Contoh soal :
Misalnya pada tanggal 1 Agustus 2006 dibeli 100 saham preferen (prioritas) 14%
dari PT. Cendrawasih, nominal Rp 10.000,00 per lembar dengan kurs 104. Provisi dan
meterai yang dibayar sebesar Rp 5.000,00. Dividen dibayarkan setiap akhir tahun.
Pada tanggal 15 Februari 2007 saham-saham tersebut dijual kembali dengan kurs
108 dengan biaya penjualan Rp 4.000,00.
Pembelian saham dicatat dalam rekening surat berharga dengan jumlah sebesar
harga perolehan yaitu harga kurs ditambah biaya-biaya pembelian yang terdiri dari
komisi, provisi dan meterai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian saham
tanggal 1 Agustus 2006 sebagai berikut:
Perhitungan:
104 x 100 lb x Rp Rp
Harga kurs 100 10.000,00 = 1.040.000,00
Provisi dan meterai 5.000,00
Harga perolehan Rp
saham 1.045.000,00
Walaupun dividen saham preferen (prioritas) itu sudah pasti jumlahnya, biasanya
tidak ada perhitungan dividen berjalan pada saat pembelian atau penjualan.
Pada tanggal 31 Desember 2006 dividen yang diterima sebesar 14% x Rp
1.000.000,00 = Rp 140.000,00 dicatat sebagai berikut:
Rp
Kas 140.000,00
Pendapatan Rp
dividen 140.000,00
Seperti halnya obligasi, laba rugi penjualan saham dihitung dengan membandingkan
harga jual dengan harga perolehannya.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan saham tanggal 15 Februari 2007
sebagai berikut:
Rp
Kas 1.076.000,00
Surat berharga-saham PT. Rp
Cendrawasih 1.045.000,00
Laba penjualan surat berharga 31.000,00
Perhitungan:
Harga kurs 108 x Rp Rp
100 1.000.000,00 = 1.080.000,00
Biaya penjualan 4.000,00
Rp
Harga jual saham 1.076.000,00
Harga perolehan saham 1.045.000,00
Laba
penjualan surat berharga Rp 31.000,00
Surat berharga yang segera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga
perolehannya atau harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya.
Prinsip di atas menyatakan bahwa penilaian surat berharga dalam neraca dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu harga perolehan ( cost) atau dengan yang lebih
rendah antara harga perolehan atau harga pasar.
Harga Perolehan
Cara ini digunakan jika perubahan harga surat-surat berharga hanya sementara saja
dan jumlahnya tidak terlalu besar sehingga dalam neraca surat-surat berharga
tercantum sebesar harga perolehannya. Di sini tidak ada pengakuan terhadap
kerugian yang berasal dari turunnya harga surat-surat berharga sebelum surat-
surat berharga tersebut dijual. Apabila ternyata ada penurunan harga, maka neraca
bisa diberi penjelasan baik berbentuk keterangan, maupun catatan kaki.
Jika diterapkan dengan cara pertama yaitu kepada jumlah keseluruhan surat-surat
berharga maka dibandingkan antara Rp 2.535.000,00 dengan Rp 2.507.000,00, yaitu
jumlah harga perolehan dengan jumlah harga pasar. Ternyata yang lebih rendah
adalah jumlah harga pasar Rp 2.507.000,00 sehingga surat berharga dalam neraca
akan nampak sebesar Rp 2.507.000,00.
Jika diterapkan dengan cara kedua yaitu kepada masing-masing elemen surat
berharga maka perbandingannya dilakukan satu per satu, yang pertama obligasi PT.
Wibawa ternyata harga perolehannya sebesar Rp 505.000,00 itu lebih rendah dari
harga pasarnya, maka yang akan digunakan adalah jumlah Rp 505.000,00, yang kedua
saham preferen PT. Cendrawasih, ternyata harga pasarnya Rp 1.020.000,00 lebih
rendah dari harga perolehannya dan yang ketiga saham biasa PT. Barito harga
pasarnya lebih rendah. Jumlah dari yang lebih rendah masing-masing elemen yaitu
Rp505.000,00 + Rp1.020.000,00 + Rp975.000,00 = Rp2.500.000,00 ini akan nampak
dalam neraca.
Jika diterapkan pada jumlah keseluruhan surat berharga, maka kerugian yang
diakui, pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar: Rp2.535.000,00 Rp2.507.000,00
= Rp28.000,00.
Jika diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga maka kerugian yang
diakui sebesar Rp2.535.000,00 Rp2.500.000,00 = Rp35.000,00.
Rp
Rugi penurunan nilai surat berharga 28.000,00
Cadangan penurunan Rp
nilai surat berharga 28.000,00
Misalnya pada tanggal 21 Januari 2007 semua surat berharga tersebut di atas
dijual dengan harga bersih Rp 2.560.000,00. Penjualan ini akan dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Rp
Kas 2.560.000,00
Cadangan penurunan
nilai surat berharga 28.000,00
Surat berharga-obligasi PT.
Wibawa Rp 505.000,00
Surat berharga-saham PT.
Cendrawasih 1.040.000,00
Surat berharga-saham PT. Barito 990.000,00
Laba penjualan surat berharga 53.000,00
Laba penjualan surat berharga sebesar Rp 53.000,00 dihitung sebagai berikut:
Rp
Harga jual 2.560.000,00
Rp
Harga perolehan 2.535.000,00
Cadangan penurunan
nilai 28.000,00
2.507.000,00
Rp 53.000,00
Apabila dalam tahun 2007 surat berharga tersebut dijual tidak sekaligus, maka
akan timbul masalah menghitung penurunan nilai tiap jenis surat berharga, terutama
bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat berharga. Dalam hal penurunan
nilai dihitung untuk keseluruhan surat berharga, dan penjualan surat-surat berharga
itu tidak dilakukan sekaligus, maka tiap kali terjadi penjualan surat berharga tidak
dilakukan penyesuaian pada rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan
ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.
Misalnya pada bulan Maret 2007 dijual 200 lembar saham PT. Barito dengan harga
kurs 105 dan biaya penjualan sebesar Rp 10.000,00.
Perhitungannya sebagai berikut:
105 x 200 lb x Rp Rp
Harga kurs = 100 5.000,00 = 1.050.000,00
Biaya penjualan 10.000,00
Rp
Harga jual saham 1.040.000,00
Harga perolehan 990.000,00
Laba penjualan
saham Rp 50.000,00
Jurnal yang dibuat:
Rp
Kas 1.040.000,00
Surat berharga-saham PT. Rp
Barito 990.000,00
Laba penjualan saham 50.000,00
Dengan jurnal seperti di atas, rekening cadangan penurunan nilai surat berharga
tidak berubah saldonya, yaitu masih sebesar Rp 28.000,00. Saldo ini terbawa
sampai tanggal 31 Desember 2007. Pada akhir 2007 dilakukan perbandingan antara
harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki, sehingga dapat
diketahui berapa besar penurunan nilainya. Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan
dengan saldo rekening cadangan penurunan nilai surat berharga, dan rekening ini
disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember 2007.
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2007 harga perolehan seluruh saham yang
dimiliki sebesar Rp 2.050.000,00 dan harga pasarnya sebesar Rp 2.000.000,00.
Penurunan nilai sebesar Rp 50.000,00. Karena saldo rekening cadangan penurunan
nilai Cuma sebesar Rp 28.000,00, maka dibuat penyesuaian dengan jurnal sebagai
berikut:
Rp
Rugi penurunan nilai surat berharga 22.000,00
Cadangan penurunan Rp
nilai surat berharga 22.000,00
Sebaliknya bila saldo rekening cadangan penurunan nilai lebih besar dari penurunan
nilai sesungguhnya, maka rekening cadangan penurunan nilai di debit dan kreditnya
adalah rekening laba berkurangnya rekening cadangan penurunan
nilai surat berharga.
Cara seperti di atas dapat meniadakan kesulitan penentuan besarnya penurunan nilai
untuk setiap surat berharga jika perhitungannya diterapkan pada keseluruhan
jumlah surat berharga.
Apabila surat berharga sudah diturunkan nilainya sampai pada jumlah harga
pasarnya maka penyesuaian-penyesuaian berikutnya hanya dibuat selama perubahan-
perubahan harga tersebut masih di bawah harga pokoknya. Bila harganya naik
sampai di atas harga pokoknya maka penyesuaian yang dibuat maksimum akan
berhenti sesudah rekening cadangan penurunan nilai menunjukkan saldo
nol. Financial Statement Nomor 12 dari FASB2 menyatakan bahwa lower of cost or
market untuk penilaian surat-surat berharga harus diterapkan kepada jumlah
keseluruhan surat-surat berharga.