Anda di halaman 1dari 13

A.

Perhitungan Waktu Baku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki

keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan

keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya

adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu

baku dari data yang terkumpul itu adalah sebagai berikut :

1. Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran : (Sutalaksana,

dkk: 2006)

∑ 𝑥𝑖
𝑊𝑠 =
𝑁

Dimana : 𝑥𝑖 = data waktu yang diperoleh dari pengukuran

N = Jumlah data waktu seluruhnya

2. Waktu normal

Waktu normal adalah standar waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan (Sutalaksana, dkk: 2006)

𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 × 𝑃

Dimana : p = Faktor penyesuaian

3. Waktu baku

Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

telah diteliti pada waktu yang lalu.

100%
Wb = Wn *
100% − % Allowance

Wb = Wn + I ( Wn) ....................... I = % Kelonggaran


1) Faktor Penyesuaian (P)
Keterampilan Good (C2) = 0,00
Usaha Good (C2) = -0,01
Kondisi Kerja (E) = - 0,03
Konsistensi (C) = +0,01 +
Total = -0,03
Jadi, Faktor Penyesuaian (P) = 1 - 0,03 = 0,97

2) Faktor Kelonggaran (L)


a) Tenaga yang dikeluarkan
(Bekerja di meja, duduk) = 4,0 %
b) Sikap Kerja (Duduk) = 1,0 %
c) Gerakan Kerja (Normal) =0%
d) Kelelahan Mata
(Pandangan yang hampir terus menerus) = 6,0 %
e) Keadaan Temperatur Tempat Kerja
(Normal: 22-28°C) = 4,0 %
f) Keadaan Atmosfer (Cukup) = 0,0 %
g) Keadaan Lingkungan yang Baik
(Bersih, Sehat, Cerah) = 0,0 %
h) Kebutuhan Pribadi
(Pria) = 2,0 %
17 %

Jadi, Faktor Kelonggaran (L) = 17 %

Waktu siklus (Ws) = Xi


n

406,26
=
30

= 13,54 detik

Waktu normal (Wn) = Ws × P

= 13,54 × 0,97

= 13,135 detik

Waktu baku (Wb) = Wn + Wn (L)

= 13,135 + 13,135 (17%)

= 15,368 detik
B. Penyesuaian Dan Kelonggaran

Penyesuaian (Rating Factor)

Penyesuaian dilakukan untuk mengamati kewajaran operator dalam bekerja pada saat

dilakukan pengukuran waktu kerja.

1. Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk selamanya bekerja dlm

kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalnya tanpa kesungguhan, sangat cepat

seolah-olah diburu waktu, atau karena terjadi kesulitan - kesulitan sehingga menjadi

lamban dalam bekerja.

2. Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh

ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan

penyesuaian.

3. Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan faktor

penyesuaian (p). Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :

a) Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p nya lebih besar dari
satu (p > 1).
b) Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih kecil dari
satu (p< 1).
c) Operator bekerja dengan wajar (Normal), maka harga p nya sama dengan satu(p = 1)
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menentukan faktor penyesuaian yaitu :
a. Cara Persentase
b. Cara Shumard
c. Cara Westing House
d. Cara Objektif
e. Cara Bedaux dan Sintesa

Tabel : Shumard
Kelas Penyesuaian

Superlast 100

Fast + 95

Fast 90

Fast - 85

Excellent 80

Good + 75

Good 70

Good - 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair - 45

Poor 40

Cara Shumard
Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja diri
sendiri. Seorang yang dipandang bekerja diberi nilai 60, nilai ini digunakan sebagai patokan untuk
memberikan penyesuaian bgi performance kerja lainnya. Misalnya ada seorang tenaga kerja yang bekerja
dengan performance excellent, maka nilai tenaga kerja tersebut adalah 80, sehingga factor penyesuaian
adalah 80:60 = 1,33. Jika waktu siklus pekerjaan terhitung 14,6 menit, maka waktu normalnya:

Wn = 14,6 menit x 1,33

= 19,42 menit

Westing House
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran
dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Setiap factor terbagi dalam kelas -kelas dengan nilai masing- masing.
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas
seperti yang dikemukakan berikut ini:

Super Skill :
a) Secara bawahan cocok sekali dengan bawahannya.
b) Bekerja dengan sempurna.
c) Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
d) Gerakan-gerakannya sangat halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
e) Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
f) Perpidahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat
karena lancar.
g) Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang
dikerjakan (sudah sangat otomatis).
h) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
yang baik.

Excelent Skill :
1) Percaya diri sendiri.
2) Tampak cocok dengan pekerjaanya.
3) Terlihat telah terlatih dengan baik.
4) Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau
pemeriksaan-pemeriksaan.
5) Gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dikerjakan tanpa kesalahan.
6) Menggunakan peralatan dengan baik.
7) Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8) Bekerjanya cepat tetapi halus.
9) Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
Good Skill :
a) Kwalitas hasil baik.
b) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.
c) Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerjaan lain yang keterampilannya lebih
rendah.
d) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
e) Tidak memerlukan banyak pengawasan.
f) Tidak keragu-raguan.
g) Bekerja stabil.
h) Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
i) Gerakan-gerkannya cepat.

Average Skill :
1) Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
2) Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3) Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan.
4) Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5) Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.
6) Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7) Tampak cukup terlatih dank arena mengetahui seluk-beluk pekerjaannya.
8) Bekerja cukup teliti.
9) Secara keseluruhan cukup memuaskan.

Fair Skill :
a) Tampak terlatih tapi belum cukup baik.
b) Mengenai peralatan dan lingkungan secukupnya.
b) Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.
c) Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
d) Tampak sepert tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu cukup lama.
e) Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu
yakin.
f) Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
g) Jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
h) Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

Poor Skill :
1) Tidak bias mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2) Gerakan-gerakannya kaku.
3) Kelihatan tidak yakin pada urutan-urutan gerakan.
4) Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yng bersangkutan.
5) Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaan.
6) Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.
7) Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8) Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9) Tidak bias mengambil inisiatif sendiri.
Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang
membedakan kelas seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan,
kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan dan hal-hal lain
yang serupa.
Untuk usaha cara Westing house membagi juga atas kelas-kelas dengan cirri
masing-masing. Yang dimaksudkan dengan usaha disini adalah kesungguhan yang
ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini
ada 6 (enam) kelas usaha dengan ciri-cirinya:

Excessive Eefort :
a) Kecepatan sangat berlebihan.
b) Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
c) Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

Exelent Effort :
1) Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2) Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.
3) Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4) Banyak memberi saran-saran.
5) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
6) Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7) Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8) Bangga atas kelebihannya.
9) Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10) Bekerjanya sistematis.
11) Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen keelemen lainnya tidak terlihat.

Good Effort :
a) Bekerja berirama.
b) Saat-saat menganggur sangat sedikit bahkan kadang-kadang tidak ada.
c) Penuh perhatian pada pekerjaannya.
d) Senang pada pekerjaannya.
e) Kecepatan baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
f) Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
g) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati.
h) Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
i) Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
j) Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.

Average Effort :
1) Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2) Bekerja dengan stabil.
3) Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
4) Set up dilaksanakan dengan baik.
5) Melakuka kegiatan-kegiatan perencanaan.
Fair Effort :
a) Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
b) Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
c) Kurang sungguh-sungguh.
d) Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
e) Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
f) Alat-alat yang dipaki tidak selalu yang terbaik.
g) Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
h) Terlampau hati-hati.
i) Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
j) Gerakan-gerakannya tidak terencana.

Poor Effort :
1) Banyak membuang-buang waktu.
2) Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3) Tidak mau menerima saran-saran.
4) Tampak malas dan lambat bekerja.
5) Melakuka gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-
bahan.
6) Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7) Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8) Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9) Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Yang dimaksud dengan kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah
kondisi fisik lingkungannya Seperti keadaan pencahayaan, temperature, kebisingan
ruangan. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas yaitu ideal, exellent, good, average,
fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena
berdasarkan karateristik masing-masig pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-
sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk satu pekerjaan dapat saja
dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya
komdisi ideal adalah kondisi yang cocok bagi pekerjaan yang bersangkutan, yaitu
yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaiknya kondisi poor
adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat
menghambat pencapaian performance yang baik.
Konsistensi perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap
pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak semuanya sama, waktu
penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus
kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Sebagaimana halnya
dengan faktor-faktor lain, Konsisternsi juga dibagi 6 (enam) kelas yaitu : perfect,
exellent, good, average, fair, dan poor.

Tabel Penyesuaian Menurut Westing House


FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN

KETERAMPILAN Superskill A1 + 0,15

A2 + 0,13

Excellent B1 + 0,11

B2 + 0,08

Good C1 + 0,06

C2 + 0,03

Average D 0,00

Fair E1 - 0,05

E2 - 0,10

Poor F1 - 0,16

F2 - 0,22

USAHA Excessive A1 + 0,13

A2 + 0,12

Excellent B1 + 0,10

B2 + 0,08
Good C1 + 0,05

C2 + 0,02

Average D 0,00

Fair E1 - 0,04

E2 - 0,08

Poor F1 - 0,12

F2 - 0,17

KONDISI KERJA Ideal A + 0,06

Excellent B + 0,04

Good C + 0,02

Average D 0,00

Fair E - 0,03

Poor F - 0,07

KONSISTENSI Perfect A + 0,04

Excellent B + 0,03

Good C + 0,01

Average D 0,00

Fair E - 0,02

Poor F - 0,04 Sumber :

Sutalaksana;

2006
Faktor Kelonggaran
Dalam pengukuran, kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatigue dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

a. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi


Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi yaitu hal-hal seperti minum sekadarnya untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk
menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan kerja.
b. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatigue
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun
kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan
melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat mana hasil produksi
menurun.
Jika terjadi fatigue pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkakn rasa fatigue tersebut.
c. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai “hambatan”.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur
dengan sengaja adapula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada di luar
kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan
tak terhindarkan adalah :
a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas
b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin
c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan
d. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang
e. Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan
f. Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.
Tabel Kelonggaran :
3) Faktor Kelonggaran (L)
i) Tenaga yang dikeluarkan
(Bekerja di meja, duduk) = 4,0 %
j) Sikap Kerja (Duduk) = 1,0 %
k) Gerakan Kerja (Normal) =0%
l) Kelelahan Mata
(Pandangan yang hampir terus menerus) = 6,0 %
m) Keadaan Temperatur Tempat Kerja
(Normal: 22-28°C) = 4,0 %
n) Keadaan Atmosfer (Cukup) = 0,0 %
o) Keadaan Lingkungan yang Baik
(Bersih, Sehat, Cerah) = 0,0 %
p) Kebutuhan Pribadi
(Pria) = 2,0 %
17 %

Jadi, Faktor Kelonggaran (L) = 17 %

Anda mungkin juga menyukai