Anda di halaman 1dari 10

SURAT BERHARGA

Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan pendapatan. Oleh
karena itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selama masa tidak terpakainya kas tersebut.
Karena jangka waktu tidak dipakainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan
dalam jangka pendek. Investasi jangka pendek (Investasi lancar) bisa dilakukan dalam bentuk
deposito, sertifikat bank atau surat-surat berharga yaitu saham (efek ekuitas) dan
obligasi (efek utang).

A. PENGERTIAN

Menurut pendapat Abdulkadir Muhammad surat berharga adalah surat yang oleh
penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa
pembayaran sejumlah uang, tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata
uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain.

Secara umum, surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
maupun pasar uang. Surat berharga merupakan bentuk penyertaan sementara atau investasi
jangka pendek dalam rangka memanfaatkan dana yang menganggur (idle fund)

B. SYARAT

Surat-surat berharga yang dibeli untuk tujuan investasi jangka pendek harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

1. Surat-surat berharga itu harus dapat segera dijual kembali dengan harga yang berlaku pada
tanggal penjualannya. Surat-surat berharga yang memenuhi syarat ini adalah surat-surat
berharga yang terdaftar dalam bursa saham.
2. Penjualannya kembali oleh pimpinan perusahaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
uang.

Pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi obligasi (efek utang) dan saham (ekuitas
di atur dalam PSAK No. 50. Menurut PSAK tersebut perusahaan harus meng klasifikasikan
investasi dalam obligasi dan investasi saham ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut
ini:
a) Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
b) Diperdagangkan (trading)
c) Tersedia untuk dijual (available for sale).

C. PENCATATAN SURAT BERHARGA

Surat-surat berharga yang dibeli didebitkan dalam rekening surat-surat berharga dengan
jumlah sebesar harga perolehannya. Diamana harga perolehan adalah keseluruhan harga yang
dibayarkan untuk mendapatkan surat-surat berharga (harga kurs ditambah komisi, provisi,
meterai dan biaya-biaya lain yang timbul pada saat pembelian).

Apabila surat berharga yang dibeli berupa obligasi dan pembeliannya dilakukan tidak pada
tanggal pembayaran bunga, maka timbul masalah bunga berjalan yaitu bunga yang dibayarkan
oleh pembeli untuk jangka waktu tanggal bunga terakhir sampai tanggal pembelian. Bunga
berjalan ini tidak termasuk dalam harga perolehan obligasi tetapi dicatat tersendiri. Ada 2
rekening yang dapat didebit untuk mencatat pembayaran bunga berjalan, yaitu rekening
pendapatan bunga atau rekening piutang pendapatan bunga. Pemilihan salah satu rekening di
atas akan berakibat pada pencatatan bunga yang diterima pertama kali.

Berikut ini merupakan contoh pencatatan surat berharga:

1. Obligasi
Obligasi merupakan surat jangka menengah panjang yang dapat di pindahtangankan,
berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bungan pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli

Contoh perhitungan Obligasi sebagai Berikut:

Pada tanggal 1 Agustus 2005 dibeli 10 lembar obligasi PT Baruna yang nominal per
lembar sebesar Rp50.000,00 dengan kurs 101. Obligasi ini berbunga 12% setahun dan
dibayarkan setiap tanggal 1 Mei dan 1 November pada saat pembelian dibayar provisi dan
materai sebesar Rp5.000,00. Tanggal 1 Desember 2005, seluruh obligasi PT Baruna dijual
dengan kurs 102, biaya penjualan sebesar Rp3.000,00.
Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi tanggal 1 Agustus 2005 sebagai berikut:
Surat berharga – Obligasi PT Baruna Rp510.000,00
Pendapatan Bunga Rp15.000,00
Kas Rp525.000,00
Perhitungan:
Harga Perolehan obligasi
101 Rp 505.000,00
Harga kurs 100 x Rp500.000,00 =
Provisi dan materai 5.000,00
Rp 510.000,00

Bunga Berjalan:
Tanggal bunga terakhir : 1 Mei 2005
Tanggal pembelian : 1 Agustus 2005
Periode bunga berjalan : 3 Bulan
: 3/12 x 12% x Rp500.000,00 = Rp15.000,00

Dalam jurnal diatas rekening pendapatan bunga di debit untuk mencatat bunga berjalan
yang dibayar. Penggunaan rekening ini akan mempengaruhi jurnal pencatatan penerimaan
bunga pada tanggal 1 November 2005 di mana semua penerimaan bunga ini akan dikreditkan
ke rekening pendapatan bunga.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 November 2005 sebagai berikut:
Kas Rp30.000,00
Pendapatan Bunga Rp30.000

Perhitungan:
Periode bunga: 1 Mei sampai dengan 1 November = 6 bulan
6/12 x 12% x Rp500.000,00 = Rp30.000,00

Selain di debitkan dalam rekening pendapatan bunga bunga, berjalan dapat juga dicatat
dengan mendebit rekening piutang pendapatan bunga sehingga yang dibuat untuk mencatat
pembelian obligasi tanggal 1 Agustus sebagai berikut:
Surat berharga – Obligasi PT Baruna Rp510.000,00
Piutang pendapatan Bunga Rp15.000,00
Kas Rp525.000,00

Pada tanggal penerimaan bunga 10 November 2005 jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Kas Rp30.000,00
Piutang pendapatan bunga - Rp15.000,00
Pendapatan bunga - Rp15.000,00

Kedua cara di atas memberikan hasil yang sama yaitu pendapatan bunga sebesar
Rp15.000,00. Seperti yang telah dikatakan di muka, penjualan obligasi dapat menimbulkan
laba atau rugi. Perhitungan laba atau rugi dilakukan dengan membandingkan harga jual bersih
dengan harga perolehannya. Harga jual bersih adalah harga jual dikurangi dengan biaya
penjualan, sedangkan penerimaan bunga berjalan dicatat tersendiri.
Harga jual obligasi PT Baruna pada tanggal 1 Desember 2005 dihitung sebagai berikut:
102
Harga kurs: 100 x Rp500.000,00 = Rp 510.000,00
Biaya penjualan 3.000,00
Harga jual Rp 507.000.00

Sedang bunga berjalan dihitung sejak 1 November sampai dengan 1 Desember 2005=
½ x 12% x Rp500.000,00 = Rp5.000,00
Laba atau rugi penjualan dihitung sebagai berikut:
Harga jual = Rp 510.000,00
Harga perolehan 507.000.00
Rugi Rp 3.000,00

Jurnal untuk mencatat penjualan obligasi tanggal 1 Desember 2005 sebagai berikut:
Kas Rp512.000,00
Rugi penjualan surat berharga 3.000,00
Surat berharga – Obligasi PT Baruna Rp510.000,00
Pendapatan Bunga 5.000,00

Periode perhitungan bunga berdasarkan pada hari yang sebenarnya dan 1 tahun
diperhitungkan sebanyak 360 hari. Hari terjadinya transaksi tidak diperhitungkan tetapi tanggal
jatuh temponya diperhitungkan.
Misalnya obligasi dengan tanggal bunga 1 Mei dan 1 November dibeli pada tanggal 9
Agustus 2005. Harga bunga dihitung sebagai berikut:
Mei : 30 hari (tanggal 1 tidak diperhitungkan)
Juni : 30 hari
Juli : 31 hari
Agustus : 9 hari (tanggal 9 tidak diperhitungkan)
Jumlah : 100 hari

2. Investasi Surat Berharga-Saham


Saham Merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak ( badan usaha) dalam
suatu perusahaan terbatas. Dengar penyertaan modal, maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan.
a. Keuntungan Saham yaitu:
a) Dividen
Pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.
b) Capital Gain

b. Risiko saham
a) Capital loss
b) Risiko Likuidasi

c. Contoh soal saham


Misalnya pada tanggal 1 Agustus 2005 dibeli 100 saham preferen (prioritas) 14% dari
PT Rajawali, nominal Rp10.000,00 per lembar dengan kurs 104. Provisi dan meterai yang
dibayar sebesar Rp5.000,00. Dividen dibayarkan setiap akhir tahun. Pada tanggal 15
Februari 2006 saham-saham tersebut dijual kembali dengan kurs 108 dan biaya penjualan
Rp4.000,00
Pembelian saham dicatat dalam rekening surat berharga dengan jumlah sebesar harga
perolehan yaitu harga kurs ditambah biaya-biaya pembelian yang terdiri dari komisi,
provisi dan meterai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian saham tanggal 1 Agustus
2005 sebagai berikut:

Jurnal Saat Pembelian Saham:

Harga Peroleh:

Harga Kurs = 104/100 * 100 lembar * Rp.10.000 = Rp.1.040.000

Provisi dan Matrai = Rp. 5.000

Harga Perolehan = Rp. 1.045.000

Dividen Berjalan:

Walaupun Dividen saham prefers itu sudah pasti jumlahnya, biasanya tidak ada
perhitungan dividen berjalan pada saat pembelian atau penjualan

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1 Ags Surat Berharga-Saham Rp 1.045.000
Kas Rp 1.045.000

Jurnal Saat Penerimaan Deviden:

Perhitungan Deviden yang di terima:

14% * Rp. 1000.000 = Rp. 140.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31Des Kas Rp 140.000
Pendapatan Dividen Rp 140.000

Jurnal Penjualan Saham:


Dengan cara membandingkan harga jual dengan harga perolehan
Harga Jual Saham;
Harga Kurs: 108/100*Rp.1.000.000 = Rp.1.080.000
Biaya Penjualan = Rp. 4000
Harga Jual = Rp. 1.076.000
Harga Perolehan Saham = Rp. 1.045.000
Laba Penjualan Surat berharga = Rp. 31.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


15 Ags Kas Rp 1.076.000
Saham Rp 1.045.000
Laba Penjualan Sahan Rp 31.000

D. PENILAIAN SURAT BERHARGA


Ada dua metode penilaian Surat Berharga yaitu:
1. Metode Harga Perolehan
Dalam metode ini, surat berharga dicantumkan sebesar harga perolehannya. Metode
ini tidak mengakui terhadap keuntungan dari kenaikan/ penurunan kurs surat-surat
berharga.

Contoh:
Tanggal 23 des 2013, PT. Trukindo membeli saham biasa PT.Express 1000lbr
@Rp1.450. Provisi dan materai Rp 150.000. Tanggal 29 des 2013, PT. Trukindo
menjual saham biasa PT. PT.Express 500lbr @Rp 2.000.Provisi dan materai
Rp200.000. Berapakah Nilai Surat Berharga yang dimiliki oleh PT. Trukindo per 31
desember. Dengan metode Harga Perolehan?

Penjelasan:
Pembelian tgl 23/12/13
Harga Perolehan:
Harga 1000 lbr * Rp.1.450 = Rp.1.450.000
Provisi & materai = Rp. 150.000
Harga Perolehan = Rp. 1.600.000

Penjualan tgl 29/12/13


Harga Jual:
Harga 500Lbr * Rp.2000 = Rp.1.000.000
Provisi & materai = Rp. 200.000
Harga Jual = Rp.800.000

Informasi:
• Sisa Lembar 500Lbr (1000Lbr – 500Lbr)
• Cost Per 31 des 2003 = Rp. 1.600.000 – Rp.800.000 = Rp. 800.000

Jadi pada Tgl 31 Des 2023 surat berharga dicatat sebesar harga perolehan yaitu Rp.
800.000

2. Metode harga terendah harga perolehan dengan harga pasar.


Apabila harga pasar surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari
harga perolehannya dengan selisih yang cukup berarti, dan nyata bahwa penurunan
tersebut tidak bersifat sementara, maka surat berharga yang dicantumkan dalam
kelompok aktiva lancar dan neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya. Dalam dan ini
akan diakui adanya kerugian yang belum direalisasi. Jumlah kerugian yang di akui adalah
sebesar selisih antara harga perolehan dengan harga pasar pada tanggal neraca.

penurunan nilai surat berharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat
berharg Rugi ini termasuk dalam kelompok rugi di luar usaha dalam laporan laba rugi,
sedang cadangan penurunan nilai surat berharga akan dicantumkan di dalam neraca
mengurangi rekening surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah
diturunkan nilainya, maka laba rugi penjualan dihitung dengan membandingkan harga
jual dengan harga perolehan yang baru (sesudah dikurangi cadangan).

Dlm metode ini, surat berharga dicantumkan sebesar harga terendah antara Harga
pokok dan Harga pasarnya. Dengan metode ini, Terbagi 2 cara yang dapat diterapkan
kepada surat berharga yaitu:
• Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat-surat berharga
• Diterapkan kepada masing-masing element surat berharga

Contoh; diketahui data investasi PT Risa Fadila pada tanggal 31 Desember 2015,
sebagai berikut:

Yang lebih rendah


antara harga perolehan
Keterangan Harga Perolehan Harga Pasar atau harga pasar
(Masing-masing
elemen)
100 Lembar Obligasi PT Baruna, 12% Rp 505.000 Rp 512.000 Rp 505.000
100 Lembar saham preferent (prioritas)
PT.Rajawali, 12% Rp 1.040.000 Rp 1.020.000 Rp 1.020.000
200 Lembar saham biasa PT.Barito Rp 990.000 Rp 975.000 Rp 975.000
Jumlah Rp 2.535.000 Rp 2.507.000 Rp 2.500.000

A. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat-surat berharga

Jika diterapkan kepada jumlah seluruh surat berharga, maka:

Surat berharga yang tercantum dineraca Rp.2.507.000

Dibandingkan Hp dengan H.pasar:


HP = Rp 2.535.000
H.Pasar = Rp 2.507.000
Selisih = Rp. 28.000 (Selisih Rugi)

Jurnal Pada Tgl 31 Desember adalah:


Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp.28.000
Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Rp.28.000

B. Diterapkan Pada Setiap Surat Berharga

Jika diterapka kepada masing-masing elemen surat berharga, maka surat berharga yang
tercantum dineraca Rp.2.500.000
Harga perolehan = Rp.2.535.000
Harga pasar = Rp 2.000.000
Selisih = Rp.35.000

Jurnalnya
Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp.35.000
Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Rp.35.000

Lalu Bagaimana Jika Surat Berharga dijual?


Misalnya pada Tanggal 21 Januari 2016, semua surat berharga dijual dengan harga bersih Rp.
2.560.000
Jurnalnya:
Kas Rp.2.560.000
Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 28.000
Surat berharga – Obligasi Obligasi PT Baruna Rp. 2.560.000
Surat berharga – Saham PT.Rajawali Rp. 1.040.000
Surat berharga – Saham PT.Barito Rp. 990.000
Laba penjualan surat berharga Rp. 53.000
Laba Penjualan surat berharga sebesar Rp. 53.000 dihitung sebagai berikut:
Harga Jual Rp. 2.560.000
Harga Perolehan Rp.2.535.000
Cadangan P. Nilai Rp. 28.000
Rp. 2.507.000
Rp. 53.000

Bagimana jika surat berharga tidak di jual sekaligus?


jika surat berharga tidak di jual sekaligus, maka setiap terjadi penjualan surat berharga tidak
dilakuka penyesuaian pada rekening Cadangan Penurunan nilai. Rekening cadangan
penurunan nilai baru akan di sesuaikan pada akhir periode
Pada bulan Maret 2016 di jual 200 lembar saham PT Barito dengan harga kurs 105 dan biaya
penjualan sebesar Rp. 10.000. Perhitungannya sebagai berikut
Harga Kurs = 105/100 * 200 Lbr * Rp. 5.000 = Rp. 1.050.000
Biaya Penjualan = Rp. 10.000
Harga Jual saham = Rp. 1.040.000
Harga Perolehan = Rp. 990.000
Laba Penjualan Saham = Rp 50.000

Jurnal yang dibuat adalah:


Kas Rp. 1.040.000
Suart berharga – Saham PT Brito Rp. 990.000
Laba Penjualan Saham Rp 50.000

Anda mungkin juga menyukai