimensi sumber daya dilihat dari dua parameter, yaitu kemampuan

sumber daya manusia (SDM) dan ketersediaan susu segar.

Nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha produk susu. Jika

dibandingkan dengan nilai RC dari pengolahan susu yang ada nilainya > 1 maka berarti

pengolahan produk susu mempunyai prospek yang menjanjikan untuk pengembangannya.

Efisiensi produk yang dihitung berdasarkan nilai HPP akan menggambarkan kemampuan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 31


produk susu dalam menghadapi fluktuasi harga, baik pasokan susu segar maupun kondisi

penjualan. Jika dibandingkan dengan HPP olahan yang ada maka jika nilainya < 1 berarti

akan cepat berkembang. Kemampuan SDM menunjukkan tingkat keterampilan individu

pengolah dan tingkat teknologi yang digunakan.

Hasil analisis nilai kelayakan teknis usaha pengolahan produk susu sebesar 0,58 atau
masuk dalam kategori SEDANG. Dimensi sosial ekonomi berupa potensi keuntungan
usaha berbasis susu segar dibandingkan dengan usaha produk susu terlihat lebih baik.
Keuntungan lebih jauh dapat diperoleh jika menggunakan prinsip nir-limbah yang
dapat dijadikan produk turunan susu segar lainnya. Sementara ketersediaan bahan
baku untuk susu segar sebenarnya masih mencukupi, mengingat sering kali susu segar
terjadi over supply yang menyebabkan harga turun. Usaha pengolahan dengan prinsip
nir-limbah menjadi salah satu alternatif untuk menambah nilai pada produk olahan
berbahan susu segar.

Tabel 15. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis pengolahan produk susu

No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio dibanding susu segar
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat

a. HPP dibanding olahan susu segar


2 Teknologi
b. Skala teknologi

a. SDM
3 Sumber Daya
b. Ketersediaan susu segar

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 32


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 5. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA LAWU EDUKASI TERNAK

5.1. Penyusunan Strategi

Kelayakan suatu daerah menjadi kampung susu lawu harus memenuhi persyaratan

layak secara umum dan layak secara teknis mulai hulu hingga hilir dari suatu usaha

peternakan indukan sapi perah. Pada persiapan pengembangan kampung susu lawu (KSL),

nilai kelayakan umum SEDANG menjadi persyaratan minimal yang hendaknya dipenuhi ada

di kawasan yang direncanakan agar tidak banyak usaha yang harus dilakukan. Hal ini

dikarenakan dimensi yang berkaitan dengan kelayakan umum sering memerlukan peranan

dan koordinasi instansi terkait lainnya. Sedangkan untuk kelayakan secara teknis, nilai yang

dikategorikan RENDAH masih bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk destinasi objek

wisata baru yang tidak berkaitan dengan kondisi harga pasar mengingat teknologi peternakan

indukan sapi perah sudah berkembang cukup pesat.

Penyusunan strategi untuk pengembangan kampung susu lawu dapat dilakukan dengan

dua pendekatan yaitu ;

i. memperkuat bagian/dimensi yang bernilai rendah dan

ii. mengoptimalkan atau meningkatkan efsiensi keadaan bagian/dimensi yang

mempunyai nilai sedang dan tinggi.

Strategi yang pertama memerlukan usaha yang lebih banyak termasuk anggaran sedangkan

untuk strategi yang kedua relatif lebih mudah dilaksanakan dengan pembiayaan yang ada.

5.2. Strategi Kelayakan Umum

Ada tujuh dimensi yang termasuk dalam bagian kelayakan umum yaitu infrastruktur,

masyarakat dan bisnis, sumberdaya, kelembagaan, teknologi, kebijakan dan pemasaran.

Untuk memudahkan ke semua dimensi mempunyai kontribusi yang sama besar sehingga

dimensi yang mempunyai nilai paling kecil perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 33


Dimensi infrastruktur dapat diperbaiki dengan strategi peningkatan aspek yang benar-benar

diperlukan dan berkaitan langsung pada bisnis usaha kampung susu lawu. Dimensi

masyarakat dan bisnis ditingkatkan dengan strategi meningkatkan minat masyarakat lokal

untuk menjadi peternakan indukan sapi perah yang bergantung pada tingkat keuntungan.

Bantuan investasi dibutuhkan untuk mendorong pengembangan kampung susu lawu.

Dimensi sumberdaya diperbaiki dengan menjaga kondisi sumber lingkungan

peternakan yang digunakan untuk usaha indukan sapi perah melalui perbaikan di bagian hulu

sampai hilir termasuk penggunaan untuk kepentingan sektor lainnya. Peningkatan

keterampilan sumberdaya manusia dilakukan dengan membuat lembaga atau perkumpulan

peternak sapi perah melalui pendampingan dari tenaga ahli hingga sukses dalam menjalankan

usaha peternakan. Usaha ini perlu didukung dengan perbaikan pada dimensi kelembagaan

melalui pembentukan unit yang menangani dan meningkatkan sumberdaya serta mendukung

program kampung susu lawu.

Dimensi teknologi diperbaiki dengan strategi meningkatkan efisiensi melalui

penerapan teknologi yang tepat guna dan dibutuhkan oleh peternakan indukan sapi perah

yang berkaitan langsung dengan peternakan indukan sapi perah maupun pasca panen dan

transportasi. Dukungan kebijakan terhadap program pembangunan kampung susu lawu

dilakukan melalui pembuatan berbagai aturan dan kemudahan dalam mengakses pasar,

sehingga akan mempercepat dan membantu kesuksesan program kampung susu lawu

tersebut.

Tabel 16. Dimensi kelayakan umum dan pilihan strategi

Pilihan Strategi
No Dimensi
Nilai Rendah Nilai Sedang Nilai Tinggi
1 Infrastruktur Pengembangan sapras Penguatan sapras Penguatan sapras
2 Masyarakat Pengembangan peran Penguatan peran Penguatan peran
dan bisnis serta masyarakat serta masyarakat serta masyarakat

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 34


3 Sumberdaya Pengembangan Perbaikan Perbaikan
lingkungan peternakan lingkungan lingkungan
peternakan peternakan
4 Kelembagaan Pengembangan Penguatan Pendampingan
kelembagaan usaha kelembagaan kelembagaan
usaha usaha
5 Teknologi Pengembangan Pendampingan Pendampingan
teknologi tepat guna teknologi tepat teknologi tepat
guna guna
6 Kebijakan Pengembangan Penyempurnaan Penguatan
kebijakan pemerintah kebijakan kebijakan
daerah pemerintah pemerintah
daerah daerah
7 Pemasaran Pengembangan pasar Penguatan pasar Penguatan pasar
dan jaringan dan jaringan dan jaringan
pemasaran pemasaran pemasaran

5.3. Strategi Kelayakan Teknis

Terdapat tiga dimensi pada kelayakan teknis yaitu sosial ekonomi, teknologi dan

sumberdaya yang berkaitan dengan usaha indukan sapi, kualitas dan kuantitas susu segar

serta pengolahan produk susu. Nilai ekonomi menjadi penarik utama bagi peternak dalam

menjalankan usaha peternakan sapi perah. Usaha indukan sapi umumnya mempunyai tingkat

RC-ratio yang tinggi dan durasi yang lebih cepat dibandingkan dengan memulai usaha

pembesaran dari usia pedet sapi (anak sapi), namun besaran total nilainya relatif lebih kecil

dibandingkan yang diperoleh dari pembesaran seiring dengan modal yang dibutuhkan.

Selanjutnya usaha pengolahan produk susu tergantung pada pasokan susu segar hasil

peternakan sapi perah sehingga akan dapat menekan HPP jika pasokan susu segar berlimpah

sehingga harga bahan baku relatif lebih murah.

Strategi yang perlu dilakukan untuk dimensi sosial ekonomi dalam kelayakan teknis

adalah dengan mengurangi jalur rantai produksi hingga pemasaran serta adanya distribusi

keuntungan yang adil dalam setiap simpul di rantai usaha peternakan sapi perah. Untuk

dimensi teknologi, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transfer teknologi

melalui berbagai cara dalam rangka mendapatkan teknologi tepat guna yang lebih efisien.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 35


Selanjutnya untuk dimensi lingkungan peternakan dilakukan strategi yang dapat menjaga

kondisi lingkungan baik indukan sapi maupun susu segar yang digunakan dalam usaha

peternakan sapi perah, serta pengembangan kualitas susu segar dan produk pengolahan susu.

Tabel 17. Dimensi kelayakan teknis dan pilihan strategi

Pilihan Strategi
No Dimensi
Nilai Rendah Nilai Sedang Nilai Tinggi
1 Sosial Perbaikan efisiensi Penguatan efisiensi Penguatan
Ekonomi rantai produksi dan rantai produksi dan efisiensi dan
pemasaran pemasaran perluasan rantai
produksi dan
pemasaran
2 Teknologi Perbaikan dan Penguatan efisiensi Penguatan
penguatan teknologi tepat efisiensi teknologi
teknologi tepat guna tepat guna
guna
3 Sumber Daya Perbaikan kondisi Penguatan kondisi Penguatan kondisi
kualitas dan kualitas dan kualitas dan
kuantitas sumber kuantitas sumber kuantitas sumber
daya serta sumber daya serta sumber daya serta sumber
bahan baku bahan baku bahan baku

5.4. Strategi Pengembangan Wisata Lawu

Strategi pengembangan kampung susu lawu, dilakukan dengan memperhatikan 4 aspek,

yaitu aspek peternakan, aspek pengolahan produk susu, aspek sosial ekonomi, dan aspek

sarana prasarana drainase limbah peternakan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 36


5.4.1. Aspek Peternakan

Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek peternakan dilakukan

melalui:

1. Optimalisasi peranan koperasi dan kantor Inseminasi Buatan (IB) dalam menghasilkan

indukan sapi

a. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan melakukan revitalisasi sarana

dan prasarana indukan sapi unggul;

b. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan memfasilitasi bimbingan teknis

peternakan sapi perah yang dilakukan oleh akademisi dan pelaku usaha terhadap

teknisi atau operator inseminasi buatan dan pelaku usaha peternakan sapi perah.

2. Transfer teknologi tepat guna dalam peternakan sapi perah

a. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan membuat program kelembagaan

atau perkumpulan atau asosiasi peternak sapi dengan pendampingan tenaga ahli dari

akademisi dan pelaku teknologi peternakan sapi perah;

b. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan membuat program hilirisasi

produk pascapanen olahan susu pada skala lapang.

Teknologi tepat guna merupakan aspek penting dalam aspek pengelolaan indukan

sapi, salah satunya teknologi yang mampu membersihkan sapi dan pengeringan sapi laktasi

lebih efesien dalam penggunaan air dan lebih cepat proses penanganannya. Secara umum

peternak membersihkan kandang 2 kali/hari dengan memanfaatkan air PDAM dan air sumur.

Ketersedian air memadai di lokasi kandang sehingga tidak menyulitkan peternak dalam

mengambil air. Kondisi sapi perah harus dibuat bersih dan senyaman mungkin. Peternak

membersihkan sapi dua kali sehari sebelum pemerahan. Bagian yang dibersihkan meliputi

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 37


lipatan paha, ambing dan bagian tubuh belakang. Sebelum sapi diperah bagian badan sapi

sekitar lipat paha dan bagian belakang harus dibersihkan untuk mencegah kotoran yang

menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh kedalam susu pada waktu sapi diperah.

Kebersihan sapi sangat penting demi menjaga kualitas susu segar dan kesehatan ternak.

Pengeringan sapi laktasi dilakukan dua bulan sebelum beranak. Selain itu juga teknologi tepat

guna ini yang lainnya dalam membersihkan kandang, cara pemerahan, penanganan pasca

panen, pemeliharaan pedet dan indukan. Hal yang penting lainnya teknologi informasi

pencatatan usaha dan teknologi tepat guna dalam mengelola kotoran.

5.4.2. Aspek Pengolahan Hasil Produk Susu

Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek pengolahan hasil

produk susu dilakukan melalui:

1. Diversifikasi produk olahan susu

a. Mengembangkan mekanisasi pengolahan hasil olahan susu yang tepat guna;

b. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan membuat program pemberian

bantuan sarana dan prasarana pengolahan produk susu yang tepat guna;

c. OPD Kabupaten terkait memfasilitasi sertifikasi produk susu pada skala masyarakat;

d. Membuat program hilirisasi pascapanen olahan susu pada skala lapang.

5.4.3. Aspek Sosial Ekonomi

Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek sosial ekonomi

dilakukan melalui:

1. Penguatan potensi pasar melalui promosi hasil produk susu

a. Dinas Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Dinas Peternakan dan Perikanan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 38


Kabupaten Magetan membuat program dan kegiatan promosi dalam bentuk

pameran di tingkat provinsi Jawa Timur dan tingkat nasional;

b. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan membuat pelatihan strategi

pemasaran dengan bantuan aplikasi daring online dan aplikasi daring off line untuk

meningkatkan pangsa pasar produk susu segar dan produk olahan susu;

c. Dinas Peternakan dan Perikanan dan Dinas Perdagangan Kabupaten Magetan

menguatkan dan merevitalisasi sarana dan prasarana pemasaran;

d. Dinas Peternakan dan Perikanan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Magetan

membuat dan mengembangkan rumah-rumah promosi di sekitar Kampung Susu

Lawu untuk produk-produk olahan produk susu pada lokasi strategis.

2. Penguatan kelembagaan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil susu segar

a. Dinas Peternakan dan Perikanan melakukan pembentukan, pendampingan,

pemberdayaan dan penguatan kelembagaan usaha agribisnis peternakan sapi perah.

b. Dinas Peternakan dan Perikanan melakukan advokasi produk olahan susu dan

sertifikasi usaha agribisnis peternakan sapi perah.

5.3.4 Aspek Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah

Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek sarana dan saluran

drainase dilakukan melalui resolusi konflik pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan

peternakan untuk kebutuhan peternakan:

a. Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas PUPR melakukan koordinasi terkait

pemanfaatan dan pengelolaan buangan limbah kotoran peternakan sapi perah;

b. Dinas Peternakan dan Perikanan dan Dinas PUPR membentuk dan menguatkan

kelembagaan pengelolaan limbah kotoran peternakan sapi perah secara bersama

menggunakan prinsip-prinsip co-management.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 39


Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang memenuhi persyaratan kebutuhan

dan kesehatan sapi perah. Secara umum di Dusun Singolagu kandang terbuat dari kayu,

beratap seng, berlantai semen dan menghadap arah matahari terbit. Tinggi atap kandang

hanya 2 m dan tidak ada luasan yang memungkinkan ruang bebas ternak bisa bergerak yang

mengakibatkan berpontensi memiliki efek cedera dan gangguan terhadap kesehatan kaki sapi

perah. Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan

kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu

sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab

(kelembaban ideal 60%-70%), lantai kandang selalu kering atau menggunakan bantalan karet

agar tidak licin, tempat pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia

sepanjang hari. Namun ada permasalahan terkait saluran drainase saluran drainase terlalu

kecil mengakibatkan air yang berasal dari pembersihan kandang dan pemandian sapi berjalan

tidak lancar. Selain itu juga gorong-gorong yang sempit dan kemiringan yang landau

mengakibatkan air yang bercampur kotoran mengalir menjadi lambat. Pada saat musim

kemarau, debit air PDAM maupun sumur tidak memadai dikarenakan hampir 120 ekor

indukan sapi di sekitaran Dusun Singolangu menggunakan air secara bersamaan. Karena

debit air kurang tersebut maka saluran akhir drainase tidak memiliki pembuangan sehingga

pembuangan tersumbat di ujung saluran drainase.

5.5. Persiapan Lahan Pengembangan Wisata Lawu

Secara fisiografi Kabupaten Magetan termasuk zona Randublatung dan depresi tengah

Jawa serta Zona Gunungapi Kuarter meliputi G. Lawu (Bemmelen, 1949). Bentang alam

Kabupaten Magetan terdiri dari Perbukitan volkanik Kwarter dan Perbukitan volkanik

Tersier. Perbukitan volkanik Kwarter dengan sumber erupsi utamanya G. Lawu mempunyai

penyebaran terluas di wilayah Kabupaten Magetan, diawali dari puncak G. Lawu, menyebar

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 40


ke arah timur, timur laut dan tenggara. Secara morfografi dan morfogenesa, wilayah

Kabupaten Magetan dapat dibagi menjadi lima satuan bentuk lahan yaitu:

1. Dataran Aluvial melampar di sebelah utara sampai selatan di bagian timur Kabupaten

Magetan, ketinggian antara 50 sampai 100 m diatas permukaan laut.

2. Kaki Gunung api melampar di bagian utara ke selatan sampai bagian tengah

Kabupaten Magetan, ketinggian antara 100-150 m diatas permukaan laut.

3. Lereng Gunung api terdapat dibagian tengah wilayah yang melampar luas dari utara

sampai selatan Kabupaten Magetan dengan ketinggian antara 150-950 m diatas

permukaan laut.

4. Kerucut Gunung api terletak di sebelah timur Kabupaten Magetan yang berketinggian

antara 550-3265 m diatas permukaan laut dan G. Lawu merupakan puncak tertinggi.

5. Kerucut Parasiter terdapat di bagian tenggara G. Lawu, antara lain di G. Bancak, G.

Bungkuk dan G. Butak.

Pada Gambar 3 memperlihatkan inset lahan sekitaran Dusun Singolangu berdasarkan

karakteristik lereng, Kabupaten Magetan terdiri dari beberapa klas kelerengan, yaitu:

1. Kemiringan 0-5 % (0-3°), merupakan wilayah datar dengan luas 180.17 km2 atau

25.46% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

2. Kemiringan 5-30 % (3-17°), merupakan wilayah bergelombang halus-sedang dengan

luas 146.56 km2 atau 20.71% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

3. Kemiringan 30-50 % (17-27°), merupakan wilayah bergelombang agak kasar dengan

luas 189.90 km2 atau 26.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

4. Kemiringan 50-70 % (27-36°), merupakan wilayah bergelombang kasar dengan luas

wilayah 128.47 km2 atau 18,15% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

5. Kemiringan >70 % (36-90°), merupakan wilayah bergelombang sangat kasar dengan

luas wilayah 62.52 km2 atau 8.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 41


Gambar 3. Kemiringan lahan sekitaran Dusun Singolangu

Bentuk lahan daerah Magetan ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari analisa

peta topografi yang meliputi bentuk pola kontur, kerapatan kontur, arah sungai, dan pola

pengaliran serta hasil pengamatan langsung keadaan lapangan yang meliputi bentukan lahan

(morfografi), kelerengan (morfometri), jenis litologi penyusun dan struktur geologi

(morfostruktur pasif) dan proses-proses geologi (morfostruktur aktif).

Dalam pengembangan wisata Lawu edukasi ternak dibutuhkan lahan pendukung yang

diperuntukan memfasilitasi objek-ebjek yang mempunyai entitas bisnis, enstitas edukasi,

entitas konservasi dan entitas pendukung. Masing-masing dijabarkan sebagai berikut ;

Entitas edukasi adalah objek yang memberikan informasi kepada pengunjung

wisatawan seputar taman kampung susu lawu di bawah pengelolaan KSL, yang terdiri dari ;

1. Taman Petilasan Brawijaya,

2. Taman Puncuk Ringin, dan

3. Lembu Pohan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 42


Entitas konservasi adalah objek yang memberikan kontribusi lingkungan kepada

pengunjung wisatawan akan kualitas oksigen, kualitas air bersih dan kesegaran taman KSL di

bawah pengelolaan KSL yang terdiri dari ;

1. Taman Brawijaya,

2. Taman Lolipop, dan

3. Taman Sedang Sanggar Singolangu.

Entitas pendukung adalah objek yang memberikan informasi kepada pengunjung

wisatawan terkait profile, peta dan destinasi wisata Kabupaten Magetan yang terdiri dari ;

1. Tugu Sugeng Rawuh,

2. Griyo Informasi dan

3. Griyo Pertemuan.

Entitas bisnis adalah objek yang mempunyai potensi peluang retribusi pendapatan

bagi kelangsungan dan keberlanjutan pengelolaan wisata ternak kampung susu lawu (KSL)

yang terdiri dari ;

1. Lahan parkir kendaraan,

2. Kafetaria Singolangu dan

3. Griyo Singolangu.

Tabel 18. Entitias bisnis wisata ternak KSL

No Entitas Deskripsi
Bisnis
1 Lahan Ruang terbuka yang memfasilitasi kendaraan roda empat dan
Parkir kendaraan roda dua sebagai moda untuk membawa pengunjung dari
kendaraan dan ke lokasi tujuan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 43


