Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Investasi Jangka Pendek

Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan


pendapatan. Oleh karena itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selama masa
tidak terpakainya kas tersebut. Karena jangka waktu tidak dipakainya kas itu
relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam jangka pendek. Investasi
jangka pendek bisa dilakukan dalam bentuk deposito, sertifikat bank atau surat-
surat berharga yaitu saham dan obligasi. Di dalam neraca investasi jangka pendek
termasuk dalam kelompok aktiva lancar. Surat-surat berharga yang dibeli untuk
tujuan investasi jangka pendek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Surat-surat berharga itu harus dapat segera dijual kembali dengan harga yang
berlaku pada tanggal penjualannya. Surat-surat berharga yang memenuhi syarat ini
adalah surat-surat berharga yang terdaftar dalam bursa saham.
2. Penjualannya kembali oleh pimpinan perusahaan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan uang.
Surat-surat berharga yang memenuhi syarat-syarat di atas mungkin dimiliki
dalam waktu yang sangat singkat atau mungkin juga agak lama. Tetapi karena surat-
surat berharga tersebut merupakan sumber uang yang segera maka di dalam neraca
dikelompokkan dalam aktiva lancar. Apabila syarat-syarat di atas tidak dapat
dipenuhi, maka surat berharga yang dimiliki akan dikelompokkan sebagai investasi
jangka panjang.

Pencatatan Surat-Surat Berharga


Surat-surat berharga yang dibeli didebitkan dalam rekening surat-surat
berharga dengan jumlah sebesar harga perolehannya. Harga
perolehan surat berharga adalah harga kurs ditambah komisi, provisi, materai dan
biaya-biaya lain yang timbul pada saat pembelian. Dengan kata lain harga perolehan
adalah harga beli ditambah semua biaya pembelian. Apabila surat berharga yang
dibeli berupa obligasi dan pembeliannya dilakukan tidak pada tanggal pembayaran
bunga, maka timbul masalah bunga berjalan yaitu bunga yang dibayarkan oleh
pembeli untuk jangka waktu tanggal bunga terakhir sampai tanggal pembelian. Bunga
berjalan ini tidak termasuk dalam harga perolehan obligasi tetapi dicatat
sendiri. Ada 2 rekening yang dapat didebit untuk mencatat pembayaran bunga
berjalan, yaitu rekening pendapatan bunga atau rekening piutang pendapatan bunga.
Pemilihan salah satu rekening di atas akan berakibat pada pencatatan bunga yang
diterima pertama kali.
Penjualan surat-surat berharga akan menimbulkan laba atau rugi jika harga
jual tidak sama dengan harga perolehannya. Dalam hal obligasi, seperti pada waktu
membeli maka pada waktu penjualannya juga timbul masalah bunga berjalan.
Investasi jangka pendek dalam saham

Pencatatan Pembelian Saham :

Pembelian saham akan dicatat sebelah debet akun surat-surat


berharga menurut harga perolehannya. Yang dimaksud dengan
harga perolehan adalah harga kurs ditambah dengan semua
biaya yang terjadi pada saat pembelian.

Dalam jual beli surat berharga dikenal beberapa istilah yaitu:

Harga Nominal yaitu nilai surat berharga yang tertera diatas


surat berharga.

Harga kurs adalah persen kurs dikalikan dengan harga nominal.


Persen kurs adalah harga jual atau beli surat berharga yang
berlaku di bursa efek. Persen kurs ada 3 tingkat yakni :

Kurs @ pari artinya kurs 100% dimana harga beli surat


berharga di bursa efek sama dengan nilai nominal surat berharga.

Kurs diatas pari artinya kurs diatas 100% dimana harga


jual/beli surat berharga di bursa efek selalu lebih rendah dari
harga nominalnya.

Kurs dibawah pari artinya kurs dibawah 100% dimana


harga jual/beli surat berharga di bursa efek selalu lebih rendah
dari harga nominal.

Biaya-biaya pada jual/beli beli surat berharga berupa :

Biaya provisi adalah upah perantara adalah upah


perantara yang melakukan transaksi jual atau beli surat berharga.
Karena tidak emua orang yang berkepentingan dapat masuk ke
bursa efek, sehingga harus menyuruh perantara seperti
komisioner dan makelar, dan mereka harus diberi upah yang
disebut provisi atau komisi.
Materai yang akan dibubuhkan pada akte surat berharga.

Kedua biaya tersebut menjadi tanggungan pembeli sehingga


menjadi unsur harga pokok surat berharga.

Pencatatan Pembelian Saham

Pembelian saham akan dicatat sebelah debet akun surat-surat


berharga menurut harga perolehannya. Yang dimaksud dengan
harga perolehan adalah harga kurs ditambah dengan semua
biaya yang terjadi pada saat pembelian.

Dalam jual beli surat berharga dikenal beberapa istilah yaitu:

Harga Nominal yaitu nilai surat berharga yang tertera diatas


surat berharga.

Harga kurs adalah persen kurs dikalikan dengan harga nominal.


Persen kurs adalah harga jual atau beli surat berharga yang
berlaku di bursa efek. Persen kurs ada 3 tingkat yakni :

Kurs @ pari artinya kurs 100% dimana harga beli surat


berharga di bursa efek sama dengan nilai nominal surat berharga.

Kurs diatas pari artinya kurs diatas 100% dimana harga


jual/beli surat berharga di bursa efek selalu lebih rendah dari
harga nominalnya.

Kurs dibawah pari artinya kurs dibawah 100% dimana


harga jual/beli surat berharga di bursa efek selalu lebih rendah
dari harga nominal.

Biaya-biaya pada jual/beli beli surat berharga berupa :

Biaya provisi adalah upah perantara adalah upah


perantara yang melakukan transaksi jual atau beli surat berharga.
Karena tidak emua orang yang berkepentingan dapat masuk ke
bursa efek, sehingga harus menyuruh perantara seperti
komisioner dan makelar, dan mereka harus diberi upah yang
disebut provisi atau komisi.

Materai yang akan dibubuhkan pada akte surat berharga.

Kedua biaya tersebut menjadi tanggungan pembeli sehingga


menjadi unsur harga pokok surat berharga.

Contoh soal :

Misalnya pada tanggal 1 Agustus 2006 dibeli 100 saham preferen (prioritas) 14%
dari PT. Cendrawasih, nominal Rp 10.000,00 per lembar dengan kurs 104. Provisi dan
meterai yang dibayar sebesar Rp 5.000,00. Dividen dibayarkan setiap akhir tahun.
Pada tanggal 15 Februari 2007 saham-saham tersebut dijual kembali dengan kurs
108 dengan biaya penjualan Rp 4.000,00.
Pembelian saham dicatat dalam rekening surat berharga dengan jumlah sebesar
harga perolehan yaitu harga kurs ditambah biaya-biaya pembelian yang terdiri dari
komisi, provisi dan meterai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian saham
tanggal 1 Agustus 2006 sebagai berikut:

Surat berharga-saham PT. Rp


Cendrawasih 1.045.000,00
Rp
Kas 1.045.000,00

Perhitungan:
104 x 100 lb x Rp Rp
Harga kurs 100 10.000,00 = 1.040.000,00
Provisi dan meterai 5.000,00
Harga perolehan Rp
saham 1.045.000,00

Walaupun dividen saham preferen (prioritas) itu sudah pasti jumlahnya, biasanya
tidak ada perhitungan dividen berjalan pada saat pembelian atau penjualan.
Pada tanggal 31 Desember 2006 dividen yang diterima sebesar 14% x Rp
1.000.000,00 = Rp 140.000,00 dicatat sebagai berikut:

Rp
Kas 140.000,00
Pendapatan Rp
dividen 140.000,00

Seperti halnya obligasi, laba rugi penjualan saham dihitung dengan membandingkan
harga jual dengan harga perolehannya.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan saham tanggal 15 Februari 2007
sebagai berikut:

Rp
Kas 1.076.000,00
Surat berharga-saham PT. Rp
Cendrawasih 1.045.000,00
Laba penjualan surat berharga 31.000,00

Perhitungan:
Harga kurs 108 x Rp Rp
100 1.000.000,00 = 1.080.000,00
Biaya penjualan 4.000,00
Rp
Harga jual saham 1.076.000,00
Harga perolehan saham 1.045.000,00
Laba
penjualan surat berharga Rp 31.000,00

Kadang-kadang investasi surat-surat berharga dilakukan dengan beberapa kali


pembelian dimana masing-masing pembelian harga perolehannya berbeda-beda.
Perbedaan harga perolehan ini akan menimbulkan masalah menentukan besarnya laba
atau rugi pada waktu penjualan surat berharga.
Harga perolehan saham yang dibebankan pada waktu penjualan sedapat-dapatnya
ditentukan dengan cara identifikasi khusus, yaitu cara yang membebankan harga
perolehan sesuai dengan fisiknya. Jadi kalau yang dijual itu saham pembelian
pertama maka harga perolehan yang dibebankan juga harga perolehan saham
pembelian pertama tersebut. Apabila timbul kesulitan menyamakan arus harga
perolehan dengan arus fisiknya maka harga perolehan yang dibebankan pada saat
penjualan bisa ditentukan dengan cara masuk pertama keluar pertama
(MPKP/FIFO), atau dengan cara rata-rata tertimbang ( weighted average).

Penilaian Surat-Surat Berharga


Dalam hubungan dengan penilaian surat-surat berharga, Prinsip
Akuntansi Indonesia menyebutkan:1

Surat berharga yang segera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga
perolehannya atau harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya.

Prinsip di atas menyatakan bahwa penilaian surat berharga dalam neraca dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu harga perolehan ( cost) atau dengan yang lebih
rendah antara harga perolehan atau harga pasar.

Harga Perolehan
Cara ini digunakan jika perubahan harga surat-surat berharga hanya sementara saja
dan jumlahnya tidak terlalu besar sehingga dalam neraca surat-surat berharga
tercantum sebesar harga perolehannya. Di sini tidak ada pengakuan terhadap
kerugian yang berasal dari turunnya harga surat-surat berharga sebelum surat-
surat berharga tersebut dijual. Apabila ternyata ada penurunan harga, maka neraca
bisa diberi penjelasan baik berbentuk keterangan, maupun catatan kaki.

Yang Labih Rendah antara Harga Perolehan atau Harga Pasar


Apabila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari
harga perolehannya dengan selisih yang cukup berarti dan nyata bahwa penurunan
tersebut tidak bersifat sementara, maka surat berharga yang dicantumkan dalam
kelompok aktiva lancar dalam neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya. Di sini
akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi. Jumlah kerugian yang diakui adalah
sebesar selisih dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca.
Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebit rekening rugi penurunan
nilai surat berharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat berharga. Rugi
penurunan nilai surat berharga termasuk kelompok rugi di luar usaha dalam laporan
rugi laba sedang cadangan penurunan nilai surat berharga akan dicantumkan di
dalam neraca mengurangi rekening surat berharga. Apabila terjadi
penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya maka laba rugi penjualan
dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru
(sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih
rendah antara harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan kepada surat-
surat berharga dengan dua cara:
1. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat-surat berharga.
2. Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga.
Sebagai contoh penerapan cara-cara di atas misalnya diketahui data
investasi surat berharga milik PT. Dhiya Aldina pada tanggal 31 Desember 2006
sebagai berikut:

Keterangan Harga Perolehan Harga Pasar Yang Lebih


Rendah antara
Harga Perolehan
atau Harga Pasar
(Masing-masing
Elemen)
100 lembar Rp 505.000,00 Rp 512.000,00 Rp 505.000,00
obligasi PT.
Wibawa, 12%
100 lembar 1.040.000,00 1.020.000,00 1.020.000,00
saham preferen
(prioritas) PT.
Cendrawasih,
12%
200 lembar 990.000,00 975.000,00 975.000,00
saham biasa PT.
Barito
Jumlah Rp 2.535.000,0 Rp 2.507.000,0 Rp 2.500.000,00
0 0

Jika diterapkan dengan cara pertama yaitu kepada jumlah keseluruhan surat-surat
berharga maka dibandingkan antara Rp 2.535.000,00 dengan Rp 2.507.000,00, yaitu
jumlah harga perolehan dengan jumlah harga pasar. Ternyata yang lebih rendah
adalah jumlah harga pasar Rp 2.507.000,00 sehingga surat berharga dalam neraca
akan nampak sebesar Rp 2.507.000,00.

Jika diterapkan dengan cara kedua yaitu kepada masing-masing elemen surat
berharga maka perbandingannya dilakukan satu per satu, yang pertama obligasi PT.
Wibawa ternyata harga perolehannya sebesar Rp 505.000,00 itu lebih rendah dari
harga pasarnya, maka yang akan digunakan adalah jumlah Rp 505.000,00, yang kedua
saham preferen PT. Cendrawasih, ternyata harga pasarnya Rp 1.020.000,00 lebih
rendah dari harga perolehannya dan yang ketiga saham biasa PT. Barito harga
pasarnya lebih rendah. Jumlah dari yang lebih rendah masing-masing elemen yaitu
Rp505.000,00 + Rp1.020.000,00 + Rp975.000,00 = Rp2.500.000,00 ini akan nampak
dalam neraca.

Jika diterapkan pada jumlah keseluruhan surat berharga, maka kerugian yang
diakui, pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar: Rp2.535.000,00 Rp2.507.000,00
= Rp28.000,00.

Jika diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga maka kerugian yang
diakui sebesar Rp2.535.000,00 Rp2.500.000,00 = Rp35.000,00.

Misalnya penerapannya kepada jumlah keseluruhan surat-surat berharga maka


pengakuan rugi sebesar Rp28.000,00 dicatat dengan jurnal pada tanggal 31
Desember 2006 sebagai berikut:

Rp
Rugi penurunan nilai surat berharga 28.000,00
Cadangan penurunan Rp
nilai surat berharga 28.000,00

Di dalam neraca surat berharga dicantumkan dengan jumlah sebesar harga


perolehannya (Rp 2.535.000,00) dikurangi cadangannya sebesar Rp 28.000,00
sehingga jumlah bersihnya sebesar Rp 2.507.000,00. Cadangan penurunan
nilai surat berharga ini akan dihapuskan apabila surat-surat berharganya dijual.

Misalnya pada tanggal 21 Januari 2007 semua surat berharga tersebut di atas
dijual dengan harga bersih Rp 2.560.000,00. Penjualan ini akan dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:

Rp
Kas 2.560.000,00
Cadangan penurunan
nilai surat berharga 28.000,00
Surat berharga-obligasi PT.
Wibawa Rp 505.000,00
Surat berharga-saham PT.
Cendrawasih 1.040.000,00
Surat berharga-saham PT. Barito 990.000,00
Laba penjualan surat berharga 53.000,00
Laba penjualan surat berharga sebesar Rp 53.000,00 dihitung sebagai berikut:

Rp
Harga jual 2.560.000,00
Rp
Harga perolehan 2.535.000,00
Cadangan penurunan
nilai 28.000,00
2.507.000,00
Rp 53.000,00

Apabila dalam tahun 2007 surat berharga tersebut dijual tidak sekaligus, maka
akan timbul masalah menghitung penurunan nilai tiap jenis surat berharga, terutama
bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat berharga. Dalam hal penurunan
nilai dihitung untuk keseluruhan surat berharga, dan penjualan surat-surat berharga
itu tidak dilakukan sekaligus, maka tiap kali terjadi penjualan surat berharga tidak
dilakukan penyesuaian pada rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan
ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.

Misalnya pada bulan Maret 2007 dijual 200 lembar saham PT. Barito dengan harga
kurs 105 dan biaya penjualan sebesar Rp 10.000,00.
Perhitungannya sebagai berikut:
105 x 200 lb x Rp Rp
Harga kurs = 100 5.000,00 = 1.050.000,00
Biaya penjualan 10.000,00
Rp
Harga jual saham 1.040.000,00
Harga perolehan 990.000,00
Laba penjualan
saham Rp 50.000,00
Jurnal yang dibuat:
Rp
Kas 1.040.000,00
Surat berharga-saham PT. Rp
Barito 990.000,00
Laba penjualan saham 50.000,00
Dengan jurnal seperti di atas, rekening cadangan penurunan nilai surat berharga
tidak berubah saldonya, yaitu masih sebesar Rp 28.000,00. Saldo ini terbawa
sampai tanggal 31 Desember 2007. Pada akhir 2007 dilakukan perbandingan antara
harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki, sehingga dapat
diketahui berapa besar penurunan nilainya. Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan
dengan saldo rekening cadangan penurunan nilai surat berharga, dan rekening ini
disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember 2007.

Misalnya pada tanggal 31 Desember 2007 harga perolehan seluruh saham yang
dimiliki sebesar Rp 2.050.000,00 dan harga pasarnya sebesar Rp 2.000.000,00.
Penurunan nilai sebesar Rp 50.000,00. Karena saldo rekening cadangan penurunan
nilai Cuma sebesar Rp 28.000,00, maka dibuat penyesuaian dengan jurnal sebagai
berikut:
Rp
Rugi penurunan nilai surat berharga 22.000,00
Cadangan penurunan Rp
nilai surat berharga 22.000,00

Sebaliknya bila saldo rekening cadangan penurunan nilai lebih besar dari penurunan
nilai sesungguhnya, maka rekening cadangan penurunan nilai di debit dan kreditnya
adalah rekening laba berkurangnya rekening cadangan penurunan
nilai surat berharga.

Cara seperti di atas dapat meniadakan kesulitan penentuan besarnya penurunan nilai
untuk setiap surat berharga jika perhitungannya diterapkan pada keseluruhan
jumlah surat berharga.

Apabila surat berharga sudah diturunkan nilainya sampai pada jumlah harga
pasarnya maka penyesuaian-penyesuaian berikutnya hanya dibuat selama perubahan-
perubahan harga tersebut masih di bawah harga pokoknya. Bila harganya naik
sampai di atas harga pokoknya maka penyesuaian yang dibuat maksimum akan
berhenti sesudah rekening cadangan penurunan nilai menunjukkan saldo
nol. Financial Statement Nomor 12 dari FASB2 menyatakan bahwa lower of cost or
market untuk penilaian surat-surat berharga harus diterapkan kepada jumlah
keseluruhan surat-surat berharga.

Anda mungkin juga menyukai