Anda di halaman 1dari 10

Implikasi Pada Kalimat Iklan Rokok Sampoerna TANGAN KANAN NGASIH, TANGAN

KIRI SELFI " KAJIAN PRAGMATIK

Mohamad Arkan arkanraihan721@gmail.com

ABSTRAK
Baliho masih menjadi bentuk pemasaran yang sangat efektif. Baliho telah menjadi bagian
penting dari lanskap kota-kota besar dan pedesaan mencangkup seluruh dunia. Dengan
periklanan yang kreatif, Sampoerna Melakukan upaya membangun. image produknya meski
hanya dengan menampilkan gambar bergerak, suatu karya tangan dan pemandangan tanpa
menampilkan produknya. Pesan Sampoerna melalui gambar iklan telah terlihat jelas dan
dipahami oleh masyarakat bahkan merasuk jauh ke Dalam kehidupan sosial masyarakat.
Penelitian ini tertuju mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang reklame iklan baliho
serta pentingnya iklan tersebut saat ini dalam sektor periklanan . Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang caranya implikasi makna pesan pada
Baliho tersebut dalam konteks sosial yang ada. peneliIan ini akan membahas apa makna yang
terkandung dalam pesan dari iklan rokok Sampoerna yang berbunyi "Tangan Kanan Ngasih
Tangan kiri Selfi pada iklan baliho, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam
metode penelitiannya. memperoleh pengetahuan lebih meyeluruh mengenai reklame roko
Sampoerna. Dalam penelitian ini, metode kualitatif diterapkan untuk mengkaji fenomena
secara mendalam. yang rumit dan lebih memahami makna iklan baliho
Key : Pragmatik, Rokok, Baliho Pinggir jalan, Sampoerna

1
PENDAHULUAN

Rokok telah lama menjadi kebutuhan beberapa kalangan masyarakat sebagai barang
konsumsi. Saat ini, terdapat macam-macam roko dengan beragam varian citra rasa yang
tersedia di pasaran. Selain itu, kemasan rokok juga telah bervariasi. Bersamaan dengan
berjalan nya zaman, roko juga mengalami perubahan yang berarti atau substansial. .
Sebelumnya, rokok dapat dinikmati dengan cara membakar potongan filter yang berisi
cengkeh, tembakau, sampaia diolah dengan menyertakan komponen tambahan atau
memperluas dengan menggunakan elemen lain. yang memberikan kenikmatan saat
menghisap rokok.

karena kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, rokok sekarang dapat
digemari tanpa menggunakan sumber api seperti rokok tradisional. Di beberapa daerahi,
rokok yang dapat diisi ulang (rokok elektronik) atau rokok yang beroperasi dengan baterai,
yang dikenal sebagai vape, telah tersedia. Selain itu, rokok elektronik ini juga dianggap lebih
ekonomis. Jenis rokok ini pertama kali ditemukan pada tahun 2003 oleh SBT Co Ltd, sebuah
perusahaan yang bermarkas di Beijing. Republik Rakyat Tiongkok. Perkembangan industri
yang pesat dalam era modern mendorong menjadi lebih inovatif dalam memasarkan produk
mereka, termasuk produk rokok. Berbagai iklan rokok yang kita sering lihat di televisi,
majalah, surat kabar, dan media lainnya adalah contoh nyata dari hal ini. Iklan-iklan ini tidak
dapat dipisahkan dari cara mereka menampilkan kenikmatan yang ditawarkan. , yang
mencoba untuk mempengaruhi pikiran konsumen. Yang menarik dan kadang
membingungkan adalah bahwa terkadang iklan rokok sepertinya tidak memiliki korelasi yang
jelas antara produk yang dipromosikan dan pesan yang disampaikan dalam iklan itu sendiri.
Mungkin ini bisa dianggap sebagai salah satu cara bagi industri rokok untuk menciptakan
manifestasi atau menarik perhatian konsumen secara berbeda .Apa yang sering disebut
sebagai era millennial atau generasi milenial merupakan manifestasi dari perkembangan
kebudayaan postmodern. Menurut Jean Baudrillard (1929-2007), satu-satunya ciri utama dari
perkembangan ini adalah ketidaksesuaian antara apa yang terlihat dan realitas yang
sebenarnya (Sunarto, 2014).

Perkembangan periklanan dan propaganda pada masyarakat konsumen saat ini


telah memunculkan berbagai pertanyaan budaya dan sosial terkait periklanan, terutama
mengenai tanda-tanda yang digunakan, gambar yang ditampilkan, informasi yang
disampaikan, makna yang diperoleh, dan cara sesuatu mempengaruhi persepsi, pemahaman

2
dan perilaku. Apakah sebuah iklan menampilkan realitas produk yang ditawarkan atau justru
topeng realitas (Piliang, 2010: 279) Di antara berbagai iklan komersial yang beredar Di
berbagai media, iklan tembakau kerap menimbulkan kontroversi. Iklan rokok saat ini
cenderung tidak menggunakan rokok sebagai produk utamanya diperdagangkan.

Salah satu jenis rokok yang diproduksi oleh HMSP berhasil mempertahankan posisinya
sebagai merek rokok terbesar di pasar Indonesia. Karena itu, artikel ini fokus pada iklan
rokok A Mild dalam versi Berani Takut yang ditampilkan di media luar ruangan dengan sudut
pandang kritik terhadap isu-isu sosial dan budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan pemahaman, apresiasi, dan evaluasi tentang penggunaan iklan baliho dalam era
modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan populasi yang
pesat. Meskipun demikian, iklan baliho masih menjadi salah satu bentuk pemasaran yang
sangat efektif. Baliho sebagai salah satu contoh iklan luar ruang yang menonjol dan
mencolok, memiliki kemampuan untuk menjangkau audiens yang luas dan memberikan
dampak visual yang kuat.

Penggunaan billboard telah menjadi unsur yang penting dalam pemandangan perkotaan dan
pedesaan di seluruh dunia. Industri periklanan rokok harus menghadapi berbagai pembatasan
terkait bahaya merokok dan regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti PP RI
Nomor 23 Tahun 2003 tentang bahaya merokok. Oleh karena itu, iklan rokok tidak boleh
menampilkan gambar produk rokok itu sendiri. Hal ini mendorong Sampoerna untuk menjadi
lebih kreatif dalam memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Meskipun hanya
menggunakan animasi, kaligrafi, dan adegan, Sampoerna tetap berhasil membangun citra
produknya dengan iklan yang kreatif. Pesan yang disampaikan oleh Sampoerna melalui iklan
mereka ternyata berhasil dengan baik diterima dan dipahami oleh masyarakat. Bahkan,
pesan-pesan tersebut telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Iklan-iklan
Sampoerna selalu menampilkan realitas sosial yang ada di masyarakat dengan cara yang
parodi, kritis, dan cerdas. Dalam iklan tersebut, fenomena sosial tersebut ditafsirkan dengan
beragam oleh para penonton. Melalui citra yang terbentuk dalam iklan Sampoerna ,
pengaruh terhadap sikap dan perilaku penonton

Berikut penelitian terdahulu penelitian yang pertama yaitu, Kajian Wacana Pragmatik dalam
Penggunaan Teks pada Rambu Lalu Lintas dan Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa

3
Indonesia SMA pada hasil penelitian ini di temukan 28 data, yang terdiri atas rambu perintah,
rambu peringatan, rambu penunjuk, dan rambu anjuran. Secara keseluruhan data tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisis makna teks, koteks (di dalam dan di luar teks, serta
konteks pengetahuan yang terdiri dari konteks fisik, konteks linguistik, konteks epistemik,
dan konteks sosial

Yang kedua yaitu, GAYA BAHASA SINDIRAN DALAM OPINI BERBAHASA


INDONESIA DI PLATFORM MOJOK. CO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Pada Hasi penelitian di temukan
Bahwa terapat 6 gaya bahasa sindiran berjenjs ironi, 11gaya bahasa sindiran berjenjs sinisme,
3 gaya bahasa sindiran berjenjs innuendo, 14 gaya bahasa sindiran berjenjs sarkasme, 4 gaya
bahasa sindiran berjenis satire, dan 6 gaya bahasa sindiran brjenis antifrasis. Gaya bahasa
sindiran. Gaya bahasa sindiran pada penelitian ini juga memiliki beberapa bentuk : (1) fungsi
penilaian, (2) fungsi mempengaruhi, dan (3) fungsi estetik. Fungsi tersebut memiliki maksud
untuk memepertegas makna dan pesan terhadap pembaca

Penelitian yang ketiga yaitu, Penilikan Kesalahan Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Konteks Sosial-Masyarakat di Ruang Publik Pada itu di temukan (1) kesalahan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik terbagi atas tiga bagian, yaitu
kesalahan ejaan, diksi, dan struktur,(2) kesalahan pemakaian bahasa Indonesia yang paling
dominan adalah kesalahan diksi atau pilihan kata,(3) kesalahan di ruang publik terdapat
dalam poster atau papan nama/lembaga/toko, terdapat dalam Koran atau media massa, dan
terdapat dalam media sosial,(4) tanggapan di lingkungan sosial-masyarakat yaitu masyarakat
tidak acuh dan tidak tahu bahwa terdapat kesalahan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
di ruang publik tersebut

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penelitian d atas telah di temukan rumusan masalah di atas

1. Bagaimana Implikasi Pesan Tersebut dalam Konteks sosial Yang ada?

4
2. Apa makna yang terkandung dalam pesan dari iklan Rokok Sampoerna yang berbunyi
"Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri Selfi"

METODE PENELITIAN

Penelitian yang berjudul "ANALISIS MAKNA PESAN DARI BALIHO IKLAN


ROKOK SAMPOERNA TANGAN KANAN NGASIH TANGAN KIRI SELFI"Dalam
penelitian ini, menerapkan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang iklan poster rokok Sampoerna. menggunakan metode penelitian kualitatif
untuk menganalisis fenomena yang tepat dan mendapatkan wawasan yang mendalam
mengenai bagaimana iklan poster tersebut dipahami, dialami, dan diinterpretasikan. Dalam
konteks periklanan billboard, metode ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari
pengaruh iklan terhadap pandangan subjektif konsumen, persepsi merek, dan perilaku
konsumen." menurut Miles Davis Huberman (2014)deskripo kualitatif adalah suatu
pendekatan dalam penelitian yang di gunakan untuk membantu penelitian dalam
menyelesaikan penelitian nya

SUMBER DATA : Baliho Pinggir Jalan ng

DATANYA : Kata-Kata Pada Baliho Tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKNA PESAN

Keseimbangan antara pemberian dan kepuasan diri: Pesan ini mungkin ingin
menggambarkan pentingnya untuk tetap memberikan kebaikan dan bantuan kepada orang
lain (melalui tangan kanan) sambil tidak melupakan diri sendiri dan memenuhi keinginan
pribadi (melalui tangan kiri). Ini bisa menjadi pengingat bagi penonton untuk menjaga
keseimbangan antara memberi dan mementingkan diri sendiri.
5
Adapun jika dilihat dari sisi lain Pelanggaran kedermawanan sosial terjadi ketika seseorang
menggunakan tangan kanannya untuk memberikan bantuan atau menyapa seseorang, namun
sebaliknya menggunakan tangan kirinya untuk mengambil selfie. Tindakan ini kurang
menghargai perhatian dan bantuannya terhadap orang lain, dan dapat dianggap tidak sopan.
Kedermawanan sosial melibatkan tindakan yang memperhatikan dan membantu orang lain
dengan tulus, tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Oleh karena itu, penting untuk
menghormati dan menghargai interaksi sosial dengan tetap memprioritaskan kedermawanan
dan pelayanan terhadap orang lain daripada kegiatan yang self-centric seperti mengambil
selfie yang mungkin hanya memuaskan kebutuhan diri sendiri.

IMPLIKASI

Dalam konteks sosial, pesan "Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri Selfi" pada iklan Rokok
Sampoerna memiliki beberapa implikasi yang dapat dilihat:

Ketidak seimbangan antara memberi dan mengambil: Kalimat ini menggambarkan ketidak
seimbangan antara tindakan memberi dan sikap egois dalam masyarakat. Tangan kanan yang
memberi menggambarkan sikap altruistik, sementara tangan kiri yang sibuk dengan selfi
mencerminkan sikap yang lebih fokus pada diri sendiri dan pencitraan. Implikasinya adalah
bahwa dalam masyarakat ada kecenderungan untuk lebih memperhatikan kepentingan pribadi
atau pencitraan daripada membantu orang lain.

Menyoroti keserakahan dan pencitraan dalam masyarakat: Kalimat ini secara tersirat
mengkritik perilaku yang didasarkan pada keserakahan dan pencitraan. Dalam dunia sosial
media yang serba visual, tindakan selfi menggambarkan keinginan untuk memperlihatkan
citra yang sempurna atau popularitas kepada publik. Implikasinya adalah bahwa dalam upaya
mencari perhatian dan popularitas, seseorang dapat kehilangan fokus pada nilai-nilai sosial
yang lebih penting, seperti rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

Mengutamakan kepentingan diri sendiri Dalam pesan ini, terdapat implikasi bahwa individu
memiliki kebebasan untuk berfokus pada kepuasan diri sendiri dengan tangannya yang kiri
untuk melakukan selfi. Hal ini mencerminkan budaya self-centered dan individualis yang
cenderung muncul dalam masyarakat modern.

Pentingnya memberikan dalam kehidupan sosial: Pesan ini juga mengandung implikasi
bahwa memberikan dan membantu orang lain merupakan tindakan yang penting dalam

6
kehidupan sosial. Dalam konteks ini, tangan kanan yang memberi mencerminkan pentingnya
menjalankan peran kemanusiaan dan saling membantu dalam masyarakat.

Pada jurnal ini tidak di temukan Penggunaan bahasa sindiran Ironi, sindiran Sinisme,
sindiran innuendo, sindiran sarkasme, sindiran satire dan sindiran Antifrasis

1.1 Penggunaan Bahasa Sindiran Ironi

Gaya Bahasa Ironi merupakan gaya Bahasa sindiran yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu dengan maksud yang berbeda(Keraf, 2009: 143). Maksud lain dari gayabahasa
sindiran yakni, pengungkapan kalimat yang berbanding terbalik dengan apa yang ingin
disampaikan.

Pada Kalimat "Tangan Kanan Ngasih, Tangan kiri selfi"

Dalam kalimat "Tangan kanan Ngasih, tangan kiri selfi," terdapat penggunaan gaya bahasa
sindiran ironi. Di sini, pengarang berusaha menggambarkan situasi atau pernyataan yang
bertentangan dengan realitas atau pemahaman umum.Kalimat ini menyiratkan secara ironis
bahwa tangan kanan memberi, sedangkan tangan kiri sibuk dengan selfie. Ironisnya, dalam
konteks ini, tangan kanan yang seharusnya digunakan untuk memberi atau membantu orang
lain justru tidak melakukannya. Sementara, tangan kiri yang digunakan untuk selfie
menunjukkan sikap yang egois atau terfokus pada diri sendiri.Penggunaan sindiran ironi
dalam kalimat tersebut memperlihatkan perbedaan dan ketidakkonsistenan antara perilaku
yang diharapkan atau dianggap benar dengan perilaku yang dilakukan dalam situasi yang
diberikan. Hal ini dapat digunakan untuk mengkritik sikap atau nilai-nilai tertentu secara
diam-diam melalui pemakaian bahasa yang bernuansa sinis

1.2 Penggunaan Gaya Bahasa sindiran Sinisme

Gaya Bahasa Sinisme merupakan gaya Bahasa sindiran yang digunakan untuk mengejek
sesuatu dan lebih tinggi tingkatanya dibanding ironi(Keraf, 2009: 143).

Pada Kalimat "Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri selfi"

Dengan gaya bahasa sindiran sinisme ini, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa
tindakan atau perilaku yang dilakukan terlihat tidak relevan atau tidak berarti karena ada
keberlawanan atau kekontrasan antara "memberi" dan "selfie". Hal ini dapat menggambarkan
bahwa seseorang tersebut terlihat seperti menunjukkan sikap sok peduli dan memberi, tetapi
sebenarnya tidak konsisten dalam tindakannya. Penggunaan sinisme dalam kalimat ini

7
memberikan makna yang mengundang kesan sinis dan mengkritisi aksi atau perilaku yang
tidak konsisten atau tidak mulia secara tidak langsung melalui pemilihan kata yang
merendahkan atau mencemooh.

1.3 Penggunaan Gaya Bahasa Sindiran Innuendo

Gaya bahasa Inuuendo merupakan gaya Bahasa sindiran yang tujuannya adalah merendahkan
makna yang sesungguhnya(Keraf, 2009: 144).

Pada kalimat "Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri selfi"

Dalam konteks kalimat ini, innuendo terlihat dari penggunaan perbandingan antara tangan
kanan yang digunakan untuk memberi dan tangan kiri yang sibuk dengan selfie. Secara
literal, kalimat ini menggambarkan bahwa tangan kanan sedang melakukan tindakan
memberi atau memberikan bantuan kepada orang lain, sementara tangan kiri sibuk dengan
selfie.Namun, di balik makna literal tersebut, innuendo menyiratkan pesan yang lebih dalam.
Penggunaan innuendo dalam kalimat ini menggambarkan bahwa tangan kanan yang memberi
atau membantu sebenarnya tidak berarti atau tidak berguna, sedangkan tangan kiri yang sibuk
dengan selfie menunjukkan sikap atau kepribadian yang egois

1.4. Penggunaan Gaya Bahasa Sindiran Sarkasme

Gaya bahasa sarkasme merupakan gaya bahasa sindiran yang dilontarkan secara kasar. Dalam
gaya bahasa sarkasme penggunaan kalimatnya lebih kasar dibanding dengan gaya bahasa
sindiran lainnya (Keraf, 2009: 143)

Pada kalimat "Tangan Kanan, Ngasih Tangan kiri Selfi

Dalam konteks kalimat ini, penggunaan sarkasme terlihat dari perbandingan antara tangan
kanan yang memberi atau membantu dan tangan kiri yang sibuk dengan selfie. Secara literal,
kalimat ini menggambarkan dua tindakan yang berbeda, yaitu memberikan bantuan dan sibuk
dengan selfie.Namun, makna yang tersembunyi dalam kalimat ini adalah sindiran terhadap
seseorang yang hanya pura-pura membantu atau membuat kesan bahwa dirinya dermawan,
tetapi sebenarnya tidak mengambil tindakan nyata atau memberi bantuan yang signifikan.
Dengan mengatakan "tangan kanan Ngasih," penulis menyindir bahwa tindakan memberi
tersebut mungkin hanya sekadar pertunjukan atau untuk tujuan pamer, sementara "tangan kiri
selfi" menggambarkan sikap egois dan tertarik pada diri sendiri.

8
1. 5 Penggunaan Gaya Bahasa Sindiran Satire
Keraf, (2009: 144) berpendapat bahwa gaya bahasa sindiran satire merupakan gaya bahasa
yang isinya digunakan untuk menertawakan suatu hal.

Pada Kalimat Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri selfi

Dalam penggunaan gaya bahasa satire, penulis mengekspos kelakuan atau tingkah laku yang
dianggap munafik atau egosentris. Dengan mengatakan "Tangan kanan Ngasih" secara
berlebihan dan membandingkannya dengan "tangan kiri selfi," penulis mengungkapkan
situasi yang berlebihan dan tidak realistis. Melalui penyajian yang berlebihan ini, gaya bahasa
satire dalam kalimat ini menyoroti kehidupan yang sering kali lebih fokus pada kemauan
pribadi dan pencitraan daripada membantu sesama dengan tulus.

1.6 Penggunaan Gaya Bahasa Sindiran Antifrasis

Gaya bahasa sindiran antifrasis merupakan sindiran yang mengutarakannya dengan kalimat
atau kata-kata yang memiliki makna berbeda dengan makna sesungguhnya (Keraf, 2009:
144).

Pada Kalimat Tangan Kanan Ngasih, Tangan Kiri selfi

Pda kalimat Di atas tidak di temukan penggunaan Gaya Bahasa Sendirian Antifrasis Namun
jika ingin menggunakan Gaya Bahasa Tersebut bisa di ubah contoh kalimat nya sepertii ini
"Tangan kanan pelit, tangan kiri dermawan." Di sini, digunakan antifrasis dengan sengaja
menggunakan "tangan kanan" untuk menggambarkan sosok yang pelit, padahal seharusnya
tangan kanan lebih dominan dalam memberikan.

KESIMPULAN

Dalam kesimpulannya, pesan "Tangan kanan memberi, tangan kiri selfi" dalam iklan
rokok Sampoerna memiliki implikasi pragmatik yang kompleks dalam konteks sosial. Pesan
ini dapat memunculkan nilai-nilai sosial yang positif, seperti kepedulian sosial dan
memberikan kepada orang lain. Namun, pesan ini juga mendorong perilaku individualistik
dan self-centered dengan fokus pada kepuasan diri sendiri. Penting untuk menafsirkan pesan

9
ini secara kritis dan mempertimbangkan implikasi sosial yang mungkin timbul dari pesan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Piliang, Yasraf Amir. 2010. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.
Yogyakarta:Jalasutra

Suwismo,Andryanto,&Wijaya, Dhani. 2012. Valuasi HM Sampoerna Tertinggi diSektor


Rokok. Diunduh 6 Mei 2013 dari http://agro.kemenperin.go.id/ 646-Valuasi-HM-Sampoerna-
Tertinggi-di-Sektor-Rokok
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta:
Jalasutra_______. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta: LkiS
Berger, Arthur Asa. 2001. Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana
Keraf, G. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. PT Gramedia Pustaka Utama.
Heru, A. (2018). Gaya Bahasa Sindiran Ironi, Sinisme Dan Sarkasme Dalam Berita Utama
Harian Kompas. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia), 8(2), 43.
https://doi.org/10.31851/pembahsi.v8i2.2083
Kenwening, L. (2020). Gaya Bahasa Sindiran Bintang Emon Dalam Video Dpo (Dewan
Perwakilan Omel-Omel) Di Media Sosial Twitter. Journal Educational of Indonesia
Language, 1(01), 9–14. https://doi.org/10.36269/jeil.v1i01.296

10

Anda mungkin juga menyukai