(Gambar 4)
Fungsi : Menyediakan lahan untuk menempatkan moda transportasi
roda empat dan roda dua di atas tanah milik pemerintah untuk
keperluan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak.
Spesifikasi : Luasan 850 m2 terbagi atas tata letak penempatan posisi
roda empat dengan jumlah kuota maksimal 64 kendaraan dan luasan
50 m2 untuk memfasilitas jumlah kuota maksimal 200 kendaraan roda
dua.
2 Kafetaria Bangunan permanen tertutup memfasilitasi kebutuhan aneka kuliner
Singolangu atau kudapan yang dimiliki Pemerintah daerah yang disewakan
(Gambar 5) kepada masyarakat yang telah melalui pembinaan keterampilan,
kreativitas dan nilai tambah. Selain itu juga produk ini harus
melewati pembinaan dari pemerintah daerah terhadap sertifikasi, izin
edar, kualitas, higenitas dan kecukupan nutrisi.
Fungsi : Menyediakan aneka makanan dengan menu yang
memasukan unsur bahan baku dari susu yang menjadi ciri khas
kafataria ini untuk disajikan kepada wisatawan.
Spesifikaasi : Luas bangunan 120 m2 dan luas tanah 200 m2 terdiri
dari ruang-ruang yang meliputi ruang restorasi, ruamg basah, ruang
dapur, dan ruang makan.
3 Griyo Bangunan permanen tertutup memfasilitasi kebutuhan oleh-oleh atau
Singolangu merchandise yang dihasilkan oleh masyarakat yang telah melalui
(Gambar 6) pembinaan, penilaian kreativitas muatan lokal, keterampilan dan nilai
tambah sehingga kualitasnya akan menjadi daya tarik bagi
pengunjung untuk kembali lagi ke kampung susu lawu.
Fungsi : Menyediakan pilihan oleh-oleh atau merchandize difokuskan
pada produk-produk yang berbahan lokal dikreasikan berbasiskan
kearifan lokal masyarakat kampung susu lawu.
Spesifikasi : Luas bangunan 72 m2 dan luas tanah 90 m2. Bangunan
ini terdiri dari 4 (empat) ruangan yang meliputi ruang etalase produk,
ruang restorasi, ruang pengunjung, dan ruang basah.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 44


Gambar 4. Lahan parkir roda empat

Gambar 5. Lahan parkir roda dua

Gambar 6. Kafetaria KSL

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 45


Gambar 7. Griyo Singolangu

Tabel 19. Entitias konservasi wisata ternak KSL

No Entitas konservasi Deskripsi


1 Taman Brawijaya Ruang terbuka ditanami oleh berbagai jenis tanaman bunga
yang mampu tumbuh pada ketinggian 1000-1200 dpl. Tata
letak taman ini diletakan di antara sumber mata air dan
petilasan peninggalan kerajaan Brawijaya.
Fungsi : Menyedikan aneka vegetasi terdiri tanaman yang
berfungsi sebagai taman landscape yang ditumbuhi aneka
tanaman bunga lokal dan vegetasi primer penyimpan cadangan
konservasi air tanah.
Spesifikasi : Tanaman bunga yang mampu pada ketinggian
tersebut diantaranya jenis bunga krisan, dan jenis bunga
lainnya yang habitatnya cocok tumbuh di wilayah lereng
Gunung Lawu. Selain ditanami bunga juga ditanami
pepohonan yang cocok pada kelembaban udara 20-30% dan
daunnya tidak mudah gugur pada musim kemarau.
2 Taman Sendang Bangunan semi terbuka memfasilitasi kebutuhan sumber mata
Sanggar
air untuk dialirkan ke wilayah dusun Singolangu dan
Singolangu

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 46


sekitarnya.
Fungsi : menyediakan sumber air yang berasal dari
pegunungan dan hutan primer yang mampu menyimpan
cadangan di dalam kolam dengan masing-masing fungdi yang
berbeda. Kolam pertama menampung sumber air melimpah
untuk keperluan estetikan dan tandon air. Sedangkan kolam
kedua untuk kebutuhan menyirami beberapa taman, sumber air
minum untuk sapi perah dan kebutuhan lainnya.
Spesifikasi : luasan kolam pertama berbentuk oval memendek
yang mampu menampung debit air 120 kubik dan kolam kedua
memiliki luasan kolam berbentuk oval memanjang yang
mampu menampung debit air 250 kubik.
3 Taman Lolipop Ruang terbuka yang ditanami oleh bunga-bunga beraneka
ragam, bangunan ikonik sapi perah dan pola lokasi yang
merepresentasikan tata letak grafis Lolipop.
Fungsi : Menyediakan kebutuhan vegetasi yang kaya akan
sumber oksigen dan menyimpan sumber daya air dalam tanah
dengan variasi vegetasi komposisi beraneka tanaman lokal.
Spesifikasi : Luas lahan 250 m2 dengan propertis di dalamnya
terdapat taman bermain dan taman edukasi yang
merepresentasikan ikonik kampung susu lawu

Tabel 20. Entitias edukasi wisata ternak KSL

No Entittas edukasi Deskripsi


1 Petilasan Bangunan tertutup semi permanen memfasilitasi tempat
Brawijaya
dikuburkannya seseorang dari keturunan kerajaan Brawijaya
pada abad ke 15 M.
Fungsi : memfasilitasi objek heritage dari warisan Kerajaan
Brawijaya yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke
Dusun Singolangu sebagai cagar budaya yang harus
dilestarikan keberadaanya.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 47


Spesifikasi : luas bangunan 10 m2 dan luas lahan 30 m2 terdiri
dari ruang petilasan, bangunan pendopo dan taman di
sekitarnya untuk mempercantik objek heritage ini agar tidak
terlihat mistik dan cagar budaya tidak dirusak oleh tangan-
tangan yang tidak bertanggungjawab.
2 Lembu Pohan Bangunan tertutup semi permanen memfasilitasi anak
sapi/pedet dan sapi dewasa yang di dalamnya disediakan
tempat pakan dan air untuk memastikan kelangsungan sapinya
sehat dan beraktivitas bebas di dalam bangunan tersebut.
Fungsi : Menyediakan etalase atau show window yang
berisikan anak sapi untuk diperlihatkan kepada pengunjung
wisatawan yang bisa dikasih pakan atau susu kepada anak sapi.
Spesifikasi : Luas bangunan 30 m2 dengan rancangan
kandangnya memakai bahan atap yang bisa menyerap panas,
dipasangkan ventilator dengan jumlah dan ukuran yang sesuai
dengan kapasitas sapi. Dalam kandang lembu pohan disedikan
pakan yang stoknya disesuaikan kebutuhan sapi perah, air
minum yang mengalir sepanjang hari dari mata air Sedang
Singolangu, dan juga disiapkan fasilitas untuk beristirahat
berupa alas tidur yang terbuat dari gundukan pasir bersih.
Struktur bangunan berbentuk oval dengan ketinggian
bangunan sekiar 9 meter dari dasar pondasi dan dipasangkan
tiang-tiang besi bim.
3 Puncuk Ringin Ruang terbuka yang berada di sebelah selatan yang dipisahkan
dengan jalan masyarakat, hardscape-nya dipasangkan sekat
penutup di dalamnya terdapat tempat minum serta rumput sapi
perah agar sapinya merasa nyaman dan bergerak secara
leluasa.
Fungsi : Menyediakan lahan untuk menumbuhkan rumput sapi
yang dibatasi atau dipagari seluas lahan terbut oleh sekat
pembatas agar sapi dapat bergerak bebas dan menghirup udara
terbuka.
Spesifkasi : luasan 300 m2 yang ditumbuhi rumput sapi

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 48


disesuaikan dengan umur sapi, semakin umur sapi bertambah
maka kemampuan makanan dan ruang geraknya pun
bertambah. Metode yang diterapkan di lokasi Puncuk ringin ini
sapi dibiarkan memakan rumput hijau dan segar yang memang
banyak tumbuh dengan baik di lahan Dusun Singolangu.
Indukan sapi pun senantiasa sehat dan bisa menghasilkan susu
segar berkualitas tinggi. Ada beragam cara dan jenis pakan
berbeda untuk memberi pakan sapi perah yang dilakukan oleh
para peternak di Dusun Singolangu. Umumnya menggunakan
rumput setia, rumput gajah, tebon jagung dan yang paling jelek
adalah jerami padi. Pemilihan jenis pakan sapi perah di
kalangan peternak memang sangat tergantung kepada
ketersediaan bahan baku.

Tabel 21. Entitias pendukung wisata ternak KSL

No Entitas Pendukung Deskripsi


1 Tugu Sugeng Bangunan permanen di lahan terbuka sebagai simbol identitas
Rawuh
dan dipasangkan penciri papan nama “Selamat Datang”
Kampung Susu Lawu (KSL).
Fungsi : menginformasikan kepada pengunjung sebagai
kalimat penghormatan atau kalimat sambutan kepada
pengunjung yang ditempatkan pada ruang terbuka yang
merepresentasikan Kampung Susu Lawu dapat terlihat dari
arah pintu masuk sebelah selatan.
Spesifikasi : luas lahan 36 m2 dengan propertis di dalamnya
terdapat satu buah patung sapi dewasa dan dua buah anak sapi
sebagai ikonik KSL.
2 Griyo informasi Bangunan permanen tertutup memfasilitasi kebutuhan
informasi untuk disampaikan kepada masyarakat.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 49


Fungsi : menyediakan informasi dalam bentuk buku, brosur,
compact disk maupun media elektronik yang berisi konten-
konten informasi terkait profile kampung susu lawu, profile
pendakian Gunung Lawu, profile Telaga Sarangan dan Profile
Peternakan Sapi perah..
Spesifikasi : luas bangunan 72 m2 dan luas tanah 90 m2.
Bangunan ini terdiri dari 4 (empat) ruangan yang meliputi
ruangan gerai informasi, ruang administrator, kamar mandi,
dan ruang penyimpanan dokumen.
3 Griyo Pertemuan Bangunan permanen tertutup milik masyarakat memfasilitasi
masyarakat sebagai tempat berkumpul, berdiskusi,
menyalurkan aspirasi lokal, acara budaya dan acara yang
diinisiasi oleh perorangan maupun kelompok masyarakat.
Fungsi : menyediakan tempat berkumpul dan diskusi yang
mampu menampung 50 orang.
Spesfikasi : luas bangunan 144 m2 dan luas tanah 170 m2.
Bangunan ini terdiri dari 3 ruang terdiri ruang administrasi,
ruang pertemuan dan ruang kamar mandi.

5.6 Overlay Temporal dan Spasial

Pengembangan wisata Lawu edukasi ternak tercakup dalam rencana tata ruang

Kabupaten Magetan. Aktivitas pada kawasan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan

ekologis yang ada. Selain dari faktor ekologis, aktivitas pemanfaatan pada kawasan ini juga

dipengaruhi oleh faktor lain yakni kondisi sosial dan ekonomi. Proses penentuan kesesuaian

lahan dilakukan dengan membandingkan parameter penentu kesesuaian lahan dengan kondisi

eksisting, melalui teknik tumpang susun (overlay) dan analisis tabular dengan Sistem

Informasi Geografis (SIG). Metode ini proses penentu kesesuaian lahan harus dilakukan

dengan membandingan kriteria faktor-faktor penentu kesesuaian lahan dengan kondisi

eksisting, melalui teknik tumpang susun (overlay) dan analisis tabular dengan Sistem

Informasi Geografis (SIG). Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis,

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 50


selanjutnya secara terpisah hasil analisis diperoleh luas lahan berdasarkan kriteria yang

dipersyaratkan. Hasil analisis kesesuaian lahan menjadi bahan bagi analisis selanjutnya

misalnya daya dukung, analisis kapasitas asimilasi dan analisis kelayakan usahanya. Adapun

daya dakung memperhitungkan kapasitas maksimum lingkungan peternakan untuk

mendukung pertumbuhan dan kelangsungan indukan sapi dan pedet. Mengacu pada konsep

ini, maka daya dukung merupakan tingkat pemanfaatan ekosistem secara berkesinambungan

tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan

Gambar 8. Ketinggian landuse sekitaran Dusun Singolangu

Gambar 9. Legenda titik ketinggian lokasi sekitaran Dusun Singolangu

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 51


5.7. Daya Dukung Wisata

Daya dukung wisata adalah menghitung jumlah maksimum pengunjung secara fisik

yang mampu ditampung di sekitaran daya dukung KSL (a), daya dukung peternakan sapi

perah (b), daya dukung Gunung Lawu (c), daya dukung Telaga Sarangan (d) dan daya

dukung Non-KSL (e) pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan

manusia. Daya dukung Non-KSL mempunyai arti tidak ada individu yang berkunjung ke

kampung susu lawu. Berikut daya dukung yang dinyatakan dalam formulasi sebagai berikut:

𝑑 𝑇1
W = px 0.45 x 𝑇2

W = daya dukung wisata


p = nilai potensi entitas
d = Kepadapatan individu
T1 = Waktu paruh individu per hari
T2 = Waktu entitas per hari

Nilai potensi entitas (p) adalah hubungan keterikatan antara objek di dalam suatu

lokasi yang dikunjungi oleh wisatawan dengan nilai bobot potensi sebagai berikut ; KSL=5 ;

Peternakan sapi = 4; Gunung Lawu = 3; Telaga Sarangan = 2; Non-KSL=1.

Kepadatan individu (d) adalah total individu yang mengunjungi kawasan kampung

susu lawu pengunjung yang mendiami luasan poligon entitas per satuan waktu. Konstanta

luasan poligon entititas adalah 0,45 yang diperoleh dari asumsi total luasan kampung susu

lawu seluas 4500 m2 dibagi dengan 10.000 individu yang mendatangi ke KSL setiap

tahunnya, meliputi luasan poligon KSL, luasan poligon peternakan sapi perah, luasan poligon

konservasi Lawu dan luasan poligon Telaga Sarangan.

Waktu individu (T) adalah waktu yang habiskan oleh indvidu dibagi total waktu yang

disedikan pada entitas poligon. Waktu KSL = 8 jam, waktu peternakan sapi = 6 jam, waktu

konservasi Lawu = 4 jam, waktu Telaga Sarangan = 2 jam, Non-KSL = 1 jam.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 52


Tabel 22. Simulasi temporal individu saat mendiami spasial KSL

No Waktu a=5 b=4 c=3 d=2 e=1 Kategori Landuse KSL


individu
1 T1=1 1 ½ ¼ 1/6 1/8 Sangat Jalan arteri
singkat
2 T2=2 2 1 ¼ 1/3 1/4 Singkat Jalan arteri
3 T3=4 4 2 1 2/3 1/2 Waktu KSL
sedang
4 T4=6 6 3 3/2 1 3/4 Sangat KSL, lahan pertanian
lama
5 T5=8 8 4 2 4/3 1 Menginap KSL,Pemukiman,
lahan perhutani

Gambar 10. Landuse sekitaran Dusun Singolangu

Nilai potensi daya dukung mempunyai hubungan linear terhadap waktu individu yang

mendiami di KSL. Semakin lama waktu individu yang mengunjungi kampung susu lawu

maka semakin besar individu mengapresiasi potensi suatu objek. Seperti contoh untuk nilai

potensi KSL yang bernilai 5, estimasi waktu individu terlama akan mendiami sekitaran KSL

selama 8 jam atau individu tersebut memperpanjang waktunya dengan mencarikan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 53


penginapan di sekitaran Kecamatan Plaosan. Begitu pun semakin pendek waktu individu

yang mengunjungi kampung susu lawu maka semakin rendah individu mengapresiasi potensi

suatu objek. Seperti contoh untuk nilai potensi KSL yang bernilai 1, estimasi waktu individu

terpendek akan mendiami sekitaran KSL selama 1 jam atau individu tersebut secara singkat

atau hanya singgah melewati lokasi KSL di sekitar Kecamatan Plaosan.

5.8. Daya dukung Puncuk Ringin

Beberapa parameter yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan puncuk

ringin atau lahan pakan sapi : meliputi 3 parameter yaitu ketinggian, jenis tanah, kemiringan

lereng dan ketersediaan sumber air. Ketersediaan rumput alami merupakan sumber utama

pakan. Biaya tinggi menyebabkan pemberian konsentrat tidak konsisten sehingga tidak

mampu meningkatkan produksi susu. Responden peternak secara keseluruhan sudah

memberikan hijauan setelah diperah. Jumlah pemberian pakan hijauan yang dilakukan

sebagian besar peternak berada dalam kategori cukup berdasarkan kebutuhan sapi laktasi

10% dari rata rata bobot badan. Responden peternak memberikan hijauan tidak menimbang

hanya melalui perkiraan disesuaikan dengan bobot badan. Frekuensi pemberian hijauan 2

kali/hari sudah sesuai dengan harapan.

Gambar 11. Lahan Puncuk Ringin

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 54


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 6. ANALISI USAHA KAMPUNG SUSU LAWU

6.1. Net Present Value

Analisis kelayakan usaha pengembangan wisata Lawu edukasi ternak Kampung Susu

Lawu dengan menganalisis kebutuhan investasi, umur teknis masing-masing aspek investasi,

kebutuhan biaya operasional setiap tahun, biaya tetap, total biaya, jenis penerimaan,

keuntungan, suku bunga (discount rate), Net present value (NPV), benefit cost ratio (Net

B/C), rate tingkat pengembalian (IRR). Penghitungan analisis kelayakan memerlukan kriteria

investasi yang dapat digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria

investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),

dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih

dahulu menyusun aliran tunai didiskontokan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh

waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat.

Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan

yang ditimbulkan oleh investasi. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama

umur investasi atau merupakan jumlah nilai penerimaaan arus tunai pada waktu sekarang

dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Rumus yang digunakan

dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:


n
Bt - Ct
NPV = ∑
(1 + i)t
t=0

keterangan:
Bt = Penerimaan tahun ke-t/Benefit year t (Rupiah)
Ct = Biaya tahun ke-t/Cost year t (Rupiah)
n = Umur proyek /Time period (Tahun/Year)
i = Tingkat suku bunga / Discount rate (persen)
t = Periode/ Period (Tahun/Year)

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 55


Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :

1. NPV ≥ 0 layak/ feasible: berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.

2. NPV = 0 impas/ break even, berarti secara finansial usaha berada pada kondisi break even

karena manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.

3. NPV ≤ 0 tidak layak/ not feasible, berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak

untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari

biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan.

6.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dibagi

dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan

manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk

pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai

Net B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya

opportunity capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan (Gittinger, 1986). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

n
Bt − C t
 (1 + i )
t =0
t
untuk Bt − C t  0
Net B/C = n
Bt − C t
 (1 + i )
t =0
t
untuk Bt − C t  0

keterangan :
Net B/C = Nilai rasio penerimaan-biaya/ Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan pada tahun ke t/ benefit year t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun ke-t/ cost year t (Rupiah)
n = Umur proyek/ time period (Tahun)
i = Tingkat suku bunga/ Discount rate (persen)

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 56


t = Periode/ Period (Tahun).

6.3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate Return adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu

proyek/usaha sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan

intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari

tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek/usaha layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika

nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku maka proyek/usaha tersebut tidak

layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai

berikut :

NPV1
IRR = i1 + |NPV | (i1 - i2 )
1- NPV2

keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif/ Positive NPV (Rupiah)
NPV2 = NPV yang bernilai negatif/ Negative NPV (Rupiah)
i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif/ Discount rate at positive NPV
(persen)
i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif/ Discount rate at positive NPV
(persen)

6.4. Kelayakan Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak

Kelayakan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak merupakan penilaian analisis

usaha yang dihitung berdasarkan daya dukung entitas bisnis indukan sapi untuk

menghasilkan susu segar, olahan produk susu, pedet dan sapi afkir. Entittas ini sebagai

modal awal yang mampu menggerakan perekonomian skala pedesaan untuk mendukung

pengembangan wisata edukasi ternak. Modal awal ini dianalisis dari kekuatan investasi, biaya

variabel, biaya tetap, dan penerimaan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 57


Investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan Kampung Susu Lawu (KSL) terdiri

dari pembangunan kandang sapi perah, penyediaan lahan untuk pemeliharaan sapi,

pembangunan taman untuk objek swa foto, sarana pemerasan susu sapi yang higienis, tempat

pengolahan susu segar, pembangunan kafetaria, pembangunan outlet merchandise dan objek

lainnya. Investasi ini diperoleh dari dana hibah dan swadaya masyarakat. Total biaya

investasi yang dibutuhkan 2,25 milyar rupiah. Investasi berupa hibah dari Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Magetan merupakan upaya stimulus untuk menggerakan ekonomi

pedesaan menuju desa mandiri melalui peningkatan indukan sapi berkualitas dan produk dan

produk olahan susu. Sedangkan investasi dari swadaya masyarakat adalah dukungan berupa

pembangunan gedung pertemuan dan perbaikan drainase pembuangan limbah kotoran sapi

yang nilainya dikapitalisasi menjadi nilai investasi.

Tabel 23. Biaya investasi pembangunan Kampung Susu Lawu

No Keterangan Satuan Banyak Harga Satuan Total


II Investasi
1 Pembangunan KSL Unit 1 2.000.000.000 2.000.000.000
2 Indukan sapi perah Ekor 5 30.000.000 150.000.000
3 Kafetaria Unit 1 60.000.000 60.000.000
4 Outlet merchandise Unit 1 45.000.000 45.000.000
Total investasi 2.255.000.000

Biaya variabel merupakan biaya operasional kampung susu Lawu periode 1 tahun.

Biaya variabel terdiri dari biaya untuk listrik, gaji pegawai atau tenaga kerja, biaya pakan

sapi, konsentrat, obat/vitamin, BBM dan biaya untuk pengemasan. Biaya listrik untuk

operasional kampung lawu dengan kapasitas maksimum 10 kVa diperkirakan 1,2 juta per

bulan. Kapasitas daya 10 kVa digunakan untuk kebutuhan penerangan taman KSL, sistem

pompa taman, dan kebutuhan pendingin produk olahan susu. Perkiraan biaya listrik

operasional tersebut akan meningkat apabila peralatan yang digunakan sebagai pendingin

produk olahan susu mempunyai kapasitas daya yang besar. Oleh karena itu kapasitas dayanya

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 58


dibatasi paling tinggi 150 watt dan volume penyimpanan produk olahan susu maksimum 60

liter.

Tenaga kerja diperlukan sebanyak 10 orang dengan gaji per bulan 1,8 juta dan

mengalami kenaikan 100.000 per bulannya. Tenaga kerja dibagi berdasarkan keahlian dan

keterampilan yang meliputi tenaga administrasi, tenaga IB (inseminasi buatan), tenaga

kebersihan, dan tenaga keamanan. Sistem penggajian ini disimulasikan dengan nilai yang

sama dengan berdasarkan proporsi waktu dan kredit beban keterampilan masing-masing

tenaga kerja. Pakan sapi terdiri dari pakan rumput sebanyak 30 kg per ekor sapi per hari.

Dengan demikian untuk 5 ekor sapi diperlukan pakan sebanyak 54 ton per tahun. Konsentrat

diberikan sebanyak 10 kg per ekor per hari. Total konsentrat diperlukan sebanyak 18 ton dan

biaya 72 juta rupiah per tahun. Bahan bakar minyak diperlukan untuk genset dengan

kebutuhan 250 liter per bulan. Pengemasan dan labelisasi adalah label untuk kemasan susu

segar yang dihasilkan pada kampung susu Lawu. Harga label ini sebesar Rp 1.000 per pcs

untuk botol 180 ml. Total biaya yang dibutuhkan operasional kampung susu Lawu adalah

680,32 juta rupiah per tahun.

Tabel 24. Biaya variabel Kampung Susu Lawu

No Keterangan Satuan Banyak Harga Satuan Total


III Biaya Variabel
Listrik(bln) Bulan 12 1.200.000 14.400.000
Gaji orang bulan 120 1.800.000 216.000.000
Pakan Kg 54.000 700 37.800.000
Konsentrat Kg 18.000 4.000 72.000.000
Obat/vitamin Paket 60 2.000 120.000
BBM(lt) Liter 3.000 10.000 30.000.000
Label Pcs 135.000 1.000 135.000.000
Biaya makanan Porsi 12.500 10.000 125.000.000
Modal souvenir Pcs 25.000 2.000 50.000.000
Total Biaya Variabel 680.320.000

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 59


Biaya tetap meliputi biaya pemeliharaan kandang dan taman serta alat tulis kantor.

Pemeliharaan kandang meliputi perbaikan mayor dan perbaikan minor. Perbaikan mayor

meliputi perbaikan atap kandang, tiang-tiang dan dinding penyekat diantara kandang dengan

rumah pemilik sapi. Pada umumnya pemilik indukan sapi posisi kandangnya bersebelahan

dangan pemilik sapi. Perbaikan minor dilakukan sebatas perbaikan lantai berbahan semen

yang selalu pecah-pecah diakibatkan oleh pijakan sapi saat berdiri dan berbaring. Biaya

pemeliharaan meliputi biaya perbaikan kandang termasuk kerusakan kecil, cat, penggantian

yang patah dan lain-lain. Biaya perbaikan taman meliputi biaya perawatan tanaman,

perawatan objek swa foto dan lain-lain. Biaya-biaya perbaikan tersebut diluar biaya tenaga

kerja, karena sudah termasuk tupoksi tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya

operasional.

Tabel 25. Biaya tetap Kampung Susu Lawu

No Keterangan Satuan Banyak Harga Satuan Total


IV Biaya Tetap
1 Pemeliharaan kandang Bulan 12 1.000.000 12.000.000
2 ATK Bulan 12 500.000 6.000.000
3 Pemeliharaan taman Bulan 12 1.000.000 12.000.000
Total Biaya Tetap 30.000.000

Penerimaan wisata Kampung Susu Lawu terdiri dari penerimaan tiket masuk dengan

harga satuan Rp 20.000 per pengunjung. Penentuan harga ini merupakan simulasi yang

didasarkan total akumulatif dari faktor yang dibebankan pada masing-masing objek KSL.

Faktornya disimulasikan sebagai berikut :

a. Faktor kebersihan

b. Faktor lingkungan

c. Faktor administrasi

d. Faktor asuransi

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 60


Faktor kebersihan merupakan besaran pengeluaran nilai rupiah yang berkorelasi

terhadap kontribusi seseorang yang mempengaruhi kebersihan pada area KSL. Faktor ini

notafikasikan sebesar Rp. 3.500/orang/m2. Faktor lingkungan merupakan besaran

pengeluaran nilai rupiah yang berkorelasi terhadap kontribusi seseorang dalam mengambil

maanfaat berupa kualitas udara (oksigen) dari vegetasi yang besaran notafikasinya sebesar

Rp. 10.000/orang/dm3. Faktor administrasi merupakan besaran pengeluaran nilai rupiah yang

berkorelasi terhadap beban investasi (inkind) yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah dan

swadaya masyarakat Dusun Singolangu. Faktor ini secara administratif ternotafikasikan pada

pembukuan aset daerah yang disimulasikan sebesar Rp. 2.500/orang/m2. Faktor asuransi

merupakan besaran pengeluaran nilai rupiah yang berkorelasi terhadap jaminan seseorang

yang menggunakan fasilitas pada area KSL. Faktor ini notafikasikan sebesar Rp. 5.000/orang.

Total akumulasi dari keempat faktor di atas adalah Rp.3.500 + Rp. 10.000 + Rp. 2.500 + Rp.

5.000 = Rp. 20.000/orang.

Jumlah pengunjung diperkirakan sebanyak 2.500 orang per bulan. Perkiraan 2.500

pengunjung per bulan ini dengan asumsi bahwa Kabupaten Magetan memiliki objek Telaga

Sarangan dan Puncak Lawu sebagai destinasi wisata yang lokasi bisa ditempuh dengan jalan

kaki maupun kendaraan berjarak 1.5 Km dari Telaga Sarangan. Apabila pengunjung wisata

yang mendatangi Telaga Sarangan per harinya adalah 500 orang, maka diasumsikan

wisatawan atau pengunjung akan mendatangi destinasi Kampung Susu Lawu (KSL) sebesar

16.5% atau 83 orang/hari. Dengan demikian total pengunjung per bulan yang mendatangi

KSL adalah 2,500 orang.

Penerimaan juga diperoleh dari parkir mobil dan parkir motor sebesar Rp 3.000 untuk

mobil dan Rp 2.000 untuk motor. Penjualan susu segar juga merupakan sumber penerimaan

kampung susu Lawu, dengan target 75 liter per hari. Hampir 50% peternak Dusun

Singolangu berternak indukan sapi untuk menghasilkan susu segar yang dikemas dalam

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 61


plastik botol berbagai variasi volumenya. Rata-rata indukan sapi menghasilkan 15 liter per

hari liter. Namun indukan sapi yang dipilih hanya 5 ekor dari perwakilan peternak yang

mempunyai lebih dari 5 ekor indukan sapi. Hal ini diasumsikan bahwa kepemilikan lebih dari

5 ekor sapi mampu memberikan kontribusi pengelolaan KSL melalui program pendampingan

teknis KSL. Selain itu juga penerimaan bisa diperoleh dari kafetaria Singolangu yang

menjual berbagai makanan berat seperti nasi rames, nasi goreng, soto, indomie dan beberapa

menu tradisional lainnya.

Tabel 26. Penerimaan Kampung Susu Lawu

Harga
No Keterangan Satuan Banyak Total
Satuan
I Penerimaan

Tiket masuk Pengunjung 30.000 20.000 600.000.000

Parkir mobil Unit 2.560 3.000 7.680.000

Parkir motor Unit 8.000 2.000 16.000.000


Penjualan susu
segar Liter 22.500 5.700 128.250.000

Makanan Porsi 12.500 15.000 187.500.000

Oleh-oleh Pcs 25.000 5.000 125.000.000

Total Penerimaan 1.064.430.000

Kelayakan investasi Kampung Susu Lawu dengan umur proyek 15 tahun dan tingkat

suku bunga 10% dapat dikatakan layak karena NPV lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar

dari 1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Namun secara nilai, proyek Kampung

Susu Lawu dengan investasi 2,25 milyar selama 15 tahun hampir mendekati titik impas atau

hanya balik modal. Ringkasan nilai kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 27, serta

analisis kelayakan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 62


Tabel 27. Status kelayakan investasi Kampung Susu Lawu

Keterangan Nilai Status


Umur Proyek (tahun) 15
Discount rate (r) 10%
Net Present Value (NPV) 269.095.387 Layak
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,12 Layak
Internal Rate of Return (IRR) 12% Layak

6.5. Kelayakan Usaha Indukan Sapi

Kabupaten Magetan beserta dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur merupakan

wilayah yang memasok sekitar 40% dari total sapi di Indonesia. Populasi ternak sapi di

Kabupaten Magetan sebanyak 118.054 ekor yang merupakan populasi tertinggi untuk ternak

besar. Jumlah rumah tangga yang melakukan usaha sapi baik sapi potong maupun sapi perah

di Kabupaten Magetan berkisar 60 ribu orang yang tersebar di 18 kecamatan.

Bisnis sapi perah secara kasat mata membutuhkan modal besar dan lahan yang cukup

luas. Berbeda dengan peternak sapi perah di Kabupaten Magetan, melakukan usaha ternak

sapi perah dengan skala kecil. Jumlah sapi yang lebih sedikit misalnya 1 sampai 3 ekor dan

lahan yang sempit, dalam pekarangan rumah. Usaha ternak sapi perah juga dilakukan secara

sambilan, denga mata pencaharian utama sebagai petani.

Analisis kelayakan usaha sapi perah di Kabupaten Magetan dilakukan untuk

mengetahui besaran investasi ,penerimaan, biaya usaha, keuntungan dan manfaat bersih yang

diterima oleh pelaku usaha tersebut. Usaha sapi perah yang dilakukan oleh masyarakat

bervariasi jumlahnya mulai dari 1 ekor sampai 15 ekor per peternak. Analisis usaha

dilakukan terhadap peternak dengan jumlah sapi 2 ekor, 5 ekor dan 15 ekor.

Penerimaan usaha sapi perah terdiri dari penjualan susu segar, penjualan pedet dan

penjualan sapi afkir setelah 9 tahun. Harga susu segar bervariasi antara 5.250-5.800 per liter

tergantung kualitas susu yang dihasilkan. Berdasakan hasil wawancara dengan peternak,

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 63


pada umumnya harga susu segar yang diterima adalah Rp 5.700 per liter. Harga pedet (anak

sapi) Rp 2.500.000 per ekor dan harga sapi afkir Rp. 17.000.000 per ekor. Total penerimaan

setiap peternak dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki dapat

dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Penerimaan usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019

Jenis penerimaan 2 ekor sapi 5 ekor sapi 15 ekor sapi


Susu segar 61.560.000 153.900.000 461.700.000
Pedet 5.000.000 12.500.000 37.500.000
Afkir 34.000.000 85.000.000 255.000.000
Jumlah 100.560.000 251.400.000 754.200.000

Investasi yang diperlukan untuk usaha sapi perah antara lain sapi yang sedang

bunting, bangunan kandang, bangunan untuk pakan, milk can, ember, selang dan pakan serta

konsentrat sapi sebelum melahirkan. Rata-rata harga sapi yang sedang bunting adalah 25 juta

per ekor. Pakan untuk sapi bunting diperlukan selama 9 bulan dengan kebutuhan 30 kg per

hari. Konsentrat diperlukan sebanyak 10 kg per hari. Total biaya investasi usaha sapi perah

dapat dilihat pada Tabel 29. Semakin banyak jumlah sapi yang dipelihara, memerlukan

investasi yang lebih tinggi, karena investasi tertinggi adalah untuk pengadaan sapi (52%).

Tabel 29. Kebutuhan investasi usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019

Jenis investasi 2 ekor sapi 5 ekor sapi 15 ekor sapi


Sapi 50.000.000 125.000.000 375.000.000
Bangunan kandang 6.000.000 15.000.000 55.500.000
Bangunan pakan 2.000.000 4.000.000 8.700.000
milk can 800.000 1.600.000 4.800.000
ember stainless 350.000 700.000 1.400.000
Coper 4.000.000 4.000.000 4.700.000
Sabit 100.000 70.000 500.000
karpet karet 1.000.000 3.500.000 3.600.000
selang air (20 meter) 70.000 140.000 70.000
Pakan Sapi Bunting 11.340.000 28.350.000 85.050.000
Konsentrat 21.600.000 54.000.000 162.000.000
Jumlah 97.260.000 236.360.000 701.320.000

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 64


Biaya operasional usaha sapi perah terdiri dari biaya untuk pakan, konsentrat,

obat/vitamin, listrik, BBM dan tenaga kerja. Pakan diperlukan sapi sebanyak 30 kg per hari

dan konsentrat sebanyak 10 kg per hari. Harga pakan per kg adalah Rp 700 dan harga

konsentrat Rp 4.000 per kg. Setiap peternak dibebankan biaya air sebesar Rp 3.000 per

bulan. Biaya air yang ditetapkan tidak berdasarkan jumlah sapi, karena semakin banyak

jumlah sapi yang dipelihara memerlukan jumlah air yang lebih banyak untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan sapi. Setiap hari, sapi dimandikan dengan kebutuhan air lebih

kurang 250 liter ekor sapi. Upah tenaga kerja juga diperhitungkan dalam usaha sapi perah,

karena usaha tersebut memerlukan aktivitas manusia untuk pemberian pakan, pemerasan

susu, pemandian dan lain-lain. Pada usaha dengan jumlah sapi 2 ekor diasumsikan membayar

tenaga kerja Rp 1.000.000 per bulan. Sedangkan untuk usaha dengan jumlah 5 ekor sapi

dibebankan upah tenaga kerja Rp. 1.800.000 per bulan. Pada usaha dengan 15 ekor sapi,

dikerjakan oleh 2 orang tenaga kerja dengan upah minimum provinsi yaitu Rp. 1.800.000 per

orang per bulan. Biaya untuk pakan merupakan 20% dari total biaya operasional pada

peternakan 2 ekor sapi, 25% dan 26% dari biaya operasional untuk peteranakn 5 dan 15 ekor

sapi. Biaya tertinggi yang menjadi beban peternak sapi perah adalah biaya untuk konsentrat,

sekitar 38%, 47 dan 49% untuk peternakan menggunakan 2 ekor, 5 ekor dan 15 ekor. Total

biaya variabel atau biaya operasional usaha peternakan sapi perah menurut jumlah sapi yang

dipelihara dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Biaya operasional usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019

Jenis Biaya 2 ekor sapi 5 ekor sapi 15 ekor sapi


Pakan (kg/hr) 15.120.000 37.800.000 113.400.000
Konsentrat(kg/hr) 28.800.000 72.000.000 216.000.000
Obat/vitamin 19.200 120.000 1.080.000
Listrik(bln) 360.000 612.000 360.000
Air(bln) 36.000 36.000 36.000
Mineral 1.200.000 3.000.000 9.000.000

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 65


BBM(lt) 18.000.000 18.000.000 54.000.000
Tenaga Kerja 12.000.000 21.600.000 43.200.000
Jumlah 75.535.200 153.168.000 437.076.000

Prosentase biaya pakan dan konsentrat untuk peternakan sapi 2 ekor lebih rendah

dibandingkan prosentase untuk peternakan sapi 5 ekor dan 15 ekor. Hal ini menunjukkan

bahwa peternakan sapi 2 ekor memiliki beban biaya selain pakan yang lebih tinggi

dibandingkan peternakan sapi 5 dan 15 ekor. Beban biaya yang lebih besar ini seperti BBM,

listrik dan air.

Keuntungan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya pada analisis usaha satu

tahun. Jika dirata-rata keuntungan usaha peternakan sapi perah per ekor sapi untuk pemilik 2

ekor sapi hanya 11,83 juta rupiah. Sedang rata-rata keuntungan usaha perternakan per ekor

sapi untuk pemilik 5 ekor sapi yaitu 19,36 juta rupiah per tahun, dan untuk pemilik 15 ekor

sapi yaitu 21,02 juta rupiah. Nilai ini menunjukkan bahwa peternak dengan jumlah sapi yang

lebih sedikit menanggung biaya yang lebih besar, sehingga keuntungan menjadi ebih kecil.

Nilai kini usaha peternakan sapi dengan umur teknis 9 tahun dan discout rate (r) 10% dapat

dilihat pada Tabel 31. Berdasarkan kriteria investasi NPV, Net B/C dan IRR, usaha

peternakan sapi perah layak untuk dikembangkan.

Tabel 31. Kriteria investasi usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Magetan, 2019

Keterangan 2 ekor sapi 5 ekor sapi 15 ekor sapi


Keuntungan 23.654.800 96.822.000 315.354.000
Net Present Value (NPV) 33.635.461 313.002.565 1.096.383.867
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,345830359 2,324261993 2,563314703
Internal Rate of Return (IRR) 18% 38% 43%

Pada Tabel 31 dapat dilihat, manfaat terbesar diterima oleh peternak dengan memiliki sapi

lebih banyak. Nilai Net B/C menunjukkan perbandingan penerimaan bersih terhadap biaya

bersih dengan menggunakan discount rate 10%. Net B/C> 1 menunjukkan bahwa usaha

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 66


tersebut layak untuk dikembangkan. Net B/C = 1 menunjukkan bahwa manfaat bersih yang

diterima sama dengan biaya bersih yang ditanggung oleh usaha tersebut. Internal rate of

return adalah tingkat bunga yang menunjukkan bahwa usaha tersebut pada saat nilai NPV=0.

Internal rate of return lebih besar dari discount rate, (IRR>r) menunjukkan bahwa usaha

tersebut layak untuk dikembangkan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 67


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 7. KELEMBAGAAN PENGELOLA KAMPUNG SUSU LAWU (KSL)

7.1 Pedoman Umum pengelola KSL

Pengelola Kampung Susu Lawu sebagai salah satu lembaga ekonomi yang direncanakan

beroperasi di pedesaan untuk mengelola aset milik pemerintah kabupaten Magetan melalui

mekanisme BoT (bill operated transfer) atau kerjasama operasi yang dikolaborasikan dengan

potensi peternakan sapi perah milik peternak sekitaran Dusun Singolangu. KSL ini dibentuk

salah satunya adalah untuk membuka lapangan pekerjaan melalui merekrut orang-orang yang

memiliki penghasilan rendah. Penyelenggaraan KSL harus memiliki dasar hukum

pembentukan KSL yang didaftarkan ke notaris untuk disyahkan untuk memperoleh

pengakuan sebagai lembaga korporasi dikelola secara mandiri dengan melibatkan peternak

sapi perah yang berkontribusi terhadap korporasi tersebut. Setelah terbentuk pengelola KSL

selanjutnya dibuatkan dasar peraturan KSL, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang

menjadi acuan dalam mengelola KSL. Ketentuan pengelola KSL harus mempunyai prinsip

tidak ada satupun kepentingan dari pihak luar, apapun yang menjadi kegiatan KSL

didasarkan atas kepentingan yang mewadahi peternak sapi perah.

Pendirian KSL sepenuhnya dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama dengan

pembagian modal usaha mayoritas bersumber dari iuran peternak berjumlah 120 peternak

sapi perah aktif dan bantuan dari luar. Dalam menjalankan operasionalisasinya menggunakan

falsafah bisnis yang berakar dari kearifan lokal sekitaran Dusun Singolangu. Bidang usaha

inti difokuskan pada peternakan sapi perah didasarkan pada potensi kualitas susu per hari dan

hasil informasi pasar dari produk olahan susu. Sistem pembagian keuntungan ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota peternak sapi perah sebagai penyerta modal dan

masyarakat sekitaran Dusun Singolangu melalui kebijakan desa (village policy). Pengelola

KSL ini bekerjasama dengan Dinas peternakan dan perikanan selaku pembina dan supervisi

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 68


peternakan sapi perah dan menjembatani dengan pihak pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten dan pemerintah desa.

Mekanisme pelaksanaan operasional dikontrol secara bersama meliputi pemerintah desa,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan anggota. Tujuan dari pengelola KSL ini adalah :

1. Mengoptimalkan potensi aset pengembangan wisata Lawu berbasis edukasi ternak

sapi perah agar bermanfaat untuk kesejahteraan sekitaran Dusun Singolangu,

2. Meningkatkan usaha peternakan sapi perah dalam pengelolaan potensi ekonomi dusun

Singolangu,

3. Meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah melalui perbaikan pelayanan umum,

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dusun,

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat dusun dan pendapatan asli dusun.

5. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/ atau dengan pihak ketiga,

6. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum

peternak sapi,

7. Membuka peluang lapangan kerja di sekitaran Dusun Singolangu.

7.2 Pedoman teknis pengelola KSL

1. Menetapkan pengurus meliputi kepala, sekertaris dan bendahara.

2. Membentuk unit usaha dan mengisi setiap jabatan di dalam setiap unit usaha.

3. Mengelola unit usaha meliputi 1) unit parkir, 2) unit lembu pohan, 3) unit air bersih,

4) unit sampah, 5) unit kafetaria, dan 6) unit griyo singolangu.

Kepala KSL berfungsi sebagai pengawasan manajemen KSL untuk masing-masing unit

dan melakukan evaluasi setiap satu tahun sekali. Di akhir tahun dilibatkan dalam kegiatan

musrembang yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan.

Di dalam musrembang dilaporkan hasil kinerja masing-masing unit pengelola. Semua

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 69


informasi dapat diakses, karena sebenarnya masyarakat peternakan dilibatkan di dalam

pengelolaan KSL. Masyarakat ikut serta dalam perencanaan kemudian ketika ada kegiatan

apapun masyarakat juga mengetahui. Bentuk pertanggung jawaban setiap unit adalah

pembukuan per unit usaha, konsisten dengan keputusan yang telah diambil, mematuhi

perjanjian awal yang dibentuk serta mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

KSL.

Dalam pembentukan korporasi pengelola KSL perwakilan peternak sapi dilibatkan dalam

menyusun program kerja melalui musyawarah. Kepala unit diberikan kewenangan

mengawasi anggota pada setiap unit pengelola meliputi memberikan perintah kepada

anggota, motivasi dan saran tetapi dengan tidak mengintimidasi dan tidak berdasarkan

kepentingan pribadi. Setiap bulannya melaporkan pencatatan revenue/pemasukan keuangan

dari masing-masing unit. Fungsi bendahara sebagai induk pencatatan revenue dan cost

merekapitulasi hasil pembukuan dari masing-masing unit yang dilaksanakan dengan dasar

kesadaran masing-masing individu. Setiap tiga bulan dilakukan pertemuan untuk

mendiskusikan atau sharing apa yang menjadi permasalahan dan dicarikan solusi bersama

untuk mengatasi permasalahan dari masing-masing unit.

7.3 Manajemen Pengelola KSL

Konsep pengelolaan KSL meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pengorganisasian, tahap pengarahan dan tahap pengawasan. Sedangkan konsep pengelola

keuangan meliputi lima prinsip yaitu prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi, dan kesetaraan.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 70


7.3.1 Perencanaan

Perencanaan adalah proses ketepatan penentuan strategi, teknik dan langkah antisipasi

dalam memproyeksikan masa mendatang yang akan dihadapi suatu organisasi. Tahap

perencanaan meliputi penetapan tujuan, prosedur dan penetapan program dari suatu

organisasi. Kesuksesan dari tahapan perencanaan dilihat dari indikator yang terdiri :

1. Menetapkan tujuan pembentukan KSL

2. Menetapkan prosedur mengelola KSL.

3. Menetapkan program KSL.

7.3.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah merancang strategi dan teknik yang tepat dan tangguh untuk

menjalankan sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan memastikan bahwa semua

pihak dalam organisasi bekerja secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Semua pihak mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga tujuan

organisasi tercapai dengan maksimal Keseluruhan aktivitas manajemen dalam

mengelompokkan orang-orang sesuai dengan keahliannya, dengan tujuan agar tercapainya

tujuan organisasi. Tahap pengorganisasian meliputi penetapan tugas, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing anggota untuk menciptakan aktivitas-aktivitas yang berdaya

guna dan berhasil guna dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kesuksesan dari tahapan

pengorganisasian dilihat dari indikator yang terdiri :

1. Menentapkan tugas dan fungsi masing-masing anggota KSL.

2. Menetapkan wewenang masing-masing anggota KSL.

3. Menetapkan rincian tanggung jawab masing-masing anggota KSL.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 71


7.3.3 Pengarahan

Pengarahan adalah ketepatan dalam memastikan program untuk dapat terlaksana melalui

serangkaian kegiatan oleh seluruh pihak. Motivasi juga sangat diperlukan agar semua pihak

yang menjalankan program dapat menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran,

produktivitas tinggi dan bertanggung jawab. Pengarahan dilakukan untuk memastikan bahwa

personel dapat melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai dengan harapan, target dan

sasaran. Kesuksesan dari tahapan pengarahan dilihat dari indikator yang terdiri :

1. Melakukan koordinasi melalui pemberian bimbingan kepada anggota dan pimpinan .

2. Melakukan kegiatan pemberian saran kepada anggota dan pimpinan.

3. Melakukan interaksi antara anggota dan pimpinan melalui pemberian perintah

4. Menetapkan standar evaluasi.

5. Menetapkan standar penilaian.

6. Menetapkan standar perbaikan

7.3.4 Pengawasan

Pengawasan adalah penetapan standar evaluasi kerja dari para anggota dalam

melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tahap pengawasan

meliputi penetapan standar, penyelenggaraan penilaian (evaluasi), dan penyelenggaraan

tindakan perbaikan. Proses ini dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang

telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan

target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan pengelolaan

bisnis KSL. Kesuksesan dari tahapan pengawasan dilihat dari indikator yang terdiri :

1. Mengawasi keseluruhan pengelolaan KSL setiap tiga bulan sekali dan maksimum satu

tahun sekali.

2. Melakukan evaluasi saat terjadi kemunduran, atau permasalahan

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 72


3. Melakukan tindakan perbaikan pengelolaan KSL

7.4 Struktur organisasi pengelola KSL

1. Kepala KSL

2. Sekretaris dan Bendahara KSL

3. Pengawas KSL

4. Pengelola Unit Parkir dan Unit Lembu Pohan

5. Pengelola Unit Sampah dan Unit Air Bersih

6. Pengelola Unit Kafetaria dan Unit Griyo Singolangu

7.4.1 Pengelola Unit Parkir dan Unit Lembu Pohan

Pengelola unit parkir merupakan unit layanan yang menyediakan lahan parkir

kendaraan roda empat dan roda dua dengan mempekerjakan masing-masing 1(satu) petugas

yang tempat tinggalnya dan berpenghasilan rendah. Sedangkan unit lembu pohan merupakan

unit layanan memelihara sapi perah di taman Puncuk Ringin sebagai sapi untuk dilepas

liarkan sebagai objek tontonan kepada pengunjung wisatawan. Para wisatawan dengan

leluasa memberi makanan yang sudah disediakan oleh petugas selama waktu makan sapi tiba.

Sama dengan uit parkir, petugas yang diberikan tanggungjawab ini adalah petugas yang

sudah memahami karakter sapi dan bertempat tinggal ada di sekitaran Dusun Singolangu.

7.4.2 Pengelola Unit Sampah dan Unit Air Bersih

Pengelola unit sampah adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk mengangkut

dan memproses sampah dari sampah rumah tangga peternah sapi perah yang setiap harinya

memisahkan sampah organik dan sampah non organik. Petugasnya berasal dari sekitaran

Dusun Singolangu yang tidak jauh dari tempat penampungan sementara, dan penghasilannya

tidak pasti.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 73


Sedangkan pengelola unit air bersih adalah layanan yang diberikan tugas untuk

mendata pengguna air bersih, mematikan, menghidupkan mesin dan menjaga sumber air.

Petugasnya berasal dari sekitaran Dusun Singolangu yang tidak jauh dari sumber air, dan

penghasilannya tidak pasti. Pada unit air, setiap bulan KSL mengeluarkan rekening

pelanggan air. Kemudian, ada petugas yang bertugas untuk menerima pembayaran dari

pelanggan. Biasanya petugas keliling ke rumah-rumah para pelanggan, tetapi jika pelanggan

mau langsung bayar ke kantor KSL tetap diperbolehkan. Perbaikan seputar permasalahan

pada mesin pompa air secara langsung atau dengan bantuan komunikasi langsung kepala

KSL untuk mendatangkan teknisi memperbaiki pompa air.

7.4.3 Pengelola Unit Kafetaria dan Unit Griyo Singolangu

Pengelola unit kafetaria adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk

memperjualbelikan masakan yang dipesan oleh pihak pengelola dari rumah tangga yang

mampu menyiapkan menu didasarkan standar pengelola kafetaria. Menu makanan ini harus

mempersyaratkan sajian menu yang bahan bakunya adalah dari produk olahan susu, seperti

soto, resoles, dan lain sebagainya. Petugas ini harus dipilih yang memahami manajemen

makanan dan standar-standar layanan menu makanan yang halal, higenis dan cita rasa yang

sesuai dengan selera pengunjung wisatawan.

Pengelola unit griyo singolangu adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk

memperjualbelikan oleh-oleh atau merchandise khas Dusun Singolangu Kabupaten Magetan

yang diproduksi oleh para pembuat atau pengrajin dusun tersebut. Oleh-oleh diproduksi dari

rumah tangga yang mampu menyiapkan menu didasarkan standar pengelola griyo

singolangu. Jenis macam oleh-oleh-nya harus mempersyaratkan sajian yang bahan bakunya

adalah dari produk olahan susu, seperti permen, susu segar, yogurt dan lain sebagainya.

Petugas ini harus dipilih yang memahami manajemen merchandise dan standar-standar

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 74


layanan oleh-oleh yang halal, higenis dan cita rasa yang sesuai dengan selera pengunjung

wisatawan.

Terkait dengan tanggung jawab, masing-masing anggota semuanya sudah sangat

mengerti dengan tugas yang diberikan. Untuk tanggung jawab setiap unit usaha dilakukan

dengan pembukuan yang dilaporkan setiap bulan. Kemudian jika ada keluhan sesegera

mungkin langsung disampaikan. Jadi walaupun tidak ada aturan tertulis mengenai tanggung

jawab dari kami, tetapi kami mengerti karena semuanya atas dasar kesadaran.

Untuk pemberian bimbingan dilakukan secara langsung saat di lapangan artinya tidak

dilakukan di dalam ruangan kantor KSL. Diskusinya seputar tukar pikiran mengenai apa yang

dikelola, apa yang menjadi keluhan ataupun ide baru. Ketika berkumpul tidak harus ada

kepala KSL, tetapi antar anggota unit usaha pun bisa. Informasi tersedia, semua masyarakat

dapat mengakses informasi apapun mengenai apapun yang dikelola KSL termasuk

pembukuan dari masing-masing unit. Jika masyarakat atau bahkan pihak dari luar ingin

melihat sangat diperbolehkan. Tanggung jawab kami dibentuk dari kesadaran masing-masing

individu untuk selalu menjalankan tugas dengan baik tanpa harus ada perintah. Ketika

terdapat keluhan segera disampaikan jangan sampai menjadi kendala dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawab. KSL sangat memperhatikan kepentingan masyarakat dan

lingkungan. Kami di dalam KSL membentuk ataupun menjalankan suatu kegiatan atas dasar

kepentingan masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Seperti unit air bukan hanya masyarakat

Dusun Singolangu Kecamatan Plaosan yang dapat menikmati air bersih tersebut, namun juga

sampai ke kecamatan tetangga hingga menerima manfaat dari unit air bersih tersebut.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 75


Kepala KSL

Pengawas Sekretaris

Bendahara Manajer Manajer Manajer

Parkir & Lembu Pohan Sampah & Air Bersih Kafetaria & Griyo Singolangu

Gambar 12. Struktur organisasi Pengelola Kampung Susu Lawu (KSL)

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 76


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
BAB 8. PENUTUP

Strategi pengembangan kampung susu lawu dilakukan sesuai dengan tata ruang,

meminimalisasi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan,

berdaya guna dan berhasil guna, sehingga pada gilirannya mampu menarik peluang investasi

bagi pengembangan destinasi industri wisata di Dusun Singolangu.

Penilaian kelayakan umum dan teknis diperlukan untuk pemilihan produk susu dan

pengembangan kampung susu lawu. Penguatan dimensi atau bagian yang masih lemah serta

optimalisasi atau peningkatan dimensi atau bagian yang sudah baik merupakan strategi yang

dapat dilakukan dalam pengembangan kampung susu lawu.

Penilaian nilai komposit dimensi infrastruktur yang mendukung Kampung Susu Lawu

dikategorikan cukup layak sebagai kandidat objek destinasi wisata, dan masih perlu untuk

ditingkatkan beberapa hal terkait infrastruktur.

Penilaian nilai komposit dimensi peternak dan bisnis di Dusun Singolangu dalam kategori

tinggi yang merepresentasikan bahwa dimensi ini berpotensi memberikan keuntungan usaha

dan prospek pasar.

Penilaian dimensi sumber daya dan lingkungan peternakan di Dusun Singolangu

masuk dalam kategori cukup untuk pengembangan kampung susu lawu, namun demikian

perlu ditingkatkan melalui bimbingan teknis dari sumber-sumber pengetahuan dan teknologi,

terutama peternakan sapi perah.

Penilaian nilai indeks komposit dimensi kelembagaan di Dusun Singolangu dalam

kategori cukup, yang telah ada dalam upaya mendukung program kampung susu lawu

melalui tersedianya beberapa kebijakan dan regulasi yang telah disiapkan oleh Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan.

Penilaian nilai komposit dimensi teknologi di Dusun Singolangu masuk dalam kategori

cukup, tingginya permintaan susu segar belum diikuti dengan usaha pengolahan dan belum

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 77


berkembangnya pasca panen olahan susu. Hal disebabkan karena orientasi usaha peternakan

sapi perah masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan pasar susu segar.

Penilaian nilai indeks komposit dimensi kebijakan di Dusun Singolangu masuk dalam

kategori cukup, telah tersedianya tata ruang wilayah yang sesuai peruntukannya untuk

destinasi wisata peternakan sapi perah. Kebijakan dan regulasi pemerintah daerah belum

tersedia kewenangan pengaturan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak di sekitaran

lingkungan Dusun Singolangu.

Penilaian nilai komposit dimensi pemasaran di Dusun Singolangu masuk dalam

kategori tinggi, bahwa akses transportasi dan jaringan pemasaran baik di dalam maupun luar

kecamatan sudah memadai. Satu-satunya akses dan jaringan pemasaran yang belum terbentuk

adalah akses pasar ekspor ke luar kabupaten Magetan. Dimensi pemasaran ini juga

memberikan gambaran potensi pasar untuk susu segar sangat tinggi. Penilaian analisis

komposit kelayakan teknis unit usaha indukan sapi perah di Dusun Singolangu masuk dalam

kategori cukup. Dimensi sosial ekonomi dan dimensi sumber daya memiliki nilai tinggi,

sementara dimensi teknologi memiliki nilai rendah. Berdasarkan hasil analisis, secara

ekonomi unit usaha indukan sapi memiliki keuntungan ekonomi besar. Nilai rata-rata RC

ratio yang diperoleh untuk usaha indukan sapi sebesar 4,27. Dimensi teknologi rendah

disebabkan teknologi indukan sapi yang digunakan masih bersifat semi intensif dengan

tingkat efisiensi dalam menghasilkan volume susu segar belum optimal. Hal ini disebabkan

karena jumlah dan kuantitas susu yang belum mencukupi.

Penilaian analisis komposit nilai kelayakan teknis pembesaran indukan sapi (sapi

bunting) di kandang berlantai semen di Dusun Singolangu masuk dalam kategori

sedang.Dimensi sosial ekonomi merupakan dimensi yang tertinggi, sementara dimensi

sumber daya adalah dimensi yang terendah. Usaha indukan sapi di kandang berlantai semen

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 78


memberikan keuntungan ekonomi yang besar. Hal ini terlihat dari nilai RC ratio yang rata-

rata sebesar 1,43. Nilai keuntungan usaha di atas 75 liter susu segar sebesar Rp 153.900.000.

Penilaian analisis komposit nilai indeks komposit kelayakan teknis usaha indukan sapi

perah di Dusun Singolangu masuk dalam kategori cukup. Nilai komposit tertinggi pada

indeks dimensi teknologi dengan skala teknologi bersifat semi intensif. Sementara nilai

indeks dimensi sosial ekonomi dipengaruhi dari nilai RC-ratio baik. Umumnya jenis kandang

sapi perah berlantai semen memerlukan investasi dan biaya operasional sedang. Hal ini

menyebabkan sebagian kecil saja indukan sapi perah berlantai semen. Peternak sapi perah

umumnya juga memiliki usaha lain sebagai distributor pedet, pakan, dan sapi afkir atau sapi

tua.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 79


DAFTAR PUSTAKA

Aryana, S. (2011). Kondisi sanitasi peralatan dan air terhadap peningkatan jumlah total
mikroorganisme susu individu, susu kandang, susu tempat pengumpulan susu di
peternakan Kawasan Usaha Peternakan Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan,
IPB, Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 01-3141-2011. Susu Segar Bagian 1: Sapi. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.

Blakely, J., & D.H. Bade. (1992). Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan: B. Srugandono.
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Budiyanto, A & S. Usmiati. 2008. Pemerahan susu secara higienis menggunakan alat perah
sederhana. Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner. Hal 327-334.

Faradis, R. Uswatun, N. A. (2019). Indeks komposit pembangunan infrastruktur provinsi-


provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.20 No.1 Hal.
33-55.

Ikhwan. K. (2013). Evaluasi good milking practice pada peternakan sapi perah rakyat di
kelurahan kebon pedes kecamatan tanah Sareal Bogor. Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Handayani K.S. & M. Purwanti. (2010). Kesehatan ambing dan higiene pemerahan di
peternakan sapi perah desa Pasir Buncir, kecamatan Caringin. J Penyuluh Per 5(1):
Hal 47–54.

Makin, M. (2011). Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sembanyang, L. K. B. (2011). Analisis keterkaitan ketersdiaan infrastruktur dengan


pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendekatan Analisis Granger Causality. JEJAK :
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, 4(1), Hal 14-22.

Simamora , A.M. et. al (2015). Evaluasi Aspek Teknis Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan.

Sudarto. (2014). Proses geomorfologi daerah Madiun, Ngawi, Magetan dan Ponorogo.
Makalah Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian, Hal. 7-9

Sudrajad, P. (2011). Pengaruh stress panas terhadap performa produksi sapi Friesian Holstein
di BBPTU-SP Baturraden. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan 80


Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan
Lampiran : Perhitungan Analisis Usaha Kampung Susu Lawu (KSL)

No Keterangan Satuan Banyak Harga Satuan Total Tahun


- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
I Penerimaan
Tiket masuk pengunjung 30.000 20.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000
Parkir mobil unit 2.560 3.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000
Parkir motor unit 8.000 2.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000
Penjualan susu segar liter 22.500 5.700 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000 128.250.000
Makanan porsi 12.500 15.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000 187.500.000
Oleh-oleh pcs 25.000 5.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000
Total Penerimaan 1.064.430.000 0 1.064.430.000 1.064.430.000 ########## ########### 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000 1.064.430.000
-
II Investasi
Pembangunan proyek unit 1 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000
Sapi perah ekor 5 30.000.000 150.000.000 150.000.000 150.000.000
Kafetaria unit 1 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Outlet merchandise unit 1 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000
Total investasi 2.255.000.000 2.255.000.000 - - - - 105.000.000 - - - 150.000.000 105.000.000 - - - - -

III Biaya Variabel


Listrik(bln) bulan 12 1.200.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Gaji orang bulan 120 1.800.000 216.000.000 217.000.000 218.000.000 219.000.000 220.000.000 221.000.000 222.000.000 223.000.000 224.000.000 225.000.000 226.000.000 227.000.000 228.000.000 229.000.000 230.000.000 231.000.000
Pakan kg 54.000 700 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000 37.800.000
Konsentrat kg 18.000 4.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
Obat/vitamin paket 60 2.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
BBM(lt) liter 3.000 10.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Label pcs 135.000 1.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000 135.000.000

Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan


biaya makanan porsi 12.500 10.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000 125.000.000
Modal souvenir pcs 25.000 2.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Total Biaya Variabel 680.320.000 681.320.000 682.320.000 683.320.000 684.320.000 685.320.000 686.320.000 687.320.000 688.320.000 689.320.000 690.320.000 691.320.000 692.320.000 693.320.000 694.320.000 695.320.000

IV Biaya Tetap
Pemeliharaan kandang bulan 12 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
ATK bulan 12 500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pemeliharaan taman bulan 12 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000

Total Biaya 692.320.000 2.255.000.000 711.320.000 712.320.000 713.320.000 714.320.000 820.320.000 716.320.000 717.320.000 718.320.000 869.320.000 825.320.000 721.320.000 722.320.000 723.320.000 724.320.000 725.320.000
V Keuntungan - 2.255.000.000 353.110.000 352.110.000 351.110.000 350.110.000 244.110.000 348.110.000 347.110.000 346.110.000 195.110.000 239.110.000 343.110.000 342.110.000 341.110.000 340.110.000 339.110.000
discount rate 10%
Discount Factor 1 0,909090909 0,826446281 0,751314801 0,683013455 0,620921323 0,56447393 0,513158118 0,46650738 0,424097618 0,385543289 0,350493899 0,318630818 0,28966438 0,263331254 0,239392049
Present Value - 2.255.000.000 321.009.091 291.000.000 263.794.140 239.129.841 151.573.104 196.499.020 178.122.314 161.462.869 82.745.686 92.187.256 120.257.962 109.006.789 98.807.417 89.561.593 81.180.238
VI NPV 221.337.320
VI IRR 12%
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan

Anda mungkin juga menyukai