Anda di halaman 1dari 30

TUGAS AUDITING II

MAKALAH ANALISIS SPAP NO 5-10

( Disusun guna memenuhi Tugas Auditing II)

OLEH :

ANASTASIA DELLA NOVENIA (140810301060)

ROCHIMA DEWI MAHARANI (140810301098)

FIRMAN RACHMATTULLAH (140810301138)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2016
PSA No.5 Pengujian Substantif sebelum Tanggal Neraca (SA seksi
313) :

Tujuan Audit:

a. Mengendalikan potensial risiko audit, jika pengujian substantif yang akan


digunakan untuk mengungkapkan sisa periode dapat dirancang sehingga
memberikan dasar memadai kesimpulan audit dari tanggal interm ke
tanggal neraca.
b. Melakukan pertimbangan dan pemeriksaan ulang dengan melakukan
perhitungan kembali dalam kondisi bisnis yang mungkin berpengaruh
dalam melakukan salah saji atas laporan keuangan dalam sisa periode

Prosedur Audit :

1. Observasi pada penentuan kesulitan dalam pengendalian atas kenaikan


resiko audit yang membahas seputar pertimbangan yang mempengaruhi
pengukuran biasanya berupa tanggapan tertulis secara langsung yang
diperoleh auditor dengan mempertimbangkan biaya pengujian substantif
yang diperlukan untuk sisa periode dan penerapan pengujian substantif
utama atas rincian akun aktiva atau kewajiban mungkin tidak cost-effective
jika pengungkapan sisa periode tidak dapat dibatasi karena tingkat resiko
pengendalian.
2. Prosedur futher audit procedures, prosedur pengujian substantif utama
terhadap rincian akun aktiva atau kewajiban yang ditetapkan pada tanggal-
tanggal pilihan sebelum tanggal neraca dan diselesaikan sebagai bagian
dari prosedur akhir tahun:
a. Pengujian rinci atas tambahan dan pengurangan akun properti investasi
dan utang serta modal ekuitas
b. Pengujian rinci atas transaksi yang mempengaruhi akun penghasilan
dan biaya
c. Pengujian atas akun yang diaudit dengan pengujian rinci pos yang
terdiri dari saldo
d. Prosedur analitik yang diterapkan terhadap akun penghasilan dan
biaya.
3. Pengujian substantif dirancang untuk mencapai tujuan audit pada tanggal
neraca dalam tingkat keyakinan, dan perincian saldo pada tanggal interim
dan tingkat keyakinan audit yang diberikan oleh tingkat resiko
pengendalian. Pengujian substantif/anatikal mencangkup:
a. perbandingan informasi yang berkaitan dengan saldo pada tanggal
neraca dengan informasi yang sebanding pada tanggal interim untuk
mengidentifikasi jumlah yang tidak wajar dan penyelidikan atas
jumlah tersebut dan
b. prosedur analitik atau pengujian substantif atas rincian yang lain,
atau kombinasi dari keduanya, untuk memberikan dasar memadai
untuk perluasan kesimpulan audit pada tanggal neraca secara relatif
atas asersi yang diuji secara langsung atau tidak langsung pada
tanggal interim
4. Penentuan resiko ditingkat bawah maksimum dalam upaya memperoleh
dasar untuk perluasan kesimpulan audit dari tanggal interm ke tanggal
neraca, namun jka auditor menentukan resiko pengendalian di tingkat
maksimum selama sisaa periode, ia wajib mempertimbangkan evektifitas
pengujian substantif pada reperformance dalam mengungkapkan periode
tersebut akan menurun. Dengan demikian pengujian substantif atas sisa
periode yang berhubungan dengan asersi keberadaan pada neraca mungkin
tidak akan efektif.
5. Prosedur-prosedur audit yang dapat memberikan dasar memadai bagi
kesimpulan audit dari pengujian substantif utama untuk perluasan dari
tanggal audit interim ke tanggal neraca, Auditor melakukan kembali secara
independen prosedur yang memungkinkan pertimbangan dini atas halhal
yang signifikan yang mempengaruhi laporan keuangan akhir tahun serta
upaya memperoleh pemahaman atas pengendalian interin, penetuan
tingkat resiko pengendalian dan penerapan pengujian substantif atas
transaksi dapat dilakukan.
6. Auditor harus melakukan prosedur substantif melalui recalculation dan
reperformance yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen dalam
salah saji atas LK yang mengungkapkan tidak akan efektid dalam
mengendalikan tambahan resiko untuk sisa periode dalam perubahan pesat
kondisi bisnis dan lingkungannya. Dalam situasi demikian, akun aktiva
dan kewajiban yang terpengaruh biasanya akan dilakukan perhitungan dan
prosedur kembali pada tanggal neraca.
7. Pertimbangan kembali saldo akhir tahun akun aktiva/kewajiban tertentu
yang terpilih untuk diperiksa dalam audit interim yang diusulkan oleh
entitas dalam analisis dan penyesuaian dalam penetapan pisah batas
akuntansi yang semestinya. Dan auditor mempertimbangkan dengan
melakukan penyelidikan atas:
a. transaksi luar biasa yang signifikan (termasuk transaksi pada atau
mendekati tanggal neraca);
b. penyebab fluktuasi signifikan yang lain, atau fluktuasi yang
diharapkan tetapi tidak terjadi; dan
c. perubahan dalam komposisi akun neraca. Jika auditor
menyimpulkan bahwa bukti audit yang berhubungan dengan hal-hal
tersebut di atas tidak memadai untuk tujuan pengendalian risiko audit,
maka akun tersebut harus diperiksa oleh auditor pada tanggal neraca.
8. Pengoordinasian waktu pada pelaksaan prosedur audit, penerapan
pengujian substantif utama atas rincian ativa atau kewajiban pada tanggal
interim dan bukan pada tanggal neraca akan meningkatkan resiko akibat
tidak terdetekinya salah saji yang ada pada tanggal neraca. Potensi adanya
kenaikan resiko audit cederung meningkat sejalan dengan sisa periode.
Namun dengan bertambahnya resiko audit dapat dikendalikan, jika
pengujian substantif procedures mengungkapkan sisa periode yang dapat
dirancang sedemikian rupa dalam memberikan dasar perpanjangan
kesimpulan audit dari tanggal interm ke tanggal neraca
9. Salah saji material terdeteksi dalam saldo akun pada tanggal interim,
auditor perlu memodifikasi sifat, waktu, atau lingkup pengujian substantif
yang direncanakan dalam mengungkapkan sisa periode yang berhubungan
dengan akun tersebut dengan melakukan kembali ( reperformance )
prosedur audit tertentu pada tanggal neraca. Dalam penentuan dampak
potensial karena salah saji dalam jenis pisah batas yang lain pada tanggal
interim didasarkan pada proses pengujian substantid pada pisah batas.
10. Keputusan mengenai pengkoordinasian prosedur audit yang saling
berkaitan harus dibuat dengan mempertimbangkan tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan dan prosedur audit tertentu yang diterapkan,
balk untuk sisa periode atau pada akhir tahun, atau keduanya.
PSA No. 5 Pertunjukkan Auditor Independen (SA Seksi 310)

Tujuan Audit :

1. Penunjukkan auditor secara dini akan memberikan manfaat bagi klien


mauoun auditor.
2. Membangun pemahaman klien tentang jasa yang akan dilaksanakan oleh
setiap perikatan dalam mengurangi resiko terjadinya salah interpretasi
kebutuhan dari auditor kepada klien maupun juga sebaliknya.

Prosedur Audit:

1. Perencanaan atas standar pekerjaan lapangan pertama dan penunjukan


auditor independen secara dini memungkinkan auditor akan merencanakan
pekerjaan yang sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan cepat dan tepat dalam menentukan seberapa jauh pekerjaan
dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca
2. Auditor independen dapat menerima perikatan saat pendekatan dan setelah
tanggal neraca. Sebelum menerima perikatan, auditor harus yakin dalam
melaksanakan audit secara memadai dan memberikan pendapat yang wajar
tanpa pengecualian. Terkadang keterbatasan audit yang timbul sebagai
akibat dari kondisi tersebut
3. Membangun pemahaman dengan klien dalam tindakan mengurangi resiko
terjadinya salah interpretasi (penafsiran) kebutuhan atau harapan baik di
pihak klien maupun dipihak auditor. Dalam pemahaman tersebut
mencangkup tujuan perikatan, tanggung jawab manajemen, auditor, dan
batasan perikatan. Serta pendokumentasian pemahaman tersebut dalam
kertas kerjanya baik dalam komuniasi tertulis oleh klien.

Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya


mencakup:

a. Tujuan audit.
b. Membangun dan mempertahankan pengendalian intern yang efektif
terhadap pelaporan keuangan.
c. Mengidentifikasi dan menjamin bahwa entitas mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Membuat semua catatan keuangan dan informasi yang berkaitan
tersedia bagi auditor.
e. Menyediakan suatu surat bagi auditor yang menegaskan representasi
tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.
4. Pada pelaksanaan audit berdasaran SA yang ditetapkan oleh IAI yang
mengisyarakan bahwa auditor memperoleh keyakinan yang memadai,
bukan mutlak. Tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material yang disebabkan kekeliruhan, dan audit tidak didesain untuk
mendeteksi kekeliruhan atau kecurangan yang tidak material terhadap LK.
5. Perencaan audit dalam pemahaman atas pengendalian intern untuk
menentukan sifat, saat, luas dan prosedur audit yang akan dilaksanakan
dengan menjamin bahwa komite audit memiliki kewenangan dan tanggung
jawab akannya kondisi yang diketahui oleh auditor.

PSA No.5 Perencanaan dan Supervisi ( SA Seksi 311 )

Tujuan Audit :

1. Mengembangkan strategi secara menyeluruh pelaksanaan dan ruang


lingkup audit dengan mempertimbangkan masalah yang terkait dengan
bisnis entitas dan industri dan kebijakan serta prosedur akuntansi entitas.
2. Mengolahan secara kompleks akan mempengaruhi sifat, saat, dan luasnya
prosedur audit yang akan digunakan oleh auditor atas audit Laporan
keuangan

Prosedur Audit:
1. Auditor melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang ditetapkan
oleh IAI di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur
perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit,
pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan
pendapat di antara personel kantor akuntan.Auditor mendelegasikan
sebagian fungsi perencanaan dan supervisi audit kepada personel dalam
kantor akuntan sebagai penanggung jawab akhir audit.
2. Perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan masalah yang
berkaitan dengan bisnis entitas dan industri, kebijakan dan prosedur
akuntansi entitas, metode yang digunakan oleh entitas, tingat resiko
pengendalian, pertimbangan dalam mengelolah informasi akuntansi yang
signifikan. Yang diharapkan pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit.
3. Auditor dapat mempertimbangkan prosedur yang meliputi meriew arsip
korespondensi, membahas masalah yang berdampak terhadap audit dengan
personel kantor akuntan, membaca LK, mempertimbangkan,
mengkoordinasi, menentukan, dan melaksanakan pekerjaan audit yang
mencangkup review terhadap catatan auditor yang berkaitan tentang
entitas dan pembahasan dengan personel lainnya. Auditor dapat membuat
memorandum yang diterapkan rencana audit awal terutama untuk entitas
4. Auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pekerjaan yang harus
dilaksanakan dalam membuat suatu program audit secara tertulis. Program
audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit menurut tingkat
keyakinan. Bentuk program audit dan tingkat kerincianya sesuai dengan
keadaan dalam pengembangan yang harus diarahkan oleh hasil
pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya dengan menghadapi
perubahan kondisi yang menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur
audit.
5. Tingkat pengetahuan auditor tentang bisnis entitas yang memungkinkan
untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan Standar
Auditing yang telah ditetapkan oleh IAI yang memungkinkan mempunyai
dampak terhadap LK yang seharusnya pengetahuan pada umumnya
dimiliki oleh manajemen terhadap pengolahan bisnis entitas jauh lebih
banyak dibandingkan oleh auditor. Hal yang harus dipertimbangkan oleh
auditor yaitu praktik akuntansi yang berlaku.
6. Pertimbangan metode kembali yang digunakan oleh entitas dalam
mengolah informasi dalam perencanaan audit oleh auditor yang memiliki
pengaruh terhadap pengendalian internal. Pengolahan secara kompleks
akan mempengaruhi sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang akan
digunakan oleh auditor atas audit Laporan keuangan dengan
mempertimbangkan
a. Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.
b. Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa
perusahaan pengolahan data dengan komputer dari luar.
c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.
d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan
informasi ke dalam komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu,
dan bukti audit lain yang diperlukan oleh auditor kemungkinan hanya
ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam bentuk yang dapat
dibaca dengan komputer. Dalam beberapa sistem komputer, dokumen
masukan seringkali tidak ada sama sekali karena informasi secara
langsung dimasukkan ke dalam sistem. Kebijakan penyimpanan data
yang dibuat oleh entitas mungkin mengharuskan auditor untuk
meminta dilakukannya penyimpanan informasi untuk keperluan
review atau untuk melaksanakan prosedur audit pada saat informasi
tersebut tersedia. Sebagai tambahan, informasi tertentu yang
dihasilkan oleh komputer untuk keperluan intern manajemen
kemungkinan bermanfaat dalam pelaksanaan pengujian substantif
(terutama untuk prosedur analitik).
e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat
meningkatkan efisiensi pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan
teknik ini juga menyediakan kesempatan bagi auditor untuk
menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi
akun atau transaksi. Sebagai tambahan, dalam beberapa sistem
akuntansi, sulit bahkan tidak mungkin bagi auditor, untuk
menganalisis data tertentu atau menguji prosedur pengendalian
khusus tanpa komputer.
7. Kealihan khusus diperlukan oleh auditor dalam mempertimbangkan
dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami
pengendalian intern, kebijakan, dan prosedur atau merancang dan
melaksanakan prosedur audit dalam mengevaluasi apakah hasil
prosedur yang ditentukan tersebut dapat mencapai tujuan auditor dan
mengevaluasi hasil prosedur
8. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus direview dalam
menentukan apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan secara
memadai dan auditor harus menilainya apakah sejalan dengan
kesimpulan dalam laporan auditor. Auditor yang akan bertanggung
jawab akhir mengenai audit dan asistennya harus menyadari prosedur
yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai
masalah akuntansi diantara personel kantor akuntan publik yang
terlibat, dasar penyelesaian akhir masalah harus juga
didokumentasikan.

PSA No.05 Standart Pekerjaan Lapangan (SA Seksi 300) :

Tujuan Audit :

1. Penunjukkan auditor independen atas pertimbangan SPL.


2. Perencanaan pengembangan strategi secara pelaksanaan dan lingkup audit
yang diterapkan.
3. Resiko audit dan materialitas akankah mempengaruhi penerapan standar
auditing
4. Mengumpulkan bukti audit supaya tidak tercapai salah saji material.
5. Menentukan resiko dan SPM dalam melindungi hartanya, menguci
kecermatan dan kebenaran data pembukuan, dapat meningkatkan efisiensi
operasi.

Prosedur Audit :

1. Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran


bahwa penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan
banyak manfaat bagi auditor maupun klien. Penunjukan secara dini
memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya yang terdiri atas
perencanaan dan supervisi sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan
seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal
neraca. Resiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit
mempertimbangkan pada tingkat pelaporan keuangan dan golongan
transaksi serta mengevaluasi temuan audit. Dalam tahap ini dimulai
dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam suatu penugasan oleh
Satuan Audit Internal. Penunjukkan Auditor Independen dilakukan
mendekati atau setelah tanggal akhir periode serta membangun
pemahaman dengan klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tim yang
akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang
kuat bahwa tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atas dan
bukan karena kehendak pribadi.
2. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Dalam perencanaan audit
yang berupa pengujian substantif sebelum tanggal neraca, auditor harus
mempertimbangkan, antara lain:
a) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang
menjadi tempat entitas tersebut
b) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam
mengolahinformasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan
organisasi jasa dariluar untuk mengolah informasi akuntansi pokok
perusahaan.
d) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan pengendalian
intern pertimbangan dan karakteristik SIK melalui Pengendalian,
review, dan evaluasi
3. Komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti, mereview
pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di
antara staf audit kantor akuntan. Pertimbangan atas kecurangan dalam
audit laporan keuangan menafsirkan resiko salah saji material sebagai
akibat dari kecurangan dan dipertimbangkan lagi atas faktor resiko dalam
penaksiran resiko salah saji material. Unsur tindakan pelanggaran hukum
oleh klien bisa dibagi atas tanpa adanya indikasi unsur tindakan
pelanggaran hukum, adanya kemungkinan unsur pelanggaran hukum dan
menanggapi kemungkin adanya pelanggaran hukum. Auditor yang
bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus
menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat
mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor
akuntan publik yang terlibat dalam audit.
4. Pemahaman atas bisnis klien yang digunakan dalam memperoleh
pengetahuan dan sebagai pertimbangan atas pengendalian intern dalam
audit laporan keuangan yang berkaitan terhadap tujuan pelaporan
keuangan, penerapan komponen audit, pengendalian intern, lingkungan
pengendalian, penafsiran risiko, aktivitas pengendalian, dan prosedur yang
berhubungan dalam memperoleh pemahaman. Kompetensi bukti audit
berkaitan dengan kualitas mutu dari bukti – bukti tersebut yang bertipe
buku audit, sumber buku audit, ketepatan, dan keterkaitan yang
berhubungan antara resiko pengendalian dengan resiko deteksi. Bukti,
Teknik audit, Prosedur analitik, proses konfirmasi, representasi
manajemen, pihak yang memiliki hubungan istimewa sediaan merupakan
pendukung dalam menentukan kualitas mutu.
5. Mendukung terciptanya kertas kerja yang baik, ada point-point lain yang
harus dikuasai seorang auditor. yaitu ; Isi Kertas Kerja Audit, Teknik
Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit, pertimbangan auditors atas
kemampuan entitas.  Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan
kertas kerja audit, Pengarsipan Kertas Kerja Audit, Tahap Penyusunan
Audit Financial Statement, Susunan Kertas Kerja Audit, Kepemilikan
Kertas Kerja Audit, dan Type-type Kertas Kerja.
6. Struktur Pengendalian Intern merupakan Struktur Organisasi dan semua
cara dan tindakan yang terkoordinir dan yang ditetapkan dalam satu
perusahaan untuk mengamankan/melindungi hartanya, menguji
kecermatan dan kebenaran data pembukuan, meningkatkan efisiensi
operasi, dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Lingkungan
sistem informasi komputer akan berpengaruh terhadap sistem online pada
auditor dalam prosedur audit. Penentuan Risiko, akan sangat
mempengaruhi Kecukupan dan Kompetensi Bukti Audit (Standar
Pelaksanaan Audit Nomor 3) Standar Pelaksanaan Audit Lapangan No. 3
menyatakan: bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi, sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan dengan berkomunikasi dengan komite audit.

PSA NO.7 Auditing Investasi (SA Seksi 332)

Pernyataan Standar Audit No. 7 Auditing Investasi memberikan panduan


bagi auditor dalam mengaudit investasi dalam efek, yaitu efek utang dan efek ekuitas,
investasi yang diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu.
Tujuan Audit

Pernyataan Standar Audit No.7 Auditing Investasi memberikan


beberapa tujuan diantaranya :

1. Memberikan kemudahan bagi Auditor untuk mengetahui dengan pasti


apakah investasi diperlakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia , termasuk pengungkapan memadai mengenai hal-hal
yang material

Auditor dapat mengetahui perlakuan investasi apakah sesuai dengan


kriteria atau tidak dimana Investasi dapat diperlakukan dengan
menggunakan metode biaya (cost method) atau ekuitas (equity method.
Bila hal tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan,
maka auditor dapat meninjau apakah teknik yang digunakan jauh
lebih tepat daripada kriteria yang seharusnya diterapkan. Bagi
entitas yang wajib mengikuti PSAK No. 50 Akuntansi Investasi Efek
Tertentu kebijakan akuntansi untuk investasi tergantung pada klasifikasinya.
Secara khusus, PSAK No. 50 menyatakan sebagai berikut:

a. Dimiliki hingga jatuh tempo

b. Diperdagangkan

c. Tersedia untuk dijual

2. memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko pada saat


perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasar
PSA no. 25 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit
3. Memudahkan dalam mendapatkan dan menilai bukti audit yang
berhubungan dengan asersi dalam laporan keuangan terkait dengan
keberadaan, kepemilikan dan kelengkapan.
4. Memberikan kewajaran penilaian investasi yang dicantumkan di laporan
posisi keuangan.

Prosedur Audit

Prosedur yang dilakukan oleh auditor untuk memperoleh bukti tentang


keberadaan, kepemilikan, dan kelengkapan investasi akan bervariasi menurut tipe
investasi dan penilaian auditor mengenai risiko audit. Prosedur tersebut harus
mencakup satu atau lebih prosedur berikut ini:

1. Inspeksi fisik
2. Konfirmasi dengan penerbit (issuer)
3. Konfirmasi dengan kustodian
4. Konfirmasi dengan pialang mengenai transaksi yang belum
diselesaikan.
5. Konfirmasi dengan pihak imbangan (counterparty)
6. Membaca perjanjian pelaksanaan kemitraan atau perjanjian
sejenis

Berikut Prosedur Pengujian Substantif atas investasi :

1. Prosedur awal
a. mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri
b. Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan investasi yang
akan mendapat pengujian lebih lanjut
2. Melaksanakan prosedur analitis
3. Pengujian rincian transaksi
4. Pengujian rincian saldo
5. Penyajian dan pengungkapan membandingkan penyajian laporan
dengan GAAP
Dalam menilai maksud manajemen yang berkaitan dengan investasi,
auditor harus mempertimbangkan apakah aktivitas investasi menguatkan atau
bertentangan dengan maksud manajemen yang telah dinyatakan. Ketika
mempertimbangkan aktivitas investasi, auditor biasanya harus memeriksa bukti
guna menilai kelayakan aktivitas tersebut.

PSA NO. 7 Bukti Audit (SA Seksi 326)

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam
pembuatan kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan. Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun
atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan
prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan
bahan bukti kompeten yang cukup.

Tujuan Audit :

Berikut beberapa tujuan Audit Berdasarkan PSA No.7 Bukti Audit :

1. Memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai


dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya
Auditor harus memutuskan, sekali lagi dengan menggunakan
pertimbangan profesionalnya, apakah bukti audit yang tersedia baginya
dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai untuk membenarkan
pernyataan pendapatnya. Pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti
audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta
ukuran dan karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit
adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.
2. Terpenuhinya beberapa asersi sebagai berikut :

a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).


Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan
dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu
dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode
tertentu.

b. Kelengkapan (completeness).
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah
semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
c. Hak dan kewajiban (right and obligation).
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan
apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
d. Penilaian (valuation) atau lokasi.
Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan
apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan
biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.
e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan
dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.

Auditor dapat menggunakan prosedur audit manual, teknik


audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques),
atau kombinasi kedua metode tersebut untuk memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup. Bukti audit yang diperoleh harus
cukup bagi auditor untuk merumuskan kesimpulan tentang validasi
individual yang terkandung dalam komponen laporan keuangan.
Bukti audit yang disediakan melalui kombinasi penaksiran risiko
bawaan dan risiko pengendalian oleh auditor dan pengujian
substantif dapat memberikan dasar memadai untuk menyatakan
pendapatnya.

Sifat Bukti Audit

Bukti audit yang mengandung laporan keuangan terdiri dari data


akuntansi
dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Data akuntansi
saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu
laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan
kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas
laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun
elektronik, seperti cek; catatan electronic fund transfers; faktur; surat
kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan pengamatan, inpeksi dan pemeriksaan fisik; serta informsi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Bukti audit tertentu dapat ada pada titik waktu tertentu.

Prosedur Audit atas bukti audit


Prosedur audit merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan
oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti
yang mencukupi dan kompeten. Adapun jenis-jenis prosedur audit adalah:
1. Inspeksi dokumen dan catatan (inspection of documents and records).
Terbagi menjadi 2:
a. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi:
 Pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi.
 Mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan
sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan
validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.

Prosedur vouching digunakan untuk mendeteksi adanya


salah saji berupa penyajian dari seharusnya dalam catatan
akuntansi.

b. Penelurusan (tracing) yang sering disebut sebagai penelusuran


ulang, auditor :
 Memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksanakan.
 Menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen
tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi
(jurnal dan buku besar).

2. Inspeksi aktiva berwujud (inspection of tangible assets)

Meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan,


serta pemeriksaan sumberdaya berwujud. Dengan melakukan
inspeksi atas dokuen, auditor dapat menetukan ketepatan
persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian
atas transaksi akuntansi tersebut.

3. Pengamatan (observtion)
Berkaitan dengan memperhatikan pelaksanaan beberapa
kegiatan atau proses yang bertujuan untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern.

4. Permintaan keterangan (Inquiry)

Meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis


oleh auditor, umumnya berupa pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis kepada manajemen atau
karyawan dan meminta keterangan pada pihak ekstern seperti
penasehat hukum.

5. Konfirmasi (confirmations)

Bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor


memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di
luar organisasi klien (pihak ke 3).

6. Perhitungan ulang (Recalculation)

Memeriksa perhitungan matematika yang akurat atas


dokumen atau catatan. Biasanya auditor menggunakan audit
software dalam melakukan perhitungan ulang dan
membandingkannya dengan catatan yang terdapat di buku besar.

7. Pelaksanaan ulang (Reperformance)

Perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien


dilakukan pengecekan dan di hitung ulang, untuk menentukan
proses yang telah sesuai dengan pengendalian intern yang telah
dirumuskan.

8. Prosedur analitis (analytical procedures)


Terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan antara
data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal atau laporan persentase, perbandingan
jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran. Seperti
penggunaan model matematis dan statistik (analisis regresi).

9. Teknik audit berbantuan komputer (Computer-assisted audit


techniques/CAAT)

Bila catatan akuntansi klien menggunakan media


elektronik, maka auditor harus memeriksa prosedur analitis,
mengevaluasi, memilih sampling transaksi dan mencoba data uji
program klien untuk menentukan apakah pengendalian intern telah
berfungsi.

PSA NO. 7 Konfirmasi ( SA Seksi 330)

Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi


langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi
tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.
Proses konfirmasi mencakup:

a. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.


b. Pendesainan permintaan konfirmasi.
c. Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang
bersangkutan.
d. Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.
e. Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan
oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi
tersebut.
Tujuan Audit

1. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga


mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA
Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya,
dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di
luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan
untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit
yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut.
2. Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi
mengurangi risiko audit yang bersangkutan dengan asersi yang bersangkutan
pada tingkat rendah yang dapat diterima
3. Konfirmasi mendorong didapatkannya bukti yang kompeten yang mencakup
andal dan relevan. Relevan diperolehnya asersi yang :

a. Keberadaan atau keterjadian.


b. Kelengkapan.
Konfirmasi dapat menyediakan bukti untuk membantu penetapan
apakah semua transaksi dan akun yang harus dimasukkan dalam laporan
keuangan telah dicantumkan.
c. Hak dan kewajiban.
d. Penilaian dan alokasi.
e. Penyajian dan pengungkapan.

Prosedur Konfirmasi
Pada dasarnya, seorang Auditor harus menerapkan skeptisme
profesional pada tingkat memadai selama proses konfirmasi (lihat SA
Seksi 230 [PSA No. 04) Penggunaan Kemahiran Profesional dengan
Cermat dan Seksama).
1. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi
Permintaan konfirmasi, jika didesain secara memadai oleh auditor,
dapat ditujukan kepada satu atau lebih asersi tersebut. Namun,
konfirmasi tidak ditujukan kepada semua asersi secara bersama-
sama.

2. Pendesainan Permintaan Konfirmasi


Permintaan konfirmasi harus didesain sesuai dengan
tujuan audit tertentu. Terdapat dua bentuk konfirmasi yaitu
positif dan negatif. konfirmasi bentuk positif meminta responden
untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi yang
dicantumkan dalam permintaan konfirmasi. penerima konfirmasi
untuk memberikan jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan
informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi.
3. Auditor harus mengawasi permintaan konfirmasi dan
jawabannya.
Pengawasan permintaan konfirmasi berarti diadakannya
komunikasi langsung antara penerima yang dituju dan auditor
untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hasil konfirmasi
yang memihak karena adanya campur tangan dan pengubahan
terhadap permintaan dan jawaban konfirmasi.
4. Konfirmasi didokumentasikan dalam kertas kerja.
Jika informasi dalam konfirmasi lisan adalah signifikan,
auditor harus meminta kepada pihak yang bersangkutan untuk
memberikan konfirmasi tertulis mengenai informasi tertentu
langsung kepada auditor.
5. ProsedurAlternatif
Bila auditor tidak menerima jawaban atas permintaan
konfirmasi positif, ia harus menerapkan prosedur alternatif
terhadap informasi yang tidak diperoleh untuk memperoleh bukti
yang diperlukan guna mengurangi risiko audit ke tingkat yang
cukup rendah. Tentunya, prosedur alternatif bervariasi sesuai dengan
akun dan asersi yang dituju.
6. Evaluasi hasil Konfirmasi
Auditor harus menilai gabungan bukti yang diperoleh dari
konfirmasi dan dari prosedur alternatif untuk menentukan apakah
bukti yang cukup telah diperoleh mengenai semua asersi laporan
keuangan yang bersangkutan

PSA NO. 07. Sediaan (SA Seksi 331)

Pengamatan sediaan merupakan prosedur audit berdasarkan standar auditing


yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor independen yang mengeluarkan
suatu pendapat pada waktu ia tidak melaksanakan pengamatan sediaan harus
menyadari bahwa ia bertanggung jawab untuk menjelaskan dasar yang digunakan
untuk menyatakan pendapatnya.

Tujuan Audit

Memberikan panduan bagi auditor independen dalam pengamatan


sediaan. Seksi ini hanya bersangkutan dengan pengamatan sediaan dan
tidak berhubungan dengan prosedur audit penting lain yang umumnya diharuskan
bagi auditor independen untuk meyakinkan dirinya atas jenis aktiva tersebut.

Prosedur Audit

1. Auditor hadir pada saat penghitungan fisik sediaan


Jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui
penghitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada
tanggal neraca maka dan, melalui pengamatan, pengujian dan
permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya
tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan
mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien
kuantitas dan kondisi fisik sediaan.
2. Penghitungan fisik sediaan dapat dilakukan oleh auditor baik selama
maupun setelah periode yang diaudit
Jika catatan mutasi sediaan (perpetual inventory record)
yang diselenggarakan dengan baik dicek secara periodik oleh klien
melalui pembandingan dengan hasil penghitungan fisik
3. Auditor harus hadir untuk melakukan pengamatan terhadap
penghitungan sampling
Bila perusahaan telah menggunakan metode
pengendalian sediaan atau metode penentuan sediaan, termasuk
sampling statistik guna memperoleh keyakinan bahwa rancangan
pengambilan sampel telah mencukupi dan sah secara statistik, dan
telah diterapkan secara benar, serta hasilnya masuk akal sesuai
dengan kondisinya.
4. Pengujian atas transaksi sebelumnya, review atas catatan
penghitungan fisik sebelumnya, dan penerapan pengujian laba bruto
(gross profit test), asalkan ia dapat memperoleh keyakinan atas
sediaan periode berjalan.

Prosedur Audit untuk barang sediaan umum:

1. Menguji prosedur yang digunakan oleh pemilik barang untuk menyelidiki


operator gudang dan penilaian kinerja operator gudang.
2. Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan yang
digunakan oleh operator gudang yang berhubungan dengan penyimpanan
barang dan, jika dimungkinkan, atas tanda terima gudang yang digadaikan
oleh klien sebagai jaminan penarikan utang,
atau menerapkan prosedur alternatif di gudang untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa informasi yang diterima dari operator gudang dapat
diandalkan.

3. Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik barang, jika dapat


dilaksanakan dan beralasan.
4. Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai jaminan
utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang
bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang digadaikan tersebut
(dalam bentuk pengujian, jika dimungkinkan).

PSA NO. 8 Kepatuhan Terhadap Prinsip Akuntansi Yang


Berlaku Umum Di Indonesia (SA Seksi 410)

Tujuan Audit :

1. Memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah


diterapkan dengan benar, yaitu penerapan GAAP, pembukuan dan
pengikhtisaran, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan.
2. Meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang
berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan
dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.

Prosedur Audit :

1. Inspeksi atau menginspeksi, yaitu pemeriksaan rinci terhadap dokumen


dan catatan serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Dengan melakukan
inspeksiatas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan
dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian.
2. Melakukan penelusuran ulang atau penelusuran (tracing), yaitu meilih
dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat
dengan benar sesuai dengan prinsip yang berlaku di Indonesia.
3. Melakukan pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan
menyaksikan pelaksanaan beberapa proses, apakah sudah sesuai dengan
prinsip yang berlaku di Indonesia atau tidak.

PSA NO. 9 Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi Yang


Berlaku Umum Di Indonesia (SA Seksi 420)

Tujuan Audit :

1. Memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara dua
periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi,
maka auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
2. Mengamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode akuntansi
yang bersangkutan.
3. Memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan
keuangan. Walaupun ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dapat menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan, namun
faktor lain yang tidak berhubungan dengan konsistensi dapat pula
menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan.

Prosedur Audit :

1. Melakukan penelitian dan perbandingan hubungan di antara data, apakah


terdapat perubahan yang dipengaruhi oleh perubahan akuntansi,
kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode
sebelumnya, perubahan penggolongan, dan peristiwa atau transaksi yang
sangat berbeda dengan yang dipertanggung jawabkan dalam laporan
keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.
2. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia bisa saja terjadi
perubahan. Apabila telah terjadi perubahan, maka pihak yang membuat
laporan keuangan harus mengetahui dan mengikuti prinsip terbaru yang
berlaku. Dengan begitu, auditor harus meminta keterangan baik secara
lisan maupun tulisan yang kemudian hal tersebut akan diungkapkan dalam
laporan auditor melalui penambahan paragraf penjelasan yang
dicantumkan setelah paragraf pendapat.
3. Apabila dalam entitas juga terjadi perubahan, maka laporan auditor harus
mengungkapkan :
a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai
pengganti laporan keuangan masing-masing perusahaan.
b. Perubahan anak perusahaan tertentu yang merupakan anggota grup
perusahaan termasuk dalam laporan keuangan konsolidasian.
c. Perubahan perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan
gabungan.
d. Perubahan di antara metode-metode akuntansi (metode biaya, metode
ekuitas, dan metode konsolidasian untuk anak perusahaan atau
investasi lainnya dalam bentuk saham biasa).
4. Mengkonfirmasi entitas yang memungkinkan auditor mendapatkan
informasi langsung dari sumber independen dari luar perusahaan.
5. Menelusuri dokumen-dokumen yang dibuat pada saat transaksi terjadi
lalu menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat
dengan tepat dalam catatan akuntansi.
6. Mengamati laporan keuangan yang disajikan oleh entitas tersebut. Dengan
mengamati, maka auditor bisa menemukan kesalahan-kesalahan yang
mungkin dilakukan oleh entitas baik berdasarkan prinsip yang mungkin
mereka tidak lakukan, yang kurang tepat, maupun perubahan dalam entitas
yang mereka tidak beri tahukan sebelumnya.

PSA NO. 10 Pengungkapan Memadai Dalam Laporan Keuangan


(SA Seksi 431)

Tujuan Audit :
1. Mengungkapkan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya
pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material.
2. Mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan dalam segala
aspek yang dilakukan oleh entitas dan memastikan kerahasiaan tersebut
tetap terjaga.

Prosedur Audit :

1. Meneliti dan mengamati bagaimana penyajian laporan keuangan yang


telah dibuat oleh entitas apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau tidak. Dalam laporan keuangan
tersebut harus mencakup informasi yang mencakup bentuk, susunan, dan
isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang meliputi
istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam
laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan
jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
2. Auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar apabila laporan keuangan yang disajikan tidak
memuat informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia termasuk catatan atas laporan
keuangan.
3. Melakukan konfirmasi dengan beberapa pertanyaan seputar pengungkapan
laporan keuangan dan dalam segala aspek audit lainnya dan kemudian
merahasiakan informasi tersebut, karena tanpa adanya kepercayaan seperti
itu, auditor akan kesulitan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Messier, William F., dkk.2014.Jasa Audit dan Assurance.Salemba Empat:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai