Magetan
BAB 1. PENDAHULUAN
Magetan Provinsi Jawa Timur. Lingkungan ini berada pada ketinggian rata-rata 1.000
dpl yang kawasannya memanjang sampai ke kaki gunung Lawu. Kawasan ini memiliki
yang sangat indah. Apabila dimaksimalkan potensi tersebut, akan menjadi sebuah potensi
yang dapat memberikan keunggulan dan memberi nilai tambah khususnya bagi masyarakat
lawu disingkat KSL merupakan brand yang disematkan pada percontohan destinasi baru
wisata lawu berbasis edukasi ternak lingkungan Singolangu. Percontohan ini memadukan
penataan taman, kearifan lokal, heritage dan usaha edukasi peternakan sapi perah yang
laporan perencanaan konsep (concept plan) yang subtansinya dirancang secara terintegrasi
melalui perhitungan analisis lahan milik pemerintah dan analsis usaha yang mampu
mambangkitkan pendapatan ekonomi pedesaan. Salah satunya potensi indukan sapi dan
produksi susu segar yang merupakan potensi ekonomis penting. Selain itu juga perolehan
pendapatan lainnya dihasilkan dari produk olahan susu dan penjulan pedet serta sapi afkir di
Malang (Pujon) hingga peternakan sapi perah ini berkembang sangat cepat dan menjadikan
dusun ini memberikan kontribusi terhadap usaha peternakan sapi perah di Kabupaten
Magetan. Dusun atau kampung Singolangu berada pada ketinggian 1000 di bawah
permukaan laut (dpl) yang sesuai untuk membesarkan sapi perah dan mudah diternakan
Jenis indukan sapi perah yang umum diternakan di Dusun Singolangu adalah sapi jenis
indukan Frisian Holstein (FH) (Gambar 1). Fase pemeliharaan indukan sapi perah juga
merupakan bagian penting dalam beternak sapi perah. Pembesaran sapi ini adalah untuk
menyiapkan calon induk yang mampu memproduksi susu segar dengan kualitas dan kuantitas
yang tinggi. Pemeliharaan yang tepat untuk indukan sapi perah akan mempengaruhi kualitas
sapi perah dewasa yang dalam masa produktif (menghasilkan susu) dan kualitas susu sapi itu
sendiri. Beberapa peternak di Dusun Singolangu sapi perah ada yang memelihara mulai dari
pedet hingga indukan, namun ada pula yang memulai langsung membeli indukan sapi perah
Bagi peternak yang akan membeli indukan sapi perah atau yang ingin memelihara
untuk maksud dijual kembali, terdapat beberapa kriteria calon induk yang harus diperhatikan.
Kriteria tersebut antara lain: calon induk sebaiknya berasal dari turunan yang mempunyai
produksi susu yang tinggi, menunjukkan pertumbuhan yang baik dan normal, serta bebas dari
penyakit dan cacat tubuh. Pembesaran indukan sapi perah Friesian Holstein untuk dijadikan
calon induk ditujukan untuk mendapatkan pengganti induk dan untuk pengembangan usaha.
Untuk tujuan pengembangan usaha ini maksudnya adalah untuk menambah populasi induk.
Menambah populasi induk bisa dilakukan dengan cara membesarkan indukan sapi perah dari
turunan sapi perah sendiri atau membeli dari luar. Dalam upaya pembesaran indukan sapi
perah, peternak perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan
a. Bangsa/Spesies sapi
b. Besar sapi saat lahir; berat sapi yang ideal akan memiliki daya lebih besar untuk
tumbuh.
memburuk.
d. Pengaruh pakan; pakan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi akan
Indukan sapi perah Friesian Holstein berada pada fase pertumbuhan sapi perah yang
melalui proses penyapihan setelah usia pedet. Pada fase ini sapi perah dikenalkan dengan
sumber pakan dan pemberian air susu dihentikan secara perlahan-lahan. Pedet mulai disapih
pada usia 3-4 bulan dan bobot badannya sudah memenuhi kurang lebih 150 kg. Untuk
menghasilkan indukan sapi perah yang berkualitas baik, indukan sapi harus memiliki nafsu
makan hijauan yang kuat serta memiliki rumen yang sehat. Selain mempengaruhi kualitas
tubuh, pemberian pakan pada indukan sapi juga mempengaruhi berahi. Secara normal jika
pakan yang diberikan baik, indukan sapi akan menunjukkan berahi pertamanya pada usia 9-
10 bulan. Saat indukan sapi berusia 15 bulan dan beratnya sekitar 350 kg, artinya sudah siap
untuk dikawinkan. Indukan sapi siap dikawinkan akan menunjukkan tanda-tanda yaitu
kelaminnya merah, membengkak, mengeluarkan slem, gelisah, tidak mau makan, dan
menaiki temannya atau apabila dinaiki sapi tersebut akan diam. Perawatan kesehatan indukan
sapi perah Friesian Holstein juga harus diperhatikan agar menghasikan calon induk dewasa
kebersihan kandang, menjaga kebersihan pakan, pemotongan kuku, dan memandikan sapi.
Sapi perah juga harus mendapatkan latihan yang teratur agar menjadi jinak, sehingga saat
nanti sudah saatnya diperah, susunya tidak membahayakan para pemerah susu. Jika kualitas
perawatan sapi rendah, akan memunculkan beberapa risiko di kemudian hari seperti kesulitan
dalam melahirkan pertama kali, pedet yang dihasilkan kecil, atau produksi susu rendah.
Perkembangan peternakan sapi perah sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai
disadari dan mempunyai prospek yang besar untuk dikembangkan secara industri peternakan.
masyarakat baik peternak, pelaku usaha, pengolah produk nilai tambah maupun pemasar
produk susu segar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan
daerah.
Selendia Baru, Jepang dan Prancis dalam meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah-
nya dibuatkan paket wisata yang di dalamnya mengunjungi peternakan sapi perah dengan
kepada anak sapi (pedet) sampai menikmati segala kudapan berbasis olahan produk susu.
Kecenderungan atau trend yang melibatkan usaha kolektif komunitas (communitty enterprise)
merupakan potensi menggembirakan bagi suatu daerah yang mendayagunakan aset-aset milik
kawasan pedesaan.
pembangunan kampung susu lawu atau disingkat KSL dengan memenuhi persyaratan-
(OPD) yang kondusif. Salah satu dukungan peraturan dan kebijakannya adalah diterbitkannya
surat keputusan Bupati menetapkan kampung susu lawu (KSL) melalui persiapan lahan milik
pemerintah yang lokasinya berdekatan dengan peternakan sapi perah milik masyarakat
sekitaran Dusun Singolangu. Kawasan ini diharapkan berkembang wisata ternak yang berada
di bawah kaki Gunung Lawu melalui pendekatan edukasi peternakan sapi sebagai destinasi
Keberhasilan KSL ini sangat bergantung pada kinerja hulu (produksi susu segar dan
peternakan) dan hilir (pasca panen dan pemasaran) serta tingkat penggunaan dalam
mengefisiensikan teknologi yang mendukung peternakan sapi perah. Terdapat empat faktor
utama dalam membangun KSL yaitu faktor kualitas lingkungan, faktor peternakan sapi perah,
faktor pengolahan produk, dan faktor pemasaran yang berkesinambungan. Keberadaan faktor
KSL beserta pendukungnya perlu dikaji dalam upaya pengembangan destinasi objek wisata
1.2. Maksud
Susu Lawu (KSL) dimaksudkan untuk dijadikan salah satu pertimbangan Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Magetan, pelaku usaha dan pihak-pihak berkepentingan dalam
1.3. Tujuan
Kampung Susu Lawu adalah bahwa potensi sumberdaya peternakan sapi perah yang dimiliki
profesional sesuai dengan tata ruang, meminimalisasi dampak negatif dan menjalankan
keberlanjutan dampak positif terhadap lingkungan hidup, berdaya guna dan berhasil guna,
sehingga pada gilirannya mampu menarik peluang investasi wisata bagi pengembangan KSL
diperoleh dari pengukuran terhadap unit-unit observasi yang berada pada suatu area tertentu
seiring waktu berjalan. Indikator ini sering kali digunakan untuk melihat perubahan antara
unit-unit observasi dari waktu ke waktu sebagai dasar penentuan prioritas kebijakan ataupun
mengukur kemampuan unit-unit observasi dalam hal atau aspek tertentu. Indikator bisa
diukur dalam bentuk data absolut, proporsi atau persentase, rate atau tingkat, rasio atau
perbandingan, maupun indeks. Ditinjau dari aspek yang mampu diukur, indikator terdiri dari
indikator tunggal dan komposit. Indikator tunggal hanya mengukur satu aspek tertentu,
sedangkan indikator komposit mengukur berbagai aspek dan disusun dari indikator-indikator
pembangunan teknologi, sosial, ekonomi, dan sebagainya yang tidak dapat diperoleh dari
pengembangan wisata Lawu edukasi ternak di Kabupaten Magetan adalah untuk lebih
sebagai indikator secara terpisah. Selain itu, dengan menggunakan indikator komposit,
jumlah variabel yang digunakan dapat diubah menjadi lebih sedikit dari biasanya tanpa harus
Seluruh data dalam studi kelayakan ini menggunakan data hasil pendataan kuesioner
di lapangan. Pendataan responden peternak dan pengguna lainnya merupakan kegiatan yang
independen terlepas dari sensus. Data ini merupakan data seleksi silang yang ditujukan untuk
menghasilkan data secara rinci bagi keperluan pengembangan wisata Lawu edukasi ternak
dalam pembangunan Kampung Susu Lawu dan memberikan informasi awal tentang fakta-
fakta potensi KSL, infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya di setiap
responden yang dalam hal ini adalah peternak sapi perah. Data responden dalam studi
kelayakan ini adalah data responden tahun 2019. Data ini sudah dapat menggambarkan
Kecenderungannya selama 3 tahun terakhir ini (2017 - 2019) tidak ada perubahan. Data
responden peternak indukan sapi merekam berbagai dimensi sumber daya dan indukan sapi
dan kuantitas serta kualitas susu segar. Kedua dimensi cukup mewakili sumber daya dalam
pengambilan data survei, data primer yang digunakan adalah perwakilan peternak yang
mempunya indukan sapi terendah adalah 1 (satu) ekor indukan dan indukan sapi tertinggi
mencapai 15 (lima belas) ekor indukan sapi. Data luasan yang akan di jadikan sebagai
percontohan taman Kampung Susu Lawu menjadi ikon destinasi wisata ternak mencapai
luasan 4500 m2 diperoleh dari data persil pertahanan Kabupaten Magetan. Tujuannya adalah
untuk memperoleh hasil analisis yang lebih baik dengan penimbang luas percontohan dalam
suatu Kabupaten.
Sedangkan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari refrensi Dinas Peternakan
dan Perikanan dan Bappeda Kabupaten Magetan pada tahun 2018-2019. Data yang
digunakan, yaitu 2 variabel yang digolongkan ke dalam dimensi sumber daya dan
yakni jumlah peternak indukan sapi, volume susu, lingkungan peternakan dan Koperasi Unit
Desa (KUD). Sementara dimensi infrastruktur diwakili oleh 10 variabel, yakni ketersediaan
kandang sapi, tempat pakan, pasar, SPBU-BBM, kantor inseminasi buatan (IB), pabrik
pakan, lokasi pakan, operator telekomunikasi, toko peternakan, dan instalasi air bersih. Empat
Terdapat beragam metode dalam penyusunan indeks komposit. Suatu metode yang
dapat mempertimbangkan bobot jenis infrastruktur dalam setiap dimensi. Pembobotan ini
dinilai penting karena masing-masing jenis infrastruktur memiliki kekhasan tersendiri dalam
keberadaan peternak lainnya. Pemilihan metode yang mampu mengakomodir ciri atau
kekhasan suatu variabel. Metode tersebut tepat digunakan dalam studi kelayakan ini karena
variabel studi yang berupa infrastruktur dapat dilakukan pembobotan. Secara garis besar,
Studi kelayakan ini menggunakan beberapa variabel responden peternak yang ingin
digolongkan untuk menjadi satu skor yang mewakili. Keterlibatan banyak variabel ini
membuat analisis mengerucut pada metode pengelompokan dari beberapa variabel. Dalam
teori multivariat yang telah diampu oleh pengguna, terdapat tiga cara metode
pengelompokan, yakni Principal Component Analysis (PCA), analisis faktor, dan Cluster
analisis faktor. Matriks yang digunakan dalam proses penghitungan adalah matriks kovarian
sehingga dapat dikatakan bahwa metode tersebut dapat digolongkan kepada analisis faktor.
atau dilihat langsung dengan kasat mata (tangible) menuntut data yang diperoleh berjenis
data kuantitatif. Dikarenakan datanya adalah kuantitatif, maka analisis multivariat dengan
metode analisis faktor dirasa sudah cukup mumpuni dalam melakukan penyusunan indeks
komposit.
Kesesuaian spasial kampung susu lawu adalah menganalisis potensi suatu ruang
dalam mendukung pengembangan wisata Lawu edukasi ternak. Terbagi atas 3 (tiga) analisis
1. Potensi spasial peternakan adalah sejumlah rumah tangga yang menduduki luasan
spasial atau ruang tertentu dengan sumber daya kepemilikan indukan sapi untuk
menghasilkan susu dan olahan produk susu. Setiap rumah tangga peternak sapi yang
sebagai spasial peternakan yang sedang berproduksi laktasi dengan total populasinya
pada tahun 2019 mencapai 120 ekor. Secara umum di dusun ini produksi laktasinya
10-20 liter/ekor/hari dengan masa produksi 6-9 bulan. Posisi indukan sapi yang sudah
laktasi berada di dalam rumah tangga penduduk Dusun Singolangu. Tidak di lepas
2. Potensi wisata adalah sejumlah objek yang menjadi daya tarik pengunjung atau
wisatawan menduduki luasan spasial atau ruang tertentu dengan daya dukung yang
dimilikinya meliputi objek wisata Telaga Sarangan dan objek wisata Lawu. Objek
pengunjung wisatawan untuk menikmati panorama telaga, wahana air dan sarana
rekreasi keluarga lainnya. Sedangkan objek wisata Lawu merupakan objek rekreasi
alam akan keindahan pemandangan Gunung Lawu dan kaldera Lawu. Para
jalan setapak untuk mencapai Puncak Lawu merupakan destinasi wisata yang
wisatawan mancanegara. Objek Puncak Lawu mempunyai bentang spasial sangat luas
pilihan jalur petualangan-nya pun juga tersebar di beberapa titik. Berbeda dengan
objek Telaga Sarangan yang terkonsentrasi pada luasan spasial terbatas yang
3. Potensi spasial kampung susu lawu adalah sejumlah objek dari perencanaan konsep
yang menduduki luasan spasial atau ruang tertentu untuk diproyeksikan sebagai
entitas bisnis dalam pengembangan wisata Lawu edukasi ternak. Entitas bisnis ini
yang mampu mempunyai peluang usaha adalah : entitas kuliner, puncuk ringin,
badan hukum untuk mengelola kuliner untuk diperjual belikan kepada pengunjung di
KSL. Objek ini berupa bangunan permanen milik aset Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Magetan yang dikelola secara BOT (Bill Operated Transfer).
BOT ini ditawarkan kepada pihak korporasi, koperasi maupun perorangan melalui
ikatan kontrak perjanjian dalam kurun waktu tertentu yang disepakati antara dinas
Entitas puncuk ringin adalah aset pemerintah daerah Kabupaten Magetan yang
indukan sapi dan pedet (anak sapi) yang dilepas liarkan (ranching) di KSL sebagai
langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal peremajaan,
Entitas lembu pohan adalah indukan sapi atau pedet milik aset Dinas
objek wisata di KSL. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan menunjuk
langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal pembesaran,
pemeliharaan dan operasionalisasi indukan sapi saat laktasi dari 6 sampai dengan 9
Entitas lahan parkir adalah aset pemerintah daerah Kabupaten Magetan untuk
memfasilitasi 3 taman meliputi taman Brawijaya, taman Loliop dan taman Sendang
Magetan menunjuk langsung manajemen entitas ini kepada pengelola KSL dalam hal
pengaturan, penataan dan operasionalisasi sebanyak 64 uit kendaraan roda empat dan
memfasilitasi sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua di KSL. Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Magetan menunjuk langsung manajemen entitas ini kepada
pengelola KSL dalam hal peremajaan, penataan, dan pemeliharaan taman tipe
Telaga
produk sarangan
olahan
Susu Potensi Potensi
Spasial Spasial Wisata
Peternakan Gunung
Lawu
Indukan
sapi
Potensi Lembu
Spasial KSLo pohan
Susu
segarn
Kuliner Taman
n n Lahan
parkir
Puncuk
ringin
edukasi ternak, Kabupaten Magelang meliputi kesesuaian lingkungan peternakan dan daya
dukung lahan pemanfaatan. Tata guna lahan (landuse) yang berada berada di sekitaran
Kecamatan Plaosan meliputi lahan pertanian, lahan pemukiman, lahan pendidikan, lahan
peternakan, lahan konservasi hutan dan lahan pemerintah daerah. Dalam perkembangan
terakhir, lahan pemerintah ini telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan akibat
dari adanya aktivitas Kecamatan Plaosan tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi perubahan
dan objek wisata ternak untuk pengembangan wisata Lawu. Optimalisasi lahan ini diberikan
ikon Kampung Susu Lawu (KSL) yang telah dirancang landscape melalui kegiatan konsep
perencanaan.
Potensi brand Kampung Susu Lawu (KSL) di Dusun Singolangu dapat dilihat
berdasarkan pada informasi tentang kelayakan secara umum dan kelayakan secara teknis.
Kelayakan umum suatu lokasi didasarkan atas beberapa kriteria atau dimensi yaitu
kebijakan dan pemasaran. Ketujuh dimensi tersebut merupakan dimensi kunci dalam menilai
secara umum kelayakan lokasi yang tepat untuk kampung susu lawu. Sedangkan kelayakan
secara teknis berkaitan dengan aspek sosial ekonomi, teknologi dan sumberdaya yang
terdapat berbagai satuan usaha dalam peternakan sapi perah di antaranya usaha indukan sapi,
kuantitas dan kualitas susu segar dan teknologi pakan ternak serta pelepas liaran sapi perah
(ranching) sapi.
Tabel 1. Indikator dimensi kelayakan umum Pengembangn Wisata Lawu Edukasi Ternak
Data atau informasi dikumpulkan baik melalui metode survei maupun FGD (Focus
(Purposive sampling) yang terdiri dari Dinas Peternakan dan Perikanan, koperasi peternak
sapi perah Dusun Singolangu, peternak sapi perah, pengolah produk susu segar, eksportir,
digunakan metode analisis deskriptif tabulatif. Penilaian studi kelayakan kampung susu lawu
yang berbasis komoditas menggunakan analisis nilai rentang/gap analysis berdasarkan nilai
indeks komposit (IK). Adapun kategori nilai indeks komposit adalah sebagai berikut : 0 - 0.3
termasuk kategori rendah, 0,31 - 0,6 kategori sedang dan 0,61-1 termasuk kategori tinggi
(Tabel 2).
Dimensi infrastruktur secara umum menggambarkan seberapa jauh kesiapan lokasi untuk
diklaim sebagai kampung susu lawu. Selain itu, pengetahuan terkait kondisi eksisting dimensi
ini juga dapat melihat rentang (gap) yang terjadi antara kondisi eksisting dengan kondisi ideal
mencakup beberapa hal terkait sarana dan prasarana yang saat ini tersedia.
Parameter yang dimaksud antara lain tentang kondisi umum jalan tingkat kabupaten,
jalan arteri, kandang sapi perah, lingkungan peternakan dan air bersih, kondisi saluran
drainase, sarana penyimpanan pakan, pabrik pakan, koperasi, pasokan listrik, saluran
komunikasi, BBM, penjual sarana produk (pedet, pakan dan obat-obatan), transportasi
tersebut semakin siap secara infrastruktur untuk dijadikan kampung susu lawu dengan
Kampung susu lawu sebagai kandidat kampung susu lawu memiliki nilai komposit untuk
dimensi infrastruktur sebesar 0,65. Nilai komposit sebesar 0,65 masuk ke dalam kategori
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara umum kampung susu lawu sebagai
kandidat objek destinasi wisata cukup layak, namun masih perlu untuk ditingkatkan
beberapa hal terkait infrastruktur.
No Parameter
1 Kondisi umum jalan kabupaten dan jalan arteri dari pusat objek wisata (Telaga
Sarangan, Pendakian Gunung Lawu) ke kampung susu lawu (KSL)
2 Ketersediaan, kecukupan dan kualitas lingkungan untuk indukan sapi perah
3 Ketersediaan, kecukupan dan kualitas air bersih (untuk konsumsi rumah tangga
sapi perah dan olahan produk susu)
4 Saluran drainase
5 Sarana penyimpanan susu segar
6 Indukan sapi
7 Koperasi dan Unit peternakan masyarakat (inseminasi buatan/IB)
8 Pabrik pakan
9 Unit Pengolahan produk susu
10 Pasokan listrik
11 Saluran komunikasi
12 BBM
13 Penjual sarana produksi (indukan sapi)
14 Penjual sarana produksi (pakan)
15 Penjual sarana produksi (Obat-obatan)
16 Fasilitas transportasi darat untuk Pengiriman susu segar
Dimensi peternak dan bisnis menggambarkan seberapa jauh rentang (gap) antara
kondisi eksisting kesiapan peternak dan bisnis dengan kondisi ideal yang diharapkan.
Dimensi peternak dan bisnis tersusun dari parameter-parameter yang mencakup beberapa hal
Parameter yang berkaitan dengan peternak dan bisnis antara lain adalah tentang
komposisi peternak di sekitar kampung susu lawu sampai tingkat kecamatan, peranan
perempuan pada usaha indukan sapi dan pemasaran, penduduk lokal yang berperan sebagai
peternakan, pedagang/pemasar susu dan produk susu, pengolah produk susu, teknisi peternak,
(homestay) dan investasi usaha peternakan, serta informasi tentang keuntungan usaha dan
prospek pasar.
Upaya untuk meningkatkan dimensi peternak dan bisnis dapat dilakukan dengan cara
memberikan akses terhadap permodalan yang lebih besar oleh Dinas Peternakan dan Perikan
Kabupaten Magetan terhadap peternak indukan sapi perah/dara. Stimulan ini berupa bantuan
usaha peternakan seperti bantuan indukan sapi berkualitas, bimbingan teknis tahunan,
bantuan peralatan dan obat-obat bagi ternak dan lain sebagainya. Upaya ini dapat dilakukan
kemitraan dengan pelaku usaha peternakan sapi perah. Kemitraan dan program
pemberdayaan ekonomi di tingkat desa dapat menggunakan anggaran yang dialokasikan dari
dana desa.
No. Parameter
1 Komposisi peternak di sekitar Dusun Singolangu
2 Peran perempuan terhadap aktifitas usaha peternakan dan pemasarannya
3 Penduduk yang berperan sebagai peternak sapi perah
4 Penduduk yang berperan dalam pemasaran susu segar kampung susu lawu
5 Penduduk yang berperan sebagai pengusaha pengolah produk susu
6 Penduduk yang berperan sebagai buruh peternak pada KSL
Penduduk yang berperan sebagai penyedia jasa transportasi distribusi hasil
7
peternak sapi perah
8 Penduduk yang berperan sebagai penyedia (peralatan, pakan, obat-obatan)
9 Komposisi penduduk yang berperan sebagai penyedia jasa permodalan
10 Mata pencaharian penduduk sebagai peternak
11 Investasi usaha peternakan sapi perah
12 Keuntungan usaha
13 Prospek pasar
Gambaran terkait rentang (gap) antara kondisi eksisting lingkungan peternakan dengan
peternakan terdiri dari dua parameter, yaitu lingkungan peternakan dan kemampuan sumber
daya manusia (SDM). Semakin rendah nilai indeks komposit menunjukkan bahwa kesiapan
SDM yang kurang dalam menyongsong pengembangan kampung susu lawu serta makin
Nilai komposit dimensi sumber daya di Dusun Singolangu masuk dalam kategori
SEDANG, yaitu sebesar 0,59. Kemampuan SDM di Dusun Singolangu masuk dalam
kategori cukup untuk pengembangan kampung susu lawu, namun demikian masih
dapat ditingkatkan lebih jauh dengan dilakukan bimbingan teknis dari sumber-sumber
pengetahuan dan teknologi, terutama peternakan sapi perah. Sementara parameter
lingkungan peternakan masuk dalam kategori sedang, namun tercatat masalah utama
parameter lingkungan peternakan adalah terkait ketersediaan dan kualitas lingkungan
peternakan untuk usaha peternakan sapi perah.
No Parameter
1 Ketersediaan lingkungan peternakan
2 Kemampuan sumber daya manusia (SDM) pengembangan kampung susu lawu
eksisting kelembagaan dengan kondisi yang ideal untuk kampung susu lawu. Dimensi ini
terdiri dari tiga parameter, yaitu kelembagaan dalam mendukung program kampung susu
peternakan sapi perah. Kelembagaan dalam hal ini dipahami bukan hanya sebatas pada
institusi ataupun organisasi seperti kelompok peternakan saja, namun juga termasuk aturan-
aturan yang tersedia diantaranya konsep perencanaan (concept plan) kampung susu lawu dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Magetan. Semakin tinggi nilai indeks
komposit menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin siap secara kelembagaan dengan
kelengkapan berbagai aturan-aturan yang diperlukan untuk dijadikan kampung susu lawu
No Parameter
1 Bentuk kelembagaan dalam mendukung program kampung susu lawu
2 Kelembagaan resolusi konflik
3 Bentuk kelembagaan dalam mengelola wisata kampung susu lawu
pengembangan wisata lawu edukasi ternak melalui penetapan brand kampung susu lawu
dengan kondisi ideal terangkum dalam dimensi teknologi. Dimensi teknologi ini terdiri dari
panen, serta teknologi transportasi. Indeks komposit yang tinggi menunjukkan tingkat
efisiensi teknologi yang digunakan oleh masyarakat semakin baik. Dimensi teknologi sangat
No PARAMETER
1 Teknologi peternakan untuk mendukung kampung susu lawu
2 Teknologi pengolahan produk susu dan pasca panen
3 Teknologi transportasi
di lokasi. Dimensi kebijakan terdiri dari delapan parameter antara lain terkait dengan
ketersediaan dokumen-dokumen legal yang telah tersedia serta persepsi atas dukungan
Kabupaten Magetan.
No Parameter
1 Dokumen tentang tata ruang di Kabupaten
2 Dokumen tentang persil tanah pemerintah daerah
3 Sosialisasi tentang kampung susu lawu
4 Dukungan OPD terhadap pengembangan kawasan kampung susu lawu
5 Dukungan DPRD terhadap pengembangan kawasan kampung susu lawu
6 Kebijakan Pemda Kabupaten
7 Kebijakan Dinas Dislaknak
8 Kebijakan dalam mengantisipasi perubahan iklim
eksisting pemasaran dengan idealnya untuk upaya pengembangan kampung susu lawu.
Dimensi pemasaran ini terdiri atas enam parameter. Keenam parameter tersebut adalah satu
parameter terkait dengan kondisi pemasaran hasil produk susu, dan lima parameter terkait
Sebagai misal, berdasarkan hasil analisis nilai komposit terhadap enam parameter,
diketahui nilai indeks komposit dimensi pemasaran di Dusun Singolangu sebesar 0,76.
Nilai indeks komposit dimensi ini masuk dalam kategori tinggi. Tercatat bahwa akses
transportasi dan jaringan pemasaran baik di dalam maupun luar kecamatan sudah
memadai. Satu-satunya akses dan jaringan pemasaran yang belum terbentuk adalah
akses pasar ekspor ke luar kabupaten Magetan. Dimensi pemasaran ini juga
memberikan gambaran potensi pasar untuk susu segar sangat tinggi.
No Parameter
1 Pemasaran hasil olaham produk susu
2 Akses transportasi pemasaran susu segar
3 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar kawasan kampung susu lawu
4 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar kabupaten
5 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar propinsi
6 Akses transportasi pemasaran susu segar ke luar negeri
Kelayakan teknis kampung susu lawu dilihat dari tiga dimensi kelayakan, yaitu sosial
ekonomi, teknologi dan sumber daya. Sementara unit usaha yang diberikan penilaian dan
analisis kelayakan teknisnya meliputi unit usaha penjualan indukan bunting/dara bunting,
susu segar, dan pengolahan produk susu. Nilai komposit rata-rata dari semua aspek tersebut
merupakan indikator kelayakan secara teknis dari suatu lokasi. Adapun kisaran nilai dan
kategorinya adalah sebagai berikut: 0-0,3 (rendah), 0,31-0,6 (sedang), 0,61 – 1 (tinggi).
Pembesaran indukan sapi merupakan salah satu unit usaha utama di sisi hulu yang
akan menentukan seberapa besar sapi indukan sapi menghasilkan volume susu segar maupun
kualitas susu segar. Pemberian konsentrat sebagai pakan tambahan sangat mempengaruhi
produktivitas susu sapi. Produksi susu segar lebih banyak dengan menambahkan konsentrat
sebelum sapi diperah. Konsentrat yang diberikan berupa campuran dedak dan ampas tahu.
Salah satu produksi susu rendah (rata rata kurang dari 6 liter/ekor/hari) disebabkan pemberian
kosentrat yang tidak sesuai kebutuhan ternak. Pemberian konsentrat tanpa tambahan mineral
usaha dan distribusi manfaat ekonomi. Sementara dimensi teknologi terdiri dari dua
parameter, yaitu efisiensi (volume susu segar yang dihasilkan per indukan sapi) dan skala
teknologi. Sedangkan dimensi peternakan sapi juga terdiri dari dua parameter, yaitu
Dimensi ekonomi pada indukan sapi menggambarkan besaran keuntungan dan nilai
RC ratio dari usaha indukan sapi. Usaha indukan sapi akan semakin menarik jika mempunyai
nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat Dusun Singolangu.
Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi di
lokasi yang dinilai. Sedangkan kesiapan teknologi sapi perah tergambarkan dari volume susu
segar yang dihasilkan per sapi bunting (jumlah susu segar ukuran 1 ekor per induk betina
potensial masuk dalam kategori layak) serta tingkat skala teknologi indukan sapi yang
Hasil analisis komposit kelayakan teknis unit usaha indukan sapi perah di Dusun
Singolangu memiliki nilai komposit sebesar 0,55 atau masuk dalam kategori sedang.
Dimensi sosial ekonomi dan dimensi sumber daya memiliki nilai tinggi, sementara
dimensi teknologi memiliki nilai rendah. Berdasarkan hasil analisis, secara ekonomi unit
usaha indukan sapi memiliki keuntungan ekonomi besar. Nilai rata-rata RC ratio yang
diperoleh untuk usaha indukan sapi sebesar 4,27. Dimensi teknologi rendah disebabkan
teknologi indukan sapi yang digunakan masih bersifat intensif dengan tingkat efisiensi
dalam menghasilkan volume susu segar belum optimal. Hal ini disebabkan karena
jumlah dan kualitas induk sapi yang kurang mencukupi.
No Dimensi Parameter
a. RC Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat
a.lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas induk
Indukan sapi dalam kandang dalam rumah umumnya menggunakan dasar semen.
Kelayakan teknis indukan sapi perah terdiri dari tiga dimensi, yaitu sosial ekonomi, teknologi
dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua parameter, yaitu RC ratio dan juga
distribusi manfaat. Dimensi teknologi terdiri dari dua parameter, yaitu nilai volume susu
segar per indukan sapi dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber daya juga terdiri atas
dua parameter yaitu volume/kuantitas dan kualitas susu sugar, serta kualitas indukan sapi
perah.
dan nilai RC ratio dari usaha pembesaran indukan sapi. Usaha pembesaran indukan sapi
hingga menghasilkan susu segar akan semakin menarik jika mempunyai nilai keuntungan >
Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat destinasi wisata di Dusun Singolangu.
Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.
Dimensi teknologi diwakili dengan nilai rasio susu < 1,2 sedangkan skala teknologi didekati
dan > 75 liter susu segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta
kualitas indukan sapi menunjukkan tingkat kelayakan sumberdaya dari usaha indukan sapi.
Hasil analisis komposit diperoleh bahwa nilai kelayakan teknis pembesaran indukan
sapi (sapi bunting) di kandang berlantai semen di Dusun Singolangu sebesar 0,65
atau masuk dalam kategori sedang. Dimensi sosial ekonomi merupakan dimensi
yang tertinggi, sementara dimensi sumber daya adalah dimensi yang terendah. Usaha
indukan sapi di kandang berlantai semen memberikan keuntungan ekonomi yang
besar. Hal ini terlihat dari nilai RC ratio yang rata-rata sebesar 1,43. Nilai
keuntungan usaha di atas 75 liter susu segar sebesar Rp 153.900.000.
Tabel 12. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi rendah (< 2 ekor
sapi)
No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat
a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi
a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi
Kelayakan teknis peternakan sapi perah pada kandang berlantai semen dilihat dari tiga
dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi sosial ekonomi, teknologi dan sumber daya.
Sama halnya dengan indukan sapi, dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua parameter yaitu
volume susu segar dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber daya terdiri dari dua
parameter yaitu volume/kuantitas dan kualitas susu segar, serta parameter kualitas indukan
sapi.
ratio dari usaha indukan sapi. Usaha indukan sapi bunting akan semakin menarik jika
mempunyai nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah kandidat KSL.
Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.
Dimensi teknologi diwakili dengan nilai pakan 1,2-1,5 sedangkan skala teknologi didekati
dengan jumlah indukan sapi < 30 liter susu segar, 30-75 liter susu segar dan > 75 liter susu
segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta kualitas indukan
Hasil analisis komposit diperoleh nilai indeks komposit kelayakan teknis usaha
indukan sapi perah di Dusun Singolangu sebesar 0,58 atau masuk dalam kategori
SEDANG. Nilai komposit tertinggi pada indeks dimensi teknologi dengan skala
teknologi bersifat intensif. Sementara nilai indeks dimensi sosial ekonomi dipengaruhi
dari nilai RC-ratio baik. Umumnya jenis kandang sapi perah berlantai semen
memerlukan investasi dan biaya operasional tinggi. Hal ini menyebabkan sebagian
kecil saja indukan sapi perah berlantai semen. Peternak sapi perah umumnya juga
memiliki usaha lain sebagai distributor pedet, pakan, dan sapi afkir atau sapi tua.
Sehingga distribusi manfaat ekonomi banyak terkonsentrasi pada satu pihak saja
karena seluruh simpul usaha dikuasai.
a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi
a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi
Kelayakan indukan sapi perah pada kandang lantai bersemen dinilai dari tiga dimensi,
yaitu sosial ekonomi, teknologi dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari dua
parameter, yaitu RC ratio dan juga distribusi manfaat. Dimensi teknologi terdiri dari dua
parameter, yaitu volume susu segar per ekor dan skala teknologi. Sementara dimensi sumber
daya juga terdiri atas dua parameter yaitu kuantitas dan kualitas susu segar, serta kualitas
indukan sapi.
Dimensi ekonomi pada indukan sapi menggambarkan besaran keuntungan dan nilai RC
ratio dari usaha indukan sapi bunting. Usaha indukan sapi bunting akan semakin menarik jika
mempunyai nilai keuntungan > Upah Minimum Regional (UMR) di daerah KSL.
Selanjutnya, nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha indukan sapi.
Dimensi teknologi diwakili dengan nilai rasio pakan 1,2 - 1,5 sedangkan skala teknologi
diwakili dengan kuantitas susu < 30 liter susu segar, 30-75 liter susu segar dan > 75 liter susu
segar. Sedangkan kuantitas dan kualitas susu segar yang digunakan serta kualitas indukan
Tabel 14. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis indukan sapi tinggi (> 15 ekor
sapi)
No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat
a. rasio pakan
2 Teknologi
b. Skala teknologi
a. Lingkungan peternakan
3 Sumber Daya
b. Kualitas indukan sapi
Kelayakan teknis pengolahan produk susu dinilai berdasarkan tiga dimensi, yaitu sosial
ekonomi, teknologi dan sumber daya. Dimensi sosial ekonomi terdiri dari parameter RC-ratio
dibandingkan produk susu yang sudah berkembang dan distribusi manfaat. Sementara
dimensi teknologi dilihat dari dua parameter yaitu efisiensi produksi yang ditunjukkan
dengan HPP (harga pokok produksi) dibandingkan produk susu yang sudah berkembang,
serta skala teknologi. Dimensi sumber daya dilihat dari dua parameter, yaitu kemampuan
Nilai RC > 1 menunjukkan adanya kelayakan melakukan usaha produk susu. Jika
dibandingkan dengan nilai RC dari pengolahan susu yang ada nilainya > 1 maka berarti
Efisiensi produk yang dihitung berdasarkan nilai HPP akan menggambarkan kemampuan
penjualan. Jika dibandingkan dengan HPP olahan yang ada maka jika nilainya < 1 berarti
Hasil analisis nilai kelayakan teknis usaha pengolahan produk susu sebesar 0,58 atau
masuk dalam kategori SEDANG. Dimensi sosial ekonomi berupa potensi keuntungan
usaha berbasis susu segar dibandingkan dengan usaha produk susu terlihat lebih baik.
Keuntungan lebih jauh dapat diperoleh jika menggunakan prinsip nir-limbah yang
dapat dijadikan produk turunan susu segar lainnya. Sementara ketersediaan bahan
baku untuk susu segar sebenarnya masih mencukupi, mengingat sering kali susu segar
terjadi over supply yang menyebabkan harga turun. Usaha pengolahan dengan prinsip
nir-limbah menjadi salah satu alternatif untuk menambah nilai pada produk olahan
berbahan susu segar.
Tabel 15. Indikator dimensi dan parameter kelayakan teknis pengolahan produk susu
No Dimensi Parameter
a. RC-Ratio dibanding susu segar
1 Sosial Ekonomi
b. Distribusi manfaat
a. SDM
3 Sumber Daya
b. Ketersediaan susu segar
Kelayakan suatu daerah menjadi kampung susu lawu harus memenuhi persyaratan
layak secara umum dan layak secara teknis mulai hulu hingga hilir dari suatu usaha
peternakan indukan sapi perah. Pada persiapan pengembangan kampung susu lawu (KSL),
nilai kelayakan umum SEDANG menjadi persyaratan minimal yang hendaknya dipenuhi ada
di kawasan yang direncanakan agar tidak banyak usaha yang harus dilakukan. Hal ini
dikarenakan dimensi yang berkaitan dengan kelayakan umum sering memerlukan peranan
dan koordinasi instansi terkait lainnya. Sedangkan untuk kelayakan secara teknis, nilai yang
dikategorikan RENDAH masih bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk destinasi objek
wisata baru yang tidak berkaitan dengan kondisi harga pasar mengingat teknologi peternakan
Penyusunan strategi untuk pengembangan kampung susu lawu dapat dilakukan dengan
Strategi yang pertama memerlukan usaha yang lebih banyak termasuk anggaran sedangkan
untuk strategi yang kedua relatif lebih mudah dilaksanakan dengan pembiayaan yang ada.
Ada tujuh dimensi yang termasuk dalam bagian kelayakan umum yaitu infrastruktur,
Untuk memudahkan ke semua dimensi mempunyai kontribusi yang sama besar sehingga
dimensi yang mempunyai nilai paling kecil perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius.
diperlukan dan berkaitan langsung pada bisnis usaha kampung susu lawu. Dimensi
masyarakat dan bisnis ditingkatkan dengan strategi meningkatkan minat masyarakat lokal
untuk menjadi peternakan indukan sapi perah yang bergantung pada tingkat keuntungan.
peternakan yang digunakan untuk usaha indukan sapi perah melalui perbaikan di bagian hulu
peternak sapi perah melalui pendampingan dari tenaga ahli hingga sukses dalam menjalankan
usaha peternakan. Usaha ini perlu didukung dengan perbaikan pada dimensi kelembagaan
melalui pembentukan unit yang menangani dan meningkatkan sumberdaya serta mendukung
penerapan teknologi yang tepat guna dan dibutuhkan oleh peternakan indukan sapi perah
yang berkaitan langsung dengan peternakan indukan sapi perah maupun pasca panen dan
dilakukan melalui pembuatan berbagai aturan dan kemudahan dalam mengakses pasar,
sehingga akan mempercepat dan membantu kesuksesan program kampung susu lawu
tersebut.
Pilihan Strategi
No Dimensi
Nilai Rendah Nilai Sedang Nilai Tinggi
1 Infrastruktur Pengembangan sapras Penguatan sapras Penguatan sapras
2 Masyarakat Pengembangan peran Penguatan peran Penguatan peran
dan bisnis serta masyarakat serta masyarakat serta masyarakat
Terdapat tiga dimensi pada kelayakan teknis yaitu sosial ekonomi, teknologi dan
sumberdaya yang berkaitan dengan usaha indukan sapi, kualitas dan kuantitas susu segar
serta pengolahan produk susu. Nilai ekonomi menjadi penarik utama bagi peternak dalam
menjalankan usaha peternakan sapi perah. Usaha indukan sapi umumnya mempunyai tingkat
RC-ratio yang tinggi dan durasi yang lebih cepat dibandingkan dengan memulai usaha
pembesaran dari usia pedet sapi (anak sapi), namun besaran total nilainya relatif lebih kecil
dibandingkan yang diperoleh dari pembesaran seiring dengan modal yang dibutuhkan.
Selanjutnya usaha pengolahan produk susu tergantung pada pasokan susu segar hasil
peternakan sapi perah sehingga akan dapat menekan HPP jika pasokan susu segar berlimpah
Strategi yang perlu dilakukan untuk dimensi sosial ekonomi dalam kelayakan teknis
adalah dengan mengurangi jalur rantai produksi hingga pemasaran serta adanya distribusi
keuntungan yang adil dalam setiap simpul di rantai usaha peternakan sapi perah. Untuk
dimensi teknologi, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transfer teknologi
melalui berbagai cara dalam rangka mendapatkan teknologi tepat guna yang lebih efisien.
kondisi lingkungan baik indukan sapi maupun susu segar yang digunakan dalam usaha
peternakan sapi perah, serta pengembangan kualitas susu segar dan produk pengolahan susu.
Pilihan Strategi
No Dimensi
Nilai Rendah Nilai Sedang Nilai Tinggi
1 Sosial Perbaikan efisiensi Penguatan efisiensi Penguatan
Ekonomi rantai produksi dan rantai produksi dan efisiensi dan
pemasaran pemasaran perluasan rantai
produksi dan
pemasaran
2 Teknologi Perbaikan dan Penguatan efisiensi Penguatan
penguatan teknologi tepat efisiensi teknologi
teknologi tepat guna tepat guna
guna
3 Sumber Daya Perbaikan kondisi Penguatan kondisi Penguatan kondisi
kualitas dan kualitas dan kualitas dan
kuantitas sumber kuantitas sumber kuantitas sumber
daya serta sumber daya serta sumber daya serta sumber
bahan baku bahan baku bahan baku
yaitu aspek peternakan, aspek pengolahan produk susu, aspek sosial ekonomi, dan aspek
Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek peternakan dilakukan
melalui:
1. Optimalisasi peranan koperasi dan kantor Inseminasi Buatan (IB) dalam menghasilkan
indukan sapi
peternakan sapi perah yang dilakukan oleh akademisi dan pelaku usaha terhadap
teknisi atau operator inseminasi buatan dan pelaku usaha peternakan sapi perah.
atau perkumpulan atau asosiasi peternak sapi dengan pendampingan tenaga ahli dari
Teknologi tepat guna merupakan aspek penting dalam aspek pengelolaan indukan
sapi, salah satunya teknologi yang mampu membersihkan sapi dan pengeringan sapi laktasi
lebih efesien dalam penggunaan air dan lebih cepat proses penanganannya. Secara umum
peternak membersihkan kandang 2 kali/hari dengan memanfaatkan air PDAM dan air sumur.
Ketersedian air memadai di lokasi kandang sehingga tidak menyulitkan peternak dalam
mengambil air. Kondisi sapi perah harus dibuat bersih dan senyaman mungkin. Peternak
membersihkan sapi dua kali sehari sebelum pemerahan. Bagian yang dibersihkan meliputi
sekitar lipat paha dan bagian belakang harus dibersihkan untuk mencegah kotoran yang
menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh kedalam susu pada waktu sapi diperah.
Kebersihan sapi sangat penting demi menjaga kualitas susu segar dan kesehatan ternak.
Pengeringan sapi laktasi dilakukan dua bulan sebelum beranak. Selain itu juga teknologi tepat
guna ini yang lainnya dalam membersihkan kandang, cara pemerahan, penanganan pasca
panen, pemeliharaan pedet dan indukan. Hal yang penting lainnya teknologi informasi
Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek pengolahan hasil
bantuan sarana dan prasarana pengolahan produk susu yang tepat guna;
c. OPD Kabupaten terkait memfasilitasi sertifikasi produk susu pada skala masyarakat;
Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek sosial ekonomi
dilakukan melalui:
a. Dinas Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Dinas Peternakan dan Perikanan
pemasaran dengan bantuan aplikasi daring online dan aplikasi daring off line untuk
meningkatkan pangsa pasar produk susu segar dan produk olahan susu;
b. Dinas Peternakan dan Perikanan melakukan advokasi produk olahan susu dan
Strategi pengembangan kampung susu lawu ditinjau dari aspek sarana dan saluran
a. Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas PUPR melakukan koordinasi terkait
b. Dinas Peternakan dan Perikanan dan Dinas PUPR membentuk dan menguatkan
dan kesehatan sapi perah. Secara umum di Dusun Singolagu kandang terbuat dari kayu,
beratap seng, berlantai semen dan menghadap arah matahari terbit. Tinggi atap kandang
hanya 2 m dan tidak ada luasan yang memungkinkan ruang bebas ternak bisa bergerak yang
mengakibatkan berpontensi memiliki efek cedera dan gangguan terhadap kesehatan kaki sapi
perah. Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan
kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu
sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab
(kelembaban ideal 60%-70%), lantai kandang selalu kering atau menggunakan bantalan karet
agar tidak licin, tempat pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia
sepanjang hari. Namun ada permasalahan terkait saluran drainase saluran drainase terlalu
kecil mengakibatkan air yang berasal dari pembersihan kandang dan pemandian sapi berjalan
tidak lancar. Selain itu juga gorong-gorong yang sempit dan kemiringan yang landau
mengakibatkan air yang bercampur kotoran mengalir menjadi lambat. Pada saat musim
kemarau, debit air PDAM maupun sumur tidak memadai dikarenakan hampir 120 ekor
indukan sapi di sekitaran Dusun Singolangu menggunakan air secara bersamaan. Karena
debit air kurang tersebut maka saluran akhir drainase tidak memiliki pembuangan sehingga
Secara fisiografi Kabupaten Magetan termasuk zona Randublatung dan depresi tengah
Jawa serta Zona Gunungapi Kuarter meliputi G. Lawu (Bemmelen, 1949). Bentang alam
Kabupaten Magetan terdiri dari Perbukitan volkanik Kwarter dan Perbukitan volkanik
Tersier. Perbukitan volkanik Kwarter dengan sumber erupsi utamanya G. Lawu mempunyai
penyebaran terluas di wilayah Kabupaten Magetan, diawali dari puncak G. Lawu, menyebar
Kabupaten Magetan dapat dibagi menjadi lima satuan bentuk lahan yaitu:
1. Dataran Aluvial melampar di sebelah utara sampai selatan di bagian timur Kabupaten
2. Kaki Gunung api melampar di bagian utara ke selatan sampai bagian tengah
3. Lereng Gunung api terdapat dibagian tengah wilayah yang melampar luas dari utara
permukaan laut.
4. Kerucut Gunung api terletak di sebelah timur Kabupaten Magetan yang berketinggian
antara 550-3265 m diatas permukaan laut dan G. Lawu merupakan puncak tertinggi.
karakteristik lereng, Kabupaten Magetan terdiri dari beberapa klas kelerengan, yaitu:
1. Kemiringan 0-5 % (0-3°), merupakan wilayah datar dengan luas 180.17 km2 atau
luas 146.56 km2 atau 20.71% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.
luas 189.90 km2 atau 26.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.
wilayah 128.47 km2 atau 18,15% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.
luas wilayah 62.52 km2 atau 8.83% dari luas wilayah Kabupaten Magetan.
Bentuk lahan daerah Magetan ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari analisa
peta topografi yang meliputi bentuk pola kontur, kerapatan kontur, arah sungai, dan pola
pengaliran serta hasil pengamatan langsung keadaan lapangan yang meliputi bentukan lahan
Dalam pengembangan wisata Lawu edukasi ternak dibutuhkan lahan pendukung yang
wisatawan seputar taman kampung susu lawu di bawah pengelolaan KSL, yang terdiri dari ;
3. Lembu Pohan.
pengunjung wisatawan akan kualitas oksigen, kualitas air bersih dan kesegaran taman KSL di
1. Taman Brawijaya,
wisatawan terkait profile, peta dan destinasi wisata Kabupaten Magetan yang terdiri dari ;
3. Griyo Pertemuan.
Entitas bisnis adalah objek yang mempunyai potensi peluang retribusi pendapatan
bagi kelangsungan dan keberlanjutan pengelolaan wisata ternak kampung susu lawu (KSL)
3. Griyo Singolangu.
No Entitas Deskripsi
Bisnis
1 Lahan Ruang terbuka yang memfasilitasi kendaraan roda empat dan
Parkir kendaraan roda dua sebagai moda untuk membawa pengunjung dari
kendaraan dan ke lokasi tujuan.
Pengembangan wisata Lawu edukasi ternak tercakup dalam rencana tata ruang
Kabupaten Magetan. Aktivitas pada kawasan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan
ekologis yang ada. Selain dari faktor ekologis, aktivitas pemanfaatan pada kawasan ini juga
dipengaruhi oleh faktor lain yakni kondisi sosial dan ekonomi. Proses penentuan kesesuaian
lahan dilakukan dengan membandingkan parameter penentu kesesuaian lahan dengan kondisi
eksisting, melalui teknik tumpang susun (overlay) dan analisis tabular dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Metode ini proses penentu kesesuaian lahan harus dilakukan
eksisting, melalui teknik tumpang susun (overlay) dan analisis tabular dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis,
dipersyaratkan. Hasil analisis kesesuaian lahan menjadi bahan bagi analisis selanjutnya
misalnya daya dukung, analisis kapasitas asimilasi dan analisis kelayakan usahanya. Adapun
mendukung pertumbuhan dan kelangsungan indukan sapi dan pedet. Mengacu pada konsep
ini, maka daya dukung merupakan tingkat pemanfaatan ekosistem secara berkesinambungan
Daya dukung wisata adalah menghitung jumlah maksimum pengunjung secara fisik
yang mampu ditampung di sekitaran daya dukung KSL (a), daya dukung peternakan sapi
perah (b), daya dukung Gunung Lawu (c), daya dukung Telaga Sarangan (d) dan daya
dukung Non-KSL (e) pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
manusia. Daya dukung Non-KSL mempunyai arti tidak ada individu yang berkunjung ke
kampung susu lawu. Berikut daya dukung yang dinyatakan dalam formulasi sebagai berikut:
𝑑 𝑇1
W = px 0.45 x 𝑇2
Nilai potensi entitas (p) adalah hubungan keterikatan antara objek di dalam suatu
lokasi yang dikunjungi oleh wisatawan dengan nilai bobot potensi sebagai berikut ; KSL=5 ;
Kepadatan individu (d) adalah total individu yang mengunjungi kawasan kampung
susu lawu pengunjung yang mendiami luasan poligon entitas per satuan waktu. Konstanta
luasan poligon entititas adalah 0,45 yang diperoleh dari asumsi total luasan kampung susu
lawu seluas 4500 m2 dibagi dengan 10.000 individu yang mendatangi ke KSL setiap
tahunnya, meliputi luasan poligon KSL, luasan poligon peternakan sapi perah, luasan poligon
Waktu individu (T) adalah waktu yang habiskan oleh indvidu dibagi total waktu yang
disedikan pada entitas poligon. Waktu KSL = 8 jam, waktu peternakan sapi = 6 jam, waktu
Nilai potensi daya dukung mempunyai hubungan linear terhadap waktu individu yang
mendiami di KSL. Semakin lama waktu individu yang mengunjungi kampung susu lawu
maka semakin besar individu mengapresiasi potensi suatu objek. Seperti contoh untuk nilai
potensi KSL yang bernilai 5, estimasi waktu individu terlama akan mendiami sekitaran KSL
yang mengunjungi kampung susu lawu maka semakin rendah individu mengapresiasi potensi
suatu objek. Seperti contoh untuk nilai potensi KSL yang bernilai 1, estimasi waktu individu
terpendek akan mendiami sekitaran KSL selama 1 jam atau individu tersebut secara singkat
ringin atau lahan pakan sapi : meliputi 3 parameter yaitu ketinggian, jenis tanah, kemiringan
lereng dan ketersediaan sumber air. Ketersediaan rumput alami merupakan sumber utama
pakan. Biaya tinggi menyebabkan pemberian konsentrat tidak konsisten sehingga tidak
memberikan hijauan setelah diperah. Jumlah pemberian pakan hijauan yang dilakukan
sebagian besar peternak berada dalam kategori cukup berdasarkan kebutuhan sapi laktasi
10% dari rata rata bobot badan. Responden peternak memberikan hijauan tidak menimbang
hanya melalui perkiraan disesuaikan dengan bobot badan. Frekuensi pemberian hijauan 2
Analisis kelayakan usaha pengembangan wisata Lawu edukasi ternak Kampung Susu
Lawu dengan menganalisis kebutuhan investasi, umur teknis masing-masing aspek investasi,
kebutuhan biaya operasional setiap tahun, biaya tetap, total biaya, jenis penerimaan,
keuntungan, suku bunga (discount rate), Net present value (NPV), benefit cost ratio (Net
B/C), rate tingkat pengembalian (IRR). Penghitungan analisis kelayakan memerlukan kriteria
investasi yang dapat digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria
investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih
dahulu menyusun aliran tunai didiskontokan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh
Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan
yang ditimbulkan oleh investasi. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama
umur investasi atau merupakan jumlah nilai penerimaaan arus tunai pada waktu sekarang
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Rumus yang digunakan
keterangan:
Bt = Penerimaan tahun ke-t/Benefit year t (Rupiah)
Ct = Biaya tahun ke-t/Cost year t (Rupiah)
n = Umur proyek /Time period (Tahun/Year)
i = Tingkat suku bunga / Discount rate (persen)
t = Periode/ Period (Tahun/Year)
1. NPV ≥ 0 layak/ feasible: berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena
2. NPV = 0 impas/ break even, berarti secara finansial usaha berada pada kondisi break even
3. NPV ≤ 0 tidak layak/ not feasible, berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari
Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dibagi
dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan
manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk
pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai
Net B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya
opportunity capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk
n
Bt − C t
(1 + i )
t =0
t
untuk Bt − C t 0
Net B/C = n
Bt − C t
(1 + i )
t =0
t
untuk Bt − C t 0
keterangan :
Net B/C = Nilai rasio penerimaan-biaya/ Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan pada tahun ke t/ benefit year t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun ke-t/ cost year t (Rupiah)
n = Umur proyek/ time period (Tahun)
i = Tingkat suku bunga/ Discount rate (persen)
Internal Rate Return adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu
proyek/usaha sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan
intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari
tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek/usaha layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika
nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku maka proyek/usaha tersebut tidak
layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai
berikut :
NPV1
IRR = i1 + |NPV | (i1 - i2 )
1- NPV2
keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif/ Positive NPV (Rupiah)
NPV2 = NPV yang bernilai negatif/ Negative NPV (Rupiah)
i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif/ Discount rate at positive NPV
(persen)
i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif/ Discount rate at positive NPV
(persen)
usaha yang dihitung berdasarkan daya dukung entitas bisnis indukan sapi untuk
menghasilkan susu segar, olahan produk susu, pedet dan sapi afkir. Entittas ini sebagai
modal awal yang mampu menggerakan perekonomian skala pedesaan untuk mendukung
pengembangan wisata edukasi ternak. Modal awal ini dianalisis dari kekuatan investasi, biaya
dari pembangunan kandang sapi perah, penyediaan lahan untuk pemeliharaan sapi,
pembangunan taman untuk objek swa foto, sarana pemerasan susu sapi yang higienis, tempat
pengolahan susu segar, pembangunan kafetaria, pembangunan outlet merchandise dan objek
lainnya. Investasi ini diperoleh dari dana hibah dan swadaya masyarakat. Total biaya
investasi yang dibutuhkan 2,25 milyar rupiah. Investasi berupa hibah dari Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Magetan merupakan upaya stimulus untuk menggerakan ekonomi
pedesaan menuju desa mandiri melalui peningkatan indukan sapi berkualitas dan produk dan
produk olahan susu. Sedangkan investasi dari swadaya masyarakat adalah dukungan berupa
pembangunan gedung pertemuan dan perbaikan drainase pembuangan limbah kotoran sapi
Biaya variabel merupakan biaya operasional kampung susu Lawu periode 1 tahun.
Biaya variabel terdiri dari biaya untuk listrik, gaji pegawai atau tenaga kerja, biaya pakan
sapi, konsentrat, obat/vitamin, BBM dan biaya untuk pengemasan. Biaya listrik untuk
operasional kampung lawu dengan kapasitas maksimum 10 kVa diperkirakan 1,2 juta per
bulan. Kapasitas daya 10 kVa digunakan untuk kebutuhan penerangan taman KSL, sistem
pompa taman, dan kebutuhan pendingin produk olahan susu. Perkiraan biaya listrik
operasional tersebut akan meningkat apabila peralatan yang digunakan sebagai pendingin
produk olahan susu mempunyai kapasitas daya yang besar. Oleh karena itu kapasitas dayanya
liter.
Tenaga kerja diperlukan sebanyak 10 orang dengan gaji per bulan 1,8 juta dan
mengalami kenaikan 100.000 per bulannya. Tenaga kerja dibagi berdasarkan keahlian dan
kebersihan, dan tenaga keamanan. Sistem penggajian ini disimulasikan dengan nilai yang
sama dengan berdasarkan proporsi waktu dan kredit beban keterampilan masing-masing
tenaga kerja. Pakan sapi terdiri dari pakan rumput sebanyak 30 kg per ekor sapi per hari.
Dengan demikian untuk 5 ekor sapi diperlukan pakan sebanyak 54 ton per tahun. Konsentrat
diberikan sebanyak 10 kg per ekor per hari. Total konsentrat diperlukan sebanyak 18 ton dan
biaya 72 juta rupiah per tahun. Bahan bakar minyak diperlukan untuk genset dengan
kebutuhan 250 liter per bulan. Pengemasan dan labelisasi adalah label untuk kemasan susu
segar yang dihasilkan pada kampung susu Lawu. Harga label ini sebesar Rp 1.000 per pcs
untuk botol 180 ml. Total biaya yang dibutuhkan operasional kampung susu Lawu adalah
Pemeliharaan kandang meliputi perbaikan mayor dan perbaikan minor. Perbaikan mayor
meliputi perbaikan atap kandang, tiang-tiang dan dinding penyekat diantara kandang dengan
rumah pemilik sapi. Pada umumnya pemilik indukan sapi posisi kandangnya bersebelahan
dangan pemilik sapi. Perbaikan minor dilakukan sebatas perbaikan lantai berbahan semen
yang selalu pecah-pecah diakibatkan oleh pijakan sapi saat berdiri dan berbaring. Biaya
pemeliharaan meliputi biaya perbaikan kandang termasuk kerusakan kecil, cat, penggantian
yang patah dan lain-lain. Biaya perbaikan taman meliputi biaya perawatan tanaman,
perawatan objek swa foto dan lain-lain. Biaya-biaya perbaikan tersebut diluar biaya tenaga
kerja, karena sudah termasuk tupoksi tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya
operasional.
Penerimaan wisata Kampung Susu Lawu terdiri dari penerimaan tiket masuk dengan
harga satuan Rp 20.000 per pengunjung. Penentuan harga ini merupakan simulasi yang
didasarkan total akumulatif dari faktor yang dibebankan pada masing-masing objek KSL.
a. Faktor kebersihan
b. Faktor lingkungan
c. Faktor administrasi
d. Faktor asuransi
terhadap kontribusi seseorang yang mempengaruhi kebersihan pada area KSL. Faktor ini
pengeluaran nilai rupiah yang berkorelasi terhadap kontribusi seseorang dalam mengambil
maanfaat berupa kualitas udara (oksigen) dari vegetasi yang besaran notafikasinya sebesar
Rp. 10.000/orang/dm3. Faktor administrasi merupakan besaran pengeluaran nilai rupiah yang
berkorelasi terhadap beban investasi (inkind) yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah dan
swadaya masyarakat Dusun Singolangu. Faktor ini secara administratif ternotafikasikan pada
pembukuan aset daerah yang disimulasikan sebesar Rp. 2.500/orang/m2. Faktor asuransi
merupakan besaran pengeluaran nilai rupiah yang berkorelasi terhadap jaminan seseorang
yang menggunakan fasilitas pada area KSL. Faktor ini notafikasikan sebesar Rp. 5.000/orang.
Total akumulasi dari keempat faktor di atas adalah Rp.3.500 + Rp. 10.000 + Rp. 2.500 + Rp.
Jumlah pengunjung diperkirakan sebanyak 2.500 orang per bulan. Perkiraan 2.500
pengunjung per bulan ini dengan asumsi bahwa Kabupaten Magetan memiliki objek Telaga
Sarangan dan Puncak Lawu sebagai destinasi wisata yang lokasi bisa ditempuh dengan jalan
kaki maupun kendaraan berjarak 1.5 Km dari Telaga Sarangan. Apabila pengunjung wisata
yang mendatangi Telaga Sarangan per harinya adalah 500 orang, maka diasumsikan
wisatawan atau pengunjung akan mendatangi destinasi Kampung Susu Lawu (KSL) sebesar
16.5% atau 83 orang/hari. Dengan demikian total pengunjung per bulan yang mendatangi
Penerimaan juga diperoleh dari parkir mobil dan parkir motor sebesar Rp 3.000 untuk
mobil dan Rp 2.000 untuk motor. Penjualan susu segar juga merupakan sumber penerimaan
kampung susu Lawu, dengan target 75 liter per hari. Hampir 50% peternak Dusun
Singolangu berternak indukan sapi untuk menghasilkan susu segar yang dikemas dalam
hari liter. Namun indukan sapi yang dipilih hanya 5 ekor dari perwakilan peternak yang
mempunyai lebih dari 5 ekor indukan sapi. Hal ini diasumsikan bahwa kepemilikan lebih dari
5 ekor sapi mampu memberikan kontribusi pengelolaan KSL melalui program pendampingan
teknis KSL. Selain itu juga penerimaan bisa diperoleh dari kafetaria Singolangu yang
menjual berbagai makanan berat seperti nasi rames, nasi goreng, soto, indomie dan beberapa
Harga
No Keterangan Satuan Banyak Total
Satuan
I Penerimaan
Kelayakan investasi Kampung Susu Lawu dengan umur proyek 15 tahun dan tingkat
suku bunga 10% dapat dikatakan layak karena NPV lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar
dari 1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Namun secara nilai, proyek Kampung
Susu Lawu dengan investasi 2,25 milyar selama 15 tahun hampir mendekati titik impas atau
hanya balik modal. Ringkasan nilai kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 27, serta
wilayah yang memasok sekitar 40% dari total sapi di Indonesia. Populasi ternak sapi di
Kabupaten Magetan sebanyak 118.054 ekor yang merupakan populasi tertinggi untuk ternak
besar. Jumlah rumah tangga yang melakukan usaha sapi baik sapi potong maupun sapi perah
Bisnis sapi perah secara kasat mata membutuhkan modal besar dan lahan yang cukup
luas. Berbeda dengan peternak sapi perah di Kabupaten Magetan, melakukan usaha ternak
sapi perah dengan skala kecil. Jumlah sapi yang lebih sedikit misalnya 1 sampai 3 ekor dan
lahan yang sempit, dalam pekarangan rumah. Usaha ternak sapi perah juga dilakukan secara
mengetahui besaran investasi ,penerimaan, biaya usaha, keuntungan dan manfaat bersih yang
diterima oleh pelaku usaha tersebut. Usaha sapi perah yang dilakukan oleh masyarakat
bervariasi jumlahnya mulai dari 1 ekor sampai 15 ekor per peternak. Analisis usaha
dilakukan terhadap peternak dengan jumlah sapi 2 ekor, 5 ekor dan 15 ekor.
Penerimaan usaha sapi perah terdiri dari penjualan susu segar, penjualan pedet dan
penjualan sapi afkir setelah 9 tahun. Harga susu segar bervariasi antara 5.250-5.800 per liter
tergantung kualitas susu yang dihasilkan. Berdasakan hasil wawancara dengan peternak,
sapi) Rp 2.500.000 per ekor dan harga sapi afkir Rp. 17.000.000 per ekor. Total penerimaan
setiap peternak dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki dapat
Tabel 28. Penerimaan usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019
Investasi yang diperlukan untuk usaha sapi perah antara lain sapi yang sedang
bunting, bangunan kandang, bangunan untuk pakan, milk can, ember, selang dan pakan serta
konsentrat sapi sebelum melahirkan. Rata-rata harga sapi yang sedang bunting adalah 25 juta
per ekor. Pakan untuk sapi bunting diperlukan selama 9 bulan dengan kebutuhan 30 kg per
hari. Konsentrat diperlukan sebanyak 10 kg per hari. Total biaya investasi usaha sapi perah
dapat dilihat pada Tabel 29. Semakin banyak jumlah sapi yang dipelihara, memerlukan
investasi yang lebih tinggi, karena investasi tertinggi adalah untuk pengadaan sapi (52%).
Tabel 29. Kebutuhan investasi usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019
obat/vitamin, listrik, BBM dan tenaga kerja. Pakan diperlukan sapi sebanyak 30 kg per hari
dan konsentrat sebanyak 10 kg per hari. Harga pakan per kg adalah Rp 700 dan harga
konsentrat Rp 4.000 per kg. Setiap peternak dibebankan biaya air sebesar Rp 3.000 per
bulan. Biaya air yang ditetapkan tidak berdasarkan jumlah sapi, karena semakin banyak
jumlah sapi yang dipelihara memerlukan jumlah air yang lebih banyak untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan sapi. Setiap hari, sapi dimandikan dengan kebutuhan air lebih
kurang 250 liter ekor sapi. Upah tenaga kerja juga diperhitungkan dalam usaha sapi perah,
karena usaha tersebut memerlukan aktivitas manusia untuk pemberian pakan, pemerasan
susu, pemandian dan lain-lain. Pada usaha dengan jumlah sapi 2 ekor diasumsikan membayar
tenaga kerja Rp 1.000.000 per bulan. Sedangkan untuk usaha dengan jumlah 5 ekor sapi
dibebankan upah tenaga kerja Rp. 1.800.000 per bulan. Pada usaha dengan 15 ekor sapi,
dikerjakan oleh 2 orang tenaga kerja dengan upah minimum provinsi yaitu Rp. 1.800.000 per
orang per bulan. Biaya untuk pakan merupakan 20% dari total biaya operasional pada
peternakan 2 ekor sapi, 25% dan 26% dari biaya operasional untuk peteranakn 5 dan 15 ekor
sapi. Biaya tertinggi yang menjadi beban peternak sapi perah adalah biaya untuk konsentrat,
sekitar 38%, 47 dan 49% untuk peternakan menggunakan 2 ekor, 5 ekor dan 15 ekor. Total
biaya variabel atau biaya operasional usaha peternakan sapi perah menurut jumlah sapi yang
Tabel 30. Biaya operasional usaha sapi perah berdasarkan jumlah sapi yang dimiliki, 2019
Prosentase biaya pakan dan konsentrat untuk peternakan sapi 2 ekor lebih rendah
dibandingkan prosentase untuk peternakan sapi 5 ekor dan 15 ekor. Hal ini menunjukkan
bahwa peternakan sapi 2 ekor memiliki beban biaya selain pakan yang lebih tinggi
dibandingkan peternakan sapi 5 dan 15 ekor. Beban biaya yang lebih besar ini seperti BBM,
Keuntungan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya pada analisis usaha satu
tahun. Jika dirata-rata keuntungan usaha peternakan sapi perah per ekor sapi untuk pemilik 2
ekor sapi hanya 11,83 juta rupiah. Sedang rata-rata keuntungan usaha perternakan per ekor
sapi untuk pemilik 5 ekor sapi yaitu 19,36 juta rupiah per tahun, dan untuk pemilik 15 ekor
sapi yaitu 21,02 juta rupiah. Nilai ini menunjukkan bahwa peternak dengan jumlah sapi yang
lebih sedikit menanggung biaya yang lebih besar, sehingga keuntungan menjadi ebih kecil.
Nilai kini usaha peternakan sapi dengan umur teknis 9 tahun dan discout rate (r) 10% dapat
dilihat pada Tabel 31. Berdasarkan kriteria investasi NPV, Net B/C dan IRR, usaha
Tabel 31. Kriteria investasi usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Magetan, 2019
Pada Tabel 31 dapat dilihat, manfaat terbesar diterima oleh peternak dengan memiliki sapi
lebih banyak. Nilai Net B/C menunjukkan perbandingan penerimaan bersih terhadap biaya
bersih dengan menggunakan discount rate 10%. Net B/C> 1 menunjukkan bahwa usaha
diterima sama dengan biaya bersih yang ditanggung oleh usaha tersebut. Internal rate of
return adalah tingkat bunga yang menunjukkan bahwa usaha tersebut pada saat nilai NPV=0.
Internal rate of return lebih besar dari discount rate, (IRR>r) menunjukkan bahwa usaha
Pengelola Kampung Susu Lawu sebagai salah satu lembaga ekonomi yang direncanakan
beroperasi di pedesaan untuk mengelola aset milik pemerintah kabupaten Magetan melalui
mekanisme BoT (bill operated transfer) atau kerjasama operasi yang dikolaborasikan dengan
potensi peternakan sapi perah milik peternak sekitaran Dusun Singolangu. KSL ini dibentuk
salah satunya adalah untuk membuka lapangan pekerjaan melalui merekrut orang-orang yang
pengakuan sebagai lembaga korporasi dikelola secara mandiri dengan melibatkan peternak
sapi perah yang berkontribusi terhadap korporasi tersebut. Setelah terbentuk pengelola KSL
selanjutnya dibuatkan dasar peraturan KSL, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
menjadi acuan dalam mengelola KSL. Ketentuan pengelola KSL harus mempunyai prinsip
tidak ada satupun kepentingan dari pihak luar, apapun yang menjadi kegiatan KSL
Pendirian KSL sepenuhnya dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama dengan
pembagian modal usaha mayoritas bersumber dari iuran peternak berjumlah 120 peternak
sapi perah aktif dan bantuan dari luar. Dalam menjalankan operasionalisasinya menggunakan
falsafah bisnis yang berakar dari kearifan lokal sekitaran Dusun Singolangu. Bidang usaha
inti difokuskan pada peternakan sapi perah didasarkan pada potensi kualitas susu per hari dan
hasil informasi pasar dari produk olahan susu. Sistem pembagian keuntungan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota peternak sapi perah sebagai penyerta modal dan
masyarakat sekitaran Dusun Singolangu melalui kebijakan desa (village policy). Pengelola
KSL ini bekerjasama dengan Dinas peternakan dan perikanan selaku pembina dan supervisi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan anggota. Tujuan dari pengelola KSL ini adalah :
2. Meningkatkan usaha peternakan sapi perah dalam pengelolaan potensi ekonomi dusun
Singolangu,
5. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/ atau dengan pihak ketiga,
6. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum
peternak sapi,
2. Membentuk unit usaha dan mengisi setiap jabatan di dalam setiap unit usaha.
3. Mengelola unit usaha meliputi 1) unit parkir, 2) unit lembu pohan, 3) unit air bersih,
Kepala KSL berfungsi sebagai pengawasan manajemen KSL untuk masing-masing unit
dan melakukan evaluasi setiap satu tahun sekali. Di akhir tahun dilibatkan dalam kegiatan
musrembang yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan.
pengelolaan KSL. Masyarakat ikut serta dalam perencanaan kemudian ketika ada kegiatan
apapun masyarakat juga mengetahui. Bentuk pertanggung jawaban setiap unit adalah
pembukuan per unit usaha, konsisten dengan keputusan yang telah diambil, mematuhi
perjanjian awal yang dibentuk serta mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
KSL.
Dalam pembentukan korporasi pengelola KSL perwakilan peternak sapi dilibatkan dalam
mengawasi anggota pada setiap unit pengelola meliputi memberikan perintah kepada
anggota, motivasi dan saran tetapi dengan tidak mengintimidasi dan tidak berdasarkan
dari masing-masing unit. Fungsi bendahara sebagai induk pencatatan revenue dan cost
merekapitulasi hasil pembukuan dari masing-masing unit yang dilaksanakan dengan dasar
mendiskusikan atau sharing apa yang menjadi permasalahan dan dicarikan solusi bersama
Konsep pengelolaan KSL meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
Perencanaan adalah proses ketepatan penentuan strategi, teknik dan langkah antisipasi
dalam memproyeksikan masa mendatang yang akan dihadapi suatu organisasi. Tahap
perencanaan meliputi penetapan tujuan, prosedur dan penetapan program dari suatu
organisasi. Kesuksesan dari tahapan perencanaan dilihat dari indikator yang terdiri :
7.3.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah merancang strategi dan teknik yang tepat dan tangguh untuk
menjalankan sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan memastikan bahwa semua
pihak dalam organisasi bekerja secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Semua pihak mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga tujuan
guna dan berhasil guna dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kesuksesan dari tahapan
Pengarahan adalah ketepatan dalam memastikan program untuk dapat terlaksana melalui
serangkaian kegiatan oleh seluruh pihak. Motivasi juga sangat diperlukan agar semua pihak
produktivitas tinggi dan bertanggung jawab. Pengarahan dilakukan untuk memastikan bahwa
personel dapat melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai dengan harapan, target dan
sasaran. Kesuksesan dari tahapan pengarahan dilihat dari indikator yang terdiri :
7.3.4 Pengawasan
Pengawasan adalah penetapan standar evaluasi kerja dari para anggota dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tahap pengawasan
tindakan perbaikan. Proses ini dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan pengelolaan
bisnis KSL. Kesuksesan dari tahapan pengawasan dilihat dari indikator yang terdiri :
1. Mengawasi keseluruhan pengelolaan KSL setiap tiga bulan sekali dan maksimum satu
tahun sekali.
1. Kepala KSL
3. Pengawas KSL
Pengelola unit parkir merupakan unit layanan yang menyediakan lahan parkir
kendaraan roda empat dan roda dua dengan mempekerjakan masing-masing 1(satu) petugas
yang tempat tinggalnya dan berpenghasilan rendah. Sedangkan unit lembu pohan merupakan
unit layanan memelihara sapi perah di taman Puncuk Ringin sebagai sapi untuk dilepas
liarkan sebagai objek tontonan kepada pengunjung wisatawan. Para wisatawan dengan
leluasa memberi makanan yang sudah disediakan oleh petugas selama waktu makan sapi tiba.
Sama dengan uit parkir, petugas yang diberikan tanggungjawab ini adalah petugas yang
sudah memahami karakter sapi dan bertempat tinggal ada di sekitaran Dusun Singolangu.
Pengelola unit sampah adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk mengangkut
dan memproses sampah dari sampah rumah tangga peternah sapi perah yang setiap harinya
memisahkan sampah organik dan sampah non organik. Petugasnya berasal dari sekitaran
Dusun Singolangu yang tidak jauh dari tempat penampungan sementara, dan penghasilannya
tidak pasti.
mendata pengguna air bersih, mematikan, menghidupkan mesin dan menjaga sumber air.
Petugasnya berasal dari sekitaran Dusun Singolangu yang tidak jauh dari sumber air, dan
penghasilannya tidak pasti. Pada unit air, setiap bulan KSL mengeluarkan rekening
pelanggan air. Kemudian, ada petugas yang bertugas untuk menerima pembayaran dari
pelanggan. Biasanya petugas keliling ke rumah-rumah para pelanggan, tetapi jika pelanggan
mau langsung bayar ke kantor KSL tetap diperbolehkan. Perbaikan seputar permasalahan
pada mesin pompa air secara langsung atau dengan bantuan komunikasi langsung kepala
Pengelola unit kafetaria adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk
memperjualbelikan masakan yang dipesan oleh pihak pengelola dari rumah tangga yang
mampu menyiapkan menu didasarkan standar pengelola kafetaria. Menu makanan ini harus
mempersyaratkan sajian menu yang bahan bakunya adalah dari produk olahan susu, seperti
soto, resoles, dan lain sebagainya. Petugas ini harus dipilih yang memahami manajemen
makanan dan standar-standar layanan menu makanan yang halal, higenis dan cita rasa yang
Pengelola unit griyo singolangu adalah unit layanan yang diberikan tugas untuk
yang diproduksi oleh para pembuat atau pengrajin dusun tersebut. Oleh-oleh diproduksi dari
rumah tangga yang mampu menyiapkan menu didasarkan standar pengelola griyo
singolangu. Jenis macam oleh-oleh-nya harus mempersyaratkan sajian yang bahan bakunya
adalah dari produk olahan susu, seperti permen, susu segar, yogurt dan lain sebagainya.
Petugas ini harus dipilih yang memahami manajemen merchandise dan standar-standar
wisatawan.
mengerti dengan tugas yang diberikan. Untuk tanggung jawab setiap unit usaha dilakukan
dengan pembukuan yang dilaporkan setiap bulan. Kemudian jika ada keluhan sesegera
mungkin langsung disampaikan. Jadi walaupun tidak ada aturan tertulis mengenai tanggung
jawab dari kami, tetapi kami mengerti karena semuanya atas dasar kesadaran.
Untuk pemberian bimbingan dilakukan secara langsung saat di lapangan artinya tidak
dilakukan di dalam ruangan kantor KSL. Diskusinya seputar tukar pikiran mengenai apa yang
dikelola, apa yang menjadi keluhan ataupun ide baru. Ketika berkumpul tidak harus ada
kepala KSL, tetapi antar anggota unit usaha pun bisa. Informasi tersedia, semua masyarakat
dapat mengakses informasi apapun mengenai apapun yang dikelola KSL termasuk
pembukuan dari masing-masing unit. Jika masyarakat atau bahkan pihak dari luar ingin
melihat sangat diperbolehkan. Tanggung jawab kami dibentuk dari kesadaran masing-masing
individu untuk selalu menjalankan tugas dengan baik tanpa harus ada perintah. Ketika
terdapat keluhan segera disampaikan jangan sampai menjadi kendala dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab. KSL sangat memperhatikan kepentingan masyarakat dan
lingkungan. Kami di dalam KSL membentuk ataupun menjalankan suatu kegiatan atas dasar
kepentingan masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Seperti unit air bukan hanya masyarakat
Dusun Singolangu Kecamatan Plaosan yang dapat menikmati air bersih tersebut, namun juga
sampai ke kecamatan tetangga hingga menerima manfaat dari unit air bersih tersebut.
Pengawas Sekretaris
Parkir & Lembu Pohan Sampah & Air Bersih Kafetaria & Griyo Singolangu
Strategi pengembangan kampung susu lawu dilakukan sesuai dengan tata ruang,
berdaya guna dan berhasil guna, sehingga pada gilirannya mampu menarik peluang investasi
Penilaian kelayakan umum dan teknis diperlukan untuk pemilihan produk susu dan
pengembangan kampung susu lawu. Penguatan dimensi atau bagian yang masih lemah serta
optimalisasi atau peningkatan dimensi atau bagian yang sudah baik merupakan strategi yang
Penilaian nilai komposit dimensi infrastruktur yang mendukung Kampung Susu Lawu
dikategorikan cukup layak sebagai kandidat objek destinasi wisata, dan masih perlu untuk
Penilaian nilai komposit dimensi peternak dan bisnis di Dusun Singolangu dalam kategori
tinggi yang merepresentasikan bahwa dimensi ini berpotensi memberikan keuntungan usaha
masuk dalam kategori cukup untuk pengembangan kampung susu lawu, namun demikian
perlu ditingkatkan melalui bimbingan teknis dari sumber-sumber pengetahuan dan teknologi,
kategori cukup, yang telah ada dalam upaya mendukung program kampung susu lawu
melalui tersedianya beberapa kebijakan dan regulasi yang telah disiapkan oleh Dinas
Penilaian nilai komposit dimensi teknologi di Dusun Singolangu masuk dalam kategori
cukup, tingginya permintaan susu segar belum diikuti dengan usaha pengolahan dan belum
sapi perah masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan pasar susu segar.
Penilaian nilai indeks komposit dimensi kebijakan di Dusun Singolangu masuk dalam
kategori cukup, telah tersedianya tata ruang wilayah yang sesuai peruntukannya untuk
destinasi wisata peternakan sapi perah. Kebijakan dan regulasi pemerintah daerah belum
kategori tinggi, bahwa akses transportasi dan jaringan pemasaran baik di dalam maupun luar
kecamatan sudah memadai. Satu-satunya akses dan jaringan pemasaran yang belum terbentuk
adalah akses pasar ekspor ke luar kabupaten Magetan. Dimensi pemasaran ini juga
memberikan gambaran potensi pasar untuk susu segar sangat tinggi. Penilaian analisis
komposit kelayakan teknis unit usaha indukan sapi perah di Dusun Singolangu masuk dalam
kategori cukup. Dimensi sosial ekonomi dan dimensi sumber daya memiliki nilai tinggi,
sementara dimensi teknologi memiliki nilai rendah. Berdasarkan hasil analisis, secara
ekonomi unit usaha indukan sapi memiliki keuntungan ekonomi besar. Nilai rata-rata RC
ratio yang diperoleh untuk usaha indukan sapi sebesar 4,27. Dimensi teknologi rendah
disebabkan teknologi indukan sapi yang digunakan masih bersifat semi intensif dengan
tingkat efisiensi dalam menghasilkan volume susu segar belum optimal. Hal ini disebabkan
Penilaian analisis komposit nilai kelayakan teknis pembesaran indukan sapi (sapi
sumber daya adalah dimensi yang terendah. Usaha indukan sapi di kandang berlantai semen
rata sebesar 1,43. Nilai keuntungan usaha di atas 75 liter susu segar sebesar Rp 153.900.000.
Penilaian analisis komposit nilai indeks komposit kelayakan teknis usaha indukan sapi
perah di Dusun Singolangu masuk dalam kategori cukup. Nilai komposit tertinggi pada
indeks dimensi teknologi dengan skala teknologi bersifat semi intensif. Sementara nilai
indeks dimensi sosial ekonomi dipengaruhi dari nilai RC-ratio baik. Umumnya jenis kandang
sapi perah berlantai semen memerlukan investasi dan biaya operasional sedang. Hal ini
menyebabkan sebagian kecil saja indukan sapi perah berlantai semen. Peternak sapi perah
umumnya juga memiliki usaha lain sebagai distributor pedet, pakan, dan sapi afkir atau sapi
tua.
Aryana, S. (2011). Kondisi sanitasi peralatan dan air terhadap peningkatan jumlah total
mikroorganisme susu individu, susu kandang, susu tempat pengumpulan susu di
peternakan Kawasan Usaha Peternakan Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan,
IPB, Bogor.
Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 01-3141-2011. Susu Segar Bagian 1: Sapi. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Blakely, J., & D.H. Bade. (1992). Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan: B. Srugandono.
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Budiyanto, A & S. Usmiati. 2008. Pemerahan susu secara higienis menggunakan alat perah
sederhana. Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner. Hal 327-334.
Ikhwan. K. (2013). Evaluasi good milking practice pada peternakan sapi perah rakyat di
kelurahan kebon pedes kecamatan tanah Sareal Bogor. Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Handayani K.S. & M. Purwanti. (2010). Kesehatan ambing dan higiene pemerahan di
peternakan sapi perah desa Pasir Buncir, kecamatan Caringin. J Penyuluh Per 5(1):
Hal 47–54.
Makin, M. (2011). Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Simamora , A.M. et. al (2015). Evaluasi Aspek Teknis Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan.
Sudarto. (2014). Proses geomorfologi daerah Madiun, Ngawi, Magetan dan Ponorogo.
Makalah Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian, Hal. 7-9
Sudrajad, P. (2011). Pengaruh stress panas terhadap performa produksi sapi Friesian Holstein
di BBPTU-SP Baturraden. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
IV Biaya Tetap
Pemeliharaan kandang bulan 12 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
ATK bulan 12 500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pemeliharaan taman bulan 12 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Total Biaya 692.320.000 2.255.000.000 711.320.000 712.320.000 713.320.000 714.320.000 820.320.000 716.320.000 717.320.000 718.320.000 869.320.000 825.320.000 721.320.000 722.320.000 723.320.000 724.320.000 725.320.000
V Keuntungan - 2.255.000.000 353.110.000 352.110.000 351.110.000 350.110.000 244.110.000 348.110.000 347.110.000 346.110.000 195.110.000 239.110.000 343.110.000 342.110.000 341.110.000 340.110.000 339.110.000
discount rate 10%
Discount Factor 1 0,909090909 0,826446281 0,751314801 0,683013455 0,620921323 0,56447393 0,513158118 0,46650738 0,424097618 0,385543289 0,350493899 0,318630818 0,28966438 0,263331254 0,239392049
Present Value - 2.255.000.000 321.009.091 291.000.000 263.794.140 239.129.841 151.573.104 196.499.020 178.122.314 161.462.869 82.745.686 92.187.256 120.257.962 109.006.789 98.807.417 89.561.593 81.180.238
VI NPV 221.337.320
VI IRR 12%
Pengembangan Wisata Lawu Edukasi Ternak Lingkungan Singolangu Kab. Magetan