Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arthur Mukuan

Kelas : P. Akun 6c1


No. 1
§ Perencanaan Audit meliputi:
a) Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan untuk ruang lingkup dan pelaksanaan
audit yang diharapkan; dan
b) Mengembangkan rencana audit/ program menunjukkan sifat, saat, dan luas prosedur audit.
§ Rencana Audit
Auditor harus mengembangkan rencana audit yang mencakup deskripsi tentang:
a) Sifat, waktu, dan luas dari prosedur penilaian risiko yang direncanakan, sesuai SA 315.
b) Sifat, waktu, dan luas yang direncanakan lebih lanjut atas audit prosedur di tingkat asersi,
sesuai SA 330.
c) Prosedur audit terencana lainnya yang perlu dilaksanakan sehingga perikatan tersebut
sesuai dengan SA.
d) Pengarahan dan pengawasan sifat, waktu, dan luas dari keterikatan tim anggota dan ulasan
pekerjaan mereka.
No. 3
Prosedur Audit Awal
1. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha.
4. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas
kerja tahun yang lalu.
5. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu
piutang usaha.

Pengujian Terhadap Saldo Akun rinci


1. Keberadaan atau keterjadian
2. Kelengkapan
3. Hak kepemilikan
4. Penilaian

Konfirmasi Piutang Usaha


Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada
debitur yaitu:

1. Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan. Terdapat dua
metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor: Metode konfirmasi positif dan
metode konfirmasi negatif.
2. Pilih debitur yang akan dikirimi surat konformasi.
3. Kirimkan surat konfirmasi.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS 67
(AU 330) menyediakan tiga pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:

1. Piutang usaha tidak material.


2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inhern dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi

Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Auditor membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang usaha yang disajikan
klien dalam neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. Prosedur audit terhadap
penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah:

1. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
2. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha.
3. Menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan ke
perusahaan anjak piutang.

Menurut SA 505 (SPAP, 2016), konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh
sebagai suatu respon tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang
dikonfirmasi), baik dalam bentuk kertas, atau secara elektronik atau media lainnya. Tujuan
auditor ketika menggunakan prosedur konfirmasi eksternal adalah untuk mendesain dan
melaksanakan prosedur tersebut untuk memperoleh bukti audit relevan dan andal. Tergantung
pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara
langsung dari pihak yang dikonfirmasi dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari
pihak internal entitas.
Ada dua bentuk konfirmasi, yaitu:
1. Permintaan Konfirmasi Positif
Permintaan konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasikan tersebut setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi atau menyediakan informasi yang diminta.
2. Permintaan Konfirmasi Negatif
Permintaan konfirmasi negatif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju
dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi. Konfirmasi negatif merupakan
bukti audit yang kurang meyakinkan dibandingkan konfirmasi positif. Oleh karena itu, auditor
tidak boleh menggunakan permintaan konfirmasi negatif sebagai prosedur audit substantif
tunggal untuk yang ditujukan untuk suatu risiko yang ditentukan kesalahan penyajian material
pada tingkat asersi, kecuali jika terdapat semua hal berikut:
a. Auditor telah menentukan risiko kesalahan penyajian material
adalah rendah dan telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang efektivitas
operasi pengendalian yang relevan dengan asersi;
b. Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi negatif terdiri dari sejumlah
besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang kecil dan homogen;
c. Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah; dan
d. Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi. Pengguna menggunakan
prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap menjaga pengendalian atas permintaan
konfirmasi eksternal, termasuk:
a. Menentukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta;
b. Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi; c
. Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara langsung
kepada auditor; dan
d. Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tindak lanjut jika berlaku, kepada pihak yang
dikonfirmasi.

4.
PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
1.Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksipenerimaan dan
pengeluaran kas dan bank2.Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (missal:
31Desember 20XX), atau kalau belum selesai, boleh per 31 Oktober 20XX atau30 November
20XX, penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakahada hal-hal yang unusual (diluar
kebiasaan)atau tidak.3.Lakukan Cash Count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca,
bias juga sebelum atau sesudah tanggal neraca.4.Kirim Konfirmasi atau dapatkan pernyataan
saldo dari kasir dalam hal tidakdilakukan kas opname.5.Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening
bank yang dimiliki perusahaan.6.Minta Rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31
Desember20XX), kalau terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat dimintaper 30
November 20XX.7.Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut,8.Review jawaban
konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredituntuk mengetahui apakah ada
pembatasan dari rekening bank yang dimilikiperusahaan.9.Periksa inter bank transfer +/-
minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan
untuk window dressing.10.Periksa transaksi kas sesuai tanggal neraca, sampai mendekati
tanggalselesainya pemeriksaan lapangan.11.Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam
mata uang asing per tanggalneraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke
dalam rupiahdengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisihkurs
yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahunberjalan.12.Periksa apakah
penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan ataslaporan keuangan, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yang berlakudi Indonesia (SAK, ETAP, IFRS) 13.Buat Kesimpulan
di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendirimengenai kewajaran dari cash on
hand dan in bank, setelah kita menjalankan seluruh prosedur audit di atas.

5. Penyisihan Piutang tak tertagih Piutang Usaha


Rp. 225.000.000

Rp. 225.000.000

-Jurnal penyesuaian untuk mencatat selisih piutang PT. DDD :

Beban Piutang Usaha Koreksi piutang usaha

Rp. 150.000.000 Rp.150.000.000

Anda mungkin juga menyukai