Anda di halaman 1dari 5

1.

Kenapa terjadi penyimpangan dalam Agama Islam

Sebab-Sebab Terjadinya Penyimpangan Agama


Syaikh Nashir bin Abdil Karim Al ‘Aql

Hal-hal yang menjadi sebab menyimpangnya kelompok-kelompok sesat dari jalan sunnah itu
banyak, diantaranya:

1. Allah ‘Azza Wa Jalla memang telah menguji hamba-Nya dengan keburukan ataupun
dengan kebaikan. Sebagaimana firman-Nya:

‫َو َنْبُلوُك ْم ِبالَّش ِّر َو اْلَخْيِر ِفْتَنًة‬

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan” (QS. Al
Anbiya: 35)

2. Apa yang terjadi itu memang sudah sunnatullah pada hamba-Nya.

‫َو اَل َيَزاُلوَن ُم ْخ َتِلِفيَن ِإاَّل َم ْن َر ِح َم َر ُّبَك‬

“mereka senantiasa berselisih pendapat.Kecuali orang-orang yang diberi rahmat


oleh Rabb-mu” (QS. Huud: 118-119)

3. Mengikuti hawa nafsu, prasangka dan mengikuti jalan setan.


4. Fanatik golongan dan fitnah
5. Adanya da’i-da’i yang mengajak pada kesesatan. Juga tasyabbuh kepada orang kafir
serta kagum pada cara beragama mereka dan kagum jika berkumpul bersama mereka
6. Taqlid buta. Sebagaimana perkataan mereka:

‫َبْل َنَّتِبُع َم ا َأْلَفْيَنا َع َلْيِه آَباَء َنا‬

“kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami” (QS. Al Baqarah: 170)

7. Menerima agama-agama dan firqah-firqah sesat serta kaum yang bobrok.


Sebagaimana telah dikabarkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits
shahih:

)2669(‫ ومسلم‬،)3456(‫” رواه البخاري‬..‫ وذراعًا بذراع‬،‫لتتبعن سنن من كان قبلكم شبرًا بشبر‬.

“sungguh kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian (Yahudi dan
Nasrani) sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta” (HR. Bukhari 3456,
Muslim 2669)

8. Tidak mau serius belajar agama (bodoh dalam urusan agama).


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“)1037(‫ ومسلم‬،)71(‫من يرد هللا به خيرًا يفقهه في الدين” رواه البخاري‬.


“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, akan dipahamkan ilmu agama”
(HR. Bukhari 71, Muslim 1037)

9. Sering berdebat dan berbantah-bantahan dalam masalah agama.


10. Mengatakan hal-hal tentang Allah atau tentang Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam tanpa didasari ilmu.
11. Tidak menuntut ilmu secara talaqqi kepada para ulama ahlussunnah yang mapan
ilmunya dan istiqamah.
12. Sembarangan dalam mengambil sumber ilmu agama, diantaranya dengan mengambil
sumber ilmu agama bukan dari Al Qur’an dan As Sunnah. Juga dengan mengambil
ilmu dari opini-opini, atau apa yang enak menurut selera, atau dari hikayat-hikayat,
mimpi-mimpi, ramalan-ramalan, atau semacamnya.
13. Mengklaim bahwa ada orang yang ma’shum (tidak mungkin salah) selain
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
14. Menerima pemikiran-pemikiran dan pandangan-pandangan soal agama dari orang-
orang kafir dan orang-orang yang punya pemikiran nyeleneh.
15. Menentang ajaran agama atau ekstrim dalam beragama.
16. Berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Dan sebab-sebab yang lainnya, sebagaimana telah ditunjukkan oleh dalil syar’i maupun oleh
realita sejarah.

Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/33575

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.Or.Id

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/18576-sebab-sebab-terjadinya-penyimpangan-agama.html

2.Contoh peyimpangan dalam Agama Islam Dan vedionya


Kenali Ajaran-Ajaran yang Menyimpang

Rongrongan terhadap akidah umat Islam terjadi baik dari dalam maupun luar umat. Dari
dalam, ancaman aliran Islam yang menyimpang terus membayangi.

Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Ustaz Yunahar Ilyas mengatakan masyarakat
perlu menaruh curiga apabila ada kelompok yang bersikap sangat eksklusif. Sikap eksklusif
ini bisa ditunjukkan dengan tidak mau berbaur dengan masyarakat, tidak mau datang ke
masjid masyarakat, dan melakukan kegiatan secara sembunyi-sembunyi.
"Bukan hanya eksklusif ya, tapi sangat eksklusif," ujar Ustaz Yunahar ketika dihubungi
Republika, Rabu (3/2).

Walaupun begitu, kecurigaan ini tidak dapat dijadikan dasar untuk menilai suatu kelompok
menyimpang dari ajaran Islam. Menurut Ustaz Yunahar, sulit untuk mengetahui secara detail
aliran-aliran yang menyimpang, kecuali dengan terlibat langsung di dalamnya. Untuk dapat
menilai menyimpang atau tidaknya suatu kelompok atau paham, umat Muslim harus tahu
persis materi yang diajarkan dalam kelompok tersebut.

Ustaz Yunahar mengatakan, sebagai organisasi masyarakat yang mewakili umat Muslim,
MUI mendasari keputusannya dalam memberikan fatwa pada kelompok menyimpang melalui
investigasi terlebih dahulu. "Jadi harus ada orang yang bisa masuk atau menyusup ke
perkumpulan mereka baru kita bisa tahu persis," ujar Wakil Ketua Umum MUI ini.

Cara ini umumnya dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang melakukan gerakan


tersembunyi. Padahal, ada pula kelompok-kelompok yang dengan terbuka mendeklarasikan
ajaran yang menyimpang. Penilaian terhadap kelompok ini lebih mudah, sebab MUI telah
mengeluarkan fatwa tentang 10 kriteria aliran yang menyimpang dari Islam.

Adapun 10 kriteria aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam, berdasarkan fatwa MUI
dapat dilihat pada poin-poin berikut. Paham yang menyimpang mengingkari salah satu
kriteria dari rukun iman. Ada pula paham yang meyakini atau mengikuti akidah yang tidak
sesuai dengan Alquran dan Sunnah, meyakini turunnya wahyu setelah Alquran, melakukan
penafsiran Alquran tidak dengan kaidah-kaidah tafsir dan mengingkari kedudukan hadis nabi
sebagai sumber ajaran Islam.

Tak hanya menginkari hadis, ada pula aliran menyimpang yang menghina, merendahkan, dan
mengejek para nabi dan rasul, mengingkari nabi muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir,
mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok ibadah yang telah ditentukan dalam
syariah. Kriteria terakhir yang disebutkan dalam fatwa tersebut adalah kecenderungan untuk
mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i, misalnya karena tidak satu kelompok.

Ustaz Yunahar mengatakan, untuk dapat mengenali aliran-aliran yang menyimpang, seorang
Muslim wajib mengenali terlebih dahulu landasan-landasan dalam Islam. Oleh sebab itu,
umat Muslim hendaknya mempelajari dan memahami ajaran Islam dengan baik.

Ustaz Yunahar mengatakan aliran-aliran yang menyimpang dari Islam tumbuh subur di
tengah masyarakat yang pengetahuan agamanya rendah dan semangat untuk menegakkan
agamanya tinggi. Sayangnya, mereka salah dalam memilih guru.

"Yang direkrut di kampus adalah orang-orang yang memang ingin tobat. Mereka ingin
belajar agama, tapi kemudian salah dapat gurunya," ujar dia.

Jika ditilik dari sejarah Islam, perkembangan aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran
Islam tak lepas dari faktor politik. Faktor ini mendominasi munculnya paham-paham seperti
rawafidh, khawarij, qadariyah, murjiah, syiah, jahmiyah, dan paham-paham lainnya.

Ustaz Yunahar mencontohkan, paham Khawarij berkembang saat Ali bin Abi Thalib
berkonflik dengan Muawiyah bin Abi Shofyan. Ketika itu, kaum Khawarij meminta
perdamaian dengan mengangkat pedang mereka. Ali tidak menyetujui perdamaian tersebut
karena berpendapat itu hanya siasat. Namun, para pendukungnya mendesak sehingga
diadakanlah perdamaian.

Sementara itu, banyak pula pendukung Ali yang menyalahkan tindakan tersebut. Ia dianggap
tidak bertahkim dengan Alquran dan lebih mengutamakan perdamaian dan
permusyawaratan.Mereka, dengan dalil tertentu, menganggap Ali telah kafir dan darahnya
halal untuk dibunuh. Maka mereka membunuh Ali.

"Jadi itu persoalan politik, lalu dicarikan dalilnya, tapi dengan pemahaman yang salah," ujar
Ustaz Yunahar.

Sejalan dengan Ustaz Yunahar, Pendiri dan Pimpinan Pusat Kajian Hadis Dr KH Ahmad
Luthfi Fathullah menilai eksklusivisme menjadi penanda aliran-aliran menyimpang yang saat
ini berkembang. Para pengikutnya cenderung tidak mau membuka diri pada pemikiran atau
pandangan dari kelompok lain.

"Tertutup, ngajinya di satu tempat nggak mau ke yang lain, bukunya satu, gurunya satu nggak
mau ke guru yang lain," ujar Kiai Luthfi menjelaskan kepada Republika, Rabu (3/2).

Menurut Kiai Luthfi, sifat eksklusif ini sangat tampak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
Namun, dalam kegiatan sosial mereka cenderung lebih terbuka. Misalnya, mereka turut
menyelenggarakan aksi kebersihan, kesehatan, dan aksi sosial lain.

Kiai Luthfi menilai, perkembangan aliran-aliran menyimpang ini tak lepas dari minimnya
pendidikan agama yang diperoleh masyarakat. Kurangnya ilmu agama menyebabkan
masyarakat tak dapat membedakan aliran yang menyimpang dengan ajaran yang lurus.
Mereka menjadi gampang teriming-imingi dengan berbagai pemikiran yang dianggap baru.

Selain itu, kelompok-kelompok menyimpang ini umumnya mengemas kegiatan mereka


dengan lebih baik. Mereka menyelenggarakan kegiatan yang menjawab sebagian kegalauan
para calon pengikutnya.

Kebosanan dengan metode-metode dakwah yang ada juga disinyalir menyebabkan para calon
pengikut mudah tergoda dengan kemasan baru tersebut. Ustaz Luthfi menilai, ada semacam
'kemunafikan' yang mereka temukan.

Untuk membentengi diri dari kelompok-kelompok ini, Kiai Luthfi menyarankan agar
masyarakat menghindari pengajian-pengajian yang sifatnya tertutup. Organisasi masyarakat
juga didorong untuk mengintensifkan dakwah Islam dengan cara-cara yang lebih menarik.

Kemiskinan juga menjadi catatan tersendiri yang menyebabkan orang mampu menjual harga
diri hingga keyakinannya. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong perbaikan taraf
hidup masyarakat dan memperkecil gap atau strata sosial yang ada. Oleh Sri Handayani ed:
Hafidz Muftisany

Anda mungkin juga menyukai