TEKNOLOGI BAHAN
Dosen Pengampu : Algazt Arsyad Masagala., S.T., M.Eng.
Disusun oleh:
KELOMPOK 9D
DENI PRASETYO BUDIANSYAH (5220811172)
RAHMAD HERBANU SETIA AJI (5220811145)
FUADY ARIFIN ROSYAD (5220811178)
HARYANTI (5220811182)
ROSYID VIRGIAWAN (5220811183)
FENDY NUR FAUZI (5210811090)
YOGYAKARTA
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN
Dosen Pengampu : Algazt Arsyad Masagala., S.T., M.Eng.
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh:
KELOMPOK 9D
DENI PRASETYO BUDIANSYAH (5220811172)
RAHMAD HERBANU SETIA AJI (5220811145)
FUADY ARIFIN ROSYAD (5220811178)
HARYANTI (5220811182)
ROSYID VIRGIAWAN (5220811183)
FENDY NUR FAUZI (5210811090)
YOGYAKARTA
2023
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai mata kuliah
Teknologi Bahan.
Disusun oleh:
KELOMPOK 9D
DENI PRASETYO BUDIANSYAH (5220811172)
RAHMAD HERBANU SETIA AJI (5220811145)
FUADY ARIFIN ROSYAD (5220811178)
HARYANTI (5220811182)
ROSYID VIRGIAWAN (5220811183)
FENDY NUR FAUZI (5210811090)
Laporan praktikum Teknologi Bahan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Laporan praktikum ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas besar
Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku kepala Program Studi jurusan Teknik
Sipil.
2. Bapak/Ibu Abul Fida Ismaili, S.T., M.Sc, Dwi Kurniati, S.T., M.T, Puji Utomo,
S.T., M.Eng.
3. Bapak Algazt Arsyad Masagala. S.T., M.Eng selaku dosen pengampu mata
kuliah Teknologi Bahan.
4. Saudara/i Cindy Jessica Regina Putri, Dika Ardiansyah, Pramisti Wulandhari,
Yoga Andika Pratama sebagai asisten praktikum mata kuliah Teknologi Bahan.
5. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.
Tak lupa, penyusun mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang selalu
mendoakan penyusun dalam proses pembuatan laporan tugas besar ini sehingga
laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan untuk
mengembangkan wawasan serta peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Semoga laporan praktikum Teknologi Bahan ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Kelompok 9D
iv
v
vi
vii
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
viii
2.5 PERALATAN ........................................................................................... 7
ix
4.8 PEMBAHASAN .................................................................................... 13
x
7.3 LANDASAN TEORI ............................................................................. 23
xi
9.7 HASIL PENGAMATAN ........................................................................ 37
xii
BAB 12 PENGUJIAN TARIK BAJA ................................................................... 48
xiii
14.4 BENDA UJI ............................................................................................ 67
xiv
16.8 ANALISA PERHITUNGAN ................................................................. 82
xv
19.1 PENDAHULUAN .................................................................................. 97
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
BAB 1
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
BAB 1
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang paling
penting untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara
atau belum.
1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan
kadar air kayu, yang biasa dipakai untuk mengetahui kadar air kayu masih basah
atau sudah kering.
Dimana:
B1= Berat awal (gr)
B2= Berat kering oven (gr)
Pengujian kekerasan pada kayu berdasarkan sumber PKKI 1961, ASTM D
143-52 (Reapproved 1978), book of ASTM Standard 1982, Pedoman pengujian
Dimana:
B=Berat kering udara
V=P x L x t (cm3)
1.5 PERALATAN
a. Gergaji
b. Timbangan
c. Kaliper
d. Tungku pengering (oven)
1.6 PELAKSANAAN
a. Menyiapkan jenis dan berat benda uji yang diperiksa.
b. Menimbang benda uji.
c. Mengukur dimensi benda uji.
d. Memasukkan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu
105°C selama 2-3 hari sampai beratnya tetap.
e. Mengeluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian
mendinginkan terlebih dahulu.
f. Menimbang kembali benda uji.
g. Mengukur kembali dimensi benda uji (benda uji yang telah melalui
proses pengeringan dalam tungku pengering).
= 0,48 gr/cm3
B1
3. Bobot isi = ( V1 )
69,2
=( )
131,846
= 0,53 gr/cm3
B₁−B₂
4. Kadar air kayu semula =( ) x 100%
B₂
69,2− 63
=( ) x 100%
63
= 9,84%
1.9 PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu yang dilakukan dengan
menggunakan sample sebuah kayu dengan ukuran 5,13 cm x 5,01 cm x 5,13 cm,
dimana kayu yang kami gunakan adalah kayu bengkirai. Dalam pengujian ini kayu
tersebut dicari berat jenisnya dan kadar airnya dengan cara menimbang berat kering
dan berat semulanya serta mengukur volume.
Berdasarkan praktikum pengujian kadar air dan berat jenis kayu yang
dilakukan didapatkan hasil data:
Berat jenis kayu : 0,48 gr/cm3
Kadar air kayu : 9,84%
Bobot isi : 0,53 gr/cm3
1.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan berat jenis dan kadar air kayu, maka didapatkan
berat jenis kayu adalah 0,48 gr/cm3. Menurut tabel 1.1 berat jenis kayu ini 0,60-
0,40 termasuk dalam kelas kuat III. Dan memiliki Kadar air 9,84%. Menurut PUBI
1982 kayu ini termasuk dalam kayu kering udara karena batas kering dan batas
basah kayu adalah sebesar 20%. Sedangkan bobot isinya memiliki berat 0,53
gr/cm3.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Gergaji kayu berfungsi untuk memotong kayu.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk menimbang benda
uji.
3. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur benda uji.
4. Tungku pengering (oven) dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat
memelihara keseragaman temperature 110˚C ± 5˚C.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADARAIR KAYU
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Menimbang benda uji.
2. Mengukur dimensi benda uji.
3. Menimbang kembali benda uji, setelah dioven dan didinginkan.
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal
diatas ayakan 0,075 mm. Pada pasir terdapat kandungan-kandungan mineral yang
lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI-1982. Pasir yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih
dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan
dalam persen (%) dan dapat diketahui dengan cepat.
2.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan
untuk mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
2.5 PERALATAN
a. Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc.
b. Penutup gelas ukur.
2.6 PELAKSANAAN
a. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu
sampai 450 cc, kemudian tambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
b. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian dikocok-kocok
sebanyak kurang lebih 60 kali.
c. Mendiamkan selama kurang lebih 1 jam.
d. Memeriksa kemudian catat tinggi endapan lumpur yang berada diatas
pasir (berapa cc ketebalannya).
= 4,44 %
Keterangan:
VL = Volume endapan lumpur sekitar
Vp = Volume pasir semula
2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir
didapatkan hasil lumpur sebanyak 4,44%, jadi pasir yang dipakai dalam percobaan
tersebut baik digunakan dalam pembuatan beton, karena memenuhi persyaratan
PUBI pasal 11 dikatakan bahwa pasir atau agregat tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 5% terhadap berat keringnya.
(1) (2)
Keterangan:
1. Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc berfungsi untuk
mengisi benda uji pasir dan air.
2. Penutup gelas ukur berfungsi agar benda uji pada gelas ukur tidak tumpah saat
dikocok.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu sampai
450 cc, kemudian tambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian dikocok-kocok
sebanyak kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan selama kurang lebih 1 jam. Memeriksa kemudian catat tinggi
endapan lumpur yang berada diatas pasir (berapa cc ketebalannya).
4.
BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomer 200)
BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomer 200)
3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal
diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan
mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan
bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI-1982. Pasir
yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di
dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam
pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara cepat.
3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.
3.5 PERALATAN
a. Ayakan nomor 200
b. Ayakan 4,8 mm
c. Nampan pencuci
d. Tungku pengering (oven)
e. Timbangan dengan ketelitian 0,1%
3.6 PELAKSANAAN
a. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500
gram (B1).
b. Memasukan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam.
c. Mengoncang-goncangkan nampan, kemudian tuangkan air cucian
kedalam ayakan no 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk
kedalam ayakan supaya tidak merusak ayakan).
d. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
e. Memasukan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomer 200
ke dalam nampan, kemudian masukan kedalam tungku untuk
dikeringkan kembali.
f. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).
= 2,02%
3.9 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan kandungan lumpur menggunakan ayakan 200
bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
untuk adukan beton.
Hasil dari pengujian kandungan lumpur dalam pasir dengan cara ayakan
Nomor 200 benda uji pasir mengandung 2,02 % kandungan lumpur. Menurut PUBI
1982 pasal 11, batas lumpur yang ada di pasir maksimal 5%. Maka dalam hal ini
pasir yang digunakan cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
3.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar
2,02%, menurut PUBI 1982 Pasal 11, maka pasir ini dapat digunakan untuk bahan
bangunan karena kandungan lumpurnya tidak melebihi batas persentase dari yaitu
5%.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Ayakan nomor 200 untuk menyaring benda uji saat proses pencucian.
2. Nampan pencuci sebagai tempat / wadah untuk mencuci benda uji.
3. Tungku pengering (oven) dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat
memelihara keseragaman temperatur 110 ± 5℃.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% untuk menimbang benda uji
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomer 200).
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gram
(B1) memasukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan menambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
2. Mengoncang-goncangkan nampan, kemudian menuang air cucian kedalam
ayakan nomor 200 (menjaga butir-butir besar jangan sampai memasuki
kedalam ayakan supaya tidak merusak ayakan). Mengulangi langkah ini
sampai cucian tampak bersih.
3. Memasukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200 ke
dalam nampan, kemudian memasukkan kedalam tungku untuk dikeringkan
kembali.
4. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).
BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
sebagai tilak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam adukan, karena
warna gelap tersebut bisa berasal dari arang atau mangaan yang terkandung dalam
pasir tersebut.
4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya unutuk pemeriksaan
keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan pasir tersebut.
4.5 PERALATAN
a. Gelas ukur dengan volume 500ml yang tidak berwarna dan mempunyai
tutup dari karet atau yang lain serta tidak larut dalam larutan NaOH 3%.
b. Warna standar (Tintometer)
c. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
d. Plastik atau karet untuk menutup gelas ukur.
4.6 PELAKSANAAN
a. Memasukan benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
b. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah dikocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (Kocoklah kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
c. Kemudian mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu bandingkan warna
cairan diatas endapan pasir dengan warna standar (Tintometer).
4.8 PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian zat organis dalam pasir setelah didiamkan selama 24 jam,
warna air yang bercampur dengan larutan NaOH 3%, menunjukkan perubahan
warna menjadi lebih muda dari warna standar. Hal ini berarti hasil dari sampel pasir
yang diuji memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, karena zat
organis yang terkandung dalam sampel lebih rendah dari standar yang telah di
tetepkan.
Zat organis sendiri merupakan senyawa yang dapat menyebabkan korosi pada
besi. Jika di pakai dalam pebuatan beton maka beton akan mengalami korosi.
4.9 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa warna mengalami
perubahan menjadi lebih muda dari warna standar atau warna pembandingnya. Hal
ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat lebih banyak zat organis yang terkandung
di dalam sampel uji. Berdasarkan hasil pratikum ini dinyatakan bahwa sampel
memenuhi syarat PUBI 1982 pasal 11 dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
beton.
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Gelas ukur yang tidak berwarna dan tidak larut dalam larutan NaOH 3% untuk
mengisi benda uji berupa pasir.
2. Warna standar (Tinti meter) sebagai pembanding warna hasil dari benda uji
yang telah diuji dengan warna standar.
3. Larutan NaOH 3% untuk dicampurkan dengan pasir. Larutan ini dibuat dengan
melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
4. Plastik dan karet untuk menutup gelas ukur.
5. Sekop untuk memasukkan pasir ke gelas ukur.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Memasukan benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah dikocok isi gelas ukur harus
mencapai 200 ml. (Kocoklah kuat-kuat sampai betul-betul teraduk secara
merata).
3. Kemudian mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu bandingkan warna
cairan diatas endapan pasir dengan warna standar (Tinto meter).
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR
5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan bahan pengisi dalam beton, sehingga harus diperiksa dengan
SSD test. Dengan meneliti SSD ini diharapkan bisa mendapatkan pasir yang tepat
untuk campuran adukan beton, yang terkait dengan seberapa banyak atau seberapa
sedikitnya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.
5.5 PERALATAN
a. Kaliper (jangka sorong).
b. Corong uji SSD pasir.
c. Tongkat pemadat.
5.6 PELAKSANAAN
a. Menempatkan cetakan pada permukaan yang rata dan kering.
b. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapisan, masing-masing sekitar 1/3 dari
volume corong.
c. Masukkan 1/3 lapisan pertama ke dalam corong dan tusuk dengan batang
baja bulat berdiameter 16 mm, panjang 60 cm. Selesaikan tahapan
penusukan sebanyak 25 kali.
d. Penusukan harus merata sampai ke permukaan dan tidak menembus
lapisan sebelumnya.
e. Ketika lapisan pasir terakhir telah selesai proses penusukan, kemudian
ratakan permukaan sehingga permukaannya rata dengan bagian atas
cetakan (corong uji SSD pasir).
f. Tunggu sekitar 30 detik, lalu tarik cetakan secara perlahan dan hati-hati
hingga benar-benar vertikal ke atas.
g. Kriteria benda uji ditunjukkan pada gambar berikut:
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan gambar:
a. Corong uji SSD pasir
b. Pasir Basah
c. Pasir Kering
d. Pasir SSD (kondisi ideal)
5.8 PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil benda uji pasir dalam
kondisi benda uji pasir tersebut adalah basah. Kondisi ini adalah kondisi dimana
didalam butiran maupun permukaan agregat banyak mengandung air sehingga akan
menyebabkan pengurangan jumlah air pada adukan beton.
5.9 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat pasir dalam kondisi basah sehingga solusi yang
perlu dilakukan adalah mengurangi kadar air dalam pasir atau dengan cara
dikeringkan.
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir.
3. Tongkat pemadat.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SSD PASIR
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan :
1. Meletakkan corong cetakan diatas permukaan yang rata dan kering dan
mengukur dimensi corong.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukkan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuk dengan
menggunakan batang baja diameter 16 mm, Panjang 60 cm, dan berujung bulat.
Melakukan langkah penusukan sebanyak 25 kali. Penusukan harus merata
selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk ke dalam lapisan
sebelumnya.
4. Meratakan permukaannya sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong uji
SSD pasir).
5. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetakan keatas secara
perlahan-lahan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
BAB 6
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
BAB 6
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
6.1. PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting dilakukan
untuk mengetahui apakah pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum sebagai
bahan untuk campuran adukan beton.
6.2. TUJUAN
Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis
maupun SSD pasir.
6.5. PERALATAN
a. Tabung ukur (Volumetric flush) 1000 ml.
b. Tungku pengering (oven).
c. Timbangan.
d. Loyang.
6.6. PELAKSANAAN
a. Mengisi tabung ukur dengan air pengering line akhir tabung ukur
(Volumetric flush).
b. Menimbang, kemudian mengeluarkan air yang telah ditimbang.
c. Menyiapkan pasir SSD sebanyak 500 gr.
d. Masukan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan usahakan jangan sampai
tumpah karena dapat mempengaruhi hasil pengujian.
e. Setelah itu, masukan air sampai line akhir tabung ukur.
f. Menggoyang-goyangkan sampai udara terlihat keluar.
g. Kemudian langkah selanjutnya memberi air sampai line akhir tabung
ukur.
h. Mengeluarkan air dari tabung ukur
i. Terakhir mengeluarkan pasir dari tabung ukur dan mengeringkanya
selama 36 jam.
6.7. HASIL PRAKTIKUM
a. Berat pasir + tabung ukur + air (A) = 1988 gr
b. Berat pasir SSD (B) = 500 gr
c. Berat tabung ukur + air (C) = 1692,80 gr
d. Berat pasir kering tungku (D) = 479,20 gr
= 2,34 gr
𝐵
b. Berat jenis pasir SSD kering tungku = [((𝐶+𝐵)−𝐴)]
500
=[((1692,8+500)−1988)]
= 2,44 gr
𝐵−𝐷
c. Presentase penyerapan air = x 100%
𝐷
500−479,2
= x100%
479,2
= 4,34%
6.9. PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara massa pasir asli dengan massa air murni.
Setelah melakukan pegujian berat jenis pasir maka didapatkan hasil analisis
hitungan sebagai berikut:
Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengujian berat jenis
pasir yang kami lakukan menunjukkan hasil sebesar 2,441 gr sehingga pasir
tersebut termasuk dalam kondisi baik karena menurut (PUBI), 1982 Pasal 11 Pasir
Beton “Syarat berat jenis pasir yang baik adalah 2,4-2,9”.
6.10. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengujian berat jenis pasir didapatkan hasil akhir
sebagai berikut. Berat jenis kering tungku 2,34 gr berat jenis pasir SSD kering
tungku 2,44 gr dan presentase penyerapan air 4,34 %. Menurut berat jenis dan SSD
pasir, benda uji memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan konstruksi.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Tabung ukur (Volumetric Flush) 1000 ml.
2. Tungku pengering.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1% untuk menimbang benda uji.
4. Loyang berfungsi sebagai wadah untuk mencuci benda uji.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan:
1. Mengisi tabung ukur air sampai line akhir tabung ukur (Volumetric Flush) 1000
ml.
2. Menimbang, kemudian mengeluarkan air.
3. Menyediakan pasir SSD sebanyak 500 gr.
4. Memasukkan pasir SSD kedalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah.
5. Setelah itu memasukkan air sampai line akhir tabung ukur. Kemudaian,
menggoyanggoyang sampai udara nampak keluar.
6. Mengeluarkan air dari tabung ukur. Kemudian, mengeluarkan pasir dari tabung
ukur dan mengeringkan selama 36 jam.
BAB 7
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
BAB 7
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
7.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan dan
kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran dapat mempengaruhi kelecakan
dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak
akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.
Kelecakan merupakan tingkat kemudahan campuran beton untuk diaduk, diangkut,
dituang, dan dipadatkan.
7.2 TUJUAN
Pengujian atau pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai kehalusan
atau kekasaran butiran pasir.
7.5 PERALATAN
a. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15
mm; dan untuk sisa.
b. Alat getar ayakan (sieve saker).
c. Cawan.
d. Kuas pembersih ayakan.
e. Timbangan.
7.6 PELAKSANAAN
a. Mengambil pasir pengujian dan timbang seberat 500 gram.
b. Menyiapkan satu set saringan/ayakan dan susun sesuai urutan ukurannya
dari atas ke bawah.
c. Masukan pasir ke set saringan tadi dan usahakan jangan sampai tumpah.
d. Setelah itu pasangakan set ayakan ke dalam ayakan getar, kemudian
getarkan selama ± 1 menit.
e. Langkah terakhir, lepaskan saringan dari alat getar dan timbang sisa pasir
dari setiap tingkat ayakan (tidak boleh ada pasir yang tertinggal di
saringan; jika perlu, bersihkan menggunakan kuas yang telah
disediakan).
= 6,81%
21,7
2. Lubang Ayakan 2,36 = . 100%
496,6
= 4,37%
49,4
3. Lubang Ayakan 1,18 = . 100%
496,6
= 9,95%
= 23,82%
151,3
5. Lubang Ayakan 0,30 = . 100%
496,6
= 30,47%
121,6
6. Lubang Ayakan 0,15 = . 100%
496,6
= 24,49%
0,5
7. Sisa Ayakan = . 100%
496,6
= 0,10%
Jadi total berat tertinggal (%)
= (6,81% + 4,37% + 9,95% + 23,82% + 30,47% + 24,49% + 0,10%)
= 100%
= 2,59
7.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring yang digetarkan
selama 1 menit lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr),
kemudian dicari nilai berat dalam satuan (%) setelah itu diperoleh nilai berat
komulatif tertinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam satuan
(%)
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) Pasir ini dilakukan hitungan
dan analisis hitungan berdasarkan berat dan jenis pasir yang diuji, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
7.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran pasir, didapat hasil akhir
sebesar 2,593 dan berarti kadar kehalusan pasir dalam keadaan baik karena MHB
pasir berkisar 1,50 – 3,8. Semakin besar nilai MHB berarti semakin besar butiran
agregatnya. Menurut SNI No. 1737 1989 maka MHB pasir telah memenuhi syarat
dan gradasi pasir masuk dalam batas II (agak kasar).
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan
untuk sisa.
2. Alat getar ayakan (siave saker).
3. Timbangan.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menimbang pasir
2. Memasukan pasir kedalam set ayakan
3. Menggetarkan ayakan selama 1 menit.
4. Menimbang pasir yang tertinggal di setiap ayakan.
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
8.1 PENDAHULUAN
Pengujian/pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk menentukan nilai
variasi butiran suatu agregat. Variasi pada butiran total agregat kasar dapat
mempengaruhi kelecakan dari mortar beton, apabila jumlah total kasar yang banyak
pada mortar akan menyebabkan pengeroposan pada beton.
8.2 TUJUAN
Pengujian atau pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai kehalusan
atau kekasaran butiran kerikil.
8.5 PERALATAN
a. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm;
2,36 mm; dan untuk sisa.
b. Alat getar ayakan (sieve saker).
c. Cawan.
d. Kuas pembersih ayakan.
e. Timbangan.
8.6 PELAKSANAAN
a. Mengambil kerikil pengujian dan timbang seberat 2000 gram.
b. Menyiapkan satu set saringan/ayakan dan susun sesuai urutan ukurannya
dari atas ke bawah.
c. Masukan kerikil ke set saringan tadi dan usahakan jangan sampai
tumpah.
d. Setelah itu pasangakan set ayakan ke dalam ayakan getar, kemudian
getarkan selama ± 1 menit.
e. Langkah terakhir, lepaskan saringan dari alat getar dan timbang sisa
kerikil dari setiap tingkat ayakan (tidak boleh ada kerikil yang tertinggal
di saringan; jika perlu, bersihkan menggunakan kuas yang telah
disediakan).
= 0%
37,4
2. Lubang Ayakan 25,00 = × 100%
1997,5
= 1,87%
318,1
3. Lubang Ayakan 19,00 = × 100%
1997,5
= 15,92%
822,4
4. Lubang Ayakan 12,75 = × 100%
1997,5
= 41,17%
448,9
5. Lubang Ayakan 9,50 = × 100%
1997,5
= 22,47%
357,2
6. Lubang Ayakan 6,35 = × 100%
1997,5
= 0,28%
4,5
8. Lubang Ayakan 2,36 = × 100%
1997,5
= 0,23%
3,5
9. Sisa Ayakan = × 100%
1997,5
= 0,18%
Jadi total berat tertinggal (%)
= (0% + 1,87% + 15,92% + 41,17% + 22,47% + 17,88% + 0,28% +
0,23% + 0,18%)
= 100%
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan
untuk sisa.
2. Alat getar ayakan (siave saker).
3. Timbangan.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Mengambil kerikil dan menimbang sebanyak 200 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas ke bawah sesuai dengan
ukurannya.
3. Memasukan kerikil ke dalam set ayakan.
4. Memasangkan set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian menggetarkan
selama ±1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang
kerikil yang teringgal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada
agregat yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu membersihkan
menggunakan kuas).
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
9.1 PENDAHULUAN
Perbandingan antara berat dan volume agregat (pasir dan kerikil) termasuk
pori-pori antara butirannya disebut berat volume atau berat satuan.
9.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara mencari berat satuan
pasir, kerikil, atau campuran.
9.6 PELAKSANAAN
a. Menimbang bejana (B1).
b. Mengukur diameter serta tinggi bejana.
c. Memasukkan pasir/kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap
lapis 1/3 bagian bejana dan memadatkan masing – masing sebanyak 25
kali.
d. Setelah menumbuk, meratakan permukaan bejana yang berisi
pasir/kerikil dengan menggunakan mistar perata.
e. Menimbang berat bejana berisi pasir/kerikil (B2).
= 5,29875 mm3
= 0,00529875 m3
2. Butir pasir (B3) = B2 - B 1
= 19,61 - 10,87
= 8,740 kg
D3
3. Berat satuan pasir =
Volume Bejana
8,740
=
0,00529875
= 1649,446 kg/m3
b. Agregat kasar
1
1. Volume bejana = 4.π.D2.t
1
= 4.3,14.1502.300
= 5,29875 mm3
= 0,00529875 m3
= 1590,941 kg/m3
9.9 PEMBAHASAN
Agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya menempati sekitar 75%
dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar terhadap sifat dan daya tahan
beton. Misalnya ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-pencairan,
keadaan basah-kering, pemanasan pendinginan dan abrasi kerusakan akibat reaksi
kimia. Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume
beton dan sangat mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material ini diberi
perhatian yang lebih detail.
Dengan semikian, berdasarkan hasil perhitungan dari data yang didapat berat
satuan agregat halus adalah 1649,446 kg/m3 dan berat satuan agregat kasar
1590,941 kg/m3.
9.10 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan data yang ada didapat nilai berat satuan pasir adalah
1649,446 kg/m3 dan berat satuan kerikil adalah 1590,941 kg/m3.
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat benda uji berfungsi untuk menimbung
benda uji.
2. Tongkat pemadat dari baja tahan karat dengan panjang 60 cm, diamater 15 mm,
dan ujungnya bulat berfungsi untuk memadatkan benda uji.
3. Bejana baja yang kaku, berbeentuk silinder dengan ukuran seperti pada tabel.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menimbang bejana
2. Mengukur diameter dan tinggi bejana.
3. Memasukkan pasir/kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan
memadatkan tiap lapis 1/3 bagian bejana masing masing sebayak 25 kali.
Setelah menumbuk, bejana yang berisi pasir/kerikil permukaanya diratakan
menggunakan mistar perata.
4. Menimbang berat bejana berisi pasir/kerikil.
BAB 10
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
BAB 10
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
10.1 PENDAHULUAN
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui
kekuatan terhadap momen lentur maka perlu dilakukan pengujian lentur.
10.2 TUJUAN
Untuk memberi gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok dan
menghitung tegangan lentur maksimumnya.
10.5 PERALATAN
a. Mesin uji lentur balok.
b. Kaliper (jangka sorong).
c. Meteran.
10.6 PELAKSANAAN
a. Mengukur penampang balok dengan teliti.
b. Memasang balok pada tempat penguji, dengan panjang bentang sekitar
450 mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarang
masing-masing 1/3 bentang dengan percepatan pembebanan 8 -10
kg/𝑐𝑚2 per menit.
c. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok.
25.875 . 600
=
52 . 512
= 114,785 N/mm2
= 28,875/78
= 0,3317308 KN/detik
10.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan mendapatkan nilai kecepatan pembebanan yaitu
0,3317308 KN/detik, kuat lentur kayu 114,785 Mpa, bahwa dapat dipastikan kayu
meranti ini termasuk kayu kelas I.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mesin uji lentur balok
2. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji
4. Gergaji
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
(1) (2)
Keterangan:
1. Mengukur penampang dengan teliti
2. Memasang balik pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar 450
mm (tergantung ukuran kayu) dan bahan dua titik dengan jarak masing-masing
1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8-10 kg/cm2 per
menit.
BAB 11
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
BAB 11
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
11.1 PENDAHULUAN
Percobaan ini dilakukan untuk dapat menghitung ukuran diameter tulangan
yang kita tentukan.
11.3 TUJUAN
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemui
ukuran di pasaran yang ukurannya tidak homogen.
11.5 PERALATAN
a. Timbangan
b. Kaliper (jangka sorong).
c. Gergaji potong baja.
11.6 PELAKSANAAN
a. Baja tulangan dipotong 1 m.
b. Timbanglah potongan baja tulangan tersebut.
𝜔 = 0,00596
Diameter pengenalan tulangan polos
Dn = 12,74√𝑤
Dn = 12,74√0,00596
Dn = 0,98313 cm
b. Berat benda uji paracentimeter panjang tulangan ulir
B
𝜔 =L
0,5852
𝜔 = 100
𝜔 = 0,00585
Diameter pengenalan tulangan polos
Dn = 12,74√𝑤
Dn = 12,74√0,00585
Dn = 0,97459 cm
11.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapat data berupa, tulangan polos dengan
berat uji 0,5955 kg dan diameter pengenalan tulangan sebesar 0,98313 cm atau
9,8313 mm. Tulangan ulir dengan berat 0,5852 kg dan diameter pengenalan
tulangan sebesar 0,97459 cm atau 9,7459 mm.
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji.
2. Kaliper (jangka sorong) berfungsi untuk mengukur diameter benda uji.
3. Meteran berfungsi mengukur panjang dari benda uji.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
(1) (2)
Keterangan:
1. Baja tulangan dipotong 1 m.
2. Timbanglah potongan baja tulangan tersebut.
BAB 12
PENGUJIAN TARIK BAJA
BAB 12
PENGUJIAN TARIK BAJA
12.1 PENDAHULUAN
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk
benda uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva yang
menghubungkan antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi)
merupakan bagian utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu.
Akan tetapi, biasanya pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda,
walaupun bahannya sama. Oleh karena itu bentuk benda uji dibuatkan suatu
standard yang sedemikian rupa sehingga kurva tegangan-tengangan diperoleh juga
merupakan standar pula.
12.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui lagkah kerja pengujian uji tarik baja.
b. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja.
12.5 PERALATAN
a. Mesin uji tarik.
b. Alat gambar.
c. Kaliper (jangka sorong).
d. Meteran.
12.6 PELAKSANAAN
a. Ukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal.
b. Pasang penolok ukur regangan pada benda uji
c. Tarik spesimen tarik baja dengan penambahan Tegangan tidak melebihi
10 MPa/detik.
d. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) catatlah jarak titik ukur,
diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda uji.
= 12%
4. Pengurangan luas ditempat putus = 67 %
12.9 PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk mengetahui sifat mekanik dari material adalah dengan
cara Pengujian Tarik atau Tensile Test. Pengujian tarik akan menampilkan Kekuatan
material sehingga bisa merancang suatu konstruksi sesuai dengan karakteristik
material. Dari pengujian tarik akan diperoleh benda kerja yang putus karena proses
penarikan, juga dihasilkan sebuah kurva uji tarik antara tegangan dan regangan.
Kurva ini merupakan gambaran dari proses pembebanan pada benda kerja mulai
dari awal penarikan hingga benda kerja itu putus.
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Universal testing machine
2. Meteran
3. Kapiler
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA
(1) (2)
(3) (4)
(5)
keterangan
1. Melakukan pengukuran panjang besi yang ingin di uji.
2. Melakukan pemasangan besi pada mesin
3. Melakukan penarikan dengan mesin
4. Melakukan pengukuran panjang setelah mengalami penarikan
5. Melakukan pengukuran diameter di tempat yang putus.
BAB 13
PEMBUATAN ADUKAN BETON
BAB 13
PEMBUATAN ADUKAN BETON
13.1 PENDAHULUAN
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton.
13.3 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton.
13.6 PELAKSANAAN
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti
langkah-langkah seperti di bawah ini:
a. Pengukuran
Semen portland dan batuan (pasir dan kering kerikil) diukur secara
teiliti dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang
digunakan dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya
(gelas ukur).
b. Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat bahan yang akan dicampur
harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari
pasir yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian ditambah dengan batuan yang berdiameter
lebih besar (penimbangan dlakukan secara kumulatif). Dengan demikian
secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda banyak dengan berat
rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang sendiri-
sendiri.
c. Cara Penimbangan
1. Sebelum ditimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan jenuh
kering muka. Timbang batuan (pasir dan kerikil) dengan timbangan yang
mempunyai ketelitian sampai 0,1 kg. Batuan diisikanke dalam sebuah
bejana atau temapat lain yang volumenya cukup untuk setengah atau
semua batuan (pasir dan kerikil). Bejana itu kemudian ditimbang.
Untuk balok dan slump: maks 15,0 sampai 7,5 diambil rata-rata 10 cm.
Sehingga nilai slump rata-ratanya: 10 cm : 100 mm
h. penetapan besar butir agregat kasar
Ukuran butir agregat maksimum yang digunakan = 40 mm
i. Jumlah air yang diperlukan permeter kubik beton
Agregat maksimum = 40
Slump = 10 cm = 100 mm
Perkiraan Kebutuhan Air per-meter kubik Beton
Ukuran maks. Slump (mm)
Jenis Batuan
Agregat (mm) 0 - 10 10 -- 30 30 - 60 60 - 180
Alami 150 180 205 225
10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205
13.9 PEMBAHASAN
Mix design beton merupakan pemilihan bahan campuran beton dengan
mempertimbangkan kuantitas atau perbandingan dari setiap materialnya agar beton
mencapai kualitas yang diisyaratkan. Beton terdiri dari beberapa bahan campuran
yakni semen, air, kerikil, dan pasir. Dalam proses mix design beton, penyusunan
campuran beton tidak hanya memperlihatkan sifat beton pada suatu keadaan saja,
melainkan beton dirancang dalam dua kondisi yaitu, pada tahap plastis dan tahap
13.10KESIMPULAN
Untuk membuat beton yang baik harus memperlihatkan perbandingan berat
jenis dan volume yang akan digunakan bukan dengan memperbanyak salah satu
bahan saja bisa membuat adukan beton yang lebih baik atau dengan menambah
agregat. Beton yang baik menggunakan perbandingan yang optimum agar
mendapatkan beton yang berkualitas baik. Untuk pembuatan beton silinder, kubus,
dan balok.
a. Kebutuhan bahan untuk membuat 1 buah benda uji silinder dengan
volume 0,006 m3 :
Semen = 385,417 x 0,006 = 2,248 kg
Pasir = 617,812 x 0,006 = 3,603 kg
Kerikil = 1.147,365 x 0,006 = 6,691 kg
Air = 185 x 0,006 = 1,079 lt
b. Kebutuhan bahan untuk membuat 1 buah benda uji kubus dengan volume
0,0037 m3
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan:
1. Sekop berfungsi sebagai alat bantu untuk mengambil agregat.
2. Ember berfungsi sebagai wadah benda yang akan diuji.
3. Bejana berfungsi untuk menampung adukan beton.
4. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji.
5. Mesin Molen berfungsi sebagai alat pengaduk benda uji menjadi adukan
beton.
6. Tongkat penusuk adukan berfungsi sebagai alat bantu untuk pemadatan.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN ADUKAN BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengukur semen portland dan batuan (Pasir dan kering kerikil) secara teliti
dengan berat atau melalui proses penimbangan dengan timbangan yang
mempunyai ketelitian sampai 0,1 kg, adapun menggunakan air yang dapat
diukur dengan timbangan juga.
2. Masukkan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan masukkan pula
semen diatas batuan (pasir dan kerikil) itu. Untuk selanjutnya masukkan air
sedikit demi sedikit sampai adukan tampak mempunyai kelecakan (konsisten)
yang cukup.
3. Mengeluarkan adukan beton segar kemudian dan menampung dalam bejana
yang cukup besar.
BAB 14
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
BAB 14
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
14.1 PENDAHULUAN
Kelecakan (consistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperolehh nilai slam yang dipakai sebagai
tolok ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan
pengerjaan beton.
14.2 TUJUAN
a. Untuk mengeahui langkah kerja pemeriksaan slam beton segar.
b. Mengetahui besarnya nilai uji slam.
14.5 PERALATAN
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm.
diameter atas 10 cm, dan tinggi 30 cm.
b. Cetok.
c. Mistar pengukur (penggaris dari baja)
d. Alat pemadat.
e. Tatakan untuk dasar cetakan.
14.6 PELAKSANAAN
a. Basahi corong cetakan dan kemudian taruhlah di tempat yang rata, basah,
tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk
secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong
dilakukan.
b. Corong cetakan diisi 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6
cm, 15 cm, 30 cm. setiap kali beton segar diisikan ke dalam cetakan,
cetok atau sendok digerakkan mengelilingi bagian ujung atas-dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang
merapat. Setiap lapis beton segar ditusuk dengan alat penusuk sebanyak
25 kali. Penusukan diusahkan secara merata selebar permukaan lapisan
dan tidak boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.
c. Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton
segar dimasukkan lagi ke bagian atas, dan diratakan sehingga rata dengan
sisi cetakan.
d. Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik ke
atas dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
e. Pengkuran nilai slam dilakukan dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
menaruh cetakan corong di samping di atas beton segar dan menaruh
14.9 PEMBAHASAN
Pada pengujian slump beton segar ini menggunakan alat uji kerucut abrams.
Dimana setelah membuat adukan beton kita masukkan adukan kedalam alat uji
kerucut abarams dengan mengisi 1/3 bagian sampai penuh. Pada setiap pengisian
1/3 bagian, kita rojok atau tusuk sebanyak 25 tusukan dengan tujuan adukan adukan
tadi padat atau kerucut tersebut terisi dengan sempurna. Setelah 1/3 bagian atas
sendiri terisi penuh dan sudah di tusuk tinggal diratakan, lalu tunggu 5 -10 menit.
Angkat kerucut abram lurus keatas. Lalu taroh kerucut abrams disamping benda uji
dengan posisi terbalik, kemudian letakkan alat penusuk diatas alat uji dan ukur jarak
dari benda uji sampai bagian bawah alat penusuk.
14.10KESIMPULAN
Pada pengujian slump beton segar, benda uji kami mendapatkan nilai slump
125 mm. Berdasarkan SNI 1972 – 2008 Beton dengan nilai slump 75 < 150 mm, .
berdasarkan nilai slum rencana kami 100 mm uji slump tersebut tidak masuk dalam
syarat
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7) (8)
Keterangan :
1. Menyiapkan alat pengukur (meteran),
2. Menyiapkan kerucut abrams,
3. Menyiapkan mesin pengaduk beton/molen,
4. Menyiapkan semen sesuai dan praktikum,
5. Menyiapkan nampan untuk pelaksanaan pengadukan beton,
6. Menyiapkan krikil sesuai data praktikum,
7. Menyiapkan air sesuai takaran,
8. Menyiapkan pasir sesuai data praktikum
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan:
1. Membasahi corong cetakan dan kemudian menaruh di tempat yang rata, basah,
tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk secara
kuat dan berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong dilakukan.
2. Mengisi corong cetakan 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm, 15
cm, 30 cm. Setiap kali beton segar diisikan ke dalam cetakan, cetok atau sendok
digerakkan mengelilingi bagian ujung atas – dalam corong agar diperoleh
penyebaran beton segar di dalam corong yang merata. Setiap lapis beton segar
ditusuk dengan alat penusuk sebanyak 25 kali. Penusukan diusahakan secara
merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh masuk sampai lapis beton
sebelumnya.
3. Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai dilanjutkan dengan menusukan,
kemudian memasukan beton segar lagi ke bagian atas, dan meratakan sehingga
rata dengan sisi cetakan. Kemudian membersihkan alas di sekitar corong dari
beton segar yang tercecer.
4. Setelah menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik cetakan corong ke atas
dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
5. Melakukan pengukuran nilai slam dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
menaruh cetakan corong di samping beton segar dan menaruh penggaris
(batang baja bergaris) di atasnya sampai di atas beton segarnya.
6. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak, yaitu bentuk kerucutnya
hilang sama sekali, “meluncur” dan bila demikian maka nilai slam tidak dapat
diukur (hasil pengukuran tidak valid) sehingga pemeriksaan benda uji harus
diulang. Beton yang mempunyai perbandingan campuran yang baik,
mempunyai kelecakan yang baik, akan menampakkan penurunan bagian atas
secara pelan-pelan dan bentuk kerucut semula tidak hilang.
BAB 15
PEMBUATAN SILINDER BETON
BAB 15
PEMBUATAN SILINDER BETON
15.1 PENDAHULUAN
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silinder beton ini dibuat dari adukan beton yang akan diguanakan,
yang merupakan sampek yang akan diujikan di laboratorium. Jumlah silinder beton
yang dibuat harus bisa merepresentasikan dari adukan beton yang dibuat sebagai
bahan bangunan.
15.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan silinder beton.
Keterangan :
W = Berat beton
V = Volume beton
ɤ = Berat jenis beton
15.5 PERALATAN
a. Cetakan silinder berukuran berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
b. Alat penumbuk/penusuk dan perata
c. Palu dengan kepala karet.
d. Cetok.
15.6 PELAKSANAAN
a. Pemadatan
1. Pengisian adukan beton dilakukan dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-
kira bervolume sama.
= 0,00575 m3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐼+𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐼𝐼
3. Rata- rata berat beton = 2
12,00 +11,87
= 2
= 11,935 kg
𝑊
4. Betar jenis beton = 𝑉
12,00
a. Silinder I = 0,00575
= 2086,164 kg/m3
11,87
b. Silinder I =
0,00575
= 2063,563 kg/m3
= 2074,86 kg/m3
15.9 PEMBAHASAN
Secara umum gradasi agregat sangan mempengaruhi workability (kelecakan)
campuran beton, namun tidak mempengaruhi kekuatan. Semakin besar ukuran
partikel agregat, semakin kecil luas permukaan yang harus dibasahi per unit masa.
Untuk tingkat workability tertentu rasio air-semen dapat dikurangi dan
konsekuensinya kekuatan meningkat. Tetapi walaupun begitu ada batas atas ukuran
agregat maksimum dimana peningkatan kekuatas akibat berkurangnya kebutuhan
air masih dapat mengimbangi efek negative yang timbul dengan berkurangnya luas
permukaan lekatan dengan adanya diskontinuitas akibat penggunaan agregat
berukuran besar yang menyebabkan sifat heterogenitas beton menjadi menonjol.
Sifat heterogenitas inilah yang memberi pengaruh negative terhadap kekuatan
beton. Untuk beton structural dibatasi ukuran agregat maksimum pada 25 mm
sampai 40 mm. karena pertimbangan ukuran penampang beton dan jarak antara
tulangan yang digunakan
Beton dapat terdiri dari partikel agregat yang biasanya berada diantara ukuran
10 mm sampai dengan 50 mm. ukuran 20 mm merupakan ukuran tipikal. Gradasi
merupakan distribusi ukuran partikel. Secara umum agregat yang baik haruslah
agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras,
kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi. Berikut adalah tata cara pembuatan
campuran beton
1. Pemadatan
a. Mengisi adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-kira bervolume
sama.
b. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar memperoleh
beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan timbunan beton dari tepi
ke tengah).
c. Menusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan dengan
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm berfungsi
menampung adukan beton.
2. Alat penumpuk/penusuk berfungsi memadatkan adukan dalam cetakan dan
perata berfungsi meratakan adukan beton pada cetakan.
3. Palu dengan kepala karet berfungsi mengeluarkan udara pada adukan beton
yang telah ditampung dalam cetakan.
4. Cetok berfungsi untuk mengaduk adukan beton.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN SILINDER BETON
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Melakukan pengisian adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-kira
bervolume sama. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder
agar memperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan timbunan
beton dari tepi ke tengah).
2. Menusuk– nusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Melakukan penusukan merata ke semua permukaan lapisan dengan kedalaman
sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk lapisan pertama,
penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
3. Setelah selesai menusuk lapis ketiga, penuhi bagian atas cetakan dengan adukan
beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga permukaan atas adukan
rata dengan bagian atas cetakan.
4. Mengeluarkan benda uji slinder dari cetakan setelah jam sampai 24 jam sejak
pencetakan.
BAB 16
PENGUJIAN KUAT SILINDER BETON
BAB 16
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
16.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkann kuat tekannya. Cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder
beton dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus dengan sisi
150 mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian kuat
tekan benda uji tersebut.
16.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton.
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji.
Untuk menentukan berat jenis silinder beton digunakan rumus sebagai berikut:
𝑊
Berat Jenis Beton Silinder = (17.2)
𝑉
Keterangan:
P = Besar tekanan
A = Luas penampang
W = Berat beton
V = Volume
16.5 PERALATAN
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
b. Timbangan.
c. Alat perata lapis atas silinder (capping).
d. Alat uji tekan.
16.6 PELAKSANAAN
a. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
1. Faktor semen.
2. Nilai slam.
3. Cara perawatan dan penyimpangan benda uju.
4. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data
tersebut, perkirakanlah kuat tekannya).
b. Bila benda uji beupa silinder, ukurlah diameter rata-ratamya dengan
ketelitian sampai 0,1 mm (dengan caliper).
c. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
= 2086,1636 kg/m3
Kuat tekan maksimal silinder beton umur 7 hari
F’c = 6,70 MPa
Kuat tekan maksimal silinder beton umur 28 hari
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 7 ℎ𝑎𝑟𝑖
F’c =
0,65
= 10,31 MPa
= 2063,56 kg/m3
Kuat tekan maksimal silinder beton umur 7 hari
F’c = 6,60 MPa
Kuat tekan maksimal silinder beton umur 28 hari
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 7 ℎ𝑎𝑟𝑖
F’c =
0,65
6,6
=
0,65
= 10,15 MPa
= 6,65 Mpa
4. Kuat tekan silinder beton umur 28 hari
rata rata kuat tekan umur 7 hari
= 0,65
10,31 + 10,15
= 2
= 10,23 Mpa
5. Berat jenis beton rata-rata
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
= 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
11,935
= 0,00575
= 2074,86 kg/m3
16.9 PEMBAHASAN
Dari data analisa percobaan pemeriksaan kuat tekan silinder beton dapat
diketahui bahwa cara perawantan dan pemilihan kualitas agregat sendiri dapat
mempengaruhi kekuatan beton. Dalam pengujian kuat tekan beton silinder didapat
hasil:
1. Kuat tekan silinder pada umur 7 hari rata-rata = 6,65 Mpa
2. Kuat tekan silinder pada umur 28 hari rata-rata = 10,23 Mpa
3. Berat jenis rata-rata beton silinder rata-rata = 2074,86 kg/m3
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Universal testing machine
2. Meteran
3. Timbangan
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON SILINDER
(1) (2)
(3) (4)
keterangan
1. melakukan pengukuran dimensi selinder
2. menimbang berat silinder
3. melakukan pemasangan benda uji terhadap mesin
4. melukan pengujian penekanan dengan mesin.
BAB 17
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
BAB 17
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
17.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder
beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300 mm atau kubus dengan sisi
150 mm) setelah umur 29 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian
tekan benda uji kubus beton.
17.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat tekan kubus beton
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan benda uji.
17.5 PERALATAN
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji
b. Timbangan
c. Stopwatch
d. Alat uji tekan
= 2038,199 kg/m3
Tabel 17. 2 hasil pengujian kuat tekan kubus 1
= 13,38 Mpa
- Kuat tekan beton karakterristik
= kuat tekan dalam 28 hari x 10
= 13,3 x10
= 133 K
- Kuat tekan beton di konfersikan dalam silinder
= kuat tekan dalam 28 hari x 0,83
= 11,10 MPa
2. Kubus 2
-
Rencana mutu beton = 17 Mpa
-
Luas penampang = s2
= (0,155)2
= 0,024 m2
-
Volume = s3
= (0,155)3
= 0,0032 m3
= 2024,77 kg/m3
Tabel 17. 3 hasil pengujian kuat tekan kubus 2
= 12.92 Mpa
- Kuat tekan beton karakterristik
= kuat tekan dalam 28 hari x 10
= 12.92 x10
= 129,2 K
- Kuat tekan beton di konfersikan dalam silinder
= kuat tekan dalam 28 hari x 0,83
= 10,72 MPa
3. Kuat Tekan rata-rata beton umur 7 hari
Kuat Tekan silinder 1+ Kuat Tekan Silinder 2
= 2
8,7+ 8,4
= 2
= 8,55 Mpa
4. Kuat tekan rata-rata beton umur 28 hari
rata rata kuat tekan umur 7 hari
= 0,65
= 13,15 Mpa
5. Kuat tekan beton karakterristik
= kuat tekan dalam 28 hari x 10
= 13,15 x10
= 2031,484 kg/m3
17.9 PEMBAHASAN
Dari data analisa percobaan pemeriksaan kuat tekan silinder beton dapat
diketahui bahwa cara perawantan dan pemilihan kualitas agregat sendiri dapat
mempengaruhi kekuatan beton. Dalam pengujian kuat tekan beton silinder didapat
hasil:
1. Kuat tekan rata-rata silinder pada umur 7 hari = 8,55 Mpa
2. Kuat tekan rata-rata silinder pada umur 28 hari = 13,15 Mpa
3. Kuat tekan rata-rata beton karakterristik = 131,5 kg/cm2
4. Kuat tekan rata-rata beton di konfersikan dalam silinder= 10,91 MPa
5. Berat jenis rata-rata beton silinder = 2031,484 kg/m3
Dari hasil tesebut maka kuat tekan silinder tidak memenuhi syarat. Karena
nilai kuat tekan tersebut lebih kecil cari kuat tekan beton rencana sebesar 17 MPa.
Tidak tercapainya kuat beton tersebut, dikarenakan pada saat perawatan beton
setelah 1 x24 jam beton tidak langsung di masukan kedalam air agar kandungan air
dalam beton tidak menguap. Dan juga karena kondisi agregat kasar yang tidak
bagus
17.10 KESIMPULAN
Dari data analisa percobaan pemeriksaan kuat tekan silinder beton di perloleh
data sebagai berikut
1. Kuat tekan rata-rata silinder pada umur 7 hari = 8,55 Mpa
2. Kuat tekan rata-rata silinder pada umur 28 hari = 13,15 Mpa
3. Berat jenis rata-rata beton silinder = 2031,484 kg/m3
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Universal testing machine
2. Meteran
3. Timbangan
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON SILINDER
(1) (2)
(3) (4)
keterangan
1. melakukan pengukuran dimensi selinder
2. menimbang berat silinder
3. melakukan pemasangan benda uji terhadap mesin
4. melukan pengujian penekanan dengan mesin
BAB 18
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
BAB 18
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
18.1 PENDAHULUAN
Selain ditentukan berdasarkan kuat tekannya, mutu beton juga ditentukan
pada kuat lenturnya. Umumnya pengujian kuat lentur beton dilakukan terhadap
benda uji berupa belok beton dengan ukuran sisi 153,40 mm dan panjang 594 mm,
setelaah umur beton 28 hari.
18.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat lentur balok beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat lentur benda uji.
18.6 PELAKSANAAN
= 1,93 N/mm2
e. Kuat lentur balok pada umur 28 hari = 1,93/0,65
= 2,97 MPa
𝑊
f. Berat jenis beton =
𝑣
14415000
= 30,87
= 2141,52 kg/m3
18.9 PEMBAHASAN
Pengujian kuat lentur yang di lakukan dengan menggunakan benda uji balok
berukuran 600 mm x 150 mm x 150 mm yang di beri pembebanan sampai kuat
lentur maksimum. Dari hasil praktikum yang telah di laksankan maka di dapat data
pengamatan dan pengujian kuat lentur kayu yang di gunakan dengan menggunakan
analisis hitungan sebagai berikut:
a. Luas penampang = 24025 mm2
b. Kuat lentur balok umur 7 hari = 1,98 MPa
18.10 KESIMPULAN
Dari data analisa percobaan pemeriksaan kuat lentur balok beton di perloleh
data sebagai berikut :
1. Kuat lentur beton pada umur 7 hari = 1,93 Mpa
4. kuat lentut beton pada umur 28 hari = 2,97 MPa
5. Berat jenis (γ) beton = 2141,52 kg/m3
6. Kecepatan pembebanan = 2 kN/detik
Dari hasil tesebut maka berat jenis beton tidak memenuhi syarat. Tidak
tercapainya berat jenis beton normal, dikarenakan pada saat perawatan beton
setelah 1 x24 jam beton tidak langsung di masukan kedalam air agar kandungan air
dalam beton tidak menguap. Dan juga karena kondisi agregat kasar yang tidak
bagus.
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Mesin uji kuat lentur
2. Meteran
3. Timbangan
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan :
1. Mengukur panjang dan sisi balok dengan teliti.
2. Menimbang benda uji denga ketelitian 0,1 kg.
3. Memasang balok pada pengujian, dengan bentang sekitar 600 mm (tergantung
ukuran balok) dan beban dua titik dengam jarak masing-masing 1/3 bentang
dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8 – 10 kg/cm2 per menit.
c
BAB 19
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
BAB 19
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
19.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-
butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama oengangkutan.
Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang
diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa presentase antara berat
bagian yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula
sebelum pengujian Makin banyak yang aus makin kurang ketahanan ausnya. Pada
umumnya kerikil disyaratkan bagian yang aus/ hancur tidak lebih dari 10% setelah
diputar 100 kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar 500 kali.
19.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
19.5 PERALATAN
a. Mesin los angeles.
b. Ayakan l no 12 (lubang 2 mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm,
25,4mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm.
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gr.
d. Bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing
antara390 gr sampai 445 gr.
19.6 PELAKSANAAN
a. Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1 (berat A).
b. Memasukan kerikil/batu pecah kedalam mesin los angeles.
770 −5000
= 𝑋 100%
5000
= 84,6 %
19.9 PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan bahan awal agregat sebesar
5000 gram menjadi 770 gram setelah di uji menggunakan alat los angeles. Maka
dari data tersebut didapat nilai keausan sebesar 84,60 % yang berarti bahwa agregat
tidak baik digunakan untuk bahan konstruksi karena nilai keausan yang sangat
tinggi sedangkan tingkat keausan dalam konstruksi ringan paling tinggi 50% sesuai
dengan ASTM C-131-55.
19.10KESIMPULAN
Hasil pengujian kelompok kami nilai keausannya sebesar 84,6% dengan berat
benda uji 5000 gram atau 5 kg. Hasil pengujian dari kelompok kami tidak
memenuhi syarat karena nilai keaussannya lebih dari 50%.
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1 Mesin los angeles.
2 Ayakan no 12 (lubang 2mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm, 25,4
mm. 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm.
3 Timbangan dengan ketelitian 5 gr.
4 Bola baja dengan diameter rata rata 4,68 cm dan berat masing – masing antara
390 gr sampai 445 gr.
GAMBAR PELAKSANAAN
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1 Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1. (berat A).
2 Memasukan kerikil / batu pecah ke dalam mesin los angeles dan memasukan
bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah sesuai Tabel 20.2.
3 Memutar mesin dengan kecepatan dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
sebanyak 500 kali.
4 Mengeluarkan benda uji dari mesin los angeles
5 Menimbang berat kerikil.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
xix