Anda di halaman 1dari 4

Analisis Pendekatan Ekspresif pada Cerita Pendek “Kemarau” Karya

Andrea Hirata

Farah Khaulah Salsabila

Pendahuluan
Secara prinsip, setiap karya sastra memerlukan pendekatan yang sesuai dengan karakteristiknya
agar dapat dipahami dengan tepat. Abrams (2016:23) menyajikan empat kategori pendekatan utama
dalam memahami karya sastra. Pertama, pendekatan mimetik menafsirkan karya sastra sebagai
representasi atau refleksi dari realitas kehidupan. Kedua, pendekatan pragmatik menekankan pada peran
pembaca dalam menentukan makna karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif menganggap karya sastra
sebagai ungkapan dari dunia batin pengarangnya. Terakhir, pendekatan objektif melihat karya sastra
sebagai entitas independen yang dapat dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, terlepas dari konteks
pengarang dan lingkungan sosialnya.

Pendekatan ekspresif menyoroti aspek ekspresi dan emosi dalam karya sastra, menganggapnya
sebagai hasil dari imajinasi, pikiran, dan perasaan pengarang. Hal ini menekankan keaslian karya serta
keadaan emosional pengarang yang tercermin dalamnya. Karya sastra mampu memicu berbagai jenis
emosi seperti kegembiraan, kesedihan, kebahagiaan, atau kemarahan. Pendekatan ini memungkinkan
penelusuran hubungan antara karya sastra dengan perasaan melalui interpretasi ekspresif.

Dari beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ekspresif menekankan
interpretasi terhadap niat dan penilaian pengarang dalam menciptakan karya sastra. Pendekatan ini
menganggap pengarang sebagai sumber utama karya sastra karena memiliki wawasan dan kreativitas
yang unik. Analisis ekspresif mempertimbangkan hubungan antara karya sastra dan pengarangnya, yang
sering disebut sebagai subjek. Peran pengarang dianggap krusial dalam pembentukan karya sastra, karena
karya tersebut tidak dapat eksis tanpanya. Diskusi mengenai pengarang dan karyanya seringkali
mencakup biografi, pikiran, dan segala hal yang terkait dengan pengarang secara pribadi.

Pengarang dianggap mampu mencampurkan realitas dan imajinasi dalam karya sastranya,
menghadirkan tokoh dan latar yang tidak selalu merujuk pada dunia nyata. Kreativitas pengarang menjadi
kunci dalam menciptakan cerita, menggambarkan suasana, mengangkat tema-tema sosial, serta
menciptakan karakter tokoh. Pengarang dipandang sebagai individu yang mampu menyampaikan ekspresi
dan perasaannya melalui karya sastra. Imajinasi dan gagasan pengarang dianggap sebagai kejeniusan
yang mendasari karyanya, dengan perhatian utama tertuju pada aspek manusiawi dan alam bawah sadar
dari pengarang sebagai individu yang kreatif dan berbakat.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan ekspresif
terhadap cerpen atau ceita pendek “Kemarau” karya Andrea Hirata. Andrea Hirata menulis cerpen ini
sebagai responnya terhadap keadaan kampung yang panas serta gambaran mengenai kampung tersebut.
Hal ini berkaitan dengan kampung halaman pengarang yang berada di Belitung. Kalimat atau dialog yang
disampaikan dalam cerpenini menggunakan kata-kata yang bernada sindiran, berlebihan atau hiperbola,
metafora, dan simile. Cerita ini juga merupakan hasil pengamatan Andrea Hirata yang tajam pada
kejadian di sekeliling dan dituangkan dalam cerita tokoh, dan ciri khas gaya penulisan pengarang.

Pembahasan
Pengarang memulai cerita ini dengan keadaan kampung halamannya yang panas, membosankan
serta fasilitas yang tidak memadai. Yang tercurah pada cerpen “Kemarau” pada kutipan:

Barang kali karena hawa panas yang tak mau menguap dari kamar - kamar sempit yang dimuati
tujuh anak. Barangkali lantaran mertua makin cerewet karena gerah. Barangkali karena musim kemarau
terlanjur berkepanjangan, kampung kami menjadi sangat tidak enak setelah bulan Maret sampai
September.

Dari kutipan diatas memperlihatkan keadaan cuaca panas yang terjadi di kampung halaman pengarang
menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini diperjelas pada kutipan selanjutnya mengenai kampung halaman
yang membosankan dan fasilitas tidak memadai sebagai berikut:

Tak ada yang betah di rumah, dan makin menyusahkan karena tak ada hiburan di luar.

Tak ada galeri seni, gedung bioskop, kafe-kafe, atau pusat perbelanjaan untuk dikunjungi. Yang
sedikit menarik perhatian hanya sebuah jam besar di tengah kota dan jam itu sudah rusak selama 46
tahun. Jarum pendeknya ngerem mendadak di angka lima

Kutipan diatas berkaitan dengan kampung halaman pengarang yang memperlihatkan keadaan kampung
Andrea Hirata yang serba terbatas. Dalam cerprn ini, pengarang banyak menulis tentang kondisi sosial
yang ada pada masyarakat setempat. Termasuk didalamnya aspek ekonomi yang diutarakan dalam
kutipan berikut:

Tapi itu hanya lama-lama sekali, pun kalau harga timah sedang bagus—yang amat jarang
bagus.
Jika kemarau makin menggelegak, aku menyingkir dan duduk melamun dibelai angin di sebuah
kapal keruk yang termangu-mangu di sana. Kapal itu hanya tinggal segunung besi rongsokan. Mesin
besar nan digdaya, dulu selalu dikagumi anak-anak Melayu. Ketika meskapai Timah masih berjaya,
jumlahnya puluhan. Mereka mengepung kampung, menderu siang dan malam, mengorek isi bumi untuk
meraup timah. Kini, satu-satunya yang tertinggal, tempatku melamunkan nasib ini, teronggok seperti
fosil dinosaurus

Dari kutipan diatas, dapat kita peroleh pemahaman tentang kondisi perekonomian masyarakat kampung
yang sebagian besar bergantung pada pertambangan timah, yang sekarang telah bangkrut dan mesinnya
tidak lagi digunakan untuk mengeruk timah. Selain ekonomi, pengarang juga menceritakan beberapa
mitos yang dipercayai oleh masyarakat kampung. Hal ini dijelaskan dalam kutipan berikut:

Baiklah, mari bicara soal museum. Di sana ada sebuah ruangan yang jika dimasuki harus
membuka sandal dan mengucapkan assalamualaikum demi menghormati tombak-tombak karatan,
peninggalan para hulu balang antah berantah. Uang kecil yang diselipkan ke dalam kotak di samping
tombak-tombak itu dapat menyebabkan pendermanya awet muda dan enteng jodoh. Anak-anak yang tak
sengaja menunjuk tombak itu harus mengisap telunjuknya agar tidak kualat.

Antropologi yang mencakup tentang bagaimana keyakinan, nilai dan praktik keagamaan dapat
memengaruhi budaya dan masyarakat diceritakan mealui mitos dan takhayul yang masih ramai
dipercayai. Selanjutnya, cerpen Kemarau karya Andrea Hirata ini juga mengulik keadaan sosial politik
dengan sindiran kepada politisi yang menggantung reklame berisi program-program mereka di depan
patung pejuang 45.

Periode demi periode mereka telah berkuasa. Silih berganti mereka telah berkoar soal
perubahan-perubahan yang akan mereka buat, namun jam besar yang berada tepat di depan hidung
mereka telah rusak selama 56 tahun, tetap rusak selama 56 tahun, dan para pejuang 45, tetap
mengacungkan tinjunya pada mereka.

Paradoks yang tercipta di kenyataan yang kemudian dibumbui dengan sarkasme oleh pengarang
menggambarkan sebuah ketimpangan dan ironi yang dalam. Kritikan pengarang terhadap pemerintah
dapat kita pahami sebagai bentuk kekecewaan pengarang terhadap peguasa dan pemerintah tertuang pada
kutipan diatas.

Simpulan
Pendekatan ekspresif merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh Abrams. Dalam teori
Abrams, terdapat empat pendekatan utama yang meliputi pendekatan mimetik, pendekatan objektif,
pendekatan pragmatik, dan pendekatan ekspresif. Pendekatan mimetik menitikberatkan analisis pada
hubungan antara karya sastra dengan realitas di luar karya itu sendiri, sementara pendekatan objektif
fokus pada karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan pragmatik mengarahkan perhatian kepada peran
pembaca dalam memahami karya, sedangkan pendekatan ekspresif menyoroti peran pengarang dalam
menciptakan karya sastra. Pendekatan ekspresif memandang pengarang sebagai individu yang mampu
menyampaikan perasaan dan ekspresinya melalui karya sastra yang ditulisnya. Fokus utama terletak pada
imajinasi dan gagasan yang mendasari karya pengarang, yang dituangkan dalam bentuk ekspresi yang
bersifat pribadi dan didasarkan pada kreativitas imajinatif. Contoh konkret dari penerapan pendekatan
ekspresif adalah dalam cerita pendek "Kemarau", di mana imajinasi pengarang memunculkan unsur-unsur
seperti keajaiban dan kutukan, yang mungkin berada di luar batas akal sehat. Meskipun demikian,
pengarang berhasil menyampaikan cerita dengan baik, sehingga meskipun aneh, cerita tersebut tetap
terasa dekat dengan realitas dan logis. Dalam analisis cerpen "Kemarau", terlihat adanya penggunaan
imajinasi oleh pengarang untuk menyampaikan ide, perasaan, dan emosinya melalui karya sastra tersebut.

Referensi

Hutabarat, E. F., Siregar, J., & Sitanggang Gusar, M. R. (2021). Analisis Pendekatan Ekspresif
pada Novel “Cantik Itu Luka” Karya Eka Kurniawan. Sintaks: Jurnal Bahasa & Sastra Indonesia, 1(2),
49–53. https://doi.org/10.57251/sin.v1i2.721

Nurgiyantoto, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai