ش ْو ِر أَنْف ُِس َنا َو ِم ْن ُ ُ إِ َّن الْ َح ْم َد لِلَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه َونَ ْستَ ِع ْي ُن ُه َونَ ْستَ ْغ ِف ُر ْه َونَ ُعو ُذ بِالل ِه ِم ْن
َوأَشْ َه ُد أَ ْن الَ إِلَ َه. َم ْن يَ ْه ِد ِه الل ُه فَالَ ُم ِض َّل لَ ُه َو َم ْن يُ ْضلِ ْل فَالَ َها ِد َي لَ ُه،ات أَ ْع َملِ َناِ ََس ِّيئ
اما بعد.شيْ َك لَ ُه َوأَشْ َه ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْولُ ُه
ِ َ َإِالَّ الل ُه َو ْح َد ُه ال
Ma’asyiral Muslimin Jamaah yang dirahmati Allah SWT.
Tak dapat dipungkiri bahwa sistem perekonomian dunia hari ini masih
didominasi oleh sistem ekonomi konvensional mazhab kapitalis dan sosialis,
yaitu sistem ekonomi yang lahir dari rahim peradaban sekuler yang tidak
berpijak pada nilai ketuhanan. Sistem tersebut mewarnai sebagian besar
aspek aktivitas ekonomi dan keuangan umat manusia dewasa ini seperti
dalam aktivitas jual beli, transaksi perbankan, asuransi, pasar modal, pegadaian
dan sebagainya.
Praktik ribawi yang dilakukan terus menerus ditambah praktik gharar dan
maysir pada tataran makro menjadikan perekonomian menjadi tidak stabil.
Akibatnya, krisis ekonomi terus berdatangan silih berganti tiada henti. Pada
tataran mikro praktik ribawi merupakan bentuk kedzaliman terhadap harta
yang dilakukan oleh individu/lembaga. Allah SWT secara jelas mengharamkan
segala bentuk kedzaliman terhadap harta sebagaimana firman-Nya dalam
QS. An-Nisa’ ayat 29:
ٍ يٰٓاَيُّ َها ال َِّذيْ َن ا ٰ َم ُن ْوا َل تَأْكُلُ ْٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْي َن ُك ْم بِالْ َب ِاطلِ اِلَّ ٓ ا َ ْن ت َ ُك ْو َن تِ َجا َر ًة َع ْن تَ َر
اض ِّم ْن ُك ْم
٢٩ َولَ ت َ ْقتُلُ ْٓوا اَنْف َُس ُك ْم اِ َّن اللّٰ َه كَا َن ِب ُك ْم َر ِح ْي ًم
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu” (QS. An-Nisa: 29).
لَتَتَّ ِب ُع َّن ُس َن َن ال َِّذي َن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم ِش ْ ًبا ب ِِش ْ ٍب َو ِذ َرا ًعا ب ِِذ َرا ٍع َحتَّى لَ ْو َد َخلُوا ِف ُج ْح ِر َض ٍّب
َلت َّ َب ْعتُ ُمو ُه ْم
“Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang
sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun
kalian pasti akan mengikuti mereka.” (HR. Muslim)
Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin memberikan jalan keluar dari
setiap kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi manusia. Karena pada
hakikatnya Islam merupakan agama yang sempurna (syumul) yang ajarannya
menyentuh semua dimensi kehidupan manusia. Sebagaimana ditegaskan
oleh Allah SWT dalam QS. Al-Maidah ayat 3:
يٰٓاَيُّ َها ال َِّذيْ َن ا ٰ َم ُن ْوا كُلُ ْوا ِم ْن طَ ِّي ٰب ِت َما َر َزقْ ٰن ُك ْم َواشْ ُك ُر ْوا لِلّٰ ِه اِ ْن كُ ْنتُ ْم اِيَّا ُه تَ ْع ُب ُد ْو َن
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang
Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu
hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 172)
ال ْر ِض َو َج َعلْ َنا لَ ُك ْم ِف ْي َها َم َعاي َِش قَلِ ْي ًل َّما تَشْ ُك ُر ْو َن
َ ْ َولَ َق ْد َم َّك ّٰن ُك ْم ِف.
“Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami
sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu
bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 10)
Menjadikan ekonomi Islam sebagai jalan hidup kita sebagai seorang muslim
merupakan wujud ikhtiar agar kelak di yaumil qiyamah kita diberikan rahmat
dan keselamatan oleh-Nya karena harta merupakan salah satu perkara yang
akan Allah hisab di hari kiamat. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah
dalam salah satu haditsnya:
“Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya
tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia
dapatkan dan untuk apa dia gunakan.” (HR. Tirmidzi, No. 2417)
***