Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 3

I.
1. Sebutkan dan jelaskan tujuan audit untuk masing-masing perkiraan tersebut di
atas!
a. Aset Tak Berwujud:
1) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik.
2) Apakah perolehan, penambahan, dan penghapusan aset takberwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
3) Apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan di masa yang akan datang.
4) ⁠Apakah amortisasi aset takberwujud yang dimiliki perusahaan sesuai
dengan SAK ETAP/PSAK/IFRS.
5) Apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6) Apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan SAK ETAP/PSAK/IFRS.

b. Liabilitas Jangka Pendek:


1) Apakah terdapat internal control yang baik.
2) Apakah didukung dengan bukti-bukti dan transaksi benar-benar terjadi.
3) Semua liabilitas sudah tercatat dalam laporan keuangan.
4) Penyajian dalam laporan posisi keuangan sudah sesuai dengan SAK/IFRS.

c. Liabilitas Jangka Panjang:


1) Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik.
2) Untuk memastikan apakah seluruhnya sudah dicatat dalam laporan
keuangan.
3) Untuk memastikan apakah benar merupakan kewajiban perusahaan.
4) Apakah beban bunga dan bunga terutang sudah seluruhnya dicatat.
5) Apakah bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.

d. Ekuitas:
1) Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik.
2) Apakah struktur modal sudah sesuai dengan akte pendirian.
3) Apakah setiap perubahan pada retained earnings didukung dengan bukti-
bukti yang syah.
4) Apakah penyajian sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

e. Perkiraan Laba Rugi:


1) Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik.
2) Apakah struktur modal sudah sesuai dengan akte pendirian
3) Apakah setiap perubahan pada retained earnings didukung dengan bukti-
bukti yang syah.
4) Apakah penyajian sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

2. Sebutkan dan Jelaskan prosedur audit untuk masing-masing perkiraan tersebut di


atas!
a. Aset Tak Berwujud:
1) Pelajari dan evaluasi internal control.
2) Minta rincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check
footing dan cross footing.
3) ⁠Periksa penambahan aset takberwujud.
4) Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset tak berwujud.
5) Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang
ingin menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise.
6) Periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty
fee) sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
7) Apakah penyajiannya sudah sesuai dengan SAK ETAP/PSAK/IFRS.

b. Liabilitas Jangka Pendek:


1) Pelajari dan evaluasi internal control.
2) Minta rincian liabilitas jangka pendek, periksa jumlahnya dan cocokkan
saldonya dengan saldo di buku besar.
3) Kirim surat konfirmasi, terutama untuk yang saldonya besar dan saldo
yang sudah lama tidak berubah.
4) Apakah penyajiannya sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

c. Liabilitas Jangka Panjang:


1) Pelajari dan evaluasi internal control.
2) Kirim konfirmasi ke bank pemberi pinjaman, antara lain berisikan plafond
kredit, saldo, tingkat bunga, jangka waktu kredit dan jaminan.
3) Periksa penghitungan bunga, pembayaran bunga.
4) Untuk utang kepada pemegang saham, kirimkan juga surat konfirmasi.
5) Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun yang akan datang untuk dilakukan reklasifikasi.
6) Apakah penyajiannya sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

d. Ekuitas:
1) Pelajari dan evaluasi internal control.
2) Minta akte pendirian, cocokkan data yang ada dalam akte tersebut dengan
modal yang tercantum dalam laporan posisi keuangan.
3) Jika ada perubahan atas retained earnings, sudah disetujui oleh yang
berwenang dan periksa dokumen pendukung.
4) Jika akumulasi kerugian sudah mencapai 75% dari modal disetor, harus
ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
5) Apakah penyajiannya sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

e. Perkiraan Laba Rugi:


1) Pelajari dan evaluasi internal control.
2) Minta akte pendirian, cocokkan data yang ada dalam akte tersebut dengan
modal yang tercantum dalam laporan posisi keuangan.
3) Jika ada perubahan atas retained earnings, sudah disetujui oleh yang
berwenang dan periksa dokumen pendukung.
4) Jika akumulasi kerugian sudah mencapai 75% dari modal disetor, harus
ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
5) Apakah penyajiannya sudah sesuai dengan SAK ETAP/ IFRS.

II. a. Hitung laba atau rugi karena selisih kurs


Utang dagang 30 Nov 2018 Rp 14.000.000.000
Utang dagang 31 Des 2018 (Rp 14.500.000.000)
Laba/rugi selisih kurs Rp 500.000.000
b. Buat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang tersebut di atas
DR. Laba/rugi selisih kurs Rp 500.000.000
CR. Utang dagang Rp 500.000.000

III. 1. Mengapa auditor menerapkan pendekatan RBA ?


Auditor menerapkan pendekatan Risk Based Audit (RBA) karena berbagai alasan.
Pendekatan RBA dimulai dengan proses penilaian risiko audit, sehingga dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih difokuskan pada area penting
yang berisiko terjadinya penyimpangan atau kecurangan. Hal ini disebabkan oleh
permintaan dan tekanan untuk melakukan reformasi dalam pengelolaan perusahaan,
keinginan stakeholders agar perusahaan dikelola secara lebih efektif, dan keinginan dari
manajemen untuk memperoleh saran-saran perbaikan dalam kegiatan operasinya.
Pendekatan RBA memiliki banyak keuntungan bagi auditor dan auditee, seperti proses
audit dapat dilaksanakan dengan lebih efisien, mengurangi risiko pelaksanaan audit,
memberikan pendekatan audit sitematis dan unggul yang terfokus pada pengurangan
risiko, meningkatkan kemampuan auditor, membantu pemahaman yang lebih baik atas
operasi klien, dan membantu auditor untuk dapat menjadi konsultan yang dapat dipercaya
oleh klien. (kalo kepanjangan potong aja yaa)
2. Apa itu RBA ?
Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah suatu teknik audit dimana semua
kegiatan audit yang dimulai dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan
hasil audit berbasis pada prioritas risiko perusahaan yang telah ditetapkan bersama
manajemen operasional dengan melakukan risk assessment.
3. Manfaat RBA ?
Manfaat utama dari pendekatan Risk-Based Internal Audit adalah kemampuannya untuk
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang risiko-risiko yang mungkin
mempengaruhi tujuan organisasi. Dengan mengetahui risiko-risiko tersebut, manajemen
dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengelola dan mengurangi dampak
potensial.
4. Bagaimana penerapan Risk Based Audit pada usaha kecil?
Dengan menerapkan pendekatan RBA secara proporsional dan sesuai dengan ukuran dan
kebutuhan usaha kecil, Anda dapat membantu meningkatkan pengelolaan risiko,
mengidentifikasi peluang perbaikan, dan memastikan keberlanjutan bisnis yang lebih
baik.

IV. a. Identifikasi faktor utama yang mempengaruhi risiko bisnis klien dan risiko audit
yang dapat diterima untuk audit ini.
Jawab: Terabaikannya akunting pada Perusahaan Hara yaitu salah saji pada tagihan,
penerimaan kas dan piutang dagang dan kesalahan dalam membuat tagihan ke klien,
sehingga perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang lambat, dan menutup defisit
dengan modal, yang membuat risiko bisnis klien dan risiko inheren pada perusahaan ini
tinggi.

b. Risiko inheren apakah yang anda hadapi?


Jawab: Risiko inheren yang dihadapi mencakup risiko kesalahan dalam tagihan dan penerimaan
kas, kesalahan dalam rekaman penjualan, piutang dagang, dan bad debt yang tidak
teridentifikasi, serta risiko keuangan terkait dengan pinjaman besar dan pengurangan cadangan
modal.

c. Pada audit penjualan dan siklus penagihan ini, tipe tes yang mana sebaiknya anda
tekankan.
Berikut ini, jelaskan apabila rencana anda untuk menekankan pada tes-tes tertentu dan
berikan penjelasannya:
1.Test of control
2.Konfirmasi
3.Substantive test
4.Analytical procedures
5.Test of detail balance
Jawab :
1. Test of Control:
Tes kontrol perlu ditekankan untuk mengidentifikasi keefektifan kontrol yang ada dalam
proses penjualan dan penagihan, terutama dalam mengurangi risiko kesalahan tagihan
dan penerimaan kas.
2. Konfirmasi:
Konfirmasi saldo piutang dagang perlu ditekankan karena informasi yang diperoleh dari
konfirmasi dapat memvalidasi keakuratan saldo piutang dan mengidentifikasi potensi
kesalahan yang tidak terdeteksi sebelumnya.
3. Substantive Test:
Tes substantif, terutama dalam hal pengujian detail saldo dan transaksi, perlu ditekankan
untuk memverifikasi kebenaran dan kelengkapan rekaman penjualan, piutang dagang,
dan bad debt.
4. Analytical Procedures:
Prosedur analitis juga penting untuk ditekankan guna mengidentifikasi pola atau tren
yang tidak biasa dalam data penjualan dan penagihan, yang dapat menjadi indikasi
adanya potensi kesalahan atau fraud.
5. Test of Detail Balance:
Tes detail balance diperlukan untuk menguji secara rinci saldo-saldo penting seperti
piutang dagang dan bad debt, dengan fokus pada mengidentifikasi potensi kesalahan atau
penyimpangan yang signifikan.

Dengan menekankan tipe tes di atas, Anda dapat meningkatkan efektivitas audit dalam
mengidentifikasi risiko inheren yang ada dan memvalidasi keakuratan serta kelengkapan data
dalam siklus penjualan dan penagihan klien Hara.

V. Jelaskan hubungan antara siklus penggajian dan personalia serta penilaian persediaan!
Hubungan antara siklus penggajian, personalia, dan penilaian persediaan dapat terjadi dalam
konteks proses bisnis dan pengelolaan sumber daya perusahaan. Berikut adalah penjelasan
tentang hubungan antara ketiga konsep tersebut:
1. Data Karyawan dalam Proses Penggajian dan Penilaian Persediaan:
- Informasi tentang tenaga kerja langsung, seperti upah karyawan yang terlibat dalam proses
produksi, perlu dipertimbangkan dalam penilaian persediaan, terutama dalam penentuan biaya
produksi.
2. Koordinasi Antara Fungsi-Fungsi Terkait:
- Personalia dan bagian keuangan untuk memastikan bahwa data karyawan yang diperlukan
untuk siklus penggajian juga tersedia dan akurat untuk digunakan dalam penilaian persediaan.
- Koordinasi antara personalia, keuangan, dan bagian lainnya yang terlibat dalam proses
pengelolaan persediaan sangat penting untuk menjaga konsistensi dan keakuratan informasi yang
digunakan dalam proses bisnis.

Dengan demikian, siklus penggajian, personalia, dan penilaian persediaan saling terkait dalam
menjalankan operasi perusahaan yang efisien dan efektif serta memastikan bahwa sumber daya
manusia dan persediaan barang dikelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan
perusahaan.

VI. Jelaskan alasan mengapa perusahaan menggunakan metodepengujian


imprest?

Metode Imprest

Dalam sistem ini jumlah rekening dalam kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar yang
diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Apabila dan kas
kecil tinggal sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil akan meminta pengisian
kembali kas kecilnya sejumlah jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil. Dengan cara
ini jumlah uang dalam kas kecil kembali lagi seperti semula. Pengisian kembali pada
akhir periode ini perlu dikatakan agar biaya-biaya yang sudah dibayar dari kas kecil bisa
dicatat, karena dalam sistem imprest, pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat
pada saat pengisian kembali.

Itulah sebabnya banyak perusahaan mengunakan sistem ini. Misalnya, membuat akun
penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal pembayaran
gaji. Saldo tetap, misalkan Rp. 5.000.000,- dibuat dalam akun bank penggajian. Segera
sebelum setiap periode pembayaran, suatu cek atas transfer elektronik ditarik pada
akun kas umum untuk menyetorkan total jumlah penggajian bersih ke akun penggajian.
Setelah cek untuk gaji dilakukan pada akun penggajian impres, akun bank seharusnya
memiliki saldo Rp. 5.000.000,-. Satu-satunya setoran ke dalam akun adalah untuk
penggajian mingguan dan semi bulanan dan satu-satunya pengeluaran adalah
pembayaran cek kepada karyawan.

VII. jelaskan mengapa siklus persediaan sering kali merupakan bagian yang paling
sulit dan yang paling menghabiskan waktu dalam audit?
Siklus persediaan sering kali menjadi bagian yang paling sulit dan memakan
waktu dalam audit karena beberapa alasan utama:
​ 1. Kompleksitas Transaksi: Transaksi yang terkait dengan persediaan seringkali
sangat kompleks. Ini termasuk pembelian, penjualan, retur, pengembalian, dan
penyesuaian persediaan. Setiap transaksi ini harus ditelusuri dan diverifikasi
untuk memastikan keakuratan catatan persediaan.
​ 2. Risiko Pencurian dan Kehilangan: Persediaan merupakan aset yang rentan
terhadap pencurian dan kerusakan. Auditor harus memeriksa kontrol internal
yang berkaitan dengan pengendalian akses, pencatatan, dan pemantauan
persediaan untuk mengidentifikasi risiko-risiko ini.
​ 3. Penilaian Nilai Persediaan: Penilaian nilai persediaan bisa menjadi tantangan
karena ada beberapa metode yang dapat digunakan (seperti FIFO, LIFO, atau
metode rata-rata) dan perbedaan nilai antara mereka dapat signifikan. Auditor
harus memastikan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang relevan dan bahwa nilai persediaan yang dilaporkan sesuai
dengan prinsip konservatif.
​ 4. Pemisahan Fisik: Auditor sering perlu melakukan pemisahan fisik persediaan
untuk memverifikasi keberadaan dan kondisi fisiknya. Proses ini dapat memakan
waktu terutama jika persediaan tersebar di lokasi yang berbeda atau jika
persediaan berjumlah besar.
​ 5. Ketergantungan pada Pihak Ketiga: Banyak perusahaan memperoleh atau
menyimpan persediaan mereka di tempat penyimpanan yang dikelola oleh pihak
ketiga. Auditor harus bekerja sama dengan pihak ketiga ini untuk memverifikasi
informasi persediaan dan memastikan keterandalan data yang diberikan.
​ 6. Pengaruh Material Terhadap Laporan Keuangan: Persediaan biasanya memiliki
pengaruh material terhadap laporan keuangan perusahaan. Kesalahan dalam
perhitungan atau pencatatan persediaan dapat memiliki dampak yang signifikan
terhadap laporan keuangan, yang dapat mengarah pada kesalahan dalam
penilaian kinerja keuangan perusahaan.

VIII. Jelaskan proses dari siklus audit kas mengenai berawal dan berakhirnya siklus ini?
Siklus audit kas dimulai dengan perencanaan audit, dimana auditor menetapkan tujuan,jangka
waktu,dan sumber daya yang diperlukan. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan
bukti,dimana auditor mengumpulkan dokumen dan informasi terkait transaksi kas.setelah
itu,dilakukan pengujian pengendalian untuk mengevaluasi efektifitas kontrol internal perusahaan
dalam mengelola kas

Selanjutanya dilakukan pengunjian substansif,dimana auditor mengevaluasi keakuratan dan


kecukupan informasi keuangan terkait kas. Langkah terakhir adalah pelaporan hasil
audit,dimana auditor menyusun laporan audit yang berisi temuan,rekomendasi dan kesimpulan
mengenai kondisi keuangan perusahaan.

Siklus audit kas berakhir dengan penyelesaian laporan audit dan komunikasi hasilnya kepada
manajemen perusahaan.Proses ini kemudian dapat diikuti dengan tindak lanjut oleh manajemen
untuk memperbaiki temuan dan implementasi rekomendasi yang diberikan oleh auditor

Anda mungkin juga menyukai