Dosen Pembimbing :
Nawir Rasidi, S.St.,Mt
Disusun Oleh :
Ryo Rizky Nuari 2141350033/ 18 3TRKJJ2
1
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia kesehatan,
kesempatan, dan semangat yang tinggi sehingga Tugas Besar Struktur Jembatan yang
berjudul “Perencanann ulang Jembatan Samota Type Pelengkung” ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan selalu kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW. Tak lupa secara khusus penulis sampaikan terimakasih tak
terhingga kepada:
1. Bapak Nawir Rasidi, S.St., Mt selaku dosen mata kuliah Struktur Jembatan Beton yang
telah mencurahkan waktunya dan dengan penuh kesabaran dalam membimbing.
2. Teman-teman kelas 3 TRKJJ 2 Program Studi D-IV Teknologi Rekayasa Konstruksi
Jalan dan Jembatan, Politeknik Negeri Malang, yang telah memotivasi untuk
menyelesaikan laporan tugas besar ini, dan
3. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan tugas besar ini.
Penulis berharap semoga laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mengenai mata kuliah Struktrur Jembatan Beton. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan laporan ini.
Malang, 10 DESEMBER
2023
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Penyusun, Dosen Penanggung Jawab
ii
ABSTRAK
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.8 Nilai Vu Dan Zo Untuk Berbagai Varian Kondisi Permukaan hulu.......23
Tabel 4.4 Perhitungan Momen Dan Gaya Akibat Berat Sendiri Balok................63
Tabel 4.5 Perhitungan Momen Dan Gaya geser Akibat Beban Mati Sendiri........65
4
Tabel 4.7 Perhitungan Momen Dan Gaya Geser Akibat Beban Mati Tambahan.67
5
Tabel 4.8 perhitungan momen dan gaya geser akibat beban lajur “D”................69
Tabel 4.9 Perhitungan Momen Dan Gaya Geser Akibat Gaya Rem.....................71
Tabel 4.10 Perhitungan Momen Dan Gaya Geser Akibat Beban Angin.................73
DAFTAR GAMBAR
7
Gambar 4.5 Pembebanan Pada Kerb................................................................49
8
Gambar 4.8 Pembebanan Berat Beban Hidup..................................................55
9
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
A = Luas penampang.
AC = Luas penampang.
C = Kohesi tanah (kN/m3).
Csm = Adalah koefisien respon gempa elastis.
EQ = Adalah gaya gempa horizontal statis (kN).
es = Eksentrisitas.
h = Tinggi total balok penampang
Ht = Tinggi total balok penampang.
L = Panjang total jembatan yang terbebani (m).
n = Jumlah tendon atau jumlah pasangan tendon yang ditarik.
P = Beban vertikal (kN).
Pt = Prategang awal.
Peff = Prategang aktif sesudah kehilangan.
q = Adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanang jembatan
kPa.
Rd = Adalah modifikasi respons.
T = Beban horizontal (kN).
VB = Kecepatan angin rencana yaitu 90 km/jam hingga 126 km/jam.
VDZ = Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam).
V0 = Kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorologi.
V10 = Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah
atau permukaan air rencana (km/jam).
Wa = Tahanan momen sisi atas.
Wb = Tahanan momen sisi bawah.
Wt = Berat total struktur dari beban mati dan beban hidup (kN).
Y = Titik berat penampang.
ya = Jarak titik berat penampang terhadap sera tatas.
10
yb = Jarak titik berat penampang terhadap serat bawah.
Z = Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan
air dimana beban angin dihitung (Z 10000 mm).
fpA = Kehilangan prategang akibat slip angkur.
11
DAFTAR SINGKATAN
A = Slip angkur
BGT = Beban Garis Terpusat
BTR = Beban Terbagi Rata
CR = Rangkak Beton
ES = Perpendekan Elastis Beton
EW = Beban Angin
F = Friksi
MA = Beban Mati Tambahan
MS = Berat Sendiri
PR = Pengaruh Prategang
R = Relaksasi Baja
SH = Susut Beton
TB = Gaya Rem
TD = Beban Lajur
TT = Beban Truck
12
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR
Gambar
1– Existing
1
Jembatan Samota dibangun dengan struktur pelengkung sebagai penopang utama dari struktur
jembatan. Jembatan dibangun pada tahun 2015 dan mulai beroperasi pada awal 2018, jembatan
Samota menjadi salah satu ikon kabupaten dan menjadi tempat baru wisata di Sumbawa. Jembatan
ini memiliki panjang 80 m dan lebar jalan 7 m tidak termasuk trotoar dan dirancang tanpa pilar. Pada
skripsi ini direncanakan ulang struktur jembatan dengan menggunakan penampang box girder
prategang sebagai bentang utama jembatan. Desain rencana jembatan box girder akan dibagi menjadi
2 bentang yang masing-masing bentang terdiri dari 40 m dengan adanya pilar di tengah bentang,
dengan total panjang jembatan yaitu 80 m dan lebar jembatan 8 m. Perencanaan jembatan dimulai
dengan penjelasan mengenai latar belakang, pemilihan tipe box girder, perumusan, tujuan
perencanaan, dan pembahasan. Peraturan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah pembebanan
untuk jembatan SNI 1725:2016, perencanaan terhadap beban gempa SNI 2833-2016, dan SNI
7833:2012, untuk analisa struktur menggunakan program Microsoft Excel dan penggambaran
permodelan jembatan menggunakan aplikasi Autocad 2013. Materi pembahasan meliputi kontrol
kehilangan gaya prategang, kontrol tegangan yang terjadi, dan kontrol lendutan. Hasil dari
perencanaan jembatan dengan menggunakan box girder ialah, digunakan box girder dengan tinggi
box 2,4 m dan lebar 10,3 m, terdiri slab atas dengan tebal slab atas bagian tengah 25 cm, slab atas
bagian tepi 25 cm, tebal dinding tengah 30 cm dan slab bawah dengan tebal 25 cm. Digunakan 7
tendon dibagi 3 bagian atas penampang dan 4 bagian bawah penampang, setiap tendon terdiri dari 25
strands. Kata kunci: Perencanaan jembatan, Box girder, Beton prategang, Samota
Gambar 3–
Jembatan Jembatan
Samota
1.1.1 Beton bertulang
Beton
bertulang adalah
kombinasi dari
beton dan tulangan
baja yang
digunakan dalam
konstruksi untuk
memberikan kekuatan, kekakuan, dan daya tahan yang lebih baik terhadap beban yang
bekerja pada struktur.
1.1.2 Jembatan Tipe Balok T
Jembatan tipe balok T (T-beam bridge) adalah salah satu jenis jembatan yang
menggunakan balok balok berbentuk melintang T sebagai elemen struktural utamanya.
Balok gelagar pada jembatan tipe balok T memiliki penampang melintang yang
menyerupai huruf T saat dilihat dari samping. Bentuk ini memberikan kekuatan dan
kekakuan yang baik pada balok gelagar. Pembangunan jembatan ini akan lebih
2
ekonomis pada bentang 50-1000 ft (15-25 m) pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pengerjaan)
1.1.3 Bagian Bagian Struktur Jembatan
Secara umum struktur jembatan terbagi atas beberapa bagian
Struktur atas jembatan (superstructure)
Sesuai dengan istilahnya berada pada baglan atas suatu Jembatan, berfungsi menampung
beban-beban yang ditlmbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dll dan kemudian
menyalurkan kepada bangunan bawah. Adapun kompoen bagian struktur atas seperti
permukaan atas jembatan (wearing surface), pelat lantai jembatan, member primer (balok
girder). member sekunder (balok diafragma).
Struktur bawah Jembatan(Substructure)
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya
menerima / memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan
kepondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Elemen
struktur bawah biasanya dapat berupa kolom pier, dinding ataupun berupa pangkal
Jembatan (abutment)
Pondasi
Pondasi adalah bagian dari struktur bangunan atau jembatan yang terletak di bawah
permukaan tanah dan berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan ke tanah yang
lebih kuat. Pondasi bertugas untuk mendukung dan menjaga stabilitas struktur di
atasnya.
Landasan Jembatan
Landasan jembatan (bridge abutment) adalah bagian struktur jembatan yang berfungsi
sebagai penyangga di kedua ujung jembatan. Landasan jembatan berada di tepi atau
sisi jembatan dan berfungsi untuk menopang balok gelagar atau struktur atas jembatan
serta mentransfer beban ke tanah di sekitarnya.
1.2 Dasar Dasar Peraturan Perencanaan
Dalam perencauaau struktur jembatan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
dengan staudar spesifikasi teknis. Peraturan yang digunakan didasarkan pada pedoman
perencanaan sebagai berikut :
Peraturan PUPR No. 41 PRT M 2015 Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan
Terowongan Jalan
• Permen PU No 19 PRT M 20 1 1 Persyaratan Teknis Jalau dau Kriteria Perencanaan
3
Telmis Jalan
• SE Menteri PUPR No 07-SE-M-20 15 Pedoman Persyaratan Umu m Perencanaan
Jembatan
• SN! 1725 -2016 Pembebanan Untuk Jembatan
• SNI 2833 -2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Behan Gempa
• SNI 03-2850-1992 Tata Cara Pemasaugau Utilitas di Jalan
• SNI 8460 -2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
• RSNI T-03-2005 Standar pereucanaau strnktur baja untuk jembatan
• RSNI T-12-2004 Standar perencanaau strnktw·betou uutuk jembatan
• BMS 92 Bridge Design Code vol I dan 2
• BMS 92 Bridge Manual Design vol I dan 2
• AASHTO LRFD Bridge Design Specifications 2017
Dalam perencanaan kontrnksi harus memenuhi syarat dan ketentuan pokok-pokok
perencanaan jembatan yaitu:
Kontrnksi jembatan harus memiliki kekuatan dan stabilitas struktur
Bangunan hams benar -beuar mempunya i keawetan dan kelayakan jaugka panjang
Bangunan jemba tau juga diperhitungkan pada kemudahan pemeriksaan dan
pemeliharaan
Kontruksi hams berfungsi pada kenyamanan bagi pengguna jemba tan
Kontrnksi yang ekonomis dan mudah pada waktu pelaksanaannya (dapat menyingkat
pekerjaan
Bangunan memiliki estetika keindahan kontruksi
Bangunan kontruksi memiliki resiko burnk lingkungan yang seminim mungkin
1.3 Mutu Bahan
Mutu atau kualitas adalah kumpulan sifat-sifat atau karakteristik produk atau jasa yang
mencerminkan tingkat penerimaan kebutuhan pelanggan atau pemakai (costumers).
Definisi lain untuk mutu yang sering diasosikan dengan proyek adalah fitness for use. Istilah
ini sering disamping memiliki arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan masalah
tersediannya produk, keandalan, dan masakah pemeliharaan. Data data mutu bahan yang
digunakan :
a) Mutu beton
Berdasarkan kuat tekan karakteristik beton pada umur 28 hari, kuat tekan telah
mencapai Fc’ = 35 Mpa,
Density (kepadatan) beton sebesar 24000 kg/m³
Tinggi slump diijinkan : 5-7 cm
4
b) Mutu Baja Tulangan
Kuat leleh tulangan fsy untuk baja polos dan ulir dari kelas BJ-32, fsy = 320
Mpa,
Modulus elastisitas Es = 2 x 10⁵ Mpa
c) Perletakan
Jenis perletakan : Elastometer Laminasi
Bahan : karet alam dan pelat baja yang diikat bersatu selama vulkanisasi,
dengan kekerasan IHRD 53 ± 5
Selimut minimum untuk elastometer untuk melindungi pelat baja bagian atas
dan bawah sebesar 4mm, bagian sisi sebesar 6mm
1.4 Sistem Pembebanan
Kesalahan dalam perencanaan beban atau penerapan beban pada perhitungan akan
mengakibatkan kesalahan yang fatal juga pada hasil desain bangunan tersebut. Oleh
karena itu sangat penting untuk merencanakan pembebanan pada struktur jembatan
dengan sangat teliti agar struktur jembatan yang didesain tersebut nantinya akan aman.
Jembatan harus diperhitungkan beban-beban yang bekerja terhadapnya agar memenuhi
standart kekuatannya. Beban pada jembatan diatur berdasarkan SNI 1725- 2016.
5
6 Beton ringan (low density) 12,25 – 19,6 1250 – 2000
7 Beton 𝑓c’ < 35 Mpa 22,0 – 25,0 2320
35 < 𝑓c’< 105 MPa 22 + 0,22 𝑓c’ 2240 + 2,29 𝑓c’
8 Baju (steel) 78,5 7850
9 Kayu (ringan) 7,8 800
10 Kayu keras (hard wood) 11,0 1125
Tabel 1 - Berat isi untuk beban mati
6
penurunan, gaya akibat tempratur, gaya apung, beban angin, dan beban arus
Dalam Perencanaan kali ini pembebanan yang direncanakan beban trafik, yaitu
beban vertikal primer akibat berat kendaraan dan beban sekunder horizontal akibat
perubahan kecepatan kendaraan.
1. Beban vertikal primer akibat berat kendaraan
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan atas beban lajur “D” dan beban
truk “T”. Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung
pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.
Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 gandar yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana.Secara umum,
beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang
mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T" digunakan
untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
a. Lajur lalu lintas rencana
Jumlah lajur lalu lintas rencana ditentukan dengan mengambil bagian integer
dari hasil pembagian lebar bersih jembatan (w) dalam mm dengan lebar lajur
rencana sebesar 2750 mm. Perencana harus memperhitungkan kemungkinan
berubahnya lebar bersih jembatan dimasa depan sehubungan dengan perubahan
fungsi dari bagian jembatan.
7
Tabel 4 Jumlah lajur lalu lintas rencana
8
Berdasarkan Tabel diatas, bila lebar bersih jembatan berkisar antara 3000 mm
sampai 5000 mm, maka jumlah jalur rencana harus diambil satu lajur lalu lintas
rencana dan lebar jalur rencana harus diambil sebagai lebar jalur lalu lintas. Jika
jembatan mempunyai lebar bersih antara 5250 mm dan 7500 mm, maka jembatan
harus direncanakan memiliki dua lajur rencana, masing-masing selebar lebar bersih
jembatan dibagi dua. Jika jembatan mempunyai lebar bersih antara 7750 mm dan
10000 mm, maka jembatan harus direncanakan memiliki tiga lajur rencana,
masing-masing selebar lebar bersih jembatan dibagi tiga.
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada
panjang total yang dibeban L yaitu seperti berikut :
Beban merata (UDL)
L < 30m q = 9 kPa
L > 30m q = 9 x ( 0,5+15/L) kPa
Beban garis (KEL) P = 49 kN/m
DLA (KEL) = 0,4 untuk L < 50 meter
Keterangan
Q = adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan kPa
L = adalah panjang total jembatan yang dibebani
9
Gambar 4 – Beban lanjut “D”
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus
terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. untuk
mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua
yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang pada jembatan pada
bentang lainnya.
Beban Beban Truk “T” (TT)
Selain beban “D” terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk “T”. Beban truk “T”
tidak dapat dipergunakan untuk perhitungan struktural lantai. Adapun faktor beban untuk
beban “T” seperti terlihat pada tabel 5
Keterangan :
- v adalah kecepatan rencana jalan raya (m/detik)
- f adalah faktor dengan nilai 4/3 untuk kombinasi beban selain keadaan batas
fatik dan 1,0 untuk keadaan batas fatik
- g adalah percepatan gravitasi: 9.8 (m/detik2)
- Rl adalah jari-jari kelengkungan lajur lalu lintas (m)
11
Faktor beban untuk setiap kombinasi pembebanan harus diambil seperti Tabel.
Dalam kombinasi pembebanan harus dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
Faktor beban harus dipilih untuk menghasilkan kondisi ekstrem akibat beban yang
bekerja. Setiap kombinasi pembebanan harus diselidiki kondisi ekstrem maksimun
dan minimal.
Untuk beban permanen, harus dipilih faktor beban yang menghasilkan
kombinasi pembebanan kritis. Jika pengaruh beban permanen meningkatkan
stabilitas komponen jembatan, maka faktor beban terkurangi (minimum) harus
diperhitungkan. Gaya total terfaktor yang digunakan dalam perencanaan harus
dihitung dengan menggunakan Persamaan.
𝒬 = ∑ 𝜂𝑖 𝛾𝑖𝒬𝑖
Keterangan :
ηi = faktor pengubah respons,
𝛾𝑖 = faktor beban, dan
𝑄𝑖 = gaya atau beban yang bekerja pada jembatan.
12
1.4.4 Kombinasi Beban
Kombinasi beban untuk SNI 1725 2016 bebeda dengan RSNI T-02 2005 . Berikut
kombinasi beban yang harus ditinjau menurut SNI 1725 2016 :
Kuat 1 : kombinasi pembebanan yang memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada
jembatan dalam keadaan normal tanpa memperhitungkan beban angin. Pada
kombinasi ini semua gaya nominal yang terjadi dikalikan dengan faktor beban yang
sesuai.
Kuat II : kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan penggunaan jembatan untuk
memikul beban kendaraan khusus yang ditentukan pemilik tanpa memperhitungkan
beban angin.
Kuat III : kombinasi pembebanan dengan jembatan dikenai beban angin berkecepatan
90 km/jam hingga 126 km/jam.
Kuat IV : kombinasi pembebanan untuk memperhitungkan kemungkinan adanya rasio
beban mati dengan beban hidup yang besar.
Kuat V : kombinasi pembebanan berkaitan dengan operasional normal jembatan
dengan memperhitungkan beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam.
Ekstrem I : kombinasi pembebanan gempa, faktor beban hidup yang
mempertimbangkan bekerjanya beban hidup pada saat gempa berlangsung harus
ditentukan berdasarkan kepentingan jembatan.
Ekstrem II : kombinasi pembebanan yang meninjau kombinasi antara beban hidup
terkurangi dengan beban yang timbul akibat tumbukan kapal, tumbukan kendaraan,
banjir atau beban hidrolika lainnya, kecuali untuk kasus pembebanan akibat
tumbukan kendaraan (TC). Kasus pembebanan akibat banjir tidak boleh
dikombinasikan dengan beban akibat tumbukan kendaraan dan tumbukan kapal.
Layan I : kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional jembatan
dengan semua beban mempunyai nilai nominal serta memperhitungkan adanya beban
angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam. Kombinasi digunakan untuk
mengontrol lendutan serta lebar retak
Layan II : kombinasi pembebanan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
pelelehan pada struktur baja dan selip pada sambungan akibat beban kendaraan.
Layan III : kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada arah
memanjang jembatan beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak
dan tegangan utama tarik pada bagian badan dari jembatan beton segmental.
Layan IV : kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada kolom
beton pratekan dengan tujuan mengontrol besarnya retak.
Fatik : kombinasi beban fatik dan fraktur sehubugan dengan umur fatik akibat induksi
beban yang waktunya tak terbatas.
13
Gambar 6 Kombinasi beban dan faktor beban
14
Kelompok pembebanan dan simbol untuk beban
Beban permanen dan transien harus diperhitung akan dalam perencanaan jembatan:
a. Beban Permanen
MS = beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan.
MA = beban mati perkerasan dan utilitas
TA = gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL = gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang disebabkan oleh proses
pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi akibat perubahan statika
yang terjadi pada konstruksi segmental
PR = prategang
b. Beban Transien
SH = gaya akibat susut/rangkak
TB = gaya akibat rem
TR = gaya sentrifugal
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
TV = gaya akibat tumbukan kapal
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
TD = beban lajur “D”
TT = beban truk “T”
TP = beban pejalan kaki
SE = beban akibat penurunan
ET = gaya akibat temperatur gradien
EUn = gaya akibat temperatur
seragam EF = gaya apung
EWs = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada
kendaraan EU = beban arus
dan hanyutan
15
1.5 Prosedur Analisis
Pada perencanaan Jembatan Beton Balok T di Kabupaten Sidoarjo, berikut merupakan
prosedur analisis yang dilakukan oleh penulis:
1.5.1 Menetapkan spesifikasi jembatan yang hendak dibangun yang melingkupi jenis
jembatan, kelas jembatan, panjang total jembatan, lebar jembatan, lebar badan jalan,
dan lebar trotoar yang ada pada jembatan.
1.5.2 Melakukan preliminary design untuk mengetahui ukuran sementara dari gelagar atau
girder, diafragma, dan pelat yang ada pada jembatan.
1.5.3 Memodelkan rencana jembatan pada software Autodesk AutoCad 2020 yang meliputi
gambar denah, potongan memanjang, potongan melintang, dan penampang girder.
Langkah ini dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya, dimana jembatan
akan dimodelkan dalam bentuk 3 dimensi.
1.5.4 Memodelkan rencana jembatan pada software Robot Structural Analysis Professional
2022 (RSAP 2022) untuk memperoleh tampak 3 dimensi dari jembatan yang
direncanakan.
1.5.5 Melakukan pembebanan struktur yang bekerja pada jembatan, kemudian melakukan
pemodelan pembebanan struktur melalui software Robot Structural Analysis
Professional 2022 (RSAP 2022).
1.5.6 Menentukan analisa struktur pada software Robot Structural Analysis Professional
2022 (RSAP 2022) untuk mengetahui nilai gaya ataupun momen yang bekerja pada
struktur jembatan.
1.5.7 Menentukan perencanaan tiap elemen struktur dengan bantuan Microsoft Excel.
Elemen struktur yang direncanakan yaitu meliputi: girder (analisa balok T), pelat arah
Mx, pelat arah My, sengkang, kerb, tiang sandaran, dan pipa.
16
1.6 Desain/Pemodelan Elemen Struktur
Berikut merupakan hasil desain atau pemodelan elemen struktur melalui software
Autodesk AutoCad 2021 dan Robot Structural Analysis Professional 2022 (RSAP 2022):
17
Gambar 11 Penampang Girder
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan merupakan suatu penghubung sungai, lembah, laut, saluran irigasi, dan
lainnya. Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua
bagian jalan yang terputus. Pembangunan jembatan di berbagai daerah di Indonesia,
hampir sebanding dengan banyaknya jembatan yang dibangun namun tidak mampu
mencapai umur rencananya, dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi dari struktur
jembatan yang cepat mengalami kerusakan yang diakibatkan pertumbuhan volume
dan arus lalu lintas yang pesat dan tidak sesuai rencana. Menurut Pusat Data dan
Teknologi Informasi (Pusdatin), 2017 Indonesia memiliki 18.014 unit jembatan di
tahun 2016, namun sebanyak 61,59% jembatan di Indonesia berada dalam kondisi
baik. Adapun material penyusun jembatan banyak menggunakan jenis beton
prategang. Dasar pemilihan material beton ada keuntungannya karena ketersediaan
dan proses produksi yang mudah, serta bisa dicetak menjadi banyak bentuk.
Penggunaan beton prategang sebagai konstruksi dengan bentang panjang dikarenakan
pada sifat yang dimiliki pada beton itu sendiri dan kekuatan untuk menahan beban
yang didukungnya. Beton dibandingkan dengan bahan lain memiliki beberapa
kelebihan yaitu kuat tekan tinggi, tahan api dan termasuk bahan yang awet. Sifat
beton yang tidak kuat terhadap tegangan tarik yang tinggi, maka diperkuat dengan
baja yang memiliki kuat tarik tinggi.
Jembatan Samota adalah jembatan yang dibangun di atas Sungai Brang Biji yang
merupakan jembatan pertama dengan struktur pelengkung di Pulau Sumbawa yang
berfungsi selain sebagai infrastruktur penghubung Simpang Jalan Negara (SJN)
Garuda dengan Tanjung Menangis, jembatan ini juga menjadi salah satu ikon
kabupaten dan menjadi tempat baru wisata di Sumbawa. Jembatan Samota adalah
akronim untuk tiga kawasan di Sumbawa, yaitu Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan
Gunung Tambora. Dimana tiga kawasan tersebut menjadi daerah eksotis Sumbawa.
1
Jembatan Samota merupakan jembatan yang dibangun pada tahun 2015 dan
mulai beroperasi pada awal tahun 2018 yang memiliki panjang 80 m dan lebar 14 m.
Jembatan ini terbuat dari struktur pelengkung sebagai penopang utama dari struktur
jembatan. Pada penelitian ini, bangunan atas jembatan samota akan direncanakan
ulang menggunakan beton prategang tipe box girder dengan panjang 80 m dan lebar 8
m. Tipe prategang ini dipilih karena dapat memikul beban lentur yang lebih besar,
dan tahan terhadap gaya geser.
2
3. Pengerjaan perhitungan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Penggambaran
permodelan jembatan menggunakan aplikasi Autocad 2013.
4. Box girder yang digunakan adalah Bridge product by WIKA BETON dengan
type RM1921.
5. Digunakan Strand cable standar dari BBR VT CONA CMI dengan jenis strand
seven-wire strand according to prEN 10138-3
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
mengacu pada peraturan perencanaan pembebanan jembatan RSNI T-02-2005.
Desain rencana jembatan box girder dibagi menjadi tiga bentang yang terdiri dari 45
m, 90 m, dan 45 m. Pada tahap perencanaan dilakukan perhitungan terhadap struktur
skunder jembatan seperti pagar pembatas. Kemudian menganalisa beban yang terjadi
seperti analisa berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu lintas dan analisa
pengaruh waktu seperti creep dan kehilangan gaya prategang. Hasil analisa tersebut
dilakukan kontrol tegangan kemudian dilanjutkan dengan perhitungan penulangan,
setelah perhitungan jembatan atas, dilanjutkan dengan pembahasan metode
pelaksanaan yang dalam hal ini menggunakan Balanced Cantilever dengan Traveller.
Dilanjutkan dengan perencanaan bangunan bawah yaitu, pilar dan pondasi. Akhir dari
perencanaa ini adalah didapat bentuk dan dimensi elastomer yang dipakai 750 mm x
750 mm x 248 mm dengan tebal plat 3 mm terdiri atas 12 lapis dan jumlah tendon
box girder yang dipakai pada kondisi kantilever adalah tipikal pada semua segmen,
yaitu 12 sc dengan F yang dihasilkan 6000 kN sedangkan saat continuos beam jumlah
tendon bertambah hingga 56 sc dalam gambar perencanaan.
5
3. Jika jembatan runtuh, sistem akan lumpuh,
Bila lebar jembatan kurang lebar untuk menampang jumlah jalur yang
diperlukan untuk lalu lintas, jembatan akan menghambat laju lalu lintas. Dalam hal
ini jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berat lalu lintas yang dapat
dilayani oleh sistem transportasi. Oleh karena itu, jembatan dapat dikatakan
mempunyai fungsi keseimbangan (balancing) dari sistem transportasi (Supriyadi dan
Muntohar, 2007).
6
2.2.4 Gaya prategang
Gaya prategang dipengaruhi oleh momen total yang terjadi. Gaya prategang
yang disalurkan harus memenuhi kontrol batas pada saat kritis. Persamaan berikut
menjelaskan hubungan antara momen total dengan gaya prategang (Lin, 2000)
disajikan dengan persamaan 2.1.
𝑀𝑇
F=T= …......................................................................................................(2.1)
0,6 ℎ
Dimana,
𝑀𝑇 = Momen total
h = Tinggi balok
7
sisi dan diangkur secara bersamaan maka beton menjadi tertekan selama
pengangkuran.
8
c. Rangkak pada baja (CR)
Kehilangan rangkak terjadi hanya pada struktur yang dibebani secara terus
menerus. Besarnya nilai kehilangan gaya prategang yang terjadi akibat rangkak dapat
dihitung melalui persamaan (2.4) berikut.
𝐶𝑅 = Kcr x (𝐸𝑠/𝐸𝑐) x (𝑓𝑐𝑖𝑟 − 𝑓𝑐𝑑𝑠)..........................................................................(2.4)
Dengan :
Kcr = 2.0 untuk komponen struktur praktik
= 1.6 untuk komponen struktur pasca tarik
𝑓𝑐𝑖𝑟 = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
𝑓𝑐𝑑𝑠 = Tegangan dibeton pada level pusat berat baja akibat semua beban mati
tambahan yang bekerja setelah prategang diberikan
9
𝑓′𝑝𝑖
ΔfPR= f’pi x log 𝑡 𝑥( − 0,55)............................................................................(2.7)
10 𝑓′𝑝𝑦
f. Friksi (F)
Kehilangan prategang akibat friksi antara tendon dan selongsong sekitarnya
dapat dihitungdengan persamaan 2.8 berikut.
ΔfPF = f’pi x (𝜇𝑎 + 𝐾𝐿)..........................................................................................(2.8)
Dengan
ΔfPF = Kehilangan tegangan akibat kabel f’pi
f’pi = Tegangan awal tendon
𝜇 = Koefisien kelengkungan
= Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari titk jacking
K = Koefisien wobble
L = Panjang baja prategang diukur dari titik jacking
g. Prategang total
ΔfPT = ΔfpA +ΔfpF + ΔfpES +ΔfpPR+ΔfpCR+ΔfpSH................................................................................(2.9)
Dengan:
ΔfPT = Kehilangan prategang total
ΔfpA = Kehilangan prategang akibat slip angkur
ΔfpF = Kehilangan prategang akibat friksi/gesekan
ΔfpES = Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton
ΔfpPR = Kehilangan prategang akibat relaks tendon
ΔfpCR = Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton
ΔfpSH = Kehilangan prategang akibat susut pada beton
2.2.7 Tegangan
Menurut Schodeck (1998), tegangan lentur terjadi pada balok sebagai aksi
terhadap momen lentur eksternal pada satu titik balok tersebut. Penampang melintang
balok yang mendapatkan aksi dari beban sehingga menyebabkan terjadinya deformasi
dengan adanya serat balok yang memanjang dan memendek. Serat balok bagian atas
10
mengalami perpendekan dan serat balok bagian bawah mengalami perpanjangan,
serat yang mengalami perpanjangan maksimum dan perpendekan maksimum terjadi
pada serat tepi penampang melintang. Dengan demikian serat yang tidak mengalami
perpanjangan dan perpendekan yang sering disebut sebagai sumbu netral balok.
a. Tegangan serat terjauh dalam kondisi tekan akibat prategang ditambah beban tetap
0,45 f’ci
b. Tegangan serat terjauh dalam kondisi tekan akibat prategang ditambah beban total
0.60 f’ci
f’ci = Kuat tekan beton yang disyaratkan pada waktu prategang awal (MPa)
11
2.2.5.2 Tegangan Ijin Tendon Prategang
Menurut SNI-7833:2012, tegangan tarik pada baja prategang tidak boleh
melebihi berikut ini :
a. Akibat gaya penerikan (jacking) baja prategang 0,94 fpy tetapi tidak lebih besar
dari yang lebih kecil 0,8 fpu dan nilai maksimum yang direkomendasikan oleh
pembuat baja prategang.
b. Segera setelah penyaluran prategang 0,82 fpy tetapi tidak lebih besar dari 0,74 fpu
c. Tendon pasca tarik, pada perangkat angkur dan kopler (couplers), sesaat setelah
transfer gaya 0,70 fpu
fpu = Kuat tarik baja prategang yang disyaratkan (MPa)
fpy = Kuat leleh baja prategang yang disyaratkan
(MPa)
Untuk rumus perhitungan tegangan pada beton prategang dapat dilihat pada
persamaan 2.10 sampai 2.13 berikut.
1. Pada saat transfer
𝑃𝑡
𝑓𝑎 = − +
𝑃𝑡 𝑥 𝑒s 𝑀𝐷 ≤ 𝑓𝑡𝑖........................................................................(2.10)
𝐴𝐶 ( )−
𝑃𝑡 𝖶𝑎 𝖶𝑎
𝑓𝑏 = − + 𝑃𝑡 𝑥 𝑒s 𝑀𝐷 ≤ 𝑓𝑡𝑖........................................................................(2.11)
𝐴𝐶 ( )−
𝖶𝑏 𝖶𝑏
𝐴𝐶 +( )− ≤ 𝑓𝑡𝑖..............................................................(2.12)
𝖶𝑎 𝖶𝑎
𝑃𝑒𝑓𝑓
𝑓𝑏 = − 𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑒s 𝑀𝐷
( )− ≤ 𝑓𝑡𝑖.................................................................(2.13)
+
𝐴𝐶 𝖶𝑏 𝖶𝑏
Dengan
Pt = Prategang awal
Peff = Prategang efektif sesudah kehilangan
AC = Luas penampang
12
Es = Eksentisitas
Wa = Tahanan momen sisi atas
13
Wb = Tahanan momen sisi bawah
MD = Momen akibar berat sendiri
MT = Momen total akibat gravitasi
2.2.8 Lendutan
Menurut Nawy (2010) lendutan atau sering disebut defleksi, lendutan
disebabkan karena bagian balok diberi beban. Lendutan bergantung pada beban (w)
dan panjang bentang balok (L) dan berbanding terbalik dengan kekakuan balok.
Kekakuan didasarkan pada jenis material yang digunakan yaitu modulus elastisitas
(E) dan besaran penampang melintang yaitu momen inersia (I). Defleksi merupakan
fungsi dari bentang panjang, perletakan, atau tumpuan, jenis pembebanan dan
kekakuan lentur EL dari elemen. Persamaan umum defleksi maksimum menurut
(Nawy, 2010) dapat dihitung dengan persamaan 2.14 berikut.
𝖶𝐼 3....................................................................................................................................................................................
∆𝑚𝑎𝑥 = 𝐾 𝑛
(2.14)
48𝐸𝐼𝑐
Dimana :
W = Beban total pada bentang
In = Panjang bentang besih
E = Modulus beton
Ic = Momen inersia penampang
K = Faktor derajat kekakuan tumpuan
14
menguntungkan untuk bentang menerus dengan panjang bentang ± 300 ft (± 100 m).
keutamaan gelagar kotak adalah pada tahanan terhadap beban torsi (Supriyadi dan
Muntohar, 2007).
15
6. Tidak memerlukan adanya balok melintang pada balok
7. Mengurangi berat struktur, akan menghasilkan penghemat pada biaya total.
16
Gambar 2.3 Tipe segmen box girder
(Sumber: Rombach, 2002)
2. Tebal web
Tebal web minimum adalah sebagai berikut.
a. 200 mm, jika tidak terdapat tendon pada web
17
b. 250 mm, jike terdapat duct kecil baik vertical maupun longitudinal
c. 300 mm, jika digunakan tendon dengan strand 12,5 mm
d. 350 mm jika tendon diangkurkan pada web
3. Tebal sayap bawah
a. 175 mm, jika duct tidak diletakkan pada sayap
b. 200-250 mm, jika duct diletakkan pada sayap
18
No Bahan Berat isi (kN/m3)
Krikil dipadatkan (rolled gravel,
4 18,8-22,7
macadam or ballast)
5 Aspal beton (asphalt concrete) 22,0
6 Beton ringan (low density) 12,25-25,0
Beton f’c < 35 Mpa 22,0-25,0
7
35 > f’c >105 Mpa 22 + 0,022 f’c
8 Baja (steel) 78,5
9 Kayu (ringan) 7,8
10 Kayu keras (hard wood) 11,0
19
2.3.3 Beban mati tambahan / ultilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat selutuh bahan yang membantu suatu beban
pada jembatan yang merupakan elemen nonstruktual, dan besarnya dapat berubah
selama umur jembatan. Faktor untuk beban mati tambahan dapat dilihat pada tabel
2.4 berikut.
20
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q
tergantung pada panjang total yng terbebani L yaitu seperti pada persamaan 2.15 dan
persamaan 2.16 berikut.
Jika L < 30 m : 9,0 kPa..........................................................................................(2.15)
Jika L > 30 m : 9,0 (0,5+15/L) kPa.......................................................................(2.16)
Dengan :
q = Adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan kPa
L = Adalah panjang total jembatan yang terbebani (m)
Berikut ilustrasi pembebanan Lajur “D” dapat dilihat pada gambar 2.4
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas q kN/m harus ditempatkan tegak
lurus arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas q 49.0 kN/m.
21
Faktor Beban (ɣ𝑇𝑇)
Tipe
Jembatan Keadaan batas Keadaan batas
Beton
layan (ɣ𝑠 𝑇𝑇) ultimit (ɣ𝑢 𝑇𝑇)
Boks
Girder 1,00 2,00
Baja
(Sumber : SNI-1725-2016)
Pembebanan truk T terdiri atas kendaraan truk semi trailer yang mempunyai
susunan dan berat ganda seperti terlihat pada gambar 2.5 berikut.
22
nominal yang selanjutnya harus di kalikan dengan faktor beban yang sesuai. Beban
akibat tekanan tanah (AT) dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7 Faktor beban akibat tekanan tanah (TA)
Faktor beban (ɣ𝑇𝐴)
Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit
Tipe (ɣ𝑠𝑇𝐴) (ɣ𝑢𝑇𝐴)
Bahan Tekanan tanah
Tekanan tanah
1,00 Biasa Terkurangi
vertical
Tekanan tanah
1,25 0,80
lateral
23
diasumsikan terdistribusikan secara merata pada permukaan terekspos oleh angin.
Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi lebih dari 10000 mm diatas
permukaan tanah atau permukaan air, kecepatan angina rencana VDZ dapat dihitung
dengan persamaan 2.17 berikut :
VDZ = 2,5 VO ( 𝑉10)ln ( 𝑧 )........................................................................................(2.17)
𝑉𝐵 𝑧𝑜
Dengan
:
VDZ = Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 = Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/jam)
VB = Kecepatan angina rencana yaitu 90 km/jam hingga 126 km/jam
Z = Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air
dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
VO = Kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteologi
ZO = Panjang gesekan dihulu jembatan
V10 = Dapat diasumsikan V10 = BV
Untuk nilai VO dan ZO dapat dilihat pada tabel 2.8. Nilai VO dan ZO untuk
berbagai variasi kondisi permukaan hulu berikut.
Tabel 2.8 . Nilai VO dan ZO untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Lahan
Kondisi Sub urban Kota
terbuka
VO (km/jam) 13,2 17,6 19,3
VO (mm) 70 1000 2500
(Sumber : SNI-1725-2016)
24
diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46 N/mm, tegak lurus dan bekerja
1800 mm di atas permukaan jalan.
Temperature Temperature
jembatan jembatan
Tipe bangunan atas
Rata-rata Rata-rata
minimum (1) maksimum
Lantai beton diatas gelagar
15°C 40°C
atau boks beton
Lantai beton diatas gelagar
15°C 40°C
boks atau rangka baja
Lantai plat baja diatas
15°C 40°C
gelagar, boks atau rangka
Catatan (1) Temperatur jembatan rata-rata minimum biasa dikurangi
5°C untuk lokasi yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m
diatas permukaan laut.
jembatan. Pengaruh ini dihitung mengunakan beban mati jembatan. Apabila rangkak
dan penyusutan bisa mengurangi pengaruh muatan lainnya, maka nilai dari rangkak
dan penyusutan tersebut harus diambil. Faktor beban akibat pengaruh susut dan
rangkak dapat dilihat pada tabel 2.10
25
Tabel 2.10 Faktor beban akibat pengaruh susut dan rangkak
26
1. Pengaruh gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh
namun dapat mengalami kerusakan signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian antara koefisien elastis (Csm) dengan berat struktur ekivalen
yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd) dengan
persamaan 2.18 sebagai berikut.
𝐶𝑠𝑚
E = x W.......................................................................................................(2.18)
Q t
𝑅𝑑
Dengan :
EQ = Adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = Adalah koefisien respon gempa elastis
Rd = Adalah modifikasi respons
Wt = Adalah berat total struktur dari beban mati dan beban hidup (kN)
27
- Untuk perode lebih besar dari Ts, koefisien respon gempa elastic (Csm)
didapatkan dari persamaan (2.20) berikut.
𝑆𝐷1..............................................................................................................................................................
- Csm = (2.20)
𝑇
Dengan :
SDS = Nilai spectra permukaan tanah pada periode pendek (t = 0,2 detik)
TO = 0,2 TS
𝑆𝐷1
TS = 𝑆𝐷𝑆
28
Tabel 2.13 Faktor Modifikasi Respon (R) Untuk
Hubungan Antara Elemen Struktur
Semua kategori
Hubungan elemen struktur
kepentingan
Bangunan atas dengan kepala jembatan 0,8
Sambungan uai (dilatasi) pada bangunan atas 0,8
Kolom, pilar, atau tiang dengan bangunan atas 1,0
Kolom atau pilar dengan pondasi 1,0
(Sumber : SNI 2833:2016)
𝜆𝑝 = 0.07 𝐸
𝑓𝑦 …………………………………………………….……………….(2.22)
𝜆𝑟 = 0.31 𝐸
𝑓𝑦 …………………………………………………………..…………(2.23)
Dengan:
D = Diameter pipa (inch)
T = Tebal pipa (mm)
𝜆𝑝 = Kompak
𝜆𝑟 = Tak Kompak
29
3. Menentukan momen nominal pada persamaan 2.24 (SNI 2033-2016) berikut.
Mf = Zx x fy.........................................................................................................(2.24)
Dengan:
Mf = Momen nominal (Nmm)
Fy = Tegangan leleh baja (fy)
30
Dengan:
Mux = Momen terfaktor terhadap sumbu x yang dihitung berdasarkan analisa elastis
Ф = Faktor reduksi = 0,9
Mn = Kuat nominal dari momen lentur penampang
31
modulus raptur beton, maka belok ujung akan terbelah (retak) secara longitudinal,
kecuali apabila tulangan pertikal di gunakan. Lokasi tegangan beton dan retaknya
serta retak sepalling dan bursting bergantung pada lokasi dan distribusi gaya terpusat
horizontal yang diberikan oleh tendon prategang ke pelat tumpu ujung.
Pada balok pasca tarik, transfer distribusi beban secara gradual tidak mungkin terjadi
karena gayanya bekerja secara langsung dimuka ujung balok melalu pelat tumpu dan angker.
Juga sebagaian atau seluruh tendon di balok pasca tarik di tinggikan atau dibentuk drapped
kea rah searat atas melalui bagian badan dari penampang beton.
Kadang-kadang luas penampang perlu di perbesar secara graduan di lokasi
yang semakin mendekati tumpuan dengan cara membuat lebar badan di tumpuan
yang sama denagan lebar sayap untuk mengakomodasi tendon yang tinggikan namun,
peningkatakn luas penampang tersebut tidak kontribusi dalam pencegahan retak
sepalling dan bursting, dan tidak mempunyai pengaruh terhadap pengurangan tarik
transversal tendon. Zona angkur ujung tendon terlekat dapat dilihat pada Gambar 2.6
berikut ini.
32
1. Material pekerjaan prestressing
a. Strand
Beberapa steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan kabel
b. Duct
Pembungkus strand dengan bahan dasar galvanized zinc yang dibentuk berupa
pipa berulir.
c. Angkur-angkur Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati,
berikut adalah bentuk angkur hidup dan angkur mati dapat dilihat pada gambar 2.7
dan 2.8
33
Kepala angkur
Bentuk kepala angkur dapat dilihat pada gambar 2.9 kepala angkur berikut.
HA untuk 25 strands = 75 mm
ØA = 200 mm
Plat angkur
Bentuk pelat angkur dapat dilihat pada tabel 2.10 Pelat angkur berikut.
SSP
SSP TSP
34
Panjang trumpet
Berikut bentuk untul trumpet dapat dilihat pada gambar 2.11 Trunpet tipe A berikut.
ØTA
694
d. Non shrink additive untuk grouting Mixing beton yang digunakan untuk mengisi
selongsong/ duct setelah stressing dengan campuran semen, air dan additive.
2. Peralatan pekerjaan prestressing
Untuk persiapan pekerjaan stressing kabel strand diperlukan perlengkapan alat,
seperti Hydraulic Pump dan Hydraulic Jack.
35
𝐴
S =
……………………………………………………………………..(2.28)
𝐼𝑝ℎr𝐼
Ip = 2 (L + W)..................................................................................................(2.29)
A = L. W..........................................................................................................(2.30)
Dengan
S = Bentuk faktor
A = Luas keseluruhan (bonded surface area), (mm2)
Lp = Keliling elastomer, termasuk lubang (bonded survance primeter) (mm)
hri = Ketebalan efektif karet pada lapisan antara (iinternal layer) (mm)
I = Panjang efektif keseluruhan elastomer (mm)
b = Lebar efektif keseluruhan elastomer (mm)
Faktor bentuk (S) harus berada dalam batas pada persamaan 2.31 dan persamaan 2.32
berikut.
Untuk bantalan polos 1 < S ≤ 4…..........................................................................(2.31)
Untuk bantalan tipe berlapis 4 , S ≤ 12…..............................................................(2.32)
Hal penting untuk dipertimbangkan juga ialah, ketika elastomer terlepas dari
pelat penguatnya. Untuk bantalan yang mengalami deformasi geser, hal ini dapat
dikontrol dengan membatasi tegangan tekan maksimum akibat beban gabungan pada
elastomer menjadi 7,0 MPa. Jika elastomer lepas dari pelat penguatnya dpat dicegah
denga menggabungkan bataasan yang dipernuhi berdasarkan persamaan 2.33 dan
2.34 berikut.
σs ≤ 7.0 MPa.........................................................................................................(2.33)
σs ≤ 1.0 GS............................................................................................................(2.34)
Dengan
G = Modulus geser elastomer (MPa)
S = Faktor bentuk
σs = Tegangan rata-rata akibat beban total (MPa)
36
BAB III
METODE
PERENCANAAN
37
Adapun gambar existing dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.
38
3.4 Tahapan Penelitian
Tahapan perencanaan ulang struktur atas jembatan samota sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data-data terkait perencanaan berupa data umum jebatan.
39
2. Menentukan jenis, mutu, material, dan dimensi struktur atas jembatan.
3. Menentukan desain layout jembatan
4. Perencanaan struktur atas jembatan yang meliputi perhitungan pembebanan yang
bekerja pada jembatan berdasarkan SNI 1725-2016
5. Membuat gambar detail struktur menggunakan program AutoCad 2013.
40
3.5 Bagan Alir Penelitian
Perencanaan ini mulai dari penentuan dimensi struktur atas sampai tahap akhir
perencanaan dapat dilihat pada gambar 3.3 Bagan air penelitian di bawah ini.
Mulai
Studi Literatur
Kontrol
Tidak
Tegangan dan
lendutan
Ya
Ya jembatan dengan
Permodelan struktur atas
Autocad 2013
Kesimpulan
Selesai
41
1.1 Data Existing Jembatan Kalilanang
PLAT SIMPUL
GELAGAR GELAGAR
INDUK INDUK
PILAR PILAR
42
GELAGAR INDUK
JEMBATAN
5.0 m IKATAN ANGIN ATAS
BETON
GELAGAR MELINTANG
ASPAL AC t=5 CM
PLAT BETON Tt= 20 cm
1.0 m GELAGAR MEMANJANG
0.300
ELASTOMER
1.50 m 1.50 m
1.50 m 1.50 m 1.50 m 1.50 m
9.4 m
9.00
43
1.2 Pre Eleminary Design Jembatan
44
GELAGAR INDUK
GELAGAR
INDUK
GELAGAR INDUK
ELASTOMER
ELASTOMER
5.0 m 5.0 m 5.0 m 5.0 m 5.0 m 5.0 m 5.0 m 5.0 m
45
Gambar 3.4 Gambar Tampak 3D Jembatan Pre Eleminary Design
46
1.3 Bagan Alir
START
TIDAK
1. Perencanaan Gelagar Memanjang
2. Perencanaan Gelagar Melintang
3. Perencanaan Gelagar Induk
4. Perencanaan Ikatan Angin
YA
Perencanaan Sambungan
Perencanaan Perletakan
FINISH
47
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
- Tebal Aspal min = 0.05 meter (Data perencanaan Dinas PU kota Batu)
- Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3 (SNI T-02-2005, hal : 11)
- Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3 (SNI T-02-2005, hal : 11)
d) Air hujan
- Berat jenis beton bertulang = 1000 kg/m3 (SNI T-02-2005, hal : 11)
e) Steel Deck
48
4.1.2 Perhitungan Pembebanan
) Beban Mati ( qd )
Qd1 =1095,79kg/m
Beban Hidup ( ql )
b. Trotoar
Beban Mati ( qd )
- Berat sendiri lantai trotoar= 0,55 x 1.0 x 2400 x 1.3 = 1716 kg/m
49
Beban hidup ( ql )
sebesar :
Pipa Sandaran
Qu = qd + ql
=1973,55 + 900
= 2873,55 kg/m
50
4.1.3 Perhitungan statika
Kondisi I
qd = 1095,79 kg/m
ql= 20250 kg ql= 20250 kg ql= 20250 kg ql= 20250 kg
0.55
0,25 m
9.00
untuk gaya Momen dan gaya lintang : (Lihat Lampiran Perhitungan Statika
STAAD Pro)
Kondisi II
0,25 m
9.00
untuk gaya Momen dan gaya lintang : (Lihat Lampiran Perhitungan Statika
STAAD Pro).
Kondisi III
0,25 m
untuk gaya Momen dan gaya lintang : (Lihat Lampiran Perhitungan Statika
STAAD Pro).
51
Kondisi IV
0,25 m
untuk gaya Momen dan gaya lintang : (Lihat Lampiran Perhitungan Statika
STAAD Pro).
52
4.1.4. Penulangan Pelat Lantai Kendaraan dan Trotoir
maximum pada
250mm d
Zs1
32mm 32mm Zc
1/2a
a Cc
Cs
14mm
200mm
Syarat kesetimbangan :
Cc = T
Cs = 0
Jadi, Cc = T
Direncanakan D 16 – 200
T = x П x d2 x s x fy
T = x П x d2 x s x fy
= 321536 N
53
T = Cc
Cc = a x fc x 1000
Cc = a x 35 x 1000
a x 35 x 1000 = 321536
a = 9,188 mm
½ a = 4,594 mm
= 250 – 25 – ½ . 16 – 4,594
= 212,406 mm
Mn = Z1 x T
= 212,406 x 321536
= 6896175,62 N.mm
= 0,2 x 1005,71
= 201,062 mm2
Asbagi 201,062
n As = 1,52 → 5 tulangan
ada 1 .π .132
4
b ditinjau 750
S n 5 = 150 mm
54
Perhitungan Penulangan Momen positive ( Lapangan )
Cs1
1/2a
Cc
a
d
Zs1
32mm 32mm Zc
Cs2
Zs2
T
14mm
200mm
Syarat kesetimbangan :
Cc + Cs1 + Cs2 = T
= 1314,01 x 550
= 722705,5 N
= 273305,6 N
= 273305,6 N
T = Cc + Cs1+ Cs2
Cc = 176094,3 N
55
Cc = a x fc x 1000
Cc = a x 35 x 1000
a x 35 x 1000 = 176094,3
a = 5,031 mm
½ a = 2,516 mm
= 187,484 mm
= 179,484 mm
= 215 m
= 140829550,1 N.mm
= 0,2 x1005,71
= 201,062 mm2
56
Jumlah tulangan bagi untuk trotoar 750 m (n)
Asbagi 201,062
n As = 1,52 → 5 tulangan
ada 1 .π .132
4
b ditinjau 1000
S n 5 = 150 mm
D16 - 200 mm
D13-150 mm
25 mm
D16 - 20
mm D13- 200 mm
d=525 mm h=550 mm
d=225 mm h=250 mm
0.75 m 54 mm
Steel Deck
25 mm
h=250 mm
57
D16 - 200 D16 - 200 D16 - 200 mm
mm D13- 150 mm D13- 150
mm mm
h=250 mm
54 mm
D13- 150 D13- 150
D16 - 200 mm Steel Deck mm D16 - 200 Steel Deck mm
mm
Gelagar Melintang
5.0 m
Gambar 4.7 Penulangan Plat Lantai kendaraan arah memanjang
58
GELAGAR INDUK
GELAGAR INDUK
59
GELAGAR INDUK
ELASTOMER
ELASTOMER
5.0m 5.0m 5.0m 5.0m 5.0m 5.0m 5.0m 5.0m
60
4.2 Perhitungan Gelagar Memanjang dan Gelagar Melintang
G E L A G A R M E L IN T A N G T IP E C
G E L A G A R M E L IN T A N G T IP E D
G E L A G A R M E L IN T A N G T IP E B
G E L A G A R M E L M A N J A N G T IP E A
C D D D D D C
B A A A A A A A A A A B 5 .0
C D D D D D C
C D D D D D C
B A A A A A A A A A A B 5 .0
C D D D D D C
C D D D D D C
B A A A A A A A A A A B 5 .0
C D D D D D C
0 .7 5 1 .5 0 1 .5 0 1 .5 0 1 .5 0 1 .5 0 0 .7 5
61
1. Perataan Tipe A
a b a
0.75 m
h
RA Q1 Q2 RB
0.875 m 0.875 m
1.75 m
Q1 = 1
X 0.75 X 0.75 = 0.281 m
2
RA = RB = Q1 + Q2
= 0.281+ 1.313
= 1.594 m
x 3.50 ))
M1 = 2,274
M2 = x h x l2
= x h x 52
M2 = 3.125 h
M1= M2
2,274 = 3.125 h
62
2. Perataan Tipe B
a b a
0.75 m
h
RA Q1 Q2 RB
0.875 m 0.875 m
1.75 m
Q1 = 1
X 0.75 X 0.75 = 0.281 m
2
RA = RB = Q1 + Q2
= 0.281 + 1.313
= 1.594 m
x 1.75))
M1 = 2.274
M2 = x h x l2
= x h x 52
M2 = 3.125 h
M1= M2
2.274 = 3.125 h
63
3. Perataan Tipe D
0.75 m
RA Q1 RB
0.75 m 0.75 m
Q1 = 1
X 0.75 X 0.75 = 0.281 m
2
RA = RB = 0.281 m
M1 = 0.141 m
M2 = x h x l2
= x h x 1.502
M2 = 0.281 h
M1= M2
0.141 = 0.281 h
64
4. Perataan Tipe C
0.75 m
RA Q1 RB
0.75 m
Q1 = 1
X 0.75 X 0.75 = 0.281 m
2
RA = RB = 0.281 m
M1 = 0.035 m
M2 = x h x l2
= x h x 0.752
M2 = 0.070 h
M1= M2
0.035 = 0.070 h
65
4.2.2 Perencanaan Gelagar Memanjang
a. Beban Mati
qu = 2208,27 kg/m
qu = (2 x 0,728 x 1095,79)
qu = 1595,47 kg/m
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (UDL) yang digabung dengan
beban garis (KEL). Beban terbagi rata UDL mempunyai intensitas q kPa, dimana
66
15
q = 9 . 0,5
kPa
L
15
= 9 . 0,5 kPa
40
Pu = 4900 x 1,8
= 8820 kg/m
Maka : k = 1 + DLA
= 1 + 0,40 = 1,40
67
Perbandingan beban hidup gelagar :
790
qu = x (perataan tipe A x perataan tipe B) x 1,8
2,75
790 x ( 0.728 + 0,728) x 1,8
=
2,75
= 752,884 kg/m
8820
Pu = x (0,728+ 0,728) x k
2,75
= 6537,76 kg
790
qu = x (2 x perataan tipe A) x 1,8
2,75
790 x ( 0.728 + 0,728) x 1,8
=
2,75
= 752,884 kg/m
8820
Pu = x (0,728+ 0,728) x k
2,75
= 6537,76 kg
Catatan : Pembagian 2,75 selalu tetap dan tidak tergantung pada Lebar kendaraan
68
qlu = 752,884 kg/m
a. Gelagar tepi
= 2208,27 kg/m
qutr=2208,27 kg/m
5.0000
Hasil gaya lintang (D) untuk beban mati dengan menggunakan Staadpro
69
Hasil gaya Momen (M) untuk beban mati dengan menggunakan Staadpro
qu=655,2 kg/m
5.0000
Hasil gaya lintang (D) untuk beban hidup trotoir menggunakan Staadpro
Hasil gaya Momen (M) untuk beban hidup trotoir menggunakan Staadpro
70
b. Gelagar tengah
= 1595,47 kg/m
q u lt = 1 5 9 5 ,4 7 k g /m
5 .0 0 0 0
Hasil gaya lintang (D) untuk beban mati lantai kendaraan dengan
menggunakan Staadpro
Hasil gaya Momen (M) untuk untuk beban mati lantai kendaraan dengan
menggunakan Staadpro
71
Akibat beban hidup
pu= 6 5 3 7 ,76 kg
qu= 752 ,884 kg/m
5 .0000
Hasil gaya lintang (D) untuk beban hidup lantai kendaraan dengan
menggunakan Staadpro
Hasil gaya Momen (M) untuk beban hidup lantai kendaraan dengan
menggunakan Staadpro
72
Momen total :
= 8948,40 kgm
= 15510,8 kgm
berdasarkan metode LRFD dan SNI 03 – 1729 – 2002, Penerbit : ITS) Mutu
tf
tw
73
Faktor beban untuk baja = 1,2
Iy = 508 cm4 tf = 9 mm
30) Dimana :
Mencari nilai Mu
= 137,625 kgm
= 24596,825 kgm
= 2459682,5 kgcm
Mu = 2459682,5 kgcm
74
E 2,1x105
λf B
150 8,33 λp fy 0,38 410 8,60
2.t 2 0,38x
f 9
λw 150
b 11,54 λp E 2,1x105 39,832
2tw 2x6,5 1,76x fy 1,76x 410
syarat : λf ≤ λp
syarat : λf ≤ λp
1
Zx 150.9.(300 9) .6,5 (300 2.9)2
4
393074 ,25 mm 2
Mn Zx fy
= 14504,439 kgm
75
C. Perhitungan Balok Komposit
Perhitungan beff
L = 5 m = 500
cm beff <
< 500
< 100 cm
< 1,44 m
< 144 cm
beff < ( . + . )
Es
n = Ec
= ( 4700. 35 )
2,1x105
n=
2,781x104
= 7,551
76
beff 100
n =
7,551
= 13,243 cm
bE = 100 cm
bE'=13,243 cm
0,85 fc.fc'
a
Cc
25 cm
Garis Netral
h1
h/2
tw H T
h/2
B Fy
( cm2 ) Y ( cm ) A . Y (cm3)
Ya = ∑ .
∑
,
= ,
= 16,524 cm
Yb = t + h – Ya
77
= 25 + 30 – 16,524
= 38,476 cm
NO A Y Io d Io+Ad^2
ƩA = 377,855 Ʃ Ix = 55595,96
Karena Ya = 16,524 cm < tebal plat beton maka garis netral terletak pada plat
beton.
A. f
a 0,85. f ' sc.be
4678.410
0,85.35.1000
Karena nilai a < tebal pelat maka maka plat beton mampu mengimbangi gaya
78
Tegangan tekan pada serat beton
Cc = 0.85.fc’.a.bE
= 1917982,5 N
T = As . fy
= 4678 x 410
= 1917980 N
= 70536,683 kgm
79
Kontrol Geser
u
V total 16299 ,10 kg
Vy 0,55.d.tw. fy
43972,5 kg
Kontrol :
u
Vy total
V43972,5
kg 16299 ,10 kg → …..okk
Kontrol Lendutan
Lendutan ijin
= 1,388 cm
80
3.33m
1.67m
A B
P1 P2
10525 kg.m
0.83cm
2.50m 2.50m
Luas Momen
ΣMB = 0
5 RA = 87708,35
RA = 87708,35/5
= 17541,67 kg.m2
= 29241,964 kg.m3
Ac
As 2500 46,78
Ec Ac As Es Ac 278055,75 2500 46,78 2100000 46,78 2500
E
2 2
E 311521,755 kg / cm2
81
.
∆x =
,
= = 0,169 cm
, ,
Gelagar Memanjang
1
Asc η d 2
4
1
Asc 3,14 19,052
4
Asc 284,88 mm
2
Ec 4700 35 27805,575Mpa
Qn 0,5.Asc fc'E
c
Qn 0,5 284,88 35
27805,575
Qn 140517,990N
82
Dimana pada perhitungan ini menggunakan penghubung geser berkepala
Vh 984948 ,125 N
As. fy
4678 410
1917980N
Cmax = 984948,125 N
Tmax = 1917980 N
adalah :
8 buah Stud pada baris pertama, jadi jumlah Stud yang di pasang
83
Jarak konektor geser yang harus dipasang pada gelagar memanjang adalah :
longitudinal ) :
digunakan jarak 15 cm
Daerah lapangan
Karena stud dipasang dua baris maka, jumlah stud pada baris
pertama = 8 stud.
84
Gambar pemasangan Stud pada Gelagar Memanjang
85
4.2.3 Perencanaan Gelagar Melintang
4.2.3.1. Pembebanan
1. Beban Mati ( qd )
= (0.50 x 2 ) x ( 1973,55 )
= 1973,55 kg/m
= 2873,49 kg/m
= (0.50 x 2 ) x (1095,79)
= 1095,79 kg/m
= 1595,47 kg/m
W = 66,03 kg/m
86
P1u = W x L x Faktor beban
= 66,03 x 5 x 1,2
= 369,18 kg
2. Beban Hidup
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata ( BTR ) yang
Dimana : L = 40 m > 30 m
15
q 9,0 (0,5 )kpa
L
15
q 9,0 (0,5 )kpa
40
q 7,9kPa 790kg / m2
q3 (100%) 790
2 0,500 1,8 100% 471,273kg / m
2,75
790
q (50%) 2 0,500 1,8 50% 235,636kg / m
4
2,75
87
Gambar 3.15 Faktor beban dinamis untuk BGT untuk pembebanan
lajur “D”
K = 1 + FBD
= 1 + 0,4
= 1,4
88
q = 5 kPa = 500 kg/m
0.75 m 1.50 m
1.50 m 1.50 m 1.50 m 1.50 m 0.75 m
Hasil gaya lintang (D) untuk beban mati Lantai kendaraan dan trotoir
89
Hasil gaya Momen (M) untuk beban mati Lantai kendaraan dan trotoir
Pu = 369,18 kg/m Pu = 369,18 kg/m Pu = 369,18 kg/m Pu = 369,18 kg/m Pu = 369,18 kg/m Pu = 369,18 kg/m
menggunakan Staadpro
menggunakan Staadpro
90
Akibat beban lajur “D”
q2 = 4961,455 kg/m
q1 = 2480,73 kg/m q2 = 2480,73 kg/m
Hasil gaya lintang (D) akibat beban lajur “D” dengan menggunakan
Staadpro
Hasil gaya Momen (M) akibat beban lajur “D” dengan menggunakan
Staadpro
91
Akibat muatan Hidup Trotoar
q7 = 4500 kg/m q7 = 4500 kg/m
Hasil gaya lintang (D) akibat beban hidup trotoir dengan menggunakan
Staadpro
Hasil gaya Momen (M) akibat beban hidup trotoir dengan menggunakan
Staadpro
92
Momen akibat beban mati dan beban hidup sebesar :
M maxu = M1 + M2 + M3 + M4
= 123017,60 kgm
= 32262 kg
tf
h
tw
93
W = 107 kg/m B = 300 mm r = 22 mm
I = 38700 cm4 tw = 10 mm
x
Iy = 7210 cm4 tf = 16 mm
berikut :
Dengan :Ø = 0,90
= ⅛ . 107. 9 2. 1,2
= 1142,10 kgm
= 73709,70 kgm
= 7370970 kgcm
Mu = 7370970 kgcm
E 2,1x105
λf b fy 410
300 λp 0,38 8,60
2.t 2 16 10 0,38x
f
94
λw 300
b λp E 2,1x105 39,832
2tw 2x10 15 1,76x fy 1,76x 410
syarat : λf ≤ λp
10 ≤ 8,60 …OK
syarat : λf ≤ λp
15 ≤ 39,83 …OK
1
Zx 300.16.(400 16) .10(400 (2.16) 2
4
1281000 mm 2
Mn Zx fy
1281000 410
= 44642,85 kgm
Perhitungan beff
L = 9 m = 900
cm beff ≤
95
≤ 900
≤ 180 cm
≤5,0 m
≤500 cm
beff ≤ ( . + . )
≤( 5,0 + 5,0)
≤ 5,0 m = 500 cm
Es
n = Ec
= ( 4700. 35 )
= 27805,57
2,1x105
n =
2,781x104
= 7,5524
beff 180
n =
7,5524
= 23,833 cm
96
bE = 180 cm
bE = 23,833 cm
0,85 fc.fc'
a Cc
Garis Netral
h1
h/2
h/2
( cm2 ) Y ( cm ) A . Y (cm3)
12239,81
= 715,625
= 17,104 cm
97
Yb = t + h – Ya
= 25 + 40 – 17,104
= 37,896 cm
NO A Y Io d Io + A.d2
= 17,896
715,625
Karena Ya = 17,104 cm < tebal plat beton (25 cm) maka garis netral terletak
A. f
a 0,85. f ' sc.be
11980.410
0,85.35.1800
Karena nilai a < tebal pelat maka plat beton mampu mengimbangi gaya tarik
98
Tegangan tekan pada serat
beton Cc = 0.85.fc’.a.bE
= 4911820,2 N
T = As . fy
= 13600 x 410
= 4911800 N
Menghitung
d kuat lentur
a nominal balok komposit
M Cc t
2 2
n
= 173946,2182 kgm
Kontrol Geser
Vn = V u total 32262 kg
Kapasitas geser penampang :
Vy 0,55.d.tw. fy
67650 kg
99
Kontrol :
Vy V u
total …OK
67650 kg 32262 kg
Kontrol Lendutan
fijin 1
360 .L
1 .900
360
= 2,50 cm
6.00m
3.00m
A B
P1 P2
45738kg.m
1.50m
4.50m 4.50m
100
Luas Momen
ΣMB = 0
9 RA = 1234926
RA = 1234926/9
= 137214 kg.m2
= 411642 kg.m3
.
∆x =
= = 1,36 cm
, ,
101
Perencanaan Shear Conector
Gelagar Melintang
1
Asc η d 2
4
1
Asc η 19,052
4
Asc 284,878 mm
2
Ec 4700 35 27805,575Mpa
Qn 0,5.Asc fc'E
c
Qn 0,5 284,878 35
27805,575
Qn 140517,990 N
Vh 1772579 ,375 N
102
Tmax = Gaya geser yang disumbangkan oleh baja profil
As. fy
11980 410
4911800N
Tmax = 4911800N
Dipakai Vh = 1772579,375 N
adalah :
1772579 ,375
Vh 12,615 14 buah
N Q 140517 ,990
n
14 buah Stud pada baris pertama, jadi jumlah Stud yang di pasang
Jarak konektor geser yang harus dipasang pada gelagar memanjang adalah :
103
- Jarak transversal ( jarak minimum tegak lurus sumbu
longitudinal ) :
digunakan jarak 12 cm
Daerah lapangan
Karena stud dipasang dua baris maka, jumlah stud pada baris
pertama = 7 stud.
104
Gambar pemasangan Stud pada Gelagar Melintang
145
4.3 Perencanaan Sambungan Gelagar Memanjang dan Melintang
Luas 1
Ab η 22,22 387 ,577 mm 2
2
146
4.3.1 Sambungan Gelagar Memanjang dan
( memanjang )
ϕ .Rn
ϕ . 0,60 .Fu b .m . Ab
Kekuatan nominal
= 450918 N
Jarak Baut :
148
3 db = 3 . 2,222 = 6,666 cm
3 db = 3 . 2,222 = 6,666 cm
7 db = 7 .2,222 = 15,554 cm
Dimana :
n = jumlah baut
Rn = Ø.Rn kekuatan (tarik, geser dan tumpu desain baut akan diambil
hasil dari persamaan kuat desain baut yang nialinya lebih kecil),
( kg )
Pu
n 16299,10
15585,57 1,046 2 buah
ϕ.Rn
149
16299,10 /2
1 0,530 cm
0,75 4100 5
φ . Rn ≥ Rut
Rut Pu 16299,10
4074,775 kg
n 4
Kontrol :
φ . Rn > Rut
150
4.4 Perencanaan Gelagar Induk
A. Beban mati
- Berat sendiri gelagar induk, gelagar memanjang, gelagar
melintang, ikatan angin dan pengaku melintang atas tidak
menggunakan rumus pendekatan, tetapi menggunakan bantuan
komputer untuk menghitung berat sendiri (STAAD PRO 2004
→ self weight).
4.4.1 Perhitungan pembebanan untuk gelagar memanjang
a. Beban Mati
qu = 2208,27 kg/m
qu = (2 x 0,728 x 1095,79)
qu = 1595,47 kg/m
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (UDL) yang digabung dengan
beban garis (KEL). Beban terbagi rata UDL mempunyai intensitas q kPa, dimana
151
L = 40 m L ≥ 30 m (RSNI T – 02 – 2005, halaman : 18)
15
q = 9 . 0,5
kPa
L
15
= 9 . 0,5 kPa
40
q = 790 kg/m2
18)
Pu = 4900 kg/m
Maka : k = 1 + DLA
= 1 + 0,40 = 1,40
152
Perbandingan beban hidup gelagar :
790
qu = x (perataan tipe A x perataan tipe B)
2,75
790 x ( 0.728 + 0,728)
=
2,75
= 752,884 kg/m
4900
Pu = x (0,728+ 0,728) x k
2,75
= 3632,06 kg
790
qu = x (2 x perataan tipe A)
2,75
790 x ( 0.728 + 0,728)
=
2,75
= 752,884 kg/m
4900
Pu = x (0,728+ 0,728) x k
2,75
= 3632,06 kg
153
4.4.2 Perencanaan Gelagar Melintang
Pembebanan
1. Beban Mati ( qd )
= (0.50 x 2 ) x ( 1973,55 )
= 1973,55 kg/m
= (0.50 x 2 ) x (1095,79)
= 1095,79 kg/m
2. Beban Hidup
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata ( BTR ) yang
154
Dimana : L = 40 m > 30 m
15
q 9,0 (0,5 )kpa
L
15
q 9,0 (0,5 )kpa
40
q 7,9kPa 790kg / m2
q(100%) 790
2 0,500 5,5 100% 1582,35kg / m
2,75
q(50%) 790
2 0,500 1 2 50% 574,55kg / m
2,75
lajur “D”
K = 1 + FBD
= 1 + 0,4
155
= 1,4
4900
P (50%) 1,4 50% 1247,28kg / m'
2,75
q 500 (2 0,50)
q 500 1 500 kg / m
B. Gaya rem
Panjang jembatan = 40 meter
Berdasarkan gambar 3.17 untuk jembatan dengan bentang L = 40 m, maka
gaya rem sebesar = 9 kPa = 900 kg
( sumber : SNI T – 02 2005, Halaman 25 )
Dimana :
ditinjau .( 30 m/dtk )
156
Cw = Koefisien seret (untuk bangunan atas rangka Cw = 1,2)
yang massif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan, karena
jembatan rangka luas eqivalen dianggap 30% dari luas yang dibatasi oleh
batang-batang terluar.
157
Gaya yang terjadi pada titik :
2.50
P1
LUAS 2.50
DAERAH A
P1 P 9 daerahA
Luas
1
2,5 2,5
2
3,125 m 2
2.50
2.50 2.50
1.88
2.50 2.50
P2
LUAS DAERAH B
P2 P8 daerah B
Luas
1 1 1
( 2,5 2,5) ( 2,5 2,5) ( 2,5 1,88 )
2 2 2
8,6 m 2
158
2.53
3.13
2.25
1.88
3.36
2.50 2.50
P3
LUAS DAERAH C
P3 P7 daerahC
Luas
1 1 1
( 2,5 1,8) ( 1,88 2,53 ) ( 2,5 2,25 )
2 2 2
7,4 m 2
2.51
3.36 3.54
2.50
2.25
2.50 2.50
P4
LUAS DAERAH D
P4 P6 daerah D
Luas
1 1 1
( 2,5 2,25 ) ( 2,25 2,51) ( 2,5 2,5)
2 2 2
8,7 m 2
159
5.00
2.50
LUAS DAERAH E
P5
P5 Luasdaerah E
P L
5 2,5
12 ,5 m 2
LUAS DAERAH F
P10
1.88
2.50
2.50
2.44
2.50
P10
daerah F
P16 Luas
1 1 1
( 2,5 2,44 ) ( 2,5 2,44 ) ( 2,5 1,88 )
2 2 2
8,6 m 2
160
LUAS DAERAH G
P11
2.50
2.25
1.88
2.50
2.50
P11
daerah G
P15 Luas
1 1 1
( 1,88 2,5) ( 2,5 1,88 ) ( 2,25 2,5)
2 2 2
7,5 m 2
LUAS DAERAH H
P12
2.50
2.50 2.50
2.25
2.50
P12
daerah H
P14 Luas
1 1 1
( 2,25 2,5) ( 2,25 2,5) ( 2,5 2,5)
2 2 2
8,6 m 2
161
LUAS DAERAH I
P13
2.55 2.55
2.50
2.50
2.50 2.50
2.55 2.55
P13 daerah I
Luas
(2,5 2,5) 2
10 m 2
2.80
1.88
2.50
2.50
2.50
P17
LUAS DAERAH K
1.88
3.13
2.50
P17 P21 Luasdaerah K
1 1 1
( 2,5 1,88 ) ( 2,50 2,50 ) ( 2,5 1,88 )
2 2 2
7,8 m 2
162
2.50
2.25
3.75
2.50
P18
LUAS DAERAH L
2.25
2.50
P18
P20 daerah L
Luas
1 1 1
( 2,5 2,25 ) ( 2,5 3,75 ) ( 2,25 2,5)
2 2 2
10 ,3 m 2
2.50 2.50
2.50 2.50
2.50 2.50
4.50 4.50
2.50 2.50
2.50 2.50
P19
LUAS DAERAH L
P19
Luasdaerah L
1 1
( 2,5 2,5) 4 ( 4,5 2,5) 2
2 2
23 ,75 m 2
163
Table 3.5 Luasbidang yang terkenaangin :
= 72,9 kN
= 7290 kg ( 1 kN = 100 kg )
30m/s (kg)
164
P4 8,7 1,2 900 338,256
165
A. Skema pembebanan akibat Beban angin atas
P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P1 P9
121,5 kg
P2 P8 334,368 kg
P3 P7 287,712 kg
P4 338,256 kg
P6
P5 486 kg
P10
334,368 kg
P16
P11
291,6 kg
P15
P12
334,368 kg
P14
P13 388,8 kg
P1
P21
7
166
P20
264 kg
303,
400,464 kg
167
4.5 Perencanaan Dimensi Profil Gelagar Induk
tf
tw h
Ix = 66600 cm4 tw = 13 mm
Iy = 22400 cm4 tf = 21 mm
168
Dimana :
Pn = Ag . Fcr
Dimana :
(CG. Salmon, JE. Jhonson. Struktur Baja Desain dan Perilaku, 1992 : 342)
Dari hasil analisa STAAD PRO V8i didapat gaya aksial terfaktor
Pu = 438929,625 kg
Ix 66600
rx
Ag 218,70 17,451 cm
ry Iy 22,400
10,120 cm
Ag 218,70
KL fy 1 4100
λc 0,983 cm
r π 2 707,1
10,120 3,14 2,1106
2
Es
(CG. Salmon, JE. Jhonson Struktur Baja Desain dan Perilaku, jilid I, 1992 hal.
338)
169
Dimana :
K.
L = rasio kerampingan efektif
r
K = factor panjang efektif sendi- sendi = 1
fy = 4100 kg/cm2
I = momen inersia
fy fcr = (0,658λ² c) fy
Maka : c . Pn Pu
c . fcr . Ag Pu
170
4.5.2 Batang No 101 ( Batang Tekan Diagonal Dalam )
tf
tw h
Ix = 23700 cm4 tw = 8 mm
Iy = 1740 cm4 tf = 13 mm
Dimana :
171
Pn = kekuatan nominal batang tekan
Pn = Ag . Fcr
Dimana :
(CG. Salmon, JE. Jhonson. Struktur Baja Desain dan Perilaku, 1992 : 342)
Dari hasil analisa STAAD PRO V8i didapat gaya aksial terfaktor
Pu = 58655,691 kg
Ix 66600
rx
Ag 218,70 17,451 cm
ry Iy 22,400
10,120 cm
Ag 218,70
KL fy 1 625 4100
λc 0,869 cm
r π Es 10,120 3,14 2,1106
2 2
(CG. Salmon, JE. Jhonson Struktur Baja Desain dan Perilaku, jilid I, 1992 hal.
338)
Dimana :
K.
L = rasio kerampingan efektif
r
172
K = factor panjang efektif sendi- sendi = 1
fy = 4100 kg/cm2
I = momen inersia
fy fcr = (0,658λ² c) fy
Maka : c . Pn Pu
0c . fcr . Ag Pu
173
4.5.3 Batang No 56 ( Batang Tekan Melintang Atas )
tf
tw h
Ix = 383 cm4 tw = 6 mm
Iy = 134 cm4 tf = 8 mm
Dimana :
174
Pn = kekuatan nominal batang tekan
Pn = Ag . Fcr
Dimana :
(CG. Salmon, JE. Jhonson. Struktur Baja Desain dan Perilaku, 1992 : 342)
Dari hasil analisa STAAD PRO V8i didapat gaya aksial terfaktor
Pu = 1976,096 kg
Ix 383
rx
Ag 21,90 4,181 cm
ry Iy 134
2,473 cm
Ag 21,90
KL fy 1 900 4100
λc 2,598 cm
r π 2
2,473 3,14 2,1106
2
Es
(CG. Salmon, JE. Jhonson Struktur Baja Desain dan Perilaku, jilid I, 1992 hal.
338)
Dimana :
K.
L = rasio kerampingan efektif
r
175
K = factor panjang efektif sendi- sendi = 1
fy = 4100 kg/cm2
I = momen inersia
fy fcr = (0,658λ² c) fy
Maka : c . Pn Pu
0c . fcr . Ag Pu
176
4.5.4 Batang No 446 ( Ikatan angin bawah)
Iy = 177 cm4 tw = 10 mm
177
= 2,82 + 0,5
= 3,32 cm
Iy’ = (Iy + As x a2 ) x 2
= 777,260 cm4
Ix’ = 2 x Ix
= 2 x 177
= 354 cm4
Dimana :
Pn = Ag . Fcr
Dimana :
(CG. Salmon, JE. Jhonson. Struktur Baja Desain dan Perilaku, 1992 : 342)
Dari hasil analisa STAAD PRO 2004 didapat gaya aksial terfaktor
Pu = 1485,405 kg
178
Menghitung radius girasi (r)
rx Ix 354
4,294 cm
Ag 19,2
λc KL fy
1 514,8 4100
1,687 cm
r π2 4,294 3,142 2,1106
Es
(CG. Salmon, JE. Jhonson Struktur Baja Desain dan Perilaku, jilid I,
Dimana :
K.
L = rasio kerampingan efektif
r
K = faktor panjang efektif sendi- sendi = 1
fy = 4100 kg/cm2
I = momen inersia
fy Fcr = (0,658λ² c) fy
179
Fcr = (0,658(1,687²)) x 4100
Maka : c . Pn Pu
0c . fcr . Ag Pu
180
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan dan analisa pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan
1. Dimensi plat lantai kendaraan dan trotoar yang dipakai untuk perencanaan
2. Dimensi profil baja WF pada gelagar memanjang, melintang, dan induk yang
diperlukan untuk memikul semua beban yang bekerja adalah sebagai berikut :
280
Perencanaan gelagar Induk :
diagonal atas)
diagonal bawah)
3. Nilai kapasitas sambungan struktur jembatan rangka baja tipe K-truss yang
Jumlah baut yang diperlukan untuk sambungan pada struktur jembatan baja
- Jumlah baut = 65 x 9
281
= 280 buah
- Jumlah baut = 18 x 8
= 144 buah
- Jumlah baut = (6 x 6) + 24
= 60 buah
= 132 buah
282
-Jumlah titik simpul = 16 ( tepi ) dan 5 ( tengah )
Total = 1904
283
Perletakan Roll
- Tebal Bantalan = 10 cm
- Tebal Bantalan = 10 cm
- Diameter Roll = 47 cm
10cm 2,5cm
10cm 2,5cm
80cm 62 cm
Melintang )
Melintang )
284
BAB V
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan digunakan dalam jembatan Samota dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dimensi yang digunakan dalam perencanaan Jembatan Samota adalah sebagai
berikut:
a. Dimensi PC Box girder yang digunakan yaitu box girder berdasarkan produk
WIKA BETON dengan menggunakan mutu K-500 untuk panjang bentang 40 m.
Tiap satu Box girder dengan lebar total 10,3 m dan tinggi 2,4 m dengan panjang
total jembatan 80 m terdiri dari 2 bentang masing- masing 40 m.
b. Tendon yang digunakan untuk bentang jembatan 40 m adalah sebanyak 7 tendon
dibagi 3 bagian atas penampang dan 4 di bagian bawah penampang. Setiap
tendon terdiri dari 25 strands berdiameter 15,7 mm, menggunakan jenis strands
c. Dari perencanaan didapatkan Dimensi elastomer yang dipakai 960 mm x 960
mm x 216 mm dengan tebal plat 3 mm terdiri atas 8 lapis.
2. Total kehilangan gaya prategang yang terjadi pada perencanaan jembatan yang
diakibatkan oleh gesekan angkur, gesekan kabel, perpendekan elastis beton, rangkak
dan susut beton, relaksi baja dalam bentuk gaya adalah 5254,476 kN dalam bentuk
persen yaitu 14,122% lebih kecil dari 30% maka dapat dikatakan kehilangan gaya
prategang memenuhi.
3. Didapatkan tegangan yang terjadi pada Box girder yang diakibatkan oleh gaya
prestess
a. Keadaan awal (saat transfer) tegangan yang terjadi pada serat atas yaitu (-
4,768) MPa lebih kecil dari teg. Ijin tarik beton 1,440 MPa dan tegangan
yang terjadi pada serat bawah (-0,060) MPa lebih kecil dari teg. Ijin tekan
beton 19,92 MPa maka tegangan memenuhi.
135
285
b. Keadaan setelah loss of prestress tegangan yang terjadi pada serat atas
sebesar (-3,129) MPa lebih kecil dari teg. Ijin tarik beton 1,440 MPa
dan tegangan yang terjadi pada serat bawah sebesar (-1,594) MPa
lebih kecil dari teg. Ijin tekan beton 19,92 MPa maka tegangan
memenuhi.
4. Kontrol lendutan yang terjadi pada box girder pada keadaan awal (transfer)
sebesar 0,030 m lebih kecil dari 0,133 m dan kontrol lendutan yang terjadi
setelah loss of prestress sebesar 0,033 m lebih kecil dari 0,133 m maka
kontrol lendutan pada perencanaan jembatan memenuhi.
5.2 Saran
1. Dalam merencanakan bentuk penampang segmen perlu diperhatikan dimensi
slab dan web, karena akan sangat berpengaruh terhadap beban yang bekerja
pada tata letak tendon dan kapasitas penampang itu sendiri.
2. Untuk penelitian selanjutnya meneliti lebih detail mengenai tegangan yang
terjadi pada penampang akibat gaya orategang pada jembatan.
286 136
DAFTAR PUSTAKA
Karramal, M. F. (2016). Perencanaan box girder prategang struktur atas fly over
simpang air hitam samarinda. Institut Teknologi Nasional
Malang.
Nawy, E. G. (2001). Beton Prategang Suaatu Pendekatan Mendasar. Jilid 1 Edisi III.
Jakarta : Erlanga.
Lin, T.Y, dan Burns, H. (1982). Desain Struktur Beton Prategang, Erlangga. Jakarta,
Indonesia
287 137
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perancangan Beton Pracetak dan Beton
Prategang untuk Bangunan Gedung SNI 7833-2012
Nasional. Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. 2007. Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset
288
289
Tabel Kombinasi momen akibat beban
x Mbs KOMB 1 KOMB 2 KOMB 3 KOMB 4 KOMB 5 KOMB 6 KOMB 7 KOMB 8 KOMB 9 KOMB 10 KOMB 11
MS+MA MS+MA MS+MA MS+MA+TD MS+MA MS+MA+TD MS+MA MS+MA
(m) (kgm) +TD+TB +TD+TB MS+MA MS+MA +Ewl +TB+EQ +TD+TB +TB+EW +TD+TB +TD+TB MS+MA
0 0 0.000 0.000 0.00 0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
1 264420 353243.534 353243.534 303919.30 303919.30 306847.645 4622222.534 353243.534 356171.877 353243.534 353243.534 303919.30
2 515280 687514.462 687514.462 592253.00 592253.00 597959.512 9006550.462 687514.462 693220.976 687514.462 687514.462 592253.00
3 752580 1002814.059 1002814.059 865001.09 865001.09 873335.604 13152985.059 1002814.059 1011148.573 1002814.059 1002814.059 865001.09
4 976320 1299141.505 1299141.505 1122163.58 1122163.58 1132975.919 17061525.505 1299141.505 1309953.848 1299141.505 1299141.505 1122163.58
5 1186500 1576496.618 1576496.618 1363740.46 1363740.46 1376880.457 20732171.618 1576496.618 1589636.618 1576496.618 1576496.618 1363740.46
6 1383120 1834880.125 1834880.125 1589731.73 1589731.73 1605049.218 24164924.125 1834880.125 1850197.611 1834880.125 1834880.125 1589731.73
7 1566180 2074292.028 2074292.028 1800137.40 1800137.40 1817482.203 27359783.028 2074292.028 2091636.828 2074292.028 2074292.028 1800137.40
8 1735680 2294732.325 2294732.325 1994957.47 1994957.47 2014179.411 30316748.325 2294732.325 2313954.268 2294732.325 2294732.325 1994957.47
9 1891620 2496201.017 2496201.017 2174191.93 2174191.93 2195140.842 33035820.017 2496201.017 2517149.931 2496201.017 2496201.017 2174191.93
10 2034000 2678697.104 2678697.104 2337840.78 2337840.78 2360366.497 35516997.104 2678697.104 2701222.818 2678697.104 2678697.104 2337840.78
11 2162820 2839003.672 2839003.672 2482686.12 2482686.12 2506638.461 37757062.672 2839003.672 2862956.015 2839003.672 2839003.672 2482686.12
12 2278080 2986774.463 2986774.463 2618381.68 2618381.68 2643610.477 39765670.463 2986774.463 3012003.263 2986774.463 2986774.463 2618381.68
13 2379780 3112354.734 3112354.734 2735273.72 2735273.72 2761628.802 41533165.734 3112354.734 3138709.820 3112354.734 3112354.734 2735273.72
14 246720 3218963.400 3218963.400 2836580.15 2836580.15 2863911.350 43062767.400 3218963.400 3246294.600 3218963.400 3218963.400 2836580.15
15 2542500 3306600.461 3306600.461 2922300.98 2922300.98 2950458.122 44354475.461 3306600.461 3334757.604 3306600.461 3306600.461 2922300.98
16 2603520 3375265.916 3375265.916 2992436.20 2992436.20 3021269.116 45408289.916 3375265.916 3404098.830 3375265.916 3375265.916 2992436.20
17 2650980 3424959.767 3424959.767 3046985.82 3046985.82 3076344.335 46224210.767 3424959.767 3454318.281 3424959.767 3424959.767 3046985.82
18 26848880 3455681.013 3455681.013 3085949.83 3085949.83 3115683.777 46802237.013 3455681.013 3485414.956 3455681.013 3455681.013 3085949.83
19 2705220 3467430.652 3467430.652 3109328.24 3109328.24 3139287.441 47142369.652 3467430.652 3497389.852 3467430.652 3467430.652 3109328.24
20 2712000 3460208.687 3460208.687 3117121.04 3117121.04 3147155.330 47244608.687 3460208.687 3490242.973 3460208.687 3460208.687 3117121.04
Tabel Kombinasi gaya geser akibat beban
x Mbs KOMB 1 KOMB 2 KOMB 3 KOMB 4 KOMB 5 KOMB 6 KOMB 7 KOMB 8 KOMB 9 KOMB 10 KOMB 11
MS+MA MS+MA MS+MA MS+MA+TD MS+MA MS+MA+TD MS+MA MS+MA
(m) (kgm) +TD+TB +TD+TB MS+MA MS+MA +Ewl +TB+EQ +TD+TB +TB+EW +TD+TB +TD+TB MS+MA
0 271200 362729.336 362729.336 311712.10 311712.10 314715.533 4741169.336 362729.336 365732.765 362729.336 362729.336 311712.10
1 257640 343756.731 343756.731 296126.50 296126.50 298979.756 4503274.731 343756.731 346609.988 343756.731 343756.731 296126.50
2 244080 324785.126 324785.126 280540.89 280540.89 283243.980 4265381.126 324785.126 327488.212 324785.126 324785.126 280540.89
3 230520 305813.521 305813.521 264955.29 264955.29 267508.203 4027487.521 305813.521 308366.435 305813.521 305813.521 264955.29
4 216960 286841.916 286841.916 249369.68 249369.68 251772.427 3789593.916 286841.916 289244.659 286841.916 286841.916 249369.68
5 203400 267869.310 267869.310 233784.08 233784.08 236036.649 3551699.310 267869.310 270121.881 267869.310 267869.310 233784.08
6 189840 248897.705 248897.705 218198.47 218198.47 220300.873 3313805.705 248897.705 251000.105 248897.705 248897.705 218198.47
7 176280 229926.100 229926.100 202612.87 202612.87 204565.097 3075912.100 229926.100 231878.329 229926.100 229926.100 202612.87
8 162720 210954.495 210954.495 187027.26 187027.26 188829.320 2838018.495 210954.495 212756.552 210954.495 210954.495 187027.26
9 149160 191981.889 191981.889 171441.66 171441.66 173093.543 2600123.889 191981.889 193633.775 191981.889 191981.889 171441.66
10 135600 173010.284 173010.284 155856.05 155856.05 157357.766 2362230.284 173010.284 174511.998 173010.284 173010.284 155856.05
11 122040 154386.562 154386.562 140618.33 140618.33 141969.873 2124684.562 154386.562 155738.105 154386.562 154386.562 140618.33
12 108480 135067.074 135067.074 124684.84 124684.84 125886.213 1886443.074 135067.074 136268.445 135067.074 135067.074 124684.84
13 94920 116094.469 116094.469 109099.24 109099.24 110150.437 1648548.469 116094.469 117145.669 116094.469 116094.469 109099.24
14 81360 97122.863 97122.863 93513.63 93513.63 94414.660 1410654.863 97122.863 98023.892 97122.863 97122.863 93513.63
15 67800 78151.258 78151.258 77928.03 77928.03 78678.883 1172761.258 78151.258 78902.115 78151.258 78151.258 77928.03
16 54240 59179.653 59179.653 62342.42 62342.42 62943.107 934867.653 59179.653 59780.339 59179.653 59179.653 62342.42
17 40680 40207.048 40207.048 46756.82 46756.82 47207.330 696973.048 40207.048 40657.562 40207.048 40207.048 46756.82
18 27120 21235.442 21235.442 31171.21 31171.21 31471.553 459079.442 21235.442 21535.785 21235.442 21235.442 31171.21
19 13560 2263.837 2263.837 15585.61 15585.61 15735.776 221185.837 2263.837 2414.008 2263.837 2263.837 15585.61
20 0 -16707.768 -16707.768 0.00 0.00 0.000 -16707.768 -16707.768 -16707.768 -16707.768 -16707.768 0.00
GIRDER SHAPE & SPECIFICATION | PC - BULB TEE GIRDER
240
Bulb Tee Beam Beam Support Bulb Tee Beam Beam Support
Span Span
Spacing / fc' Weight Reaction (ton) Spacing / fc' Weight Reaction (ton)
(m) (m)
25 (cm / Mpa) (ton/pcs) Vdl Vll Vult (cm / Mpa) (ton/pcs) Vdl Vll Vult
220 35 250 / 40 159 101 545 1109 48 250 / 60 201 130 618 1275
36 250 / 40 162 103 551 1121 49 250 / 60 204 132 623 1288
37 250 / 40 165 105 557 1134 50 250 / 60 207 134 629 1301
38 250 / 40 168 108 562 1147 51 250 / 60 210 137 622 1292
39 250 / 40 172 110 568 1160 52 250 / 70 214 139 628 1306
120 40 250 / 40 175 112 573 1173 53 250 / 70 217 141 634 1319
41 250 / 50 178 114 579 1185 54 250 / 70 220 143 640 1332
PC Bulb Tee H- 42 250 / 50 181 117 584 1198 55 250 / 70 223 145 646 1346
220 43 250 / 50 185 119 590 1211 56 250 / 70 227 148 652 1359
44 250 / 50 188 121 595 1224 57 250 / 70 230 150 658 1373
Area : 12,925 cm2
45 250 / 50 191 123 601 1237 58 250 / 70 233 152 664 1386
Inertia : 90,106,159
cm4 46 250 / 60 194 125 606 1250 59 250 / 70 236 154 669 1400
47 250 / 60 197 128 612 1262 60 250 / 70 239 157 675 1413
Note : Based on bridge load refer to RSNI T-02-2005 and assume bridge cross section parameter using 150mm
toping slab and 50mm asphaltic layer.
225
277
2600
200
4000
R625
477
5000
250
300 300
2400
250
4300
294
WIDTH OF SLAB THICKNESS OF SLAB WEB
HEIGHT NOTE
TOP BOTTOM TOP BOTTOM THICKNESS
Span by Span
2600 mm 10300 mm 4000 mm 225 mm 300 mm 277 mm External Stressing Span 40-50
m
Balance Cantilever
2500 - 3683 mm 13000 mm 5000 mm 225 mm 250 - 477 mm 567 mm External Stressing Span 50-100 m