Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN KOSA KATA

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 3-5 TAHUN

DIKECAMATAN METRO TIMUR

LAMPUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DESI YANA FITRIKA

NIM. P27229022185

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN TERAPI WICARA

2023
PENGARUH STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN KOSA KATA

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 3-5 TAHUN

DIKECAMATAN METRO TIMUR

LAMPUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

Pada Prodi Terapi Wicara dan Bahasa Program Sarjana Terapan Jurusan Terapi Wicara
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Oleh :

DESI YANA FITRIKA

NIM. P27229022185

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN TERAPI WICARA

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN KOSA KATA


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 3-5 TAHUN
DIKECAMATAN METRO TIMUR
LAMPUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DESI YANA FITRIKA

NIM. P27229022185

Proposal Skripsi Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pada Tanggal : __________________

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ig.Dodiet Aditya S.,SKM.,MPH R. Asto Soesyasmoro, SST.TW.,MPH


NIP.197401121998031002 NIP.196405131991031005

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Terapi Wicara
Jurusan Terapi Wicara

Hafidz Triantoro A.P.,SST.TW,MPH


NIP.198712162010121002

LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN KOSA KATA
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 3-5 TAHUN
DIKECAMATAN METRO TIMUR
LAMPUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DESI YANA FITRIKA


NIM. P27229022185

Telah Diujikan dan Dipertahankan di Hadapan Penguji Seminar Proposal Skripsi Program
Studi Sarjana Terapan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Surakarta

Pada Tanggal : __________________

KETUA PENGUJI

Muryanti , SST.TW.,MPH
NIP. 198612062009122002 Tanda Tangan :_____________

ANGOTA PENGUJI I

Ig.Dodiet Aditya S.,SKM.,MPH


NIP. 197401121998031002 Tanda Tangan :_____________

ANGOTA PENGUJI II

R. Asto Soesyarmoro, SST.TW.,MPH


NIP. 196405131991031005 Tanda Tangan :_____________

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Terapi Wicara dan Bahasa
Program Sarjana Terapan

Hafidz Triantoro A P., SST.TW, MPH


NIP. 19871216 201012 1 002

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi rabbil'alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan, dan pengetahuan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Stunting Terhadap
Perkembangan Kosakata Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun di Kecamatan Metro Timur
Lampung”. Sholawat dan salam tak lupa senantiasa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya. Semoga kita termasuk
umatnya yang kelak mendapatkan syafaat beliau. Aamiin.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, bantuan, doa dan semangat
demi terselesaikannya proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini bemanfaat untuk
pengembangan ilmu Terapi Wicara, menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal skripsi ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukkan
dan saran yang membangun.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Lampung,15 juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
……………………………………………………………..
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL iii
………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL ……………………. iv
…………………

KATA PENGANTAR v
…………………………………………………………....
DAFTAR ISI vi
………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL viii
…………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ix
……………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN x
...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...………. 1
…………………………………………………..
B. Rumusan Masalah …….………………………………............................. 3
C. Tujuan Penelitian …...... 3
……………………………………………….......
D. Manfaat penelitian 4
………………………………………………………….
E. Keaslian Penelitian 4
…………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori 6
……………………………………………………………..
B. Kerangka Teori 13
…………………………………………………………….
C. Kerangka Konsep .. 13
…………………………………………………………
D. Hipotesa Penelitian 14
…………………………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 15
………………………………………………...
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 15
…………………………………..
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 16
………………………………………………
D. Variabel Penelitian 16
…………………………………………………………
E. Definisi Operasional Variabel …………………………………………… 16
F. Instrumen Penelitian 18
………………………………………………………..
G. Prosedur Pengumpulan Data 18
……………………………………………….
H. Rencana Analisa Data ……………. 18
………………………………………..
I. Etika penelitian 19
……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA 20
……………………………………………………………..
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian 17


………………………………………

.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori 13


…………………………………………..................
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 13
………………………………………..................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner 22


………………………………………….............
Lampiran 2. Lembar Tes EOWPVT 23
……………………………………………
Lampiran 3. Lembar Bahan Tes EOWPVT ……………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak merupakan dua peristiwa yang
berbeda tetapi perkembangan pada anak merupakan dua peristiwa yang berbeda namun
tidak dapat dipisahkan. Saat ini, berbagai metode deteksi dini sudah tidak bisa
dipisahkan. Saat ini telah dilakukan berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui
penyimpangan Development perkembangan Screening anak.
Stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan
anak lebih pendek dari standar anak seusianya (WHO, 2014). Beberapa di antaranya
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal
seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit (Hikmahrachim
et al., 2020).
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,
prevalensi Balita stunting sebesar 24,4% pada 2021. Indonesia terdiri dari 34 provinsi
dan 20 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi stunting di atas rata-rata prevalensi
nasional (Kemenkes, 2015).
Menurut standar WHO, suatu wilayah dianggap kronis jika prevalensi stunting
mencapai 20%. Prevalensi status gizi balita di Provinsi Lampung terdiri dari 2,5% gizi
buruk, 13,0% gizi kurang, 82,3% gizi baik, dan 2,2% gizi lebih (Kemenkes RI, 2019).
Prevalensi gizi buruk selama 5 tahun (2013 - 2017), fluktuatif naik turun terutama pada
tahun 2017 mengalami penurunan 0,02 bila dibandingkan tahun 2016, tetapi pada status
gizi kurang pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 0,54% dibandingkan tahun
2016 yaitu dari 7 ,43% menjadi 6,89%.
Beberapa penelitian lain yang sejalan menyatakan zat gizi yang dapat
memengaruhi proses perkembangan otak yaitu meliputi protein, energi, asam lemak
esensial serta zat gizi mikro seperti zink, zat besi, vitamin B dan Yodium (Prado 2014).
Bagian otak yang mungkin dapat terganggu pertumbuhan dan perkembangannya yaitu
otak bagian hemisfer kiri pada area Broca dan area Wernicke yang mengatur
kemampuan bicara dan bahasa (Antonius, 2018). Menurut peneliti, Pada Balita stunting
dapat mengakibatkan ketidakmatangan dan ketidak sempurnaan organ jumlah sel otak
berkurang.
Untuk mencegah stunting orangtua perlu memenuhi kebutuhan gizi anak,
memberikan ASI ekslusif selama enam bulan, melakukan deteksi dini dengan
berkonsultasi dan secara rutin mengukur berat dan tinggi badan anak. Sehingga
terbentuk anak-anak yang sehat dan menjadi generasi penerus yang berkualiatas. Selain
itu diperlukan kerjasama dari berbagai sektor sehingga akan terbentuk anak-anak yang
sehat dan menjadi generasi penerus yang berkualitas.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah merupakan periode yang
sangat penting bagi anak. Pada masa perkembangan anak terdapat satu fase penting
dalam tahapan pemerolehan bahasa, yaitu fase golden age (usia emas). Pada masa
perkembangan dan pertumbuhan terutama pada bahasa anak prasekolah dapat dicapai
dengan pengalaman yang didapatkan dan memberikan sesuatu yang baru bagi anak.
Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, sekitar 5-8% anak prasekolah
mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Hasil survei awal penelitian,
dari 15 anak didapatkan 4 anak (26%) terjadi keterlambatan dalam berbicara dengan
menggunakan alat ukur KPSP sumber (Dra. Jomima Batlajery, MKes.Siti Masitoh,
SKP.Mkes Dina Raidanti, S.SiT.MKes Dra.Maryana, AMKeb., MKes 2021.)
Berdasarkan penelitian di Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2016 yaitu 1.125
kunjungan terdapat 10.13% anak didiagnosis mengalami gangguan perkembangan
bahasa (Indonesia Children 2009 dalam Santoso 2009).
Orangtua sebaiknya memperhatikan perkembangan bahasa yang terjadi pada fase
golden age. Proses perkembangan dan pertumbuhan pada fase ini menentukan proses
belajar pada anak prasekolah.Semua aspek tersebutakan berkembang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak prasekolah. Proses perkembangan bahasa memerlukan
stimulasi yang tepat. Stimulasi yang diberikan oleh orangtua adalah salah satu
penanganan yang baik dan sangat penting untuk pemerolehan bahasa pada anak.
Pemerolehan bahasa tersebut dapat digunakan untuk mengapresiasikan keinginan
mereka dan mengutarakan perasaan mereka. Jika dalam masa bayi, anak hanya
menangis untuk mengutarakan perasaan, maka lain halnya pada anak prasekolah.
Mereka dapat menggunakan kosakata yang mereka miliki untuk mengutarakan
perasaan dan emosi mereka.
Kemampuan anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya maka
berkembangnya pemahaman anak mengenai fungsi bahasa. Anak mendapatkan
pengalaman belajar tentang bahasa dengan meniru gaya bahasa yang anak peroleh di
lingkungan sekitarnya. Dalam hal pengembangan bahasa anak, orangtua dapat
menggunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang
dapat merangsang dan menambah kosakata anak.
Kosakata berperan penting dalam perkembangan bahasa anak, semakin
bertambahnya usia anak maka bertambah pula kosakata yang dimiliki anak. Dengan
kosakata yang sudah anak kuasai, anak akan mampu mengucapkan kata dan mengerti
makna dari kata tersebut,sehingga dapat menyusun kata-kata tersebut menjadi kalimat
sederhana.Kemampuan anak menguasai kosakata dapat berkembang sesuai rentang
usianya (Depdiknas, 2010).
Pada dasarnya anak dengan perkembangan bahasa yang baik akan memiliki
kemampuan kognitif yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kosakata
yang anak miliki.
Peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan pengalaman peneliti menjadi tim
tumbuh kembang di Posyandu,Puskesmas, Kober (Kelompok bermain), dan TK

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
apakah ada pengaruh Stunting terhadap kemampuan kosa kata pada anak usia
prasekolah 3-5 tahun di Kecamatan Metro Timur Lampung.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kemampuan kosa kata pada anak stunting usia prasekolah 3-5
tahun di kecamatan metro timur lampung .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan gambaran stunting pada anak .
b. Untuk mengetahui gambaran kemampuan kosa kata anak usia prasekolah 3-
5 tahun.
c. Untuk mengetahui pengaruh stunting terhadap kemampuan kosa kata pada
anak usia prasekolah 3-5 tahun .
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah
wawasan mengenai kemampuan kosa kata pada anak stunting
b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya mengenai kemampuan kosa kata pada anak stunting.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menjadi pembelajaran, dimana proses penelitian ini memberikan pengalaman
yang dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kemampuan kosa kata
pada anak stunting usia prasekolah 3-5 tahun dikecamatan yosodadi metro
timur lampung sesuai dengan ilmu dan keahlian yang dipelajari selama
kegiatan perkuliahan di dalam kelas.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan pengetahuan bagi pengelola institusi dalam
mengembangkan keilmuan terapi wicara khususnya dalam bidang bahasa.
c. Bagi orang tua
Memberikan informasi bagi orang tua untuk dapat meningkatkan pelayanan
orang tua terhadap anak dengan Memberikan asupan gizi yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan anak serta kegiatan mengasuh anak yang sesuai
dengan perkembangan anak. Bagi ibu hamil diharapkan selalu mencukupi gizi
bagi janinnya agar tumbuh kembangnya dapat berjalan optimal.

D. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan kosa kata
pada anak stunting usia prasekolah 3-5 tahun di kecamatan metro timur lampung
antara lain :
1. Duncan (2020) melakukan penelitian berjudul “Prekindergarten classroom
language environments and children’s vocabulary skills”. Tujuan pertama adalah
untuk menguji secara deskriptif variabilitas. Sampel terdapat 44 anak dan
menggunakan metode analitik.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu
terdapat pada tujuan, jumlah sampel, jenis penelitian, desain penelitian dan teknik
sampling serta teknik analisis data. Tujuan pada penelitian yang akan penulis
lakukan yaitu untuk mengetahui kemampuan kosa kata pada anak stunting usia 3-
5 tahun, jumlah sampel penulis yaitu 30 responden, jenis penelitian yang akan
dilakukan yaitu penelitian kuantitaif dengan desain eksperimen. Kemudian teknik
sampling penulis menggunakan total sampling dan teknik analisis data penulis
menggunkan Pearson Producct Moment.
2. Mulyaningsih et al., (2021) dengan judul penelitian “Beyond personal factors :
Multilevel determinants of chilhdhood stunting in indonesia”, penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji determinan stunting di tingkat rumah tangga,
kecamatan, dan provinsi di Indonesia dengan menggunakan model multilevel
hierarchical mixed effect. Kami menganalisis data 8045 anak yang diambil dari
gelombang 2007 dan 2014 Indonesian Family and Life Surveys (IFLS).
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu
terdapat pada tujuan, dan jumlah sampel. Penelitian yang akan penulis lakukan
mempunyai tujuan untuk mengetahui kemampuan kosa kata pada anak stunting
usia 3-5 tahun, sedangkan jumlah sampel penulis yaitu 30 responden.
3. Longa et al., (2021) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Stunting Dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-6 Tahun Di Kabupaten
Ngada Tahun 2020”, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
stunting dengan perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun di Kabupaten Ngada
tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah anak stunting usia 4-6 tahun di
Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada. Sampel dalam penelitian ini adalah
40 anak usia 4-6 tahun yang tergolong stunting. Data dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi perkembangan anak stunting usia 4-6 tahun. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik multinomial dengan
bantuan program SPSS26.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu
terdapat pada jumlah sampel, dan desain penelian. Jumlah sampel penulis yaitu
30 responden dan desain yang digunakan penulis adalah eksperimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Stunting
a. Pengertian Stunting
Stunting merupakan salah satu kondisi kekurangan nutrisi yang berhubungan
dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi
yaang kronis. Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau
panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita. Stunting juga dapat dikatakan
sebagai suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi yang diberikan selama bayi tersebut masih berada dalam
kandungan hingga 1000 hari pertama bayi atau selama 24 bulan pertama setelah
kelahiran (Longa et al., 2021). Pada masa yang akan datang balita dengan stunting
akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik serta kognitif yang
optimal (Trihono & Atmarita, 2015).
Menurut (Iswari & Hartati, 2022) kondisi stunting dapat mengakibatkan efek
jangka panjang pada aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi saat dewasa
nantinya. Disamping itu pengertian lain dari stunting adalah menggambarkan
keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak
berkembang secara pulih kembali.
Karakteristik anak stunting menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui
stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Seorang
anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut.
Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran. Selain tubuh
yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni: ·
Pertumbuhan melambat. Pertumbuhan yang tertunda terjadi ketika seorang anak
tidak tumbuh dengan kecepatan normal sesuai usianya. Keterlambatan pertumbuhan
juga bisa didiagnosis pada anak yang tinggi badannya dalam kisaran normal, tapi
kecepatan pertumbuhannya melambat. Wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya .Pertumbuhan gigi terlambat.
Bayi terlambat tumbuh gigi juga bisa disebabkan oleh gangguan fisik pada
gusi atau tulang rahang yang tidak memungkinkan gigi untuk muncul. Performa
buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
Gangguan konsentrasi terutama pada anak bisa menimbulkan pengaruh
negatif. Gangguan konsentrasi bisa mengganggu performa anak di sekolah. Mereka
juga bisa kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Anak juga kesulitan menangkap
informasi secara detail. Tidak jarang gangguan konsentrasi juga berpengaruh pada
cara berkomunikasi. Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak
melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya Berat badan balita tidak naik
bahkan cenderung menurun.berat badan turun drastis merupakan salah satu tanda
dari malnutrisi, yaitu kondisi ketika tubuh kekurangan nutrisi untuk menjalankan
fungsinya. Berat badan anak turun biasanya disebabkan karena kalori yang terbakar
dengan mudah, tidak makan makanan sehat, menderita penyakit, atau metabolisme
tubuh rendah. Penurunan berat badan anak yang tak terduga dapat memiliki efek
buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan.· Perkembangan
tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

b. Faktor Penyebab Stunting


Berdasarkan (WHO, 2014) penyebab terjadinya stunting dibagi menjadi 4
kategori besar pada anak yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan
tambahan/ komplementer, menyusui, dan infeksi.
1) Faktor Rumah Tangga dan Keluarga
a) Faktor Maternal
(1) Kehamilan pada Usia Remaja
Apabila usia ibu lebih muda atau lebih tua dari usia tersebut maka
akan lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan. Seorang
wanita yang hamil pada usia remaja akan mendapat early prenatal
care lebih sedikit. Faktor ini yang diprediksi menyebabkan bayi
lahir dengan berat rendah (BBLR) serta kematian pada bayi.
Sebagian besar remaja putri yang hamil memiliki IMT (Indeks
Massa Tubuh) dengan kategori underweight. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dikarenakan kekhawatiran pada bentuk
tubuh selama masa remaja dan kurangnya pendidikan tentang gizi.
Kedua hal tersebut kemudian menjadi sebab rendahnya kenaikan
berat badan ibu selama masa kehamilan. Kenaikan berat badan yang
tidak sesuai inilah yang kemudian berakibat pada kenaikan jumlah
bayi lahir premature yang menjadi salah satu faktor terjadinya
stunting pada balita (Larasati et al., 2018).
(2) Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor resiko
penyebab stunting, artinya bayi yang berat badan lahir rendah
berpeluang 6 kali lebih kuat untuk mengalami stunting
disandingkan bayi yang berat badan lahir normal
(Sulistyoningtyas & Khusnul Dwihestie, 2022).
b) Lingkungan Rumah
Faktor lingkungan rumah yang dimaksud adalah sanitasi lingkungan.
Sanitasi merupakan salah satu komponen kesehatan lingkungan yaitu
perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia (Prasasti & Fuady 2017).
2) Pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sangat berpengaruh terhadap status gizi anak usia 0
sampai dengan 24 bulan. Telah Ditemukan bahwa 16% wanita yang
memberikan ASI eksklusif pada anak mereka kurang dari enam bulan, 38,1%
diantaranya mengalami stunting dan mengalami underweight. Bayi dengan
usia kurang dari enam bulan yang diberikan ASI eksklusif ternyata memiliki
panjang tubuh, berat badan lebih baik dan cenderung tidak menampakan tanda
– tanda stunting dibandingkan dengan anak yang diberikan ASI non –
eksklusif (Larasati et al., 2018).
3) Infeksi
Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Infeksi
terjadi ketika kuman masuk ke dalam tubuh, bertambah jumlahnya, dan
menyebabkan reaksi tubuh. Infeksi akan menurunkan nafsu makan sehingga
asupan makan berkurang, mengganggu absorpsi zat gizi, dan meningkatkan
kebuthan metabolik untuk melawan infeksi. Ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran zat gizi bila terjadi secara terus menerus
menyebabkan anak kekurangan gizi dan jatuh pada kondisi stunting (Solin et
al., 2019).

c. Dampak Stunting
Menurut WHO (2013) stunting berdampak pada aspek kesehatan,
perkembangan dan ekonomi sehingga memiliki efek pada jangka pendek dan jangka
panjang.
1) Masalah Bersamaan dan Dampak Jangka Pendek
a) Kesehatan
Meningkatkan kematian dan meningkatkan kesakitan.
b) Perkembangan
Menurunkan kognitif, motorik, dan perkembangan bahasa. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nahar et al. (2020) yang
mengatakan bahwa anak stunting memiliki skor perkembangan yang
jauh lebih rendah dari pada anak non stunting di semua domain
perkembangan diantaranya, kognitif, motoric (motorik kasar dan halus)
bahasa (bahasa reseptif dan ekspresif). Menurut Mireku et al (2020)
megatakan bahwa pada anak usia 12 bulan terdapat perbedaan
perkembangan bahasa reseptif antara anak stunting dengan anak
normal. Perbedaan bahasa reseptif terlihat jelas di masa kanak-kanak
Ketika pengenalan katakata sehari-hari di impementasikan ke bentuk
nyata.
c) Ekonomi
Meningkatkan Pengeluaran biaya kesehatan dan kesempatan untuk
merawat anak yang sakit.
2) Dampak Jangka Panjang
a) Kesehatan
Menurunkan angka dewasa, meningkatkan angka obesitas dan
komorditas terkait, menurunkan kesehatan reproduksi.
b) Perkembangan
Menurunkan performa di sekolah dan menurunkan kapasitas di
sekolah, dan menurunkan kapasitas belajar dan potensial yang belum
tercapai.
c) Ekonomi
Menurunkan kapasitas bekerja dan menurunkan produktifitas dalam
bekerja.
d. Kategori dan Ambang Stunting
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tetanf Standar
Antropomentri Penilaian Status Gizi anak (2010) mengatakan bahwa kategori dan
ambang batas status gizi anak sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Kategori dan Ambang Stunting
Kategori Ambang Batas
Indeks
Status Gizi (Z-Score)
Berat badan menurut Gizi buruk < - 3 SD
umur atau tinggi badan Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
anak usia 0-60 bulan Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Panjang badan menurut Sangat pendek < 3 SD
umur atau tinggi badan Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
menurut umur anak umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
0-60 bulan Tinggi >2 SD
Berat badan menurut Sangat kurus < -3 SD
panjang badan atau berat Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
badan menurut tinggi Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
badan anak umur 0-60 Gemuk > 2 SD
bulan
Indeks masa tubuh Sangat kurus < -3 SD
menurut umur anak umur Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
0-60 bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD

Indeks masa tubuh Sangat kurus <- 3 SD


menurut umur anak umur Kurus -3SD sampai dengan < - 2 SD
5-18 tahun Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1995 Tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

e. Pencegahan Stunting
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs)
yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan
kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan
pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada
tahun 2025.
Menurut Astuti, (2018) pada gerakan pencegahan stunting dilakukan promosi
pencegahan stunting, antara lain:
1) Sosialisasi peng-gunaan kartu integrating untuk promosi baik oleh tenaga
kesehatan, kader posyandu dan ibu balita,
2) Komitmen dari stakeholder baik lintas program maupun lintas sektor untuk
mencegah stunting yang dituangkan dalam kesepakatan bersama
3) Penyerahan banner promosi stunting sebagai salah satu media promosi di
kantor kecamatan.

2. Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa ialah pesan yang dikomunikasikan melalui ekspresi sebagai sarana
interaksi pada situasi khusus dalam beraneka ragam aktivitas. Dalam konteks ini,
ekspresi terkait dengan unsur segmen dan suprasegmen, baik secara lisan ataupun
gerak tubuh, sehingga sebuah kalimat dapat berfungsi sebagai alat komunikasi
dengan makna yang berbeda jika dinyatakan melalui ekspresi yang berlainan
(Noermanzah, 2019). Sejalan dengan pendapat peneliti sebelumnya bahwa bahasa
digunakan oleh manusia untuk melakukan interaksi sosial baik dalam bentuk
verbal maupun non verbal. Bahasa merupakan alat untuk berpikir,
mengekspresikan diri, berinteraksi dan berkomunikasi serta bahasa mencakup
setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk
menyampaikan suatu makna terhadap lawan bicara (Sa’ida, 2018).
Bahasa merupakan salah satu parameter terpenting dalam perkembangan
anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif,
sensorimotor, psikologis, emosi, serta lingkungan sekitar anak. Adapun
perkembangan kemampuan bahasa dan bicara pada anak usia 4-5 tahun menurut
(Shipley & McAfee, 2021) yaitu sebagai berikut:
1) Memahami konsep spasial atau memahami tentang konsep ruang
2) Memiliki pemahaman kosakata reseptif 10.000 kata atau lebih
3) Dapat menghitung angka 1-10 diluar kepala
4) Mendengarkan cerita pendek dan sederhana serta dapat menjawab
pertanyaan tentang cerita tersebut
5) Dapat menjawab pertanyaan tentang fungsi benda
6) Lebih sering menggunakan tata bahasa seperti orang dewasa
7) Seringkali terjadi kesalahan tata bahasa pada kalimat yang tidak teratur,
kata ganti, kata imbuhan, perubahan suara komparatif dan superlatif
8) Memiliki kosakata ekspresif 900 sampai 2000 kata atau lebih
9) Menggunakan kalimat dengan 4-8 kata
10) Menjawab 2 pertanyaan kompleks
11) Menanyakan arti dari suatu kata
12) Berbicara dengan kecepatan yang mendekati 185 kata permenit
b. Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi bahasa umumnya dapat dibedakan menjadi kemampuan reseptif
(mendengar dan memahami) serta kemampuan ekspresif (berbicara dan menuliskan
informasi untuk dikomunikasikan kepada lawan bicara).
1) Bahasa Reseptif
Keterampilan Bahasa Reseptif merujuk pada kapasitas anak untuk memahami
bahasa. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk mendengarkan ucapan
orang lain, memahami dua perintah yang diberikan secara bersamaan,
memahami cerita yang dibacakan, mengenali kosakata terkait kata sifat seperti
nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dan sebagainya, serta mampu
mendengar dan membedakan berbagai bunyi dalam bahasa Indonesia (Adini,
2016).
2) Bahasa Ekspresif
Bahasa ekspresif merupakan kemampuan untuk menggunakan informasi,
perasaan, ide-ide, dan gagasan. Bahasa ekspresif dapat digunakan secara
simbolis melalui media visual (menulis, memberi tanda) atau media auditorik.
Definisi lain dari bahasa ekspresif yaitu sebagai kemampuan yang dimiliki
anak untuk mengungkapkan keinginan, ide, gagasan dan perasaannya kepada
orang lain secara lisan disertai ekspresi wajah, bahasa tubuh dan intonasi suara
(Munawaroh et al., 2017).
Bahasa ekspresif pada anak usia dini bukan hanya sekedar mengeluarkan
suara teteapi bagaimana anak mngungkapkan perasaannya, keinginannya,
kebutuhannya dan pikirannya kepada orang lain secara verbal. Perkembangan
bahasa pada anak usia dini berkembang sangat pesat, dimana anak mulai ingin
tahu tentang lingkungan sekitarnya.
c. Pemerolehan Bahasa
Menurut (Sundari, 2018) pemerolehan bahasa adalah proses manusia
mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan ,dan menggunakan kata
untuk pemahaman dan komunikasi.kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan
seperti sintaksis, fonetik da kosakata yang luas.
Pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang yang
mengalami pemerolehan bahasa. Biasanya, pemerolehan bahasa terjadi melalui
interaksi verbal dengan penutur asli bahasa yang sama. Oleh karena itu,
pemerolehan bahasa mengacu pada kemampuan yang tidak disadari dan tidak
dipengaruhi oleh pengajaran tentang sistem kaidah bahasa yang dipelajari. Dalam
hal ini, pemerolehan bahasa adalah proses yang terjadi di otak anak ketika ia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

d. Keterlambatan Bahasa
Menurut Schum (2007) dalam McLaughlin (2011) adapun red flag untuk segera
dilakukan evaluasi bahasa wicara adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 3Red Flag Segera Dilakukan Evaluasi Bahasa Wicara

Usia Reseptif Ekspresif


12 bulan - Tidak mengoceh,
menunjuk atau
menggunakan gestur
15 bulan Tidak melihat atau Tidak menggunakan
menunjuk 5 sampai 10 setidaknya tida kata
objek atau orang ketika
diminta menamai oleh
orang tua.
18 bulan Tidak mengikuti perintah Tidak mengucapkan
satu tahap “mama” atau “dada” atau
nama lain
2 tahun Tidak menunjuk gambar Tidak menggunakan
atau bagian tubuh ketika setidaknya 25 kata
menamai
2,5 tahun Tidak menggunakan Tidak menggunakan dua
respon verbal atau kata, frase, termasuk
anggukan/meggoyangkan kombinasi kata non
kepala untuk bertanya verbal
3 tahun Tidak mengerti kata 1. Tidak menggunakan
preporsisi atau kata kerja setidaknya 200 kata
2. Tidak meminta
sesuatu dengan nama
3. Meniru frase dengan
respon pertanyaan
(ekolalia)
Usia selanjutnya - Mengalami kemunduran
atau kehilangan tahapan
perkembangan bahasa.
Sumber : Tahapan Perkembangan Milestoon dalam McLaughlin (2011)
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Bahasa
Keterlambatan bahasa bisa disebabkan oleh faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor keluarga meliputi faktor keturunan, rendahnya pendidikan orang tua yang
berkaitan dengan keterlambatan bicara dan bahasa. Sedangkan faktor lingkungan
yang mempengaruhi adalah trauma, paparan kebisingan yang kronis, menonton
televisi yang lebih dari 2 jam, serta stimulasi yang tidak adekuat. (Sundarejan dan
Sujata 2019)

f. Masalah Bicara dan Bahasa pada Anak


1) Primer (tidak terkait dengan kondisi lain)
a) Developmental speech and Language Delayed
Temuan klinis yang dijumpai biasanya anak mengalami keterambatan dalam
berbicara. Anak cendrung memiliki pemahaman yang normal, kecerdasan,
pendengaran, hubungan emosional dan kemampuan artikulasi.
b) Expressive Language Disorder
Temuan klinis yang dijumpai anak mengalami keterlambatan berbicara.
Anak memiliki pemahaman yang normal, kognitif, hubungan emosional,
dan kemampuan artikulasi. Expressive Language Disorder sulit dibedakan
dengan Developmental speech and Language Delayed pada usia dini dan
bahasa yang lebih umum.
c) Receptive Language Disorder
Temuan klinik yang dijumpai adalah bicara yang terlambat, dan juga jarang,
agramatisme, dan artikulasi tidak jelas. Anak mungkin tidak melihat atau
menunjuk objek atau orang yang disebutkan oleh orang tuanya (menunjukan
kurang pemahaman). anak juga memiliki respon yang normal terhadap
ransangan pendengaran nonverbal.

2) Sekunder (disebabkan oleh kondisi lain)


a) Autism Spectrume Disorder
Anak memiliki berbagai kelainan dalam berbicara, termasuk keterlambatan
berbicara (terutama dengan intelectual disability bersamaan) echolalia (frasa
berulang) tanpa menghasilkan frasa baru mereka sendiri, kesulitan memulai
dan mempertahankan percakapan, pengembalian kata ganti dan regresi bicara
dan bahasa. Anak mengalami gangguan komunikasi, gangguan interaksi
sosial dan perilaku 17 repetitif atau minat terbatas.
b) Cerebral Palsy
Kondisi klinis yang ditemukan adalah keterlambatan bicara pada anak-anak
cerebral palsy mungkin karena kesulitan dengan koordinasi atau spastisitas
otot lidah. Gangguan pendengaran, intelectual disability, atau cacat pada
korteks serebral.
c) Chilhood Apraxia of Speech
Chilhood Apraxia of Speech Masalah fisik dimana anak-anak mengalami
kesulitan membuat suara dalam urutan yang benar sehingga ucapan mereka
sulit dipahami oleh orang lain. Anak berkomunikasi dengan gerak tubuh
tetapi memiliki kesulitan berbicara (menunujukan motivasi untuk
berkomunikasi, tetapi kurangnya kemampuan berbicara).
d) Dysarthria
Dysarthria adalah masalah fisik yang bisa dialami oleh anak-anak memiliki
kesulitan bicara mulai dari ringan dengan artikulasi yang sedikit cadel,
hingga berat dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan kata-kata yang
dapat dikenali. Anak-anak berkomunikasi dengan gerak tubuh, tetapi
memliki kesulitan bicara (menunjukan motivasi untuk berkomunikasi, tetapi
kurangnya kemampuan berbicara).
e) Hearing Loss After Spoken Language Estabilished
Bicara dan bahasa seringkali terpengaruh secara bertahap, dengan penurunan
ketepatan artikulasi dan kurangnya kemajuan dalam penguasaan kosa kata.
Orang tua mungkin melaporkan bahwa anak itu tampak tidak seperti itu
bahkan orang tua menceritakan anaknya lebih baik dari pada itu.

f) Hearing Loss Before Onset of Speech


Kondisi klinis yang di temukan anak mengalami keterlambatan bicara. Anak
mungkin mengalami distorsi bunyi ujaran dan pola prosodik (intonasi,
kecepatan,ritme, dan kenaringan ujaran). Anak mungkin tidak melihat atau
menunjuk ke objek atau orang yang disebutkan oleh orang tuanya
(menunjukan kurang pemahaman). Anak memiliki keterampilan komunikasi
visual yang normal
g) Intelectual Disability
Kondisi klinis yang ditemukan anak mengalami keterlambatan berbicara.
Penggunaan gestur yang terlambat, dan ada keterlambatan umum dalam
semua aspek tonggak perkembangan. Anak mungkin tidak melihat atau
menunjuk ke objek atau orang yang disebutkan oleh orang tua (menunjukan
kurangnya pemahaman)
h) Selective Mutism
Anak dengan Selective Mutism menunjukan kegagalan yang koefisien untuk
berbicara dalam situasi sosial tertentu (dimana ada harapan untuk berbicara,
misalnya disekolah) meskipun berbicara dalam situasi lain.
A) Kosa Kata
Kosa Kata merupakan basic dari bahasa yang sehari-hari kita ucapkan apabila
tidak ada kosa kata, maka bahasa tidak akan terjadi. Kosa kata atau perbendaharaan
kata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa, juga kemampuan kata-kata
yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata
dari suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena
kehidupan yang semakin kompleks (Ratna Susanti, 2019).
Menurut (Rafikayati, 2017) kosa kata menjadi suatu hal yang paling mendasar
untuk diajarkan kepada anak khususnya dengan anak gangguan pendengaran karena
kosa kata adalah kecakapan awal yang dimiliki seseorang dalam mengembangkan
bahasanya. Salah satu alasan penting dalam mengembangkan kosakata adalah untuk
memahami dunia dan untuk kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan.
Berdasarkan beberapa pengertian kosa kata, dapat di simpulkan bahwa kosa
kata adalah kata-kata yang dipahami orang baik maknanya maupun penggunaannya.
3. Anak Usia Prasekolah
Masa pra sekolah merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi
seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya. Adapun perkembangan pada anak prasekolah mencakup perkembangan
motorik, personal sosial dan bahasa (Septiani et al., 2018). Usia 3-5 tahun yang
disebut juga golden age merupakan periode kritis dan penting, tetapi dalam usia ini
juga rawan terjadi gangguan gizi dan gangguan penyakit. Gizi pada anak balita
sangat penting karena merupakan dasar kesehatan sepanjang hidup. Selain itu gizi
pada balita juga berperan dalam kekuatan dan kemampuan intelektual. Apabila
dirangsang dengan tepat oleh lingkungan hidupnya, periode ini merupakan waktu
yang tepat bagi seorang individu untuk memperoleh pengalaman (Davidson et al.,
2020).
Aspek sosial pribadi anak pra-sekolah mencakup kemampuan mandiri,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Pada rentang usia 2,5
hingga 5 tahun, kemampuan pengucapan kata meningkat dan anak-anak mulai
memproduksi kalimat yang lebih panjang, meskipun terkadang tidak sesuai dengan
tata bahasa yang benar (Septiani et al., 2018). Anak yang berusia tiga tahun pertama
merupakan masa-masa paling penting dan menentukan dalam membangun
kecerdasan anak dibanding masa sesudahnya.
Anak yang mendapat rangsangan yang maksimal maka potensi tumbuh
kembang anak akanterbangun secara maksimal. Pada setiap tahap perkembangan
anak akan terjadi integrasi perkembangan anak secara utuh. Dalam masa
perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana pada masa tersebut memerlukan
pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas (Septiani et
al., 2018).
4. Pengaruh Stunting Terhadap Kemampuan Kosa Kata Ekpresif
Stunting menyebabkan kemampuan kognitif seorang anak mengalami
kekurangan, sehingga nantinya dapat mengakibatkan kerugian ekonomi jangka
panjang bagi Indonesia (Migang, 2021). Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Solihin et al., 2013) bahwa risiko yang diakibatkan stunting yaitu
penurunan prestasi akademik. Anak-anak yang terhambat pertumbuhannya sebelum
berusia 2 (dua) tahun memiliki hasil yang lebih buruk dalam emosi dan perilakunya
pada masa remaja akhir. Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa
menyebabkan terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar.
Stunting merupakan manifestasi dari kekurangan asupan gizi dalam jangka
waktu yang lama. Sehingga perkembangan sel-sel otak dapat terhambat. Dengan
terhambatnya sel-sel otak tersebut yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan otak bagian hemisfer kiri area Broca dan area Wernicke yang
berfungsi mengatur kemapuan bicara dan bahasa (Antonius, 2018).
Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik kesimpulan anak stunting mengalami
hambatan pada sel-sel otaknya, dimana hal itu dapat berpengaruh pada fungsi
kemampuan bicara dan bahasa anak, tentunya anak yang mengalami stunting dapat
mempengaruhi kemampuan kosa-kata bahasa ekspresif anak. Hal tersebut
dikarenakan kosakata mempunyai peran penting dalam perkembangan bahasa ana
B. Kerangka Teori

Stunting

Dampak Jangka Dampak Jangka


Panjang Pendek
Ekonomi
Ekonomi Perkembangan Kesehatan

Perkembangan

Bahasa Motorik Kognitif


Kesehatan

Kosa Kata Ekspresif

Keterangan: : yang diteliti

: yang tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: WHO (2013) dan McLaughlin (2011)
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Variabel Bebas Variabel Terikat
(Independent Variable) (Dependent Variable)

Kemampuan
Stunting
Kosakata Ekspresif

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesa Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang dianggap
benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya)
meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesisi Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh stunting terhadap kemampuan kosa kata
ekspresif pada anak usia pra-sekolah usia 3-5 tahun.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh stunting terhadap kemampuan kosa kata
ekspresif pada anak usia pra-sekolah usia 3-5 tahun
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017)
Metode penelitian kuantitatif yaitu metode riset yang berdasarkan pada pandangan
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan alat penelitian, analisis data berbasis angka/statistik,
dengan maksud untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Desain penelitian ini yaitu
Komparatif. Desain penelitian komparatif adalah digunakan untuk membandingkan
nilai satu atau lebih variabel pada dua atau lebih sampel (Sugiyono, 2019) dengan
pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah jenis penelitian sesaat,
waktu tidak menjadi variabel yang diteliti (Sarmanu, 2017). Dalam arti kata luas, cross
sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya
dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro, 2016).
Berdasarkan tujuan penelitian dalam Priyono (2016), penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian deskriptif, dimana penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai suatu gejala dan fenomena di suatu populasi.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017), definisi populasi yaitu wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah anak usia pra sekolah 3 -5 tahun
yang sudah di diagnosa stunting oleh ahli terkait dan anak normal. Berdasarkan
hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa sebanyak 30
anak telah di diagnosa stunting dengan TB/U sangat pendek 5 orang dan pendek
25 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 30 anak usia Pra sekolah 3-5 tahun (stunting dan normal)
yang ada di Kecamatan Metro Timur Lampung

3. Teknik Sampling
Menurut (Sugiyono, 2017) teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Teknik sampling yang akan digunakan oleh peneliti yaitu
teknik total sampling, dimana total sampling adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel ini digunakan jika
jumlah populasi relatif kecil yaitu tidak lebih dari 60 orang. Peneliti
menggunakan teknik total sampling ini dikarenakan keterbatasan responden,
dimana kriteria responden yang diperlukan pada penelitian ini adalah anak
stunting dan anak normal.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Metro Timur Lampung.
Waktu yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dilaksanakan pada dari Bulan
Juli sampai September 2023.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek yang lain (Sugiyono, 2017). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2017). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Pengaruh Stunting.

2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah Kemampuan Kosa Kata Ekspresif pada Anak Usia Pra Sekolah 3-5
Tahun.
E. Definisi Operasional
Semua variabel yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah
yang operasional (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Maksudnya adalah agar tidak ada
makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut (Sastroasmoro &
Ismael, 2011).
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat
diukur dan ditentukan karakteristiknya (Khalida 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Skala
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Operasional Data
Stuting Anak yang telah Studi Dengan 0 = Zscore < - Nominal
didiagnosa Dokumen mencocokan 2 SD
Stunting
stunting oleh Dinas data anak
ahli terkait. Kesehatan dengan data 1= = Zscore
Kota Dinas ≥ - 2SD
Metro Kesehatan Tidak Stunting
Lampung Kota Metro
Lampung
Kemampuan Jumlah kosakata Formulir Melingkari 0 = Tidak sesuai Ordinal
Kosa Kata yang mampu 7-2 setiap kata usia
Ekspresif diucapkan Survey yang anak
oleh anak perkemba ucapkan 1= Sesuai Usia
ngan sesuai dengan
bahasa kategori yang 2= Diatas Usia
ada di
formulir.

F. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
fenomena alam atau sosial yang diamati (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua instrumen, yaitu :
1. Studi Dokumen Dinas Kesehatan Kota Metro Lampung.
Merupakan instrument yang digunakan dalam penelitian untuk menentukan
bahwa anak mengalami stunting atau tidak, dengan cara mencocokan identitas
klien dengan indentitas studi dokumen.
2. Kemampuan Kosa Kata Ekspresif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Formulir 7-2 Survey
Perkembangan Bahasa ini dilakukan dengan tujuan agar diperoleh perkiraan
jumlah kosa kata ekspresif. Penilaian tes ini dilakukan dengan cara Melingkari
setiap kata yang diucapkan anak sesuai dengan kategori yang ada di dalam
Formulir 7-2.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Kecamatan Metro Timur Lampung. Berikut
langkah-langkah dalam melakukan pengumpulan data antara lain:
1. Peneliti meminta izin kepada orangtua dengan menyerahkan surat izin resmi dari
instansi
2. Pemilihan subjek. Subjek yang dipilih adalah 30 anak yang mengalami stunting
3. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada orang tua yang bersangkutan
untuk meminta persetujuan
4. Peneliti melakukan penelitian di Posyandu dan Puskesmas.

H. Rencana Analisis Data


Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
telah diajukan (Sugiyono, 2017).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017). Perhitungan penelitian ini
menggunakan distribusi frekusensi dari masing-maisng variabel yaitu variabel
bebas Stunting dan variabel terikat kemampuan kosa kata ekspresif.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan
kedua variabel. Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
pengaruh Stunting terhadap kemampuan kosa kata ekspresif. Penelitian ini
menggunakan uji spearman rank.

I. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti dan responden
yang disetujui dan disepakati bersama. Bila responden tidak bersedia menjadi
responden maka peneliti harus menghormati keputusan responden.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Peneliti memberikan jaminan untuk menjaga privasi responden, dengan tidak
memberikan dan mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode
atau inisial nama pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti memberikan jaminan mengenai kerahasiaan hasil penelitian responden.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
kecuali informasi kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak
yang terkait dengan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Antonius. (2018). Psikologi Memahami Aspek Mental dan Neurologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Bangkalan,D.K.(2022).DinakKesehatan.https://dprd.bangkalankab.go.id/read/berita/
175-rp-231-m-anggaran-dinkes-2022-diminta-komitmen-dan-konsisten-
menjalankannya

Batlajery, Jomima and Masitoh, Siti and Raidanti, Dina and Maryana, Maryana
kuesioner pra-skrining perkembangan (kpsp). Kuesioner pra-skrining perkembangan
(kpsp) . Yayasan Barcode, Yayasan Barcode.

Hasanah, N. (2020). Hubungan antara Bilingualisme dengan Kemampuan Kosakata


Ekspresif pada Anak Usia 4-6 Tahun DI TK Kemala Bhayangkari 47 Pecangaan
Jepara. Politeknik Kesehatan Surakarta.

Hikmahrachim, Gustada, H., Rohsiswatmo, Rinawati, Ronoatmodjo, & Sudarto. (2020).


Efek ASI Eksklusif terhadap Stunting pada Anak Usia 6-59 bulan di Kabupaten
Bogor tahun 2019. https://onesearch.id/Record/IOS7200.article-3425?widget=1

Hurlock. (1978). Perkembangan Anak. In Strategi perkembangan anak.

Kemenkes.(2015).KementrianKesehatan2015.https://www.kemkes.go.id/article/view/
16091600001/-profil-kesehatan-indonesia-tahun-2015.html

Kusuma, N. E., Politeknik, W., Kementerian, K., & Surabaya, K. (2022). Pengaruh
Kejadian Stunting Terhadap Tingkat Perkembangan Bahasa Pada Balita the Effect
of Stunting on the Level of Language Development in Toddlers. Jurnal Voice of
Midwifery, 12(2), 61.

Longa, K., Ita, E., & Ngura, E. T. (2021). Hubungan Stunting Dengan Perkembangan
Kognitif Anak Usia 4-6. Jurnal Citra Pendidikan (JCP), 1, 36–44.
https://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.php/jcp/article/view/157

Mulyaningsih, T., Mohanty, I., Widyaningsih, V., Gebremedhin, T. A., Miranti, R., &
Wiyono, V. H. (2021). Beyond personal factors: Multilevel determinants of childhood
stunting in Indonesia. PLoS ONE, 16(11 November), 1–19.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0260265

Muslihatun. (2014). Beberapa Faktor Resiko Keterlambatan Perkembangan Anak Balita.


Jurnal Sains Dan Kesehatan, 13–22.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah


Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253

Rocha. (2021). Stunting Mempengaruhi Perkembangan Motorik.

Santoso, W. N. (2009). Instrumen Pemantauan Perkembangan Anak.

Tnp2k. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting)
(Vol. 1). sekretariat Wakil Presiden republik indonesia.
https://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Binder_Volume1.pdf

Who. (2014). World Health Statistic. In Applied Microbiology and Biotechnology (Vol.
85, Issue 1).

Yulianda, A. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Berbicara


Berbicara Pada Anak Balita. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(2),
12–16. https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/view/1137

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi
anak. (n.d.). Google
Books. https://books.google.co.id/books/about/Keputusan_Menteri_Kesehat
an_Republik_Ind.html?id=kOeJswEACAAJ&redir_esc=y#:~:text=Keputus
an%20Menteri%20Kesehatan%20Republik%20Indonesia%20nomor%2019
95%2FMenkes%2FSK%2FXII%2F2010,tentang%20standar%20antropome
tri%20penilaian%20status%20gizi%20ana

McLaughlin, M. R. (2011). Speech and language delay in children. American


Family Physician, 83(10), 1183–1188.

Nahar, B., Hossain, M., Mahfuz, M., Islam, M. S., Hossain, I., Murray-Kolb, L. E.,
Seidman, J. C., & Ahmed, T. (2019). Early childhood development and
stunting: Findings from the MAL‐ED birth cohort study in
Bangladesh. Maternal and Child
Nutrition, 16(1). https://doi.org/10.1111/mcn.12864
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